“SI UCOK”
OLEH:
KELOMPOK 10
PENYUSUN:
2019
TIM PENYUSUN
Finna (170600192)
1
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena atas rahmat dan
karunia-Nya, kami dapat menyelesaikan laporan hasil diskusi kelompok yang berjudul
“Gigiku sakit sekali” ini tepat pada waktunya.
Laporan ini tidak akan selesai tanpa bimbingan dari dosen pembimbing dan begitu pula
fasilitator yang telah membantu memberikan kami masukan-masukan yang berarti di
dalam diskusi.
Harapan kami semoga laporan ini dapat menambah pengetahuan dan pengalaman bagi
para pembaca. Kami menyadari bahwa laporan ini belum sempurna, untuk itu kami
mohon maaf apabila terdapat kesalahan serta mengharapkan kritik dan saran yang
membangun dari para pembaca. Akhir kata, kami mengucapkan terima kasih.
Tim Penyusun
2
DAFTAR ISI
TIM PENYUSUN.........................................................................................................1
KATA PENGANTAR..................................................................................................2
DAFTAR ISI.................................................................................................................3
BAB 1: PENDAHULUAN...........................................................................................4
BAB 2: PEMBAHASAN..............................................................................................6
BAB 3: PENUTUP.....................................................................................................12
3.1 KESIMPULAN.......................................................................................12
DAFTAR PUSTAKA.................................................................................................13
3
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Perawatan ortondoti adalah salah satu jenis perawtan di bidang kedokteran
gigi dengan menghilangkan sususan gigi berjejal, koreksi apikal dan hubungan antar
insisal sehingga mendapatkan hubungan oklusi yang baik. Salah satu alasan
seseorang melakukan perawatan ortondonti adalah terjadinya maloklusi.
Maloklusi ini sendiri tidak hanya disebabkan oleh karena adanya hubungan
antar gigi yang tidak baik, melainkan juga terdapat nya maloklusi yang terjadi oleh
karena skeletal. Sehingga sebelum melakukan perawatan orthodonti, harus
dilakukan pemeriksaan pemeriksaan khusus sebelum ditentukan rencana perawatan
pada pasien tersebut.
4
lingual dari posisi normal. Gigi 35 dan 43 posisinya lebih menjauhi garis oklusi.
Terdapat gigitan terbalik pada gigi 11/41, 21/31. Overjet 11/41 : -2mm, 21/31: -1mm.
overbite 11/41 : 2 mm, 21/31 : 1 mm. Relasi molar pertama permanen kanan dan kiri,
tonjol mesiobukal molar pertama rahang atas beroklusi pada bukal groove molar
pertama rahang bawah.
Lebar mesiodistal 11,21 = 10mm, 12,22 = 8 mm. Tempat yang tersedia untuk gigi 11
s/d 12 = 14 mm. 21 s/d 22 = 16 mm. Tempat yang teresedia unutk gigi 13/15 = 22 mm,
23 s/d 25 = 22 mm. lebar mesiodistal gigi 31 dan 41 = 6mm, 32 dan 42 = 6,5 mm.
Tempat yang tersedia untuk gigi 41 s/d 42 = 11,5 mm, 31 s/d 32 = 11,5 mm. tempat
yang tersedia untuk gigi 33 s/d 35 =24,5 mm, 43 s/d 45 = 25 mm.
Hasil pemeriksaan sefalometri lateral menunjukkan sudut SNA = 75°; SNB = 74°,
NaPog = 7°, MP:SN= 45°, NSGn = 77°, I:SN = 108°, I:MP = 96°, Bidang E: Ls = 1
mm, Bidang E: Li = 4 mm.
5
BAB 2
PEMBAHASAN
2.1 Pembahasan Pemicu
1. Jelaskan analisis model rahang atas, rahang bawah dan model dalam keadaan
oklusi arah sagital, transversal dan vertikal pada kasus tersebut.
Analsis model studi adalah penilaian 3 dimensi terhadap gigi – geligi
pada rahang atas maupun rahang bawah, serta penilaian terhadap hubungan
oklusalnya. Kedudukan gigi geligi pada rahang maupun hubungan dengan gigi –
geligi pada rahang maupun hubungan gigi geligi pada rahang lawan dinilai
dalam arah sagital, transversal, dan ventrikal.
Penilaian dalam arah sagital
Hubungan Molar kelas 1 : overjet gigi 41/11: - 2 mm dan overjet gigi 21/31 :
-1 mm, overbite gigi 21/31 : 1 mm dan overbite gigi 11/41 : 2 mm, 31 lebih ke
lingual , 36 dan 46 lebih ke arah mesial
Penilaian dalam arah transversal : 11, 21, 22 berputar ke arah labial , 24 lebih ke
bukal, 32 berputar ke arah lingual, 34 lebih ke lingual , 35 & 45 berputar ke arah
bukal , 36 berputar ke arah lingual, 44 lebih ke lingual
Penilaian dalam arah ventrikal : Gigi 55 & 65 melewati garis oklusi, Gigi 35 &
45 menjauhi garis oklusi
6
.
Perhitungan Diskrepansi Ruang pada lengkung rahang pasien adalah
sebagai berikut :
Regio 1
Ruang yang tersedia untuk 13 – 15 : 22 mm.
Diskrepansi ruang pada 13 – 15 : 22 mm – 23 mm : -1 mm
Diskrepansi ruang pada Insisivus 11 – 12 : 14 mm – 18 mm : -4 mm
7
Diskrepansi total pada Regio 1 sebesar : -4 + -1 = -5
Regio 2
Ruang yang tersedia untuk 23 – 25 : 22 mm
Diskrepansi ruang pada 23 – 25 : 22 mm – 23 mm : -1 mm
Diskrepansi ruang pada Insisivus 21 – 22 : 16 mm – 18 mm : -2 mm
Diskrepansi total pada Regio 2 sebesar : -2 mm + -1mm : -3 mm
Regio 3
Ruang yang tersedia untuk 33 – 35 : 24,5 mm
Diskrepansi ruang pada 33 – 35 : 24,5 mm – 22,8 mm : 1,7 mm
Diskrepansi ruang pada Insisivus 31 – 32 : 11,5 mm – 12,5 mm = -1mm
Diskrepansi total pada Regio 3 sebesar : -1 mm + 1,7mm : 0,7 mm
Regio 4
Ruang yang tersedia untuk 43 – 45 : 25 mm
Diskrepansi ruang pada 43 – 45 : 25 mm – 22,8 mm : 2,2 mm
Diskrepansi ruang pada Insisivus 41 – 42 : 11,5 mm – 12,5 mm : -1 mm
Diskrepansi total pada Regio 4 sebesar : -1 mm + 2,2 mm : 1,2 mm
8
4. Interpretasikan radiografik panoramik pada kasus diatas.
Area 1 ( Gigi Geligi) : persistensi radiks gigi 84; tidak adanya impaksi; adanya
resorpsi fisiologis gigi 53, 63, 65, 35; adanya resorpsi non fisiologi gigi 54, 64;
adanya gambaran radiolusen pada gigi 55, 65; gigi 84 tidak terlihat gambaran
mahkota; linggir alveolar normal; adanya benih gigi permanen 13, 15, 23, 25;
foramen apikal gigi 12, 14, 22, 33, 34, 35, 43, 44,45
Area 2 ( Maksilla – Sinus – Nasal) : Terdapat gambaran radiolusen pada daerah
apikal 16 sampai 26.
Area 3 ( Mandibula ) : Terdapat gambaran radiolusen dikelilingi radiopak
Area 4 ( TMJ ) : Terdapat gambaran radiopak/
Area 5 ( Ramus-Os-Vertebrae) : Terdapat gambaran radiopak pada simpisis
mandibula
Kesan : Kelainan pada area 1
Suspek Radiodiagnosis : persistensi radiks gigi 84 dan gigi 55,65 non-vital
AREA AREA
4 AREA 2 4
AREA 1
AREA AREA
5 5
AREA 3
5. Jelaskan analisis
sefalometri pada kasus tersebut (relasi skeletal, pola pertumbuhan, konveksivitas
wajah skeletal, rotasi mandibula, inklinasi insisivus, dan analisis jaringan lunak)
SNA ( Sudut antara garis SN dan NA ) : Pengukuran sudut SNA bertujuan untuk
melihat relasi maksila terhadap basis kranii dalam arah antero-posterior. Pada
kasus SNA tidak normal yaitu 75o ( normal 82o ±2) yang menunjukkan skeletal
pada maksila retrognasi.
9
SNB (Sudut antara garis SN dan NB ) : Pengukuran sudut SNB bertujuan untuk
melihat relasi mandibula terhadap basis kranii dalam arah antero-posterior. Pada
kasus SNB tidak normal yaitu 74o (normal 80 o
±2) yang menujukan skeletal
pada mandibula retrognasi.
ANB : merupakan nilai dari hasil pengurangan SNA dengan SNB yang
menunjukan relasi rahang atas dan bawah. Pada kasus SNA 75o dan SNB 74o
menunjukan hasil ANB 1o dimana merupakan nilai normal yang menunjukan
relasi skeletal kelas 1.
NaPog : menunjukan sudut dari konveksitas wajah. Pada kasus bernilai 7o
(normal -8,5 – 10o) dimana menunjukan konveksitas wajah skeletal cembung.
MP : SN : untuk menentukan arah dari pada rotasi mandibula. Pada kasus
menunjukan nilai 45o (normal 32 o
±5) dimana menunjukan rotasi mandibula
searah jarum jam.
NSGn : untuk menunjukan pola pertumbuhan wajah skeletal pada kasus bernilai
77o (normal 65 o ± 3) dimana menunjukan pola perumbuhan wajah pasien pada
kasus ke arah vertikal.
I : SN : pada kasus bernilai 108o (normal 102 o ±2) dimana menunjukan gigi
insisivus RA proklinasi.
o
I : MP : pada kasus berniali 96o (normal 90 ±3) dimana menunjukan gigi
insisivus RB proklinasi.
Bidang E : LS : pada kasus bernilai 1 mm (normal 1 ±2mm) dimana menunjukan
keadaan bibir atas normal yaitu berada sejajar pada garis estetis.
Bidang E : Li : pada kasus menunjukan nilai 4 mm (normal 0 ±2 mm) dimana
menunjukan bibir bawah berada di depan garis estetis.
10
6. Jelaskan diagnosis kasus tersebut.
11
BAB 3
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Sebelum dilakukan perawatan ortodontik perlu dilakukan pemeriksaan klinis dan pemeriksaan
penunjang untuk mencegah hal hal yang tidak diinginkan.
Metode moyers merupakan salah satu pemeriksaan yang dilakukan pada periode gigi bercampur
yang menggunakan tabel probabilitas, dimana menurut Moyers, terdapat korelasi antara satu
kelompok gigi dengan kelompok lain. Pada kasus didapatkan kekurangan ruang pada regio atas
dan kelebihan ruang pada regio bawah.
Pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan pada kasus ini adalah pemeriksaan radiografi
intra oral dan ekstra oral. Pemeriksaan radiografi berguna untuk mengetahui jaringan sekitar
gigi, pertumbuhan dan keadaan gigi permanen yang belum erupsi dan keadaan tulang alveolar.
Pemeriksaan sefalometri merupakan pemeriksaan yang menggunakan bidang dan titik jaringan
keras maupun jaringan lunak untuk mendapatkan nilai nilai yang berguna untuk pemeriksaan
ortodonti.
12
Daftar Pustaka
1. Bhalajhi, SI . Orthodontics The Art And Science First Edition . Arya (Medi)
Publishing House. New Delhi. 2004
2. Profitt WR., Fields HW., Sarver DM. Contemporary Orthodontics. 4th ed.
Canada.Mosby Elsevier. 2007
3. Singh G. Textbook of Orthodontics. Jaypee brothers. 2004. 1st edition.
4. Moyers R.E : Handbook of Orthodontics, 4th ed. Year Book Medical Publisher
Inc London,1988
13