Anda di halaman 1dari 15

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Gastroenteritis atau diare adalah penyakit yang ditandai dengan
bertambahnya frekuensi defekasi lebih dari biasanya (>3 kali/hari) disertai
perubahan konsistensi tinja (menjadi cair), dengan/tanpa darah dan/atau
lendir (Prof. Sudaryat, dr.SpAK, 2007).
Penyakit diare adalah salah satu penyebab utama morbiditas dan
mortalitas pada anak di seluruh dunia, yang menyebabkan satu billiun
kejadian sakit dan 3-5 juta kematian setiap tahunnya. Di Amerika Serikat,
20-35 juta kejadian diare terjadi setiap tahun, pada 16,5 juta anak sebelum
usia 5 tahun, menghasilkan 2,1-3,7 juta kunjungan dokter, 220.000
penginapan di rumah sakit, 924.000 hari rumah sakit, dan 400-500
kematian.

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimanakah konsep teori dari Gastroenteritis atau Diare pada Anak?
2. Bagaimana Asuhan Keperawatan Pada Anak dengan Masalah
Keperawatan Gastroenteritis atau Diare?

C. Tujuan
1. Untuk mengetahui konsep teori dari Gastroenteritis atau Diare yang
terjadi pada anak.
2. Untuk mengetahui bagaimana asuhan keperawatan pada anak yang
mengalami gastroenteritis atau diare.

1
BAB II

PEMBAHASAN

A. DEFINISI

Gastroenteritis atau diare adalah penyakit yang ditandai dengan


bertambahnya frekuensi defekasi lebih dari biasanya (>3 kali/hari) disertai
perubahan konsistensi tinja (menjadi cair), dengan/tanpa darah dan/atau lendir
(Prof. Sudaryat, dr.SpAK, 2007).

Gastroenteritis atau diare merupakan suatu keadaan pengeluaran tinja


yang tidak normal atau tidak seperti biasanya, dimulai dengan peningkatan
volume, keenceran serta frekuensi lebih dari 3 kali sehari dan pada neonatus
lebih dari 4 kali sehari dengan atau tanpa lendir dan darah (Hidayat AAA,
2006).

B. ETIOLOGI

1. Faktor infeksi
a. Infeksi internal
Infeksi internal adalah infeksi saluran pencernaan makanan yang
merupakan penyebab utama diare pada anak, infeksi internal, meliputi:
b. Infeksi bakteri
Vibrio, E. Coli, salmonella, shigella, campylobacter, yersinia, aeromonas
dan sebagainya.

c. Infeksi virus
entrovirus (virus ECHO), coxsackie, poliomyelitis, adenovirus, rotavirus,
astovirus dan lain-lain.
d. Infeksi parasit

2
Cacing, protozoa, dan jamur.

2. Faktor malabsorbsi
Malabsorbsi karbohidrat: disakarida, monosakarida pada bayi dan anak,
malabsorbsi lemak, malabsorbsi protein.
3. Faktor makanan
Makanan basi beracun dan alergi makanan.
4. Faktor kebersihan
Penggunaan botol susu, air minum tercemar dengan bakteri tinja, tidak
mencuci tangan sesudah buang air besar, sesudah membuang tinja atau
sebelum mengkonsumsi makanan.
5. Faktor psikologi
Rasa takut dan cemas dapat menyebabkan diare karena dapat merangsang
peningkatan peristaltik usus.

C.   PATOFISIOLOGI

Sebagian besar diare akut di sebabkan oleh infeksi. Banyak dampak yang
terjadi karena infeksi saluran cerna antara lain: pengeluaran toksin yang dapat
menimbulkan gangguan sekresi dan reabsorbsi cairan dan elektrolit dengan
akibat dehidrasi,gangguan keseimbangan elektrolit dan gangguan
keseimbangan asam basa. Invasi dan destruksi pada sel epitel, penetrasi ke
lamina propia serta kerusakan mikrovili yang dapat menimbulkan keadaan
maldigesti dan malabsorbsi,dan apabila tidak mendapatkan penanganan yang
adekuat pada akhirnya dapat mengalami invasi sistemik.

Penyebab gastroenteritis akut adalah masuknya virus


(Rotavirus, Adenovirus enteris, Virus Norwalk), Bakteri atau toksin
(Compylobacter, Salmonella, Escherichia coli, Yersinia dan lainnya), parasit
(Biardia Lambia, Cryptosporidium). Beberapa mikroorganisme patogen ini
menyebabkan infeksi pada sel-sel, memproduksi enterotoksin atau sitotoksin
dimana merusak sel-sel, atau melekat pada dinding usus pada Gastroenteritis

3
akut. Penularan Gastroenteritis bisa melalui fekal-oral dari satu penderita ke
yang lainnya.

Beberapa kasus ditemui penyebaran patogen dikarenakan makanan dan


minuman yang terkontaminasi. Mekanisme dasar penyebab timbulnya diare
adalah gangguan osmotic (makanan yang tidak dapat diserap akan
menyebabkan tekanan osmotic dalam rongga usus meningkat sehingga terjadi
pergeseran air dan elektrolit kedalam rongga usus,isi rongga usus berlebihan
sehingga timbul diare).

Selain itu menimbulkan gangguan sekresi akibat toksin di dinding usus,


sehingga sekresi air dan elektrolit meningkat kemudian terjadi diare.
Gangguan moltilitas usus yang mengakibatkan hiperperistaltik dan
hipoperistaltik. Akibat dari diare itu sendiri adalah kehilangan air dan
elektrolit (Dehidrasi) yang mengakibatkan gangguan asam basa (Asidosis
Metabolik dan Hipokalemia), gangguan gizi (intake kurang, output berlebih),
hipoglikemia dangangguan sirkulasi darah.

D.   TANDA DAN GEJALA

1. Diare
2. Muntah
3. Demam
4. Nyeri abdomen
5. Membran mukosa mulut dan bibir kering
6. Fontanel cekung
7. Kehilangan berat badan
8. Tidak nafsu makan
9. Badan terasa lemah

E.    KLASIFIKASI

Diare dapat diklasifikasikan sebagai berikut :

4
1. Ditinjau dari ada atau tidaknya infeksi, diare dibagi menjadi dua
golongan:
a. Diare infeksi spesifik : tifus dan para tifus, staphilococcus disentri
basiler, dan Enterotolitis nektrotikans.
b. Diare non spesifik : diare dietetis.
2. Ditinjau dari organ yang terkena infeksi diare :
a. Diare infeksi enteral atau infeksi di usus, misalnya: diare yang
ditimbulkan oleh bakteri, virus dan parasit.
b. Diare infeksi parenteral atau diare akibat infeksi dari luar usus,
misalnya: diare karena bronkhitis.
3. Ditinjau dari lama infeksi, diare dibagi menjadi dua golongan yaitu:
a. Diare akut : Diare yang terjadi karena infeksi usus yang bersifat
mendadak, berlangsung cepat dan berakhir dalam waktu 3 sampai 5
hari. Hanya 25% sampai 30% pasien yang berakhir melebihi waktu 1
minggu dan hanya 5 sampai 15% yang berakhir dalam 14 hari.
b. Diare kronik, ádalah diare yang berlangsung 2 minggu atau lebih
(Sunoto, 1990).

5
F.        PATHWAYS

Faktor makanan                       faktor malabsorpsi                     Faktor infeksi

( Makanan basi, beracun, (karbohidrat, protein, lemak) (bakteri & virus)

 alergi terhadap makanan )              

Masuk kedalam tubuh                  Makanan tidak terserap           Masuk kedalam


tubuh

Mencapai usus halus             oleh vili usus    bersama makanan


dan minuman yang tercemar

                                                Peningkatan tekanan osmotik


Merangsang/menstimulasi                 dalam lumen usus               Mencapai usus
halus dinding usus halus
                                               
Pergeseran air dan elektrolit         
Menyebabkan infeksi

Peningkatan isi (rongga)       kedalam lumen usus           pada usus halus

malabsorpsi makanan dan cairan

Hiperperistaltik

Peningkatan percepatan kontak antara makanan dan air dengan mukosa usus

Penyerapan makanan, air, dan elektrolit terganggu

6
GASTROENTERITIS ( DIARE )

Kehilangan cairan dan elektrolit         Muntah & sering


defekasi                  Reflek
spasme otot
pada dinding
perut

        Dehidrasi     intake tidak adekuat,


Kehilangan
Ketidakmampuan
cairan aktif
mengabsorpsi nutrien               
melalui feses dan
muntah
                             
Sirkulasi darah menurun                    
Merangsang hypothalamus Ketidakseimbangan
nutrisi kurang
dari kebutuhan tubuh Kekurangan volume
                                                                       
cairan kurang dari
Hipertermi kebutuhan tubuh

Risiko
Ketidakseimbangan
Elektrolit

G.   PEMERIKSAAN PENUNJANG

1. Pemeriksaan laboratorium

2. Pemeriksaan tinja

3. Pemeriksaan gangguan keseimbangan asam basa dalam darah astrup,bila


memungkinkan dengan menentukan PH keseimbangan analisa gas darah
atau astrup,bila memungkinkan.

4.   Pemeriksaan kadar ureum dan creatinin untuk mengetahui pungsi ginjal.

7
5. Pemeriksaan elektrolit intubasi duodenum (EGD) untuk mengetahui jasad
renik atau parasit secara kuantitatif,terutama dilakukan pada penderita
diare kronik.

6. Pemeriksaan radiologis seperti sigmoidoskopi, kolonoskopi dan lainnya


biasanya tidak membantu untuk evaluasi diare akut infeksi.

H.    PENATALAKSANAAN

1. Terapi Cairan
Untuk menentukan jumlah cairan yang perlu diberikan kepada penderita
diare, harus diperhatikan hal-hal sebagai berikut :
a. Jumlah cairan : jumlah cairan yang harus diberikan sama dengan
1) Jumlah cairan yang telah hilang melalui diare dan/muntah muntah
PWL (Previous Water Losses) ditambah dengan banyaknya cairan
yang hilang melalui keringat, urin dan pernafasan NWL (Normal
Water Losses).
2) Cairan yang hilang melalui tinja dan muntah yang masih terus
berlangsung CWL (Concomitant water losses) (Suharyono dkk.,
1994 dalam Wicaksono, 2011)

Ada 2 jenis cairan yaitu:

a. Cairan Rehidrasi Oral (CRO) : Cairan oralit yang dianjurkan oleh


WHO-ORS, tiap 1 liter mengandung Osmolalitas 333 mOsm/L,
Karbohidrat 20 g/L, Kalori 85 cal/L. Elektrolit yang dikandung meliputi
sodium 90 mEq/L, potassium 20 mEq/L, Chloride 80 mEq/L,
bikarbonat 30 mEq/L (Dipiro et.al., 2005). Ada beberapa cairan
rehidrasi oral:
Cairan rehidrasi oral yang mengandung NaCl, KCL, NaHCO3 dan
glukosa, yang dikenal dengan nama oralit.

8
Cairan rehidrasi oral yang tidak mengandung komponen-komponen di
atas misalnya: larutan gula, air tajin, cairan-cairan yang tersedia di
rumah dan lain-lain, disebut CRO tidak lengkap.
b.  Cairan Rehidrasi Parenteral (CRP) Cairan Ringer Laktat sebagai cairan
rehidrasi parenteral tunggal. Selama pemberian cairan parenteral ini,
setiap jam perlu dilakukan evaluasi:
Jumlah cairan yang keluar bersama tinja dan muntah
Perubahan tanda-tanda dehidrasi (Suharyono, dkk., 1994 dalam
Wicaksana, 2011).

2. Antibiotik
Pemberian antibotik secara empiris jarang diindikasikan pada diare
akut infeksi, karena 40% kasus diare infeksi sembuh kurang dari 3 hari
tanpa pemberian anti biotik. Pemberian antibiotik di indikasikan pada :
Pasien dengan gejala dan tanda diare infeksi seperti demam, feses
berdarah,, leukosit pada feses, mengurangi ekskresi dan kontaminasi
lingkungan, persisten atau penyelamatan jiwa pada diare infeksi, diare
pada pelancong, dan pasien immunocompromised. Contoh antibiotic untuk
diare Ciprofloksasin 500mg oral (2x sehari, 3 – 5 hari),Tetrasiklin 500
mg (oral 4x sehari, 3 hari), Doksisiklin 300mg (Oral, dosis
tunggal), Ciprofloksacin 500mg,Metronidazole 250-500 mg (4xsehari, 7-
14 hari, 7-14 hari  oral atauIV).

3. Obat Anti Diare

Loperamid HCl serta kombinasi difenoksilat dan atropin sulfat


(lomotil). Penggunaan kodein adalah 15-60mg 3x sehari, loperamid 2 – 4
mg/ 3 – 4x sehari dan lomotil 5mg 3 – 4 x sehari. Efek kelompok obat
tersebut meliputi penghambatan propulsi, peningkatan absorbsi cairan
sehingga dapat memperbaiki konsistensi feses dan mengurangi frekwensi
diare.Bila diberikan dengan cara yang benar obat ini cukup aman dan
dapat mengurangi frekwensi defekasi sampai 80%. Bila diare akut dengan
gejala demam dan sindrom disentri obat ini tidak dianjurkan.

9
I.   KOMPLIKASI

1.    Dehidrasi

2.    Renjatan hipovolemik

3.    Kejang

4.    Bakterimia

5.    Malnutrisi

6.    Hipoglikemia

7.    Intoleransi sekunder akibat kerusakan mukosa usus.

J.    DIAGNOSA KEPERAWATAN

1. Hipertermi berhubungan dengan dehidrasi.

2. Kekurangan volume cairan kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan


dengan kehilangan cairan aktif.

3. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan


dengan ketidakmampuan mengabsorpsi nutrien.

4. Risiko Ketidakseimbangan elektrolit faktor risiko kekurangan volume


cairan.

10
K.   INTERVENSI

1. Hipertemi berhubungan dengan dehidrasi

NOC : Termoregulasi

Indikator :

- Peningkatan suhu kulit

- Sakit kepala

- Perubahan warna kulit

- Dehidrasi

NIC : Perawatan Demam

a. Pantau suhu dan tanda-tanda vital lainnya


b. Monitor asupan dan keluaran, sadari perubahan kehilangan cairan yang
tak dirasakan
c. Dorong konsumsi cairan
d. Tingkatkan sirkulasi udara
e. Beri obat atau cairan IV (misalnya: antipiretik, agen antibakteri, dan
agen anti menggigil)
f. Jangan beri aspirin untuk anak-anak

2. Kekurangan volume cairan kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan


dengan kehilangan cairan aktif

NOC : Hidrasi

Indikator :

- Turgor kulit
- Membran mukosa lembab
- Intake cairan
- Output urin

11
- Bola mata cekung dan lunak
- Diare
- Peningkatan suhu tubuh

NIC : Manajemen Diare

a. Tentukan riwayat diare


b. Ambil tinja untuk pemeriksaan kultur dan sensitifitas bila diare
berlanjut
c. Monitor tanda dan gejala diare
d. Instruksikan pasien atau anggota keluarga untuk mencatat warna,
volume, frekuensi, dan konsistensi tinja
e. Konsultasikan dengan dokter jika tanda dan gejala diare mentap

3. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan


dengan ketidakmampuan mengabsorpsi nutrien

NOC : Status Nutrisi

Indikator :

- Asupan gizi
- Asupan makanan
- Hidrasi

NIC : Manajemen Nutrisi

a. Tentukan status gizi pasien dan kemampuan pasien untuk memenuhi


kebutuhan gizi
b. Identifikasi adanya alergi atau intoleransi makanan yang dimiliki
pasien
c. Berikan pilihan makanan sambil menawarkan bimbingan terhadap
pilihan makanan yang lebih sehat, jika diperlukan
d. Pastikan makanan disajikan dengan cara yang menarik dan pada suhu
yang paling cocok untuk konsumsi secara optimal
e. Tawarkan makanan ringan yang padat gizi

12
f. Monitor kalori dan asupan makanan

4. Risiko Ketidakseimbangan elektrolit faktor risiko kekurangan volume


cairan.

NOC : Keseimbangan Cairan

Indikator :

- Keseimbangan intake dan output dalam 24 jam


- Berat badan stabil
- Berat jenis urin

NIC : Pemantauan (Monitor) Elektrolit

a. Identifikasi kemungkinan penyebab ketidakseimbangan elektrolit


b. Kenali dan laporkan adanya ketidakseimbangan elektrolit
c. Monitor adanya kehilangan cairan dan elektrolit, jika diperlukan
d. Ajarkan kepada pasien dan/atau keluarga cara mencegah atau
meminimalisasi ketidakseimbangan elektrolit
e. Konsultasikan kepada dokter jika tanda dan gejala ketidakseimbangan
cairan dan/atau elektrolit menetap atau memburuk.

13
BAB III

PENUTUP

A. KESIMPULAN

Dapat disimpulkan Gastroenterits atau diare akut adalah inflamasi


lambung dan usus yang disebabkan oleh berbagai bakteri, virus, dan
pathogen,yang di tandai dengan bertambahnya frekuensi defekasi lebih
dari biasanya (> 3 kali/hari) disertai perubahan konsistensi tinja (menjadi
cair), Diare juga dapat terjadi pada bayi dan anak yang sebelumnya sehat
dan pada neonatus lebih dari 4 kali sehari dengan atau tanpa lendir dan
darah.

B. SARAN

Kepada pembaca terutama orangtua dan tenaga medis diharapkan


dengan adanya makalah ini dapat memahami dan mempraktekkan dalam
kehidupan sehari-hari bagaimana tindakan yang dapat dilakukan jika anak
menderita Gastroenteritis atau Diare dan tindakan yang dilakukan untuk
mencegah penyakit Gastroenteritis atau Diare.

14
DAFTAR PUSTAKA

Gloria M. Bulechek, Howard K. Butcher, Joanne M. Dochterman, Cheryl M. Wagner.


2016. Nursing Interventions Classification (NIC), 6th Indonesian editions.
Singapore : Elsevier, Indonesia : Mocomedia
Sue Moorhed, Marion Johnson, Meridean L. Maas, Elizabeth Swanson. 2016. Nursing
Outcomes Classification (NOC), 5th Indonesian editions. Singapore : Elseiver,
Indonesia : Mocomedia
North American Nursing Diagnosis Association (NANDA). 2015.  Diagnosis
Keperawatan Definisi dan Klasifikasi 2015-2017. Jakarta : EGC.
Nelson Textbook of Pediatrics. 1996. Ilmu Kesehatan Anak. Jakarta : EGC

15

Anda mungkin juga menyukai