Anda di halaman 1dari 13

AKUNTANSI PERPAJAKAN

“PIUTANG”

Disusun oleh :
Kelompok 3
Dedy M. Mujianto 21702009
Syalomita Lumingkewas 21702033
Vione Pusung 21702035
Wahyu Aryanto 21702036

PROGRAM STUDI AKUTANSI


SEKOLAH TINGGI ILMU EKONOMI EBEN HEAZER MANADO
TAHUN AKADEMIK 2019/2020

1
Daftar Isi

DAFTAR ISI...................................................................................................................................2

BAB I PENDAHULUAN................................................................................................................3

BAB II PEMBAHASAN.................................................................................................................4

A. Definisi Piutang......................................................................................................................4

B. Piutang Usaha.......................................................................................................................4

C. Piutang dengan Pihak yang Mempunyai Hubungan Istimewa.............................................8

D. Nilai Piutang dalam Neraca................................................................................................11

E. Piutang di Luar Usaha........................................................................................................11

BAB III PENUTUP.......................................................................................................................12

Daftar Pustaka................................................................................................................................13

2
BAB I.
PENDAHULUAN

Dalam kehidupan sehari-hari kita sering mendengar istilah akuntansi dan pajak melalui
media massa seperti buku, Koran, TV, radio maupun melalui orang-orang disekitar kita.
Biasanya akutansi dan pajak digunakan dalam berbagai bidang mulai dari kegiatan usaha,
pemerintah, maupun pendidikan. Yaitu dengan melakukan pencatatan terhadap semua kegiatan
yang berkaitan dengan keuangan.
Akuntansi perpajakan merupakan suatu seni dalam mencatat, menggolongkan,
mengikhtisarkan serta menafsirkan transaksi-transaksi finansial yang dilakukan oleh
perusahaan dan bertujuan untuk menentukan jumlah penghasilan kena pajak ( penghasilan
yang di gunakan sebagai dasar penetapan beban dan pajak penghasilan yang terutang) yang
diperoleh atau diterima dalam satu tahun pajak untuk dipakai sebagai dasar penetapan
beban/pajak penghasilan yang terutang oleh perusahaan sebagai wajib pajak.
Salah satu akun yang sering dicatat dalam akuntansi,adalah piutang. Ketika perusahaan
memperoleh piutang dari customer, maka piutang tersebut dapat ditagih sehingga
memperoleh pendapatan. Dan pendapatan itulah yang akan dikenakan perhitungan pajak.
Piutang ialah hak perusahaan kepada pihak lain yang akan diterima dalam bentuk kas.
Piutang usaha terjadi karena penjualan barang atau penyerahan jasa secara kredit. Piutang yang
dapat ditagih dalam 1 tahun dapat digolongkan ke dalam aset lancar, sedangkan piutang yang
tidak dapat ditagih dalam 1 periode dapat digolongkan pada asset lain-lain. Dalam SAK-
ETAP yang di atur dalam IAI (2009:52).
Piutang dagang adalaha perkiraan aktiva lancar yang terbesar selain persediaan. Secara
bersama-sama dengan persediaan jenis aktiva ini mencakup hampir 80% dari aktiva lancar dan
lebih dari 30% total aktiva untuk semua industri manufaktur. Manajemen dan kebijakan kredit
yaitu dasar untuk pengambilan keputusan pemberian kredit. Keputusan itu melibatkan standar
kredit, syarat-syarat kredit, dan penentuan siapa yang akan menerima
kredit.
BAB II.
PEMBAHASAN

3
A. Definisi Piutang
Piutang (account receivable) ialah hak perusahaan kepada pihak lain yang akan
diterima dalam bentuk kas. Piutang biasanya digolongkan kedalam kelompok piutang usaha,
dan piutang diluar usaha. Untuk keperluan fiskal sebaiknya sistem akuntansi ddapat
menyajikan saldo piutang kepihak yang ada didalam hubungan istimewa. Pemisahan ini
dimaksudkan untuk mempermudah fiskus dalam mengetahui WP melakukan penghindaran
pembayaran pajak melalui penetapan harga transfer (transfer pricing).
Agar dari pembukuan piutang dapat diperoleh keadaan mengenai saldo piutang maka
rekening piutang khususnya untuk keperluan fiskal harus dapat memberikan keterangan data
sebagai berikut;
Nama dan alamat lengkap denitur
Jumlah piutang kepada masing-masing debitur
Saat timbul maupun berkurangnya pitang
Jenis piutang, misalnya piutang usaha, piutang kepada pegawai, piutang kepada
pemegang saham, dan piutang bungan
Hak penerimaaan bunga
Tanggal jatuh tempo piutang
Jumlah piutang yang tdapat dihabuskan
Keterangan lainnya yang berkaitang dengan piutang

B. Piutang Usaha
Piutang usaha terjadi karena penjualan barang atau penyerahan jasa secara kredit.
Dalam usaha pelayanan jasa, piutang dicatat pada saat pelayanan jasa dilaksanakan.
Adakalanya bentuk piutang usaha dinyatakan dalam bentuk surat dagang komersial yaitu
wesel tagih. Piutang yang dapat ditagih dalam 1 tahun dapat digolongkan ke dalam aset
lancar, sedangkan piutang yang tidak dapat ditagih dalam 1 periode dapat digolongkan pada
asset lain-lain. WP yang merupakan Pengusaha Kena Pajak (PKP) wajib memungut PPN
atas penyerahan barang dan jasa kena pajak yang dikakukannya.
Dalam akuntansi komersial, Wild dan Kwok (2011: 154-161) sering terjadi
pemberian potongan perniagaan (trade discount > potongan yang diberikan pada saat terjadi
transaksi penjualan dengan mengurangi harga jual yang berlaku) dan potongan tunai (cash
discount > potongan yang diberikan kepada pelanggan dengan tujuan agar pelanggan segera
4
melakukan pembayaran tagihan). Selain itu, sering terjadi retur penjualan. Praktik akuntansi
komersial membukukan potongan tersebut dengan ketentuan perpajakan. Namun,
pembukuan penyisihan (allowance) untuk potongan tunai dan retur penjualan tidak
diperkenankan untuk tujuan perpajakan karena ketentuan perpajakan lebih menekankan pada
keadaan senyatanya dan bukan bersifat antisipatif dengan penyisihan tersebut.
Dalam praktik akuntansi komersial, pembentukan penyisihan (cadangan) berguna
untuk mengantisipasi kemungkinan kerugian dari piutang tak tertagih merupakan hal yang
lazim. Terhadap piutang yang diragukan tingkat kolektibilitasnya, perusahaan dapat
menghapuskan dan membebankannya kepada cadangan yang dimaksud.
Menurut Weygent. Kimmel dan Kieso (2011: 353-355) pembentukan estimasi
penyisihan piutang tak tertagih di dasarkan pada: (1) persentase penjualan > income
statement approach; atau (2) presentase piutang usaha > balance sheet approach. Selain itu
perusahaan dapat membuat analisa umur piutang (aging schedule of account receivable)
yang menerapkan persentase yang berbeda untuk berbagai kategori umur piutang.
Perbedaaan pencatatan antara metode penghapusan langsung (direct written-off
method) dengan metode penyisihan (allowance method) adalah sebagai berikut:
Keterangan Direct written-off Allowance method

Estimasi Tidak diperlukan Beban piutang tak tertagih xx -


jumlah Cadangan piutang tak tertagih - xx
piutang tak
tertagih
Penghapusan Beban piutang tak tertagih xx - Cadangan piutang tak tertagih xx -
piutang usaha Piutang usaha - xx Piutang usaha - xx

Piutang usaha Piutang usaha xx - Piutang usaha xx -

yang telah Beban piutang tak tertagih - xx Cadangan piutang tak tertagih - xx

dihapus
Kas xx - Kas xx -
Piutang usaha - xx Piutang usaha - xx

Adapun syarat-syarat penghapusan piutang yang nyata-nyata tidak dapat ditagih


menurut UU PPh Nomor 36 Tahun 2008 Pasal 6 ayat (1) huruf (h) adalah sebagai berikut:

Telah dibebankan sebagai biaya dalam laporan laba rugi komersial.

5
Wajib Pajak harus menyerahkan daftar piutang yang tidak dapat ditagih kepada
Direktorat Jenderal Pajak.
Telah diserahkan perkara penagihannya kepada Pengadilan Negeri atau instansi
pemerintah yang menangani piutang negara; atau adanya perjanjian tertulis mengenai
penghapusan piutang/pembebasan utang antara kreditur dan debitur yang bersangkutan;
atau telah dipublikasikan dalam penerbitan umum atau khusus; atau adanya
pengakuan dari debitur bahwa utangnya telah dihapuskan untuk jumlah utang tertentu.
Syarat sebagaimana dimaksud pada angka 3 tidak berlaku untuk penghapusan piutang tak
tertagih debitur kecil sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 ayat (1) huruf k; yang
pelaksanaannya diatur lebih lanjut dengan atau berdasarkan Peraturan Menteri
Keuangan.
Akan tetapi, pembentukan cadangan/ pemupukan dana cadangan untuk jenis usaha
tertentu seperti:
Usaha bank dan badan usaha lain yang menyalurkan kredit, sewa guna usaha dengan
hak opsi, perusahaan pembiayaan konsumen, dan perusahaan anjak piutang.
Cadangan untuk usaha asuransi termasuk cadangan bantuan sosial yang dibentuk oleh
Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS)
Cadangan penjaminan untuk Lembaga Penjaminan Simpanan;
Cadangan biaya reklamasi untuk usaha pertambangan.
Cadangan biaya penanaman kembali untuk usaha kehutanan; dan
Cadangan biaya penutupan dan pemeliharaan tempat pembuangan limbah industry
untuk usaha pengolahan limbah industri.
Memperkenankan adanya pembentukan penyisihan (cadangan) sesuai dengan
ketentuan perpajakan UU PPh Nomor 36 Tahun 2008 Pasal 9 ayat (1) huruf c jo. PMK-
81/PMK.03/2009.

Contoh:

PT Abadi menjual barang dagang secara kredit kepada PT Zap sebesar Rp.5.500.000
(sudah termasuk PPN 10%) pada tanggal 10 Febuari 2012. PT Abadi telah dikukuhkan
sebagai PKP pada tanggal 15 Maret 2006. Sistem pencatatan persediaan yang digunakan

6
oleh PT Abadi adalah sistem perpetual, dimana Harga Pokok Penjualan (HPP)
adalah sebesar Rp.3.500.000.
Jurnal untuk transaksi tersebut adalah :
Tanggal Keterangan Debit Kredit
10 Feb 12 Piutang Usaha 5.500.000 -
Pajak Keluaran - 500.000
Penjualan - 5.000.000
Harga Pokok Penjualan 3.500.000 -
Persediaan - 3.500.000

Apabila sistem pencatatan persediaan yang digunakan adalah sistem periodik maka akan
dibuat jurnal sebagai berikut :
Tanggal Keterangan Debit Kredit
10 Feb 12 Piutang Usaha 5.500.000 -
Pajak Keluaran - 500.000
Penjualan - 5.000.000

Nilai HPP dapat diketahui dengan perhitungan laporan HPP. Persediaan akhir dinilai
berdasarkan perhitungan fisik persediaan yang dilakukan pada akhir periode (akhir
bulan/tahun).
Apabila belum dikukuhkan sebagai PKP, maka PT. Abadi tidak boleh melakukan
pemungutan PPN dengan membuat faktur pajak. Jurnalnya dengan sistem perpetual,
adalah sebagai berikut:
Tanggal Keterangan Debit Kredit
10 Feb 12 Piutang Usaha 5.000.000 -
Penjualan - 5.000.000
Harga Pokok Penjualan 3.500.000 -
Persediaan - 3.500.000

Untuk WP yang belum dikukuhkan sebagai PKP, Pajak Masukan tetap dikenakan. Tetapi
tidak dapat dikreditkan sehingga Pajak Masukannya tidak dibukukan sebagai Pajak
Masukan, melainkan dibukukan sebagai harga perolehan barang yang dibeli.

7
Pada tanggal 14 Febuari 2012, PT Zap mengembalikan barang yang telah dibeli
pada tanggal 10 Febuari 2012 dari PT Abadi senilai Rp. 2.000.000. Harga pokok
barang tersebut sebesar Rp. 500.000. PT Abadi mencatat transaksi retur penjualan
sebagai berikut :

Tanggal Keterangan Debit Kredit


10 Feb 12 Retur Penjualan 2.000.000 -
Pajak Keluaran 200.000 -
Piutang Usaha - 2.200.000
Harga Pokok Penjualan 500.000 -
Persediaan - 500.000

Apabila menggunakan sistem periodik maka jurnal yang dibuat adalah sebagai berikut:
Tanggal Keterangan Debit Kredit
10 Feb 12 Retur Penjualan 2.000.000 -
PPN Keluaran 200.000 -
Piutang Usaha - 2.200.000

Pada tanggal 26 febuari PT Abadi menghapus piutang usaha terhadap salah satu
debiturnya, karena PT Bola telah mengalami pailit. Adapun syarat-syarat
penghapusan piutang yang tidak dapat ditagih telah memenuhi ketentuan perpajakan.
Piutang yang dihapuskan tersebut sebesar Rp. 1.000.000
Jurnal untuk transaksi tersebut, apabila menggunakan direct written-off method yaitu
sebagai berikut :
Tanggal Keterangan Debit Kredit
10 Feb 12 Beban Piutang Tak Tertagih 1.000.000 -
Piutang Usaha - 1.000.000

C. Piutang dengan Pihak yang Mempunyai Hubungan Istimewa


Piutang dalam hubungan istimewa merupakan saldo tagihan dari transaksi yang
dilakukan dengan pihak dimana perusahaan mempunyai hubungan istimewa. Hubungan
istimewa dapat merupakan memiliki/menguasai. Piutang dalam hubungan istimewa dapat
timbul karena terjadinya transaksi seperti penjualan, pengalihan barang atau jasa, sewa,

8
penjaminan, dan penyelesaian oleh perusahaan atas nama pihak yang mempunyai hubungan
istimewa.
Dalam praktik bisnis, harga yang dibebankan kepada pihak pembeli dapat
menggunakan dengan harga yang tidak wajar, misalnya menjual aset dengan harga yang jauh
lebih rendah dari harga harta yang sejenis. Definisi harga wajar disini adalah harga yang
berlaku umum atau sama, apanila transaksi tersebut dilakukan dengan pihak lain yang tidak
mempunyai hubungan istimewa.
Penyajian pihak-pihak yang mempunyai hubungan istimewa diatur juga dalam SAK
ETAP (2009: 160-163). Apabila terdapat transaksi dengan pihak yang mempunyai hubungan
istimewa, maka harus diungkapkan sidat dari hungan tersebut, juga informasi yang diperlukan
tentang transaksi ddan saldonya untuk memahami dampak potensial hubungan tersebut
terhadap laporan keuangan. Pengungkapan tersebut harus meliputi:
jumlah transaksi;
jumlah saldo;
 syarat dan kondisinya, trrmasuk jaminan dan sifat pembayaran yang disediakan
dalam penyelesaian,
 Perinciaan jaminan yang diberikan atau diterima
penyisahan kerugian piutang tidak tertagih terkait dengan jumlah saldo piutang.
Beban yang diakui dalam periode yang berkaitan denga piutang ragu-ragu yang jatuh
tempo dari pihak-pihak yang mempunyai hubungan istimewa.

Menurut UU PPh Nomor 36 Tahun 2008 Pasal 18 ayat (4), hubungan istimewa terjadi apabila:
Kepemilikan atau penyertaan modal.
WP mempunyai penyertaan modal langsung atau tidak langsung paling rendah
25% pada WP lain. Misalnya PT A mempunyai 50% saham PT B. Pemilikan saham
oleh PT A merupakan penyertaan langsung. Selanjutnya, apabila PT B mempunyai
50% saham PT C, PT A sebagai pemegang saham PT B secara tidak langsung
mempunyai penyertaan pada PT C sebesar 25%. Dalam hal demikian, antara PT A, PT
B, dan PT C dianggap terdapat hubungan istimewa. Hubungan kepemilikan seperti di
atas terjadi juga antara orang pribadi atau badan.
Adanya penguasaan melalui manajemen atau penggunaan teknologi.

9
Hubungan istimewa diantara WP dapat juga terjadi karena penguasaan melalui
manajemen atau penggunaaan teknologi walaupun tidak terdapat hubungan
kepemilikan.
Adanya hubungan keluarga.
Hubungan istimewa di antara WP orang pribadi dapat terjadi karena adanya hubungan
darah atau perkawinan, yaitu hubungan sedarah maupun semenda dalam garis
keturunan lurus dan/atau ke samping satu derajat

Maksud peraturan ini adalah untuk mencegah terjadinya penghindaran pajak akibat
adanya hubungan istimewa.
Apabila ada hubungan istimewa di antara WP maka akan menimbulkan
dampak terhadap aspek perpajakan masing-masing pihak yang memiliki hungana istimewa
tersebut. Dampak tersebut diatur dalam pasal 18 ayat (3), (3a), (3b), (3c), dan (3d) UU PPh
Nomor 36 Tahun 2008 sebagai berikut.
Direktur Jenderal Pajak berwenang untuk menentukan kembali besarnya penghasilan
dan pengurangan serta menentukan utang sebagai modal untuk menghitung besarnya
Penghasilan Kena Pajak (PhKP) bagi WP yang mempunyai hubungan istimewa
dengan Wajib Pajak lainnya sesuai dengan kewajaran dan kelaziman usaha yang tidak
dipengaruhi oleh hubungan istimewa dengan menggunakan metode perbandingan
harga pasar bebas yang diperbandingkan (Comparable Uncontrolled Price Method-
CUPM), metode harga penjualan kembali (Resale Price Method-RPM), metode
laba neto transaksional (Transactional Net Margin Method), dan metode pembagian
laba (Transactional Profit Split Method). Tujuannya adalah untuk mencegah
terjadinya penghidaran pajak yang dapat terjadi karena adanya hubungan istimewa.
Direktur Jenderal Pajak berwenang melakukan perjanjian dengan Wajib Pajak dan
bekerja sama dengan pihak otoritas pajak negara lain untuk menentukan harga
transaksi antar pihak-pihak yang mempunyai hubungan istimewa sebagaimana
dimaksud dalam ayat (4), yang berlaku selama suatu periode tertentu dan mengawasi
pelaksanaannya serta melakukan renegosiasi setelah periode tertentu tersebut
berakhir.
Wajib Pajak yang melakukan pembelian saham atau aktiva perusahaan melalui pihak
lain atau badan yang dibentuk untuk maksud demikian (special purpose company),
10
maka dapat ditetapkan sebagai pihak yang sebenarnya melakukan pembelian tersebut
sepanjang WP yang bersangkutan mempunyai hubungan istimewa dengan pihak lain
atau badan tersebut dan terdapat ketidakwajaran penetapan harga.

D. Nilai Piutang dalam Neraca


Biasanya saldo piutang yang tercantum dalam neraca ialah nilai piutang neto.
Pengertian piutang neto yang harus dicantumkan pada neraca fiskal dan komersial tidaklah
sama. Saldo piutang pada neraca fiskal selain usaha :
Bank dan badan usaha lain yang meyalurkan kredit, sewa guna usaha dengan hak
opsi, perusahaan pembiayaan konsumen, dan perusahaan anjak piutang.
Usaha asuransi termasuk Badan Penyelenggara Jamina Sosial (BPJS);
Lembaga Penjaminan Simpanan;
Usaha pertambangan.
Usaha kehutanan; dan
Usaha pengolahan limbah industri.
Saldo piutang yang dikurangi dengan piutang yang benar-benar tidak dapat ditagih, sedangkan
saldo piutang neto pada neraca menurut akuntansi komersial adalah saldo piutang dikurangi
penyisihan piutang tak tertagih (piutang yang ditaksir tidak dapat tertagih). Jadi metode
penghapusan piutang yang diperkenankan dalam perpajakan diluar 6 usaha yang di atur
dalam PMK-81/PMK.03/2009 adalah metode langsung (direct write-off method); sedangkan
dalam akuntansi diperbolehkan memilih metode langsung (direct write-off method) atau
metode pencadangan (allowance method).

E. Piutang di Luar Usaha


Piutang tidak hanya terjadi karena penjualan barang atau jasa. Sering itu pula timbul
karena pemberian pinjaman kepada pihak ketiga dan pegawai, klaim asuransi, retitusi pajak,
royalty, dan lain-lain. Apabila yang diharapkan dapat ditagih dalam waktu singkat dapat maka
piutang-piutang tersebut dapat digolongkan sebagai aset lancar. Apabila ternyata
penagihannya dilakukan lebih dari 1 tahun, maka sebaiknya digolongkan sebagai aset lain-
lain.

11
BAB III.
PENUTUP

Kesimpulan
Piutang (acconut receivable) ialah hak perusahaan kepada pihak lain yang akan
diterima dalam bentuk kas. Piutang biasanya digolongkan kedalam kelompok piutang usaha,
dan piutang diluar usaha. Untuk keperluan fiskal sebaiknya sistem akuntansi ddapat
menyajikan saldo piutang kepihak yang ada didalam hubungan istimewa.
Piutang usaha terjadi karena penjualan barang atau penyerahan jasa secara kredit.
Dalam usaha pelayanan jasa, piutang dicatat pada saat pelayanan jasa dilaksanakan. Dalam
akuntansi komersial, Wild dan Kwok (2011: 154-161) sering terjadi pemberian potongan
perniagaan ( trade discount -> potongan yang diberikan pada saat terjadi transaksi penjualan
dengan mengurangi harga jual yang berlaku) dan potongan tunai ( cash discount -> potongan
yang diberikan kepada pelanggan dengan tujuan agar pelanggan segera melakukan
pembayaran tagihan). Sedangkan Penyajian pihak-pihak yang mempunyai hubungan istimewa
diatur juga dalam SAK ETAP ( 2009: 160-163).
Saldo piutang neto pada neraca menurut akuntansi komersial adalah saldo piutang di
kurangi penyisihan piutang tak tertagih. Timbul karena pemberian pinjaman kepada pihak
ketiga dan pegawai, klaim asuransi, retitusi pajak, royalty, dll. Apabila dapat ditagih pada
waktu singkat dapat di golongkan sebagai asset lancar. Apabila penagihannya di lakukan lebih
dari 1 tahun, maka di golongkan sebagi aset lain – lain.

12
Daftar Pustaka
1. Sukrisno Agoes, Estralita Trisnawati, Akuntansi Perpajakan; Edisi 3, Salemba Empat,
Jakarta
2. Waluyo, (2011), Akuntansi Pajak, Edisi 5, Salemba Empat, Jakarta
3. Rahayu, Siti Kurnia, (2010), Perpajakan; Konsep, Aspek Formal, Cetakan 2, Graha Ilmu,
Yogyakarta

13

Anda mungkin juga menyukai