Anda di halaman 1dari 8

Materi Pendalaman Teknik Fisika

udara panas dapat terangkat berdasarkan prinsip ilmiah dasar, udara yang lebih panas akan
menaik di atas udara yang lebih dingin. Sederhananya, udara panas lebih ringan dari udara dingin
karena masa udara perunit volumenya lebih sedikit. Satu kubik kaki udara yang dipanaskan dapat
mengangkat 7 gram benda, tdak banyak memang, karena itulah balon udara yang dipanaskan
berukuran sangat besar. Untuk mengangkat 450 kg beban dibutuhkan 65 000 kubik kaki udara
panas.
Semua partikel udara di atmosfer ditarik oleh gaya gravitasi ke bawah. Tapi tekanan di udara
menciptakan gaya ke atas yang bekerja berlawanan dengan gravitasi. Kumpulan udara
membangun keseimbangan gaya gravitasi, dimana pada titik ini gravitasi tidak cukup kuat untuk
menarik ke bawah sejumlah besar partikel. Tingkat tekanan ini adalah tertinggi pada permukaan
bumi dimana udara pada tingkat ini dapat menahan beban diudara diatasnya, jika lebih berat
berarti lebih besar gaya gravitasi ke bawah. Ketika Anda bergerak ke atas atmosfer lebih tinggi
lagi , massa udara semakin kurang, dan sehingga menyeimbangkan tekanan berkurang. Inilah
sebabnya mengapa terjadi penurunan tekanan udara semakin naiknya ketinggian.
Perbedaan tekanan udara menyebabkan gaya apung ke atas di udara di sekitar kita. Pada
dasarnya, tekanan udara di bawah benda lebih besar daripada diatasnya, sehingga mendorong
udara keatas lebih besar dibanding ke bawah. Tapi gaya apung ini adalah lemah dibandingkan
dengan gaya gravitasi, hanya sekuat berat udara yang dipindahkan oleh suatu benda. Jelas,
sebagian besar benda padat apa pun akan menjadi lebih berat daripada udara yang dipindahkan,
sehingga gaya apung tidak bergerak sama sekali. Gaya apung hanya dapat memindahkan hal-hal
yang lebih ringan daripada udara di sekitar mereka.
Untuk membuat benda mengapung di udara, maka harus lebih ringan daripada volume yang
sama udara di sekitarnya, yaitu dengan mengisi balon dengan udara yang tidak terlalu padat
daripada udara sekitarnya. Karena udara dalam balon memiliki kurang massa per unit volume
daripada udara di atmosfer yang membuatnya lebih ringan sehingga gaya apung akan
mengangkat balon ke atas. Tetapi sekali lagi, lebih sedikit partikel per volume udara artinya
tekanan udara lebih rendah, sehingga tekanan udara sekitar akan menekan balon udara sampai
kepadatan di dalamnya sama dengan kepadatan udara di luar.
Ada lebih sedikit partikel udara per satuan volume di dalam balon, tetapi karena partikel-partikel
tersebut bergerak lebih cepat, dalam dan luar tekanan udara yang sama.
Dengan asumsi bahwa udara di balon dan udara di luar balon ada di bawah kondisi yang persis
sama. Maka, jika kita mengubah kondisi udara di dalam balon, kita dapat mengurangi kepadatan,
sekaligus menjaga tekanan udara yang sama. Kekuatan tekanan udara pada objek tergantung
pada seberapa sering berbenturan dengan partikel-partikel udara objek, serta gaya masing-
masing tabrakan. Kita melihat bahwa secara keseluruhan kita dapat meningkatkan tekanan dalam
dua cara:

 Meningkatkan jumlah partikel udara sehingga ada sejumlah besar partikel berdampak
atas luas permukaan tertentu.
 Meningkatkan kecepatan partikel sehingga partikel menghantam daerah lebih sering dan
setiap partikel bertabrakan dengan kekuatan yang lebih besar.
Jadi, untuk menurunkan kerapatan udara dalam balon tanpa kehilangan tekanan udara, Anda
hanya perlu meningkatkan kecepatan partikel udara. Anda dapat melakukannya dengan mudah
dengan pemanasan udara. Partikel udara menyerap energi panas dan menjadi lebih bereaksi. Hal
ini membuat mereka bergerak lebih cepat, yang berarti mereka bertabrakan dengan permukaan
lebih sering, dan dengan kekuatan yang lebih besar.
Udara panas memberi tekanan udara yang lebih besar per partikel daripada udara dingin. Jadi
naiknya balon udara ke atas adalah karena balon tersebut dipenuhi dengan panas, udara menjadi
kurang padat dan dikelilingi oleh udara lebih dingin namun lebih padat
cara balon udara bekerja prinsipnya sangat sederhana yaitu dengan cara memanaskan udara
di dalam balon agar lebih panas dari udara di luarnya. Karena kita tahu udara yang lebih panas
akan lebih ringan karena masa jenis udara yang ada didalam balon lebih ringan dari udara di luar.
2.             Cara Balon Udara Terbang
Seperti yang telah disebutkan di atas balon udara terbang dengan memanfaatkan Perbedaan
berat udara dengan jalan memanaskannya. Untuk terbang udara di dalam envelope di panaskan
dengan burner dengan temperature sekitar 100 derajat Celcius. Udara panas ini akan
terperangkap di dalam envelope. Karena udara panas ini masa per unit volumenya lebih sedikit
membuatnya lebih ringan sehingga balon udara pun akan bergerak naik di dorong oleh udara
yang bertekanan lebih kuat. Untuk mendarat, udara didinginkan dengan cara mengecilkan burner
. Udara yang mulai mendingin di dalam envelope membuat balon bergerak turun. Untuk
mempercepatnya, pilot akan membuka katup parasut (parachute valve) sehingga udara di dalam
envelope lebih cepat dingin. Karena balon udara hanya bisa naik dan turun (bergerak secara
vertikal) tentu kita berpikir bagaimana cara balon udara berpindah dari satu lokasi ke lokasi lain
(bergerak secara horizontal). Jawabanya hanya satu, pilot memanfaatkan hembusan angin untuk
bergerak secara horizontal.
 Karena angin bertiup berbeda arahnya pada setiap ketinggian tertentu. Perbedaan arah tiupan
angin inilah yang dimanfaatkan oleh pilot untuk mengendalikan balon udara dari satu lokasi ke
lokasi yang diinginkan. Sebagai ilustrasi pada ketinggian 300 meter balon udara akan bergerak
dari timur kebarat. Angin yang bertiup kebarat di perkirakan pada ketinggian 400 meter. Untuk
itu pilot menaikan balon udara sampai ketinggian tersebut dan balon udara pun memanfaatkan
tiupan angin untuk menuju kebarat. Sederhana bukan? Tapi hal ini hanya bisa dipraktekan oleh
pilot yang berpengalaman agar balon udara tidak nyasar.

TEORI-TEORI FISIKA YANG TERDAPAT PADA BALON UDARA


Teori fisika yang terdapat pada balon udara panas ini diantaranya tentang  1) Hukum
Archimedes, 2) Hukum III Newton, 3) Teori Kinetik Gas. Dari beberapa tori di atas berikut ini
penjelasannya.
a)      Hukum Archimedes
Balon udara naik atau turun sesungguhnya mengikuti hukum Archimedes. Hukum
Archimedes mengatakan bahwa “Benda di dalam zat cair akan mengurangi berat sebesar berat
zat cair yang dipindahkan”. Hukum archimedes ini berlaku untuk semua fluida.Persamaan
rumusnya adalah :
Fa = ρƒ . Vbƒ . g
keterangan
Fa           = gaya angkat ke atas pada benda  / gaya apung (N)
ρƒ           = massa jenis udara (kg/m3)
Vbƒ        = volume udara yang terdesak (m3)
g             = percepatan gravitasi bumi (m/s2)

Aplikasi hukum archimedes ini digunakan balon udara untuk naik dan turun. Persisnya
begini: gaya apung yang diterima oleh suatu benda yang melayang di suatu fluida sama dengan
berat fluida yang dipindahkannya.
1.        Saat ingin menaikkan balon udara
Fa > berat total balon
Dengan persamaan Fa = ρƒ . Vbƒ . g, maka yang bisa dirubah adalah Vbƒ karna massa jenis
udara ( ρƒ ) dan percepatan gravitasi (g)  adalah konstan. Merubah Vbƒ dengan cara mengisi
balon sehingga berat udara yang dipindahkan lebih berat dari berat balon. Untuk mencapai hal
tersebut, prinsip kimia mengajarkan kita tentang mengisi balon dengan gas yang massa
molekulnya lebih kecil dari massa rata-rata di udara atau dengan gas panas. Tidak semua gas
memenuhi persyaratan itu, apalagi jika ada pertimbangan harga dan keselamatan. Beberapa di
antaranya adalah gas Hidrogen (H2) dan Helium (He). Sehingga saat gaya apung (Fa) sudah
lebih berat daripada berat total balon (berat balon dan muatan) sehingga balon mulai bergerak
naik.
2.        Saat ingin menurunkan balon udara
Fa < berat total balon
          Dengan persamaan Fa = ρƒ . Vbƒ . g, maka yang bisa dirubah adalah Vbƒ karena massa
jenis udara ( ρƒ ) dan percepatan gravitasi (g)  adalah konstan. Untuk menurunkan balon dengan
cara mengurangi volume udara yang ada pada balon, sehingga saat gaya apung (Fa) lebih kecil
daripada berat balon, dan berat balon bergerak turun.
b)     Hukum III Newton
Newton mengatakan bahwa kenyataan dalam kehidupan sehari-hari ketika sebuah benda
memberikan gaya kepada benda lain maka benda kedua tersebut membalas dengan memberikan
gaya kepada benda pertama, di mana gaya yang diberikan sama besar tetapi berlawanan arah.
Jadi gaya yang bekerja pada sebuah benda merupakan hasil interaksi dengan benda lain.
Apabila sebuah benda memberikan gaya kepada benda lain, maka benda kedua
memberikan gaya kepada benda yang pertama. Kedua gaya tersebut memiliki besar yang sama
tetapi berlawanan arah. Secara matematis Hukum III Newton dapat ditulis sebagai berikut :
F A ke B = – F B ke A
F A ke B adalah gaya yang diberikan oleh benda A kepada benda B, sedangkan F B ke A
adalah gaya yang yang diberikan benda B kepada benda A. Misalnya ketika anda menendang
sebuah batu, maka gaya yang anda berikan adalah F A ke B, dan gaya ini bekerja pada batu.
Gaya yang diberikan oleh batu kepada kaki anda adalah – F B ke A. Tanda negatif menunjukkan
bahwa arah gaya reaksi tersebut berlawanan dengan gaya aksi yang anda berikan. Jika anda
menggambar tanda panah yang melambangkan interaksi kedua gaya ini, maka gaya F A ke B
digambar pada batu, sedangkan gaya yang diberikan batu kepada kaki anda, – F B ke A,
digambarkan pada kaki anda. Persamaan Hukum III Newton di atas juga bisa kita tulis sebagai
berikut :
Faksi = -Freaksi
Hukum Newton ini dikenal dengan hukum aksi-reaksi. Ada aksi maka ada reaksi, yang
besarnya sama dan berlawanan arah. Kadang-kadang kedua gaya tersebut disebut pasangan aksi-
reaksi. Ingat bahwa kedua gaya tersebut (gaya aksi-gaya reaksi) bekerja pada benda yang
berbeda. Berbeda dengan Hukum I Newton dan Hukum II Newton yang menjelaskan gaya yang
bekerja pada benda yang sama.
Gaya aksi dan reaksi adalah gaya kontak yang terjadi ketika kedua benda bersentuhan.
Walaupun demikian, Hukum III Newton juga berlaku untuk gaya tak sentuh, seperti gaya
gravitasi. Ketika kita menjatuhkan batu, misalnya, antara bumi dan batu saling dipercepat satu
dengan lain. batu bergerak menuju ke permukaan bumi, bumi juga bergerak menuju batu. Gaya
total yang bekerja pada bumi dan batu besarnya sama. Karena massa bumi sangat besar maka
percepatan yang dialami bumi sangat kecil. Walaupun secara makroskopis tidak tampak, tetapi
bumi juga bergerak menuju batu atau benda yang jatuh akibat gravitasi. Bumi menarik batu, batu
juga membalas gaya tarik bumi, di mana besar gaya tersebut sama namun arahnya berlawanan.
Hukum III Newton berlaku pada Balon Udara yang bergerak
Faksi = -Freaksi
Hukum III Newton juga berlaku pada balon udara yang bergerak. Yang dimaksudkan di
sini bukan balon udara yang bergerak karena ditiup angin, tapi karena di dorong oleh udara yang
ada di dalam balon. Dapat dilakukan percobaan berikut. Ambil sebuah balon biasa dan tiuplah
balon sampai balon mengembung. Jangan lupa jepit mulut balon dengan jari agar udara tidak
keluar. Lepas jepitan tangan pada mulut balon. Apa yang terjadi? Balon tersebut bergerak, jika
posisi balon tegak, di mana mulut balon berada di bawah, maka balon akan meluncur ke atas.
Balon bergerak ke atas karena balon memberikan gaya aksi dengan mendorong udara ke bawah
(udara keluar lewat mulut balon). Udara yang keluar lewat mulut balon memberikan gaya reaksi
dengan mendorong balon ke atas, sehingga balon bergerak ke atas. Apabila posisi balon dibalik,
di mana mulut balon berada di atas, maka balon akan bergerak ke bawah. Besar gaya aksi dan
reaksi sama, hanya berlawanan arah. Balon mendorong udara ke bawah, udara mendorong balon
ke atas. Atau sebaliknya balon mendorong udara ke atas, udara mendorong balon ke bawah.
Semakin banyak udara yang ditiupkan ke dalam balon, maka balon bergerak makin cepat ketika
mulut balon tersebut dibuka. Hal ini disebabkan karena balon mendorong lebih banyak udara
keluar, sehingga udara yang didorong tersebut memberikan reaksi dengan mendorong balon.
Semakin banyak udara yang ada di dalam balon, semakin lama dan jauh balon bergerak; semakin
sedikit udara dalam balon, semakin pelan balon bergerak. Jadi besar gaya aksi sama dengan
besar gaya reaksi, hanya arahnya berlawanan.
c)      Teori Kinetik Gas
Teori kinetik molekular gas menjelaskan bahwa gas memberi tekanan saat molekul-
molekulnya menumbuk dinding wadah. Semakin besar jumlah molekul gas per satuan volume,
semakin besar molekul yang menumbuk dinding wadah, dan akibatnya semakin tinggi tekanan
gas. Asumsi teori ini adalah sebagai berikut.
1.    Gas terdiri atas molekul-molekul yang bergerak random.
2.    Tidak terdapat tarikan maupun tolakan antar molekul gas.
3.    Tumbukan antar molekul adalah tumbukan elastik sempurna, yakni tidak ada energi kinetik
yang hilang.
4.    Bila dibandingkan dengan volume yang ditempati gas, volume real molekul gas dapat
diabaikan.
Berdasarkan asumsi-asumsi ini diturunkan persamaan berikut untuk sistem yang terdiri
atas n molekul dengan massa m.
PV = nmu2/3
u2 adalah kecepatan kuadrat rata-rata. Jelas terlihat bentuk persamaan diatas identik dengan
hukum Boyle. Memang, bila u2 bernilai tetap pada suhu tetap, persamaan di atas adalah variasi
dari hukum Boyle.
Mengindikasikan kecepatan molekul gas merupakan fungsi dari PV. Karena nilai PV untuk
sejumlah tertentu gas tetap, mungkin bahwa kecepatan molekul gas berhubungan dengan massa
gas, yakni massa molekulnya. Untuk 1 mol gas, persamaan berikut dapat diturunkan.
PVm = NAmu2/3
Vm adalah volume molar dan NA adalah tetapan Avogadro. Dengan memasukkan PVm=RT
di persamaan diatas, persamaan berikut didapatkan.
NAmu2 = (3/2)RT
PVm = NAmu2/3
Suku kiri persamaan berhubungan dengan energi kinetik molekul gas. Dari persamaan ini,
akar kuadrat rata-rata gas √u2 dapat diperoleh.
√u2= √(3RT/NAm) = √ (3RT/M)
Dari persamaan gas ideal, maka dapat disimpulkan:
1.    Makin tinggi temperatur gas ideal makin besar pula kecepatan partikelnya.
2.    Tekanan merupakan ukuran energi kinetik persatuan volume yang dimiliki gas.
3.    Temperatur merupakan ukuran rata-rata dari energi kinetik tiap partikel gas.
4.    Persamaan gas ideal (P V = nRT) berdimensi energi/usaha .
5.    Energi dalam gas ideal merupakan jumlah energi kinetik seluruh partikelnya.

Sekarang kita andaikan sebuah balon udara yang memiliki volume 2.250 meter kubik.
Balon tersebut kira-kira akan memindahkan udara yang massanya sekitar 2.650 kilogram (pada
tekanan 1 atm dan suhu 25 derajat Celsius). Kita bisa menghitungnya dengan menggunakan
persamaan gas ideal. dan menggunakan massa molekul relatif rata-rata udara yang dianggap 80
persen Nitrogen (N2) dan 20 persen Oksigen (O2). Dengan menggunakan rumus :
pV = nRT
Maka jika balon udara diisi dengan udara yang suhu dan tekanannya sama (25 derajat
Celsius dan 1 atm), balon tidak akan naik karena kini berat udara yang dipindahkan sama dengan
berat udara dalam balon. Seandainya kita panaskan udara dalam balon sampai sekitar 100 derajat
Celcius, maka massa udara dalam balon dengan volume 2.250 meter kubik itu kini menjadi
sekitar 2.100 kilogram alias lebih ringan dari massa udara yang dipindahkan.
Andaikan massa balon dan muatannya (termasuk berat awal) sekitar 500 kilogram, maka
kita masih mempunyai selisih massa sebesar 50 kilogram atau selisih berat 50 kg.g (g = tetapan
gravitasi bumi). Dengan selisih ini maka balon akan bisa terbang. Bagaimana untuk suhu
atmosfer, massa balon dan muatan, serta suhu gas panas dalam balon yang berbeda? Kita bisa
bermain-main dengan berbagai angka pada tiga besaran di atas. Namun, yang pasti ada hal lain
yang harus diperhatikan, yaitu tekanan atmosfer yang bergantung pada altitude. Semakin tinggi
dari permukaan air laut, semakin rendah tekanan atmosfer, penurunannya secara eksponensial.
Hal ini akan memengaruhi nilai berat udara yang dipindahkan.

balon dapat terbang di udara karena terisi dengan gas helium atau hidrogen yang mana masa
jenisnya lebih ringan daripada massa jenis jenis udara itu terjadi jika pada balon karet bias. jika
pada Balon yang memiliki awak yang akan menerbangkan balonnya maka ia harus
menambahkan udara panas,yakni helium atau hidrogen ke dalam balon. prinsip kerjanya sendiri
memanfaatkan Perbedaan berat udara dengan jalan memanaskannya. Untuk terbang udara di
dalam envelope di panaskan dengan burner dengan temperature sekitar 100 derajat Celcius.
Udara panas ini akan terperangkap di dalam envelope. Karena udara panas ini masa per unit
volumenya lebih sedikit membuatnya lebih ringan sehingga balon udara pun akan bergerak naik
di dorong oleh udara yang bertekanan lebih kuat. Untuk mendarat, udara didinginkan dengan
cara mengecilkan burner . Udara yang mulai mendingin di dalam envelope membuat balon
bergerak turun. Untuk mempercepatnya, pilot akan membuka katup parasut (parachute valve)
sehingga udara di dalam envelope lebih cepat dingin. 

jika dijelaskan secara fisika balon udara ini  terdapat hukum dan teori yang digunakan yaitu1)
Hukum Archimedes, 2) Hukum III Newton, 3) Teori Kinetik Gas. 

a Hukum Archimedes 
Dalam Balon udara naik atau turun sebenarnya  mengikuti hukum Archimedes. Dimana Hukum
Archimedes mengatakan bahwa “Benda di dalam zat cair akan mengurangi berat sebesar berat
zat cair yang dipindahkan”. Hukum archimedes ini berlaku untuk semua fluida. Persamaan
rumusnya adalah : 

           Fa = ρƒ . Vbƒ . g 

dimana:
Fa           = gaya angkat ke atas pada benda  / gaya apung (N)
ρƒ           = massa jenis udara (kg/m3)
Vbƒ        = volume udara yang terdesak (m3)
g             = percepatan gravitasi bumi (m/s2)

Aplikasi hukum archimedes ini digunakan pada  balon udara untuk naik dan turun. sepertii: gaya
apung yang diterima oleh suatu benda yang melayang di suatu fluida sama dengan berat fluida
yang dipindahkannya. 

1.     Saat  menaikkan balon udara


Fa > berat total balon 

persamaan Fa = ρƒ . Vbƒ . g, maka yang bisa dirubah adalah Vbƒ karna massa jenis udara ( ρƒ )
dan percepatan gravitasi (g)  adalah konstan. Merubah Vbƒdengan cara mengisi balon sehingga
berat udara yang dipindahkan lebih berat dari berat balon. Untuk mencapai hal tersebut, prinsip
kimia mengajarkan  tentang mengisi balon dengan gas yang massa molekulnya lebih kecil dari
massa rata-rata di udara atau dengan gas panas. Tidak semua gas dapat  memenuhi persyaratan
tersebut apalagi jika ada pertimbangan harga dan keselamatan. Beberapa di antaranya adalah gas
Hidrogen (H2) dan Helium (He). Sehingga saat gaya apung (Fa) sudah lebih berat daripada berat
total balon (berat balon dan muatan) sehingga balon mulai bergerak naik.

 2.   Saat  menurunkan balon udara


Fa < berat total balon            
persamaan Fa = ρƒ . Vbƒ . g, maka yang bisa dirubah adalah Vbƒ karena massa jenis udara ( ρƒ )
dan percepatan gravitasi (g)  adalah konstan. Untuk menurunkan balon dengan cara mengurangi
volume udara yang ada pada balon, sehingga saat gaya apung (Fa) lebih kecil daripada berat
balon, dan berat balon bergerak turun.

Archimedes
Pada dasarnya prinsip kerja balon udara sangat sederhana yaitu “dengan cara
memanaskan udara di dalam balon agar lebih panas dari udara di luar”(Howstuff.
2008). Seperti pada umumnya fluida, hukum Archimedes juga dapat diterapkan pada
udara karena udara termasuk fluida.
Hukum Archimedes: Gaya apung yang bekerja pada suatu benda yang dicelupkan
sebagian atau seluruhnyake dalam suatu fluida sama dengan berat fluida yang
dipndahkan oleh benda tersebut.
Prinsip inilah yang menjadi dasar cara kerja balon udara. Berikut akan dipaparkan cara
kerja balon udara, mula-mula balon diisi dengan gas panas atau hidrogen hingga balon
dapat menggelembung dan volume udara dalam balon bertambah. Hal ini berarti gaya
apung akan bertambah besar pula. Pada saat gaya apung lebih besar dari berat total
balon, maka pada saat itu pula secara perlahan-lahan balon udara akan naik. Awak
balon yang berada di keranjang(basket) secara terus-menerus menambah gas panas
agar balon dapat mencapai ketinggian yang diinginkan. Setelah ketinggian yang
diinginkan tercapai awak balon dapat mengurangi gas panas dengan cara membuka
katup parasut sampai tercapai suatu keadaan yang seimbang, yaitu gaya apung sama
dengan berat balon. Pada saat yang demikian inilah balon udara dapat terbang di
udara. Namun tidak hanya itu yang diperlukan agar balon udara dapat terbang, awak
balon juga memanfaatkan hembusan angin memindahkan balon dari satu posisi ke
posisi yang lain.
Howstuff (2008) menggambarkannya sebagai berikut.
Sebagai ilustrasi pada ketinggian 300 meter balon udara akan bergerak dari timur
kebarat. Angin yang bertiup kebarat diperkirakan pada ketinggian 400 meter. Untuk itu
pilot menaikkan balon udara sampai ketinggian tersebut dan balon udara pun
memanfaatkan tiupan angin untuk menuju kebarat.

Untuk menurunkan ketinggian, awak balon udara dapat mengeluarkan gas panas yang
ada dalam envelope. Kanginan (2007:119) mengatakan “ini menyebabkan volum balon
berkurang, yang berarti gaya apung berkurang. Akibatnya, gaya apung lebih kecil
daripada berat balon dan balon bergerak turun”.
a.       Gaya Apung
Balon udara akan melayang diudara apabila besarnya gaya apung sama dengan gaya berat
balon udara tersebut. Secara sistematis dapat ditulis :
Fb=Wgas + WBeban
Fb=(mgas+mbeban) . g
ρudara . V . g = (ρgas .V+mbeban).g
ρudara . V  = ρgas .V+mbeban
 

b.      Balon Naik jika


Dalam proses menaikkan balon udara, udara di dalam envelope dipanaskan dengan
burner dengan temperatur sekitar 100oC sehingga menyebabkan masa jenis balon udara
lebih kecil daripada massa jenis udara disekitar balon, sehingga menyebabkan
balon  tersebut terangkat. Secara sistematis dapat ditulis
ρudara . V > ρgas .V+mbeban
 

c.       Balon Turun
Untuk mendarat, udara didinginkan dengan cara mengecilkan burner. Udara yang mulai
mendingin di dalam envelope membuat balon bergerak  turun. Hal ini dikarenakan balon
lebih besar dari pada masa udara disekitar balon tersebut (udara luar). Secara sistematis
dapat ditulis:
ρudara . V < ρgas .V+mbeban

Anda mungkin juga menyukai