Makalah
Pendidikan Kewarganegaraan
OTONOMI DAERAH DENGAN LAYANAN PUBLIK SERTA DEMOKRASI
Disusun Oleh :
NAMA : RIZQIYYAH
PRODI : Akuntansi
NIM : 024521322
UPBJJ HONG KONG
2015
Kata Pengantar
Puji Syukur saya panjatkan kehadirat Allah SWT. Atas rahmat dan hidayah-Nya
sehingga saya dapat membuat dan menyelesaikan tugas ini dalam keadaan sehat
wal-afiat. Semoga limpahan ini rahmat dan karunia-Nya selalu dilimpahkan kepada
kita, Amin. Tak lupa shalawat serta salam senantiasa kita curahkan kepada
junjungan nabi kita Nabi Besar Muhammad SAW, Keluarga beserta para
sahabatnya yang dengan gigih untuk menyebarkan agama Islam ke penjuru dunia.
Tugas ini disusun untuk diajukan sebagai tugas 3 mata kuliah Pendidikan
Kewargenagaraan dengan tema yaitu “Otonomi Daaerah dan Layanan Publik Serta
Demokrasi”. Harapan saya, semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi saya sendiri
khususnya dan mendapat nilai yang terbaik sesuai kemampuan saya.
Demikianlah makalah ini saya buat, saya sadar bahwa makalah ini masih sangat
jauh dari kesempurnaan, oleh karena itu saran dan kritik yang bersifat membangun
sangat saya harapkan. Atas Perhatian Dosen Tuton Pendidikan Kewarganegaraan,
saya ucapkan terima kasih.
DAFTAR ISI
KATA
PENGANTAR……………………………………………………………………….
.1
DAFTAR
ISI……………………………………………………………………………………
…….2
Bab I Pendahuluan
A. Latarbelakang……………………………………………………………………
3
B. Permasalahan………………………………………………………………….3
C. Tujuan Penulisan…………………………………………………………..4
D. Manfaat/Signifikansi Penulisan
Bab II Pembahasan
1. Hakikat otonomi daerah………………………………………………4
2. Sejarah otonomi daerah……………………………………………5
3. Otonomi daerah dan pembangunan daerah………………………..7
4. Keseimbangan terhadap otonomi daerah…………………………9
5. Pengertian pelayanan public………………………………………..10
6. Pengertian demokrasi………………………………………………11
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Negara Kesatuan Republik Indosesia yang terhimpun dari bermacam – macam
suku dan budaya dalam berbagai daerah dari Sabang hingga Merauke yang
memliki banyak perbedaan atas potensi Sumber Daya Alam dan Sumber Daya
Manusia yang timbul karena perbedaan letak geografis suatu daerah atau latar
belakang sejarah daerah tertentu, tentunya berbagai daerah tersebut membutuhkan
penerapan kebijakan daerah yang berbeda pula. Dalam hal ini bangsa Indonesia
kini telah berhasil membentuk kebijakan Otonomi Daerah yang memberikan
kewenangan yang luas kepada pemerintah daerah untuk mengatur daerahnya
sendiri yang sesuai dengan karakter Sumber Daya Alam dan Sumber Daya
Manusia di daerahnya sendiri.
Kebijakan otonomi daerah yang memberikan kewenangan terhadap pemerintah
daerah tetap harus berpedoman pada undang – undang yang berlaku secara
nasional di Negara Kesatuan Republik Indonesia. Tidak ada pertentangan antara
kebijakan hukum secara nasional dengan kebijakan hukum di daerah. Adanya
perbedaan diantaranya sangat dimungkinkan terjadi selama perbedaan tersebut
tidak bertentangan dengan undang – undang karena inti dari konsep pelaksanaan
otonomi daerah adalah upaya memaksimalkan daerah yakni, memaksimalkan hasil
yang akan dicapai dan sekaligus menghindari kerumitan dan hal – hal yang dapat
menghambat pelaksanaan otonomi daerah. Dengan demikian, tuntutan masyarakat
dapat terjawab secara nyata dengan penerapan otonomi daerah yang luas dan
kelangsungan pelayanan umum tidak diabaikan.
B. Rumusan Masalah
E. Tujuan
D. Manfaat
Salah satu pilar demokrasi adalah prinsip trias politica yang membagi ketiga
kekuasaan politik negara eksekutif, yudikatif dan legislatif untuk diwujudkan
dalam tiga jenis lembaga negara yang saling lepas independen dan berada dalam
peringkat yg sejajar satu sama lain. Kesejajaran dan independensi ketiga jenis
lembaga negara ini diperlukan agar ketiga lembaga negara ini bisa saling
mengawasi dan saling mengontrol berdasarkan prinsip checks and balances.
Ketiga jenis lembaga-lembaga negara tersebut adalah lembaga-lembaga
pemerintah yang memiliki kewenangan untuk mewujudkan dan melaksanakan
kewenangan eksekutif, lembaga-lembaga pengadilan yang berwenang
menyelenggarakan kekuasaan judikatif dan lembaga-
lembaga perwakilan rakyat (DPR, untuk Indonesia) yang memiliki kewenangan
menjalankan kekuasaan legislatif. Di bawah sistem ini, keputusan legislative dibuat
oleh masyarakat atau oleh wakil yang wajib bekerja dan bertindak sesuai aspirasi
masyarakat yang diwakilinya konstituen dan yang memilihnya melalui proses
pemilihan umum legislatif, selain sesuai hukum dan peraturan.
Selain pemilihan umum legislatif, banyak keputusan atau hasil-hasil penting,
misalnya pemilihan presiden suatu negara, diperoleh melalui pemilihan umum.
Pemilihan umum tidak wajib atau tidak mesti diikuti oleh seluruh warganegara,
namun oleh sebagian warga yang berhak dan secara sukarela mengikuti pemilihan
umum. Sebagai tambahan, tidak semua warga negara berhak untuk memilih
(mempunyai hak pilih.
Kedaulatan rakyat yang dimaksud di sini bukan dalam arti hanya kedaulatan
memilih presiden atau anggota-anggota parlemen secara langsung, tetapi dalam arti
yang lebih luas. Suatu pemilihan presiden atau anggota-anggota parlemen secara
langsung tidak menjamin negara tersebut sebagai negara demokrasi sebab
kedaulatan rakyat memilih sendiri secara langsung presiden hanyalah sedikit dari
sekian banyak kedaulatan rakyat. Walapun perannya dalam sistem demokrasi tidak
besar, suatu pemilihan umum sering dijuluki pesta demokrasi. Ini adalah akibat
cara berpikir lama dari sebagian masyarakat yang masih terlalu tinggi meletakkan
tokoh idola, bukan sistem pemerintahan yang bagus, sebagai tokoh impian ratu
adil. Padahal sebaik apa pun seorang pemimpin negara, masa hidupnya akan jauh
lebih pendek daripada masa hidup suatu sistem yang sudah teruji mampu
membangun negara. Banyak negara demokrasi hanya memberikan hak pilih
kepada warga yang telah melewati umur tertentu, misalnya umur 18 tahun, dan
yang tak memliki catatan kriminal (misal, narapidana atau bekas narapidana).
Isitilah “demokrasi” berasal dari Yunani Kuno yang diutarakan di Athena kuno
pada abad ke-5 SM. Negara tersebut biasanya dianggap sebagai contoh awal dari
sebuah sistem yang berhubungan dengan hukum demokrasi modern. Namun, arti
dari istilah ini telah berubah sejalan dengan waktu, dan definisi modern telah
berevolusi sejak abad ke-18. bersamaan dengan perkembangan sistem “demokrasi”
di banyak negara.
Kata “demokrasi” berasal dari dua kata, yaitu demos yang berarti rakyat, dan
kratos/cratein yang berarti pemerintahan, sehingga dapat diartikan sebagai
pemerintahan rakyat, atau yang lebih kita kenal sebagai pemerintahan dari rakyat,
oleh rakyat dan untuk rakyat. Konsep demokrasi menjadi sebuah kata kunci
tersendiri dalam bidang ilmu politik. Hal ini menjadi wajar, sebab demokrasi saat
ini disebut-sebut sebagai indikator perkembangan politik suatu negara.
Demokrasi menempati posisi vital dalam kaitannya pembagian kekuasaan dalam
suatu negara (umumnya berdasarkan konsep dan prinsip trias politica dengan
kekuasaan negara yang diperoleh dari rakyat juga harus digunakan untuk
kesejahteraan dan kemakmuran rakyat. Prinsip semacam trias politica ini menjadi
sangat penting untuk diperhitungkan ketika fakta-fakta sejarah mencatat kekuasaan
pemerintah (eksekutif) yang begitu besar ternyata tidak mampu untuk membentuk
masyarakat yang adil dan beradab, bahkan kekuasaan absolut pemerintah
seringkali menimbulkan pelanggaran terhadap hak-hak asasi manusia.
Demikian pula kekuasaan berlebihan di lembaga negara yang lain, misalnya
kekuasaan berlebihan dari lembaga legislatif menentukan sendiri anggaran untuk
gaji dan tunjangan anggota-anggotanya tanpa mempedulikan aspirasi rakyat, tidak
akan membawa kebaikan untuk rakyat. Intinya, setiap lembaga negara bukan saja
harus akuntabel (accountable), tetapi harus ada mekanisme formal yang
mewujudkan akuntabilitas dari setiap lembaga negara dan mekanisme ini mampu
secara operasional (bukan hanya secara teori) membatasi kekuasaan lembaga
negara tersebut.
BAB III
ANALISIS KASUS
BAB IV
KESIMPULAN DN SARAN
A. Kesimpulan
Penerapan model demokrasi dalam sistem Pemerintahan Daerah yang sekarang
diterapkan belum mencapai hasil yang diharapkan. Perilaku birokrasi dan kinerja
Pemerintah Daerah belum dapat mewujudkan keinginan dan pilihan publik untuk
memperoleh jasa pelayananyang memuaskan untuk meningkatkan kesejahteraan.
Upaya peningkatan kualitas pelayanan publik oleh Pemerintah Daerah dalam hal
ini dapatdilakukan dengan berbagai strategi, diantaranya : perluasan institusional
dan mekanisme pasar, penerapan manejemen publik modern, dan perluasan makna
demokrasi. Upaya ini dapat terwujud apabila terdapat konsistensi dari sikap
Pemerintah Daerah bahwa keberadaannya adalah semata-mata mewakili
kepentingan masyarakat di daerahnya, otonomiadalah diberikan kepada
masyarakat. Sehingga keberadannya harus memberikan pelayananyang berkualitas
untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat yang memiliki otonomi tersebut.
Perangkat birokrasi yang ada baru dapat memberikan pelayanan publik yang
berkualitas apabila kinerjanya selalu didasarkan pada nilai-nilai etika pelayanan
publik.Kualitas pelayanan publik secara umum ditentukan oleh beberapa aspek,
yaitu : sistem,kelembagaan, sumber daya manusia, dan keuangan. Dalam hal ini
pemerintah harus benar- benar memenuhi keempat aspek tersebut, karena dengan
begitu, masyarakat akan ikut berpartisipasi dalam penyelenggaraan pelayanan
publik.
Dari berbagai uraian diatas penulis dapat menyimpulkan bahwa otonomi daerah
dibentuk sebagai jalan pintas pemerintah pusat untuk melaksanakan pengontrolan
dan pelaksanaan pemerintahan secara langsung di daerah yang sesuai dengan
karakteristik masing – masing daerah dan kemudian semua kebijakan atau hukum
yang akan dibentuk di daerah tersebut adalah merupakan bentuk aplikasi langsung
terhadap sistem demokratisasi yang mengikutsertakan rakyat melalui lembaga atau
partai politik di daerah. Tujuan daripada pengadaan kebijakan otonomi daerah
adalah untuk pengembangan daerah dan masyarakat daerah menuju kesejahteraa
dengan cara dan jalannya masing – masing.
B. Saran
Makalah ini ditulis dengan keterbatasan penulis atas pengalaman dan ilmu
pengetahuan, sehingga makalah ini tercipta jauh dari hasil yang sempurna, semoga
makalah ini bermanfaat bagi penulis dan pembaca.
BAB V
DAFTAR PUSTAKA
Karim, Abdul Gaffar, 2003, Kompleksitas Otonomi Daerah di Indonesia,
Yogyakarta : Pustaka Pelajar.
Syaukani, dkk, 2009, Otonomi Daerah Dalam Negara Kesatuan, Yogyakarta:
Pustaka Pelajar.
Widjaja, HAW, 2004, Otonomi Daerah dan Daerah Otonom, Jakarta : PT Grafindo
Persada.
PPT OTODA Bahan ceramah Direktorat Jendral Otonomi Daerah pada KRA
XXXVII Lemhannas 2004.
Agung Kurniawan, 2005,Transformasi Pelayanan
Publik,Pembaharuan,Yogyakarta.
Agus Dwiyanto, 2005,Mewujudkan Good Governance Melalui Pelayanan Publik,
Gajah Mada, Yogyakarta.
Dadang Juliantara, 2005,Peningkatan Kapasitas Pemerintah Daerah Dalam
Pelayanan Publik, Pembaharuan, Yogyakarta.
H.A Moenir, 1997, Manajemen Pelayanan Umum, Bumi aksara, Jakarta
https://www.academia.edu/5026546/Makalah_Pelayanan_Publik_Pemerintah_Dae
ra1
Drs. H. Syaukani dkk, Otonomi Daerah Dalam Negara
Kesatuan,cet.VIII(Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2009), hlm. 209 [2]Ibid, hlm. 218
https://sakauhendro.wordpress.com/demokrasi-dan-politik/pengertian-demokrasi/