Kelompok 3 Dedy, Syalomitha, Vione, Wahyu, Kas Dan Setara Kas
Kelompok 3 Dedy, Syalomitha, Vione, Wahyu, Kas Dan Setara Kas
Disusun oleh :
Kelompok 3
Dedy M. Mujianto 21702009
Syalomita Lumingkewas 21702033
Vione Pusung 21702035
Wahyu Aryanto 21702036
1
Daftar Isi
DAFTAR ISI...................................................................................................................................2
BAB I PENDAHULUAN................................................................................................................3
BAB II PEMBAHASAN.................................................................................................................4
B. Rekonsiliasi Bank..................................................................................................................4
E. Akuntansi Pajak...................................................................................................................11
Daftar Pustaka................................................................................................................................15
2
BAB I.
PENDAHULUAN
Kas dan setara kas biasanya dilaporkan dalam satu akun di neraca. Kas merupakan
aset yang paling lancar dibandingkan aset lainnya, oleh sebab itu untuk
mengamankannya diperlukan suatu sistem pengendalian internal yang baik dan ekstra
hati-hati. Rekonsiliasi bank juga termasuk sebagai bagian dari pengendalian internal untuk
mengecek kebenaran atau kecocokan antara saldo menurut catatan perusahaan dengan
catatan menurut bank.
Dalam makalah ini juga akan dijelaskan mengenai penggunaan dana kas kecil untuk
membiayai pengeluaran-pengeluaran tertentu yang jumlahnya relatif kecil, serta juga
pembahasan mengenai arus kas. Menurut PSAK No 2, perusahaan perlu memperhatikan
informasi arus kas yang berguna untuk menilai kemampuan perusahaan dalam
menghasilkan kas dan setara kas.
3
BAB II.
PEMBAHASAN
B. Rekonsiliasi Bank
Bagi nasabah perorangan, hampir dapat dipastikan tidak menyelenggarakan catatan
tersendiri atas saldo rekening banknya. Dalam hal ini, nasabah bersangkutan biasanya
hanya akan mengandalkan pencatatan tunggal yang dilakukan oleh bank lewat buku
tabungan. Sedangkan untuk nasabah corporate, bahwa dengan rekening bank akan
memungkinkan pencatatan berganda atas seluruh transaksi perusahaan yang melalui bank,
yang artinya transaksi akan dicatat baik oleh perusahaan dan juga sekaligus oleh bank.
Untuk tujuan pengendalian internal, begitu perusahaan menerima rekening koran bulanan
maka perusahaan akan mengecek kebenaran atau kecocokan saldo rekeningnya, yaitu antara
saldo menurut catatan perusahaan (depositor’s record’s/balance per books) dengan catatan
menurut bank (bank statement/balance per bank). Dalam hal ini, sangat
4
mungkin sekali terjadinya perbedaan saldo (saldo akhir cash in bank) di antara kedua
catatan tersebut, oleh karena itu rekonsiliasi dua kolom biasanya dilakukan untuk
mendapatkan saldo akhir cash in bank yang benar (correct balance).
Berikut adalah beberapa penyebab timbulnya perbedaan saldo antara catatan
menurut perusahaan dengan rekening koran yang diterbitkan oleh bank :
1. Deposit in transit (setoran dalam perjalanan).
Setoran yang telah diperhitungkan dalam catatan perusahaan sebagai penambah cash in
bank, tetapi belum masuk dalam catatan rekening koran bank.
2. Outstanding checks (cek yang masih beredar).
Pihak perusahaan di dalam pembukuannya sudah mengurangi besarnya saldo cash in
bank sebagai pembayaran utang ke kreditor/supplier dengan menggunakan cek, tetapi
cek tersebut belum dicairkan.
3. Not sufficient fund check (cek tidak cukup dana).
Begitu perusahaan menerima cek pembayaran dari pelanggan, pihak perusahaan
dalam pembukuannya tentu saja akan segera menambahkan besarnya penerimaan ini ke
dalam saldo cash in bank, yang namun ternyata setelah disetorkan ke bank cek tersebut
tidak bisa dicairkan karena tidak cukup dana/cek kosong.
4. Notes plus interest collected by bank (penagihan piutang wesel beserta bunga
lewat bank) yang belum dicatat dalam pembukuan perusahaan.
Apabila tagihan wesel dilakukan oleh bank, maka perusahaan baru akan mengetahui
hasil penerimaan tagihan ini (beserta bunganya) pada awal bulan berikutnya, yaitu
pada saat perusahaan menerima rekening koran atas bulan yang telah lewat.
Perusahaan dalam pembukuannya belum mencatat hasil penerimaan tagihan tersebut
(beserta bunganya), karena baru mengetahuinya di bulan berikutnya.
5. Interest income (bunga bank atas saldo rekening perusahaan yang mengendap
atau dikenal sebagai jasa giro) yang belum dicatat pembukuan perusahaan.
Perusahaan biasanya baru akan mengetahui hasil pendapatan bunga atas saldo
rekeningnya yang telah mengendap selama bulan berjalan pada awal bulan
berikutnya, sehingga perusahaan belum mencatat hasil jasa giro tersebut.
6. Bank service charge (biaya jasa bank) yang belum dicatat perusahaaan.
Biaya-biaya ini meliputi biaya administrasi, biaya kliring, biaya penagihan piutang lewat
bank, biaya cetak buku cek, dan biaya lainnya yang dibebankan ke rekening nasabah
5
sehubungan dengan pemanfaatan fasilitas atau jasa yang diberikan bank. Perusahaan
biasanya baru mengetahui besarnya biaya administrasi bulan berjalan pada awal
bulan berikutnya pada saat perusahaan menerima rekening koran atas bulan yang
telah lewat. Perusahaan dalam pembukuannya belum mencatat besarnya biaya
administrasi tersebut karena baru mengetahuinya di bulan berikutnya.
7. Error in recording (kesalahan dalam pencatatan).
Kesalahan pencatatan bisa saja terjadi baik dilakukan oleh bank maupun perusahaan.
Untuk tujuan rekonsiliasi bank, jika jumlah tersebut telah salah dicatat oleh
perusahaan, maka selisih jumlah kesalahan tersebut seharusnya ditambahkan atau
dikurangkan dari saldo cash in bank menurut catatan perusahaan, disertai dengan
pembuatan jurnal koreksi. Demikian juga jika jumlah tersebut telah salah dicatat oleh
bank, maka selisih jumlah kesalahan tersebut seharusnya ditambahkan atau
dikurangkan dari saldo cash in bank menurut catatan bank, tanpa perlu membuat
jurnal koreksi dalam pembukuan perusahaan.
Jawaban :
PT. Super Junior
Laporan Rekonsiliasi Bank
Per 31 Juli 2008
Saldo Bank 54.400.000 Saldo Buku 44.500.000
Ditambah : Ditambah :
a. Setoran dalam perjalanan 15.200.000 b. Penagihan oleh Bank 9.600.000
69.600.000 c. Pendapatan bunga 1.200.000
g. Kesalahan Pencatatan 5.000.000
61.300.000
Dikurangi : Dikurangi :
f. Cek beredar (13.600.000) d. Beban admin bank ( 300.000)
e. Cek kosong ( 4.000.000)
Jurnal Koreksi
b. Kas di bank Rp 9.600.000
Piutang dagang Rp 9.600.000
c. Kas di bank Rp 1.200.000
Pendapatan bunga Rp 1.200.000
g. Kas di bank Rp 5.000.000
Piutang dagang Rp 5.000.000
d. Biaya admin bank Rp 300.000
Kas di bank Rp 300.000
e. Piutang dagang Rp 4.000.000
Kas di bank Rp 4.000.000
7
C. Dana Kas Kecil
Alasan perlu dibuatnya sebuah sistem dana kas kecil adalah untuk membiayai
pengeluaran-pengeluaran yang jumlah relatif kecil dalam perusahaan, karena sangat tidak
praktis jika menggunakan cek untuk pengeluaran kecil seperti membeli perangko, fotocopy,
alat tulis, dan sebagainya.
Dana kas kecil pertama kali dibentuk dengan cara mengestimasi terlebih
dahulu jumlah kas yang dibutuhkan untuk melakukan pembayaran-pembayaran sepanjang
interval periode tertentu, bisa mingguan atau bulanan. Ayat jurnal atas pembentukan dana
kas kecil ini dibuat dengan mendebet akun kas kecil dan mengkredit akun kas (cash in
bank).
Ada 2 sistem pencatatan dana kas kecil, yaitu sistem dana tetap (imprest fund
system) dan sistem dana tidak tetap (fluctuating fund system).
1. Sistem Dana Tetap (Imprest Fund System)
Dengan sistem dana tetap, tidak ada ayat jurnal yang dibuat untuk mencatat
pembayaran kas kecil. Efek akuntansi dari setiap pembayaran kas kecil baru akan
diakui atau dicatat dalam pembukuan ketika kas kecil yang dibayarkan tersebut diisi
kembali. Dana kas kecil akan diisi kembali pada interval periode tertentu atau ketika jumlah
uang yang ada dalam dana kas kecil telah mencapai tingkat minimum. Ketika dana kas kecil
diisi kembali, seluruh akun yang telah dibebankan atas pengeluaran kas kecil akan didebit
dan akan mengkredit akun kas (cash in bank).
Jurnal pembentukan dana kas kecil
Kas kecil xxx
Kas xxx
Jurnal pembayaran dana kas kecil :
Tidak ada ayat jurnal
Jurnal pengisian kembali dana kas kecil :
Beban listrik xxx
Beban lain-lain xxx
Kas xxx
2. Sistem Dana Tidak Tetap (Fluctuating Fund System).
8
Berbeda dengan sistem dana tetap, sistem dana tidak tetap melakukan pencatatan
pada saat terjadinya pengeluaran kas kecil. Berikut adalah ayat jurnal yang perlu
dibuat apabila perusahaan memilih untuk menggunakan metode sistem dana tidak tetap :
Jurnal pembentukan dana kas kecil :
Kas kecil xxx
Kas xxx
Jurnal pembayaran dana kas kecil :
Beban listrik xxx
Beban lain-lain xxx
Kas kecil xxx
Jurnal pengisian kembali dana kas kecil :
Kas kecil xxx
Kas xxx
E. Akuntansi Pajak
Kas mencerminkan informasi tentang saldo uang kas yang ada di tangan
maupun simpanan uang kas di bank yang dimiliki perusahaan, sedangkan setara kas
adalah investasi jangka pendek dan deposito yang sangat likuid yang dapat dikonversi atau
dicairkan menjadi uang kas dalam jangka waktu yang segera, biasanya kurang dari tiga
bulan (90 hari). Contoh dari setara kas adalah sertifikat deposito yang diterbitkan bank,
surat berharga yang dikeluarkan oleh negara ataupun perusahaan yang memiliki peringkat
kredit yang baik, dan investasi dalam dana pasar uang.
Berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 131 Tahun 2000 tentang Pajak
Penghasilan atas Bunga Deposito dan Tabungan serta Diskonto Sertifikat Bank Indonesia
jo. KMK-51/KMK.04/2001 tentang Pemotongan Pajak Penghasilan atas Bunga Deposito
dan Tabungan serta Diskonto Sertifikat Bank Indonesia, penghasilan dalam bentuk
bunga yang didapat dari deposito atau tabungan, yang ditempatkan pada bank yang didirikan
di dalam negeri maupun luar negeri melalui cabangnya di Indonesia, termasuk jasa giro serta
diskonto SBI, kecuali WP orang pribadi yang seluruh penghasilannya dalam satu tahun
pajak termasuk bunga dan diskonto tidak melebihi Penghasilan Tidak Kena Pajak
(PTKP), dikarenakan PPh final sebesar 20% dari jumlah bruto.
Penghasilan atas bunga deposito atau tabungan, diskonto SBI, dan jasa giro dipotong
langsung oleh bank pembayar pada saat pembayaran atau pembebanan biaya dilakukan.
11
Nantinya pihak bank tersebut akan membayar atau menyetor PPh final ke kas negara
dengan menggunakan Surat Setoran Pajak (SSP) dan melaporkannya ke Kantor
Pelayanan Pajak (KPP) dengan menggunakan SPT Masa PPh final Pasal 4 ayat (2). Pihak
bank (selaku pemotong) wajib menyetorkan PPh final tersebut paling lambat tanggal 10
bulan berikutnya setelah masa pajak berakhir dan melaporkannya paling lambat 20 hari
setelah masa pajak berakhir.
Pemotongan PPh tidak dilakukan terhadap :
a. Bunga deposito dan tabungan serta diskonto SBI sepanjang jumlah deposito dan
tabungan serta SBI tersebut tidak melebihi Rp 7.500.000,- dan bukan merupakan jumlah
yang dipecah-pecah.
b. Bunga dan diskonto yang diterima atau diperoleh bank yang didirikan di Indonesia atau
cabang bank luar negeri di Indonesia.
c. Bunga deposito dan tabungan serta diskonto SBI yang diterima atau diperoleh Dana
Pensiun yang pendiriannya telah disahkan oleh Menteri Keuangan, sepanjang
dananya diperoleh dari sumber pendapatan sebagaimana yang dimaksud dalam
Pasal 29 UU No 11 Tahun 1992 tentang Dana Pensiun; dan
d. Bunga tabungan pada bank yang ditunjuk pemerintah dalam rangka pemilikan
rumah sederhana dan rumah sangat sederhana, tanah kavling siap bangun untuk rumah
sederhana dan rumah sangat sederhana, atau rumah susun sederhana sesuai dengan
ketentuan yang berlaku, untuk dihuni sendiri.
Dengan menggunakan metode neto (sesuai dengan Buku Petunjuk Pengisian SPT
Tahunan PPh Badan), penghasilan bunga dicatat sebesar jumlah bersihnya (80% dari
jumlah bruto). Perlakuan akuntansi untuk jasa giro dan bunga deposito sama seperti
perlakuan akuntansi pajak untuk bunga tabungan, yaitu dikenakan PPh final sebesar 20%
dari jumlah bruto. Karena penghasilan ini terkena PPh final, maka memerlukan koreksi
negatif dalam rekonsiliasi fiskal pada akhir tahun. Hal ini berarti bahwa penghasilan
bunga yang sudah dipotong pajak (yang masuk dalam laporan laba rugi sebagai
penambah laba akuntansi) tidak lagi dimasukkan dalam perhitungan laba fiskal. Oleh
sebab itu, penghasilan bersih dari bunga tersebut haruslah dikurangkan dari laba
akuntansi untuk mendapatkan laba fiskal. Koreksi negatif adalah koreksi pajak yang akan
membuat laba fiskal menjadi lebih kecil dibandingkan laba akuntansi.
12
Contoh :
Untuk mengilustrasikan pembukuan atas penghasilan bunga dengan menggunakan
metode neto, misalkan bahwa PT. Super Junior memperoleh jasa giro sebesar Rp.
2.000.000 (jumlah penghasilan bruto). Penghasilan bunga ini dipotong PPh final sebesar
Rp 400.000,-. Adapun ayat jurnal yang akan dibuat oleh PT. Super Junior untuk
membukukan penghasilan bersihnya (dengan menggunakan metode neto) atas jasa giro
yang diterimanya tersebut adalah :
Kas di Bank Rp 1.600.000
Pendapatan bunga Rp 1.600.000
Masih dalam contoh yang sama, jika metode bruto digunakan untuk membukukan
penghasilan bunga di atas, maka ayat jurnal yang perlu dibuat oleh PT. Super Junior
akan menjadi :
Kas di Bank Rp 1.600.000
PPh Pasal 4 Ayat (2) Rp 400.000
Pendapatan bunga Rp 2.000.000
Dengan menggunakan metode bruto, PPh final sebesar Rp 400.000 ini diperlakukan sebagai
beban (yaitu beban operasional) dengan klasifikasi beban umum dan administrasi.
13
BAB III.
PENUTUP
Kesimpulan
Kas mencerminkan informasi tentang saldo uang kas yang ada di tangan
maupun simpanan uang kas di bank yang dimiliki perusahaan, sedangkan setara kas adalah
investasi jangka pendek dan deposito yang sangat likuid yang dapat dikonversi atau
dicairkan menjadi uang kas dalam jangka waktu yang segera, biasanya kurang dari tiga
bulan (90 hari).
Rekonsiliasi bank merupakan salah satu pengendalian internal kas, dimana kas
yang ada di catatan perusahaan dicocokan dengan kas yang tercantum pada laporan rekening
koran. Beberapa hal yang membuat perbedaan total saldo kas yang tercatat di perusahaan
dengan rekening koran yaitu, cek yang masih beredar, setoran dalam perjalanan, cek
tidak cukup dana, penagihan piutang oleh bank yang belum dicatat perusahaan,
pendapatan bunga dari bank, biaya bank, serta kesalahan pencatatan.
Dana kas kecil merupakan kas yang disimpan pada kasir perusahaan untuk
membiayai keperluan pengeluaran perusahaan yang jumlahnya relatif kecil sehingga
tidak efektif jika menggunakan cek. Sistem dana kas kecil terbagi atas 2, yaitu sistem
dana tetap dan sistem dana tidak tetap.
Arus kas merupakan laporan yang berisikan tentang rincian siklus pemasukan
dan pengeluaran kas yang terbagi dalam 3 bagian, yaitu aktivitas operasi, aktivitas investasi,
dan investasi pembiayaan.
Pemotongan pajak terhadap penghasilan bunga dapat menggunakan 2 metode yaitu,
metode neto dan metode bruto. Pada metode neto, PPh final dipotong langsung dari
penghasilan bunga. Sedangkan pada metode bruto, PPh final diperlakukan sebagai beban.
14
Daftar Pustaka
1. Sukrisno Agoes, Estralita Trisnawati, Akuntansi Perpajakan; Edisi 3, Salemba Empat,
Jakarta
2. Waluyo, (2011), Akuntansi Pajak, Edisi 5, Salemba Empat, Jakarta
3. Rahayu, Siti Kurnia, (2010), Perpajakan; Konsep, Aspek Formal, Cetakan 2, Graha Ilmu,
Yogyakarta
15