PENDAHULUAN
B : burden
L : kedalaman kolom lubang ledak
S : spasi
T : penyumbat (stemming)
H : tinggi jenjang
PC: isian utama (primary charge atau powder column)
J : sub-drilling
2.5. Fragmentasi
Fragmentasi adalah istilah umum untuk menunjukkan ukuran setiap
bongkah batuan hasil peledakan. Ukuran fragmentasi tergantung pada
proses selanjutnya. Untuk tujuan tertentu ukuran fragmentasi yang besar
atau boulder diperlukan, misalnya disusun sebagai penghalang (barrier) di
tepi jalan tambang. Namun kebanyakan diinginkan ukuran fragmentasi yang
kecil karena penanganan selanjutnya akan lebih mudah. Ukuran fragmentasi
terbesar biasanya dibatasi oleh dimensi mangkok alat gali (excavator atau
10 | P E M B O R A N D A N P E L E D A K A N
dilakukan dengan tujuan untuk membuat sebuah lubang ledak dengan
geometri dan pola yang sudah tertentu pada masa batuan, yang selanjutnya
akan diisi dengan bahan peledak yang akan diledakan. Peledakan itu sendiri
bertujuan untuk membongkar batuan atau material yang keras dengan
menggunakan campuran bahan–bahan kimia untuk memicu terjadi
peledakan. Kegiatan peledakan pada penambangan batubara dilakukan
dengan tujuan menunjang operasi penggalian yang dilakukan excavator,
karna tujuan dari peledakan itu sendiri membuat fragmentasi sehinga dapat
menghasilkan rekahan pada batuan, yang dapat memudahkan dalam proses
penggalian batuan tersebut.
Beberapa hal yang harus diperhatikan sebelum melakukan pemboran:
Selalu gunakan Alat Pelindung Diri (APD).
Berada pada jarak aman dari tempat yang sedang dibor.
Mengecek ulang segala yang berkaitan dengan pemboran.
Berkomunikasi dengan blasting crew mengenai segala sesuatu
kejanggalan saat kegiatan pemboran berlangsung yang dapat
menyebabkan kegiatan peledakan terganggu.
11 | P E M B O R A N D A N P E L E D A K A N
mempunyai kekuatan yang besar pula. Kekerasan batuan
diklasifikasikan dengan skala Fredrich Van Mohs (1882).
2. Kekuatan
Kekuatan mekanik suatu batuan merupakan daya tahan batuan
terhadap gaya dari luar, baik bersifat static maupun dinamik.
Kekuatan batuan dipengaruhi oleh komposisi mineralnya,
terutama kandungan kuarsa. Batuan yang kuat memerlukan
energi yang besar untuk menghancurkanya.
3. Bobot isi / Berat jenis
Bobot isi (density) batuan merupakan berat batuan per satuan
volume. Batuan dengan bobot isi yang besar untuk
membongkarnya memerlukan energi yang besar pula.
4. Kecepatan Rambat Gelombang Seismik
Batuan yang masif mempunyai kecepatan rambat gelombang
yang besar. Pada umumnya batuan yang mempunyai kecepatan
rambat gelombang yang besar akan mempunyai bobot isi dan
kekuatan yang besar pula sehingga sangat mempengaruhi
pemboran.
5. Abrasivitas
Abrasivitas adalah sifat batuan yang dapat digores oleh batuan
lain yang lebih keras. Sifat ini dipengaruhi oleh kekerasan butira
batuan, bentuk butir, ukuran butir, porositas batuan, dan sifat
heterogenitas batuan.
6. Tekstur
Tekstur batuan dipengaruhi oleh struktur butiran mineral yang
menyusun batuan tersebut. Ukuran butir mempunyai pengaruh
yang sama dengan bentuk batuan, porositas batuan, dan sifat-
sifat batuan lainya. Semua aspek ini berpengaruh dalam
keberhasilan operasi pemboran.
7. Elastisitas
Sifat elastisitas batuan dinyatakan dengan modulus elastisitas
atau modulus Young (E). Modulus elastisitas batuan bergantung
12 | P E M B O R A N D A N P E L E D A K A N
pada komposisi mineral dan porositasnya. Umumnya batuan
dengan elastisitas yang tinggi memerlukan energi yang besar
untuk menghancurkanya.
8. Plastisitas
Plastisitas batuan merupakan perilaku batuan yang
menyebabkan deformasi permanen setelah tegangan
dikembalikan ke kondisi awal, dimana batuan tersebut belum
hancur. Sifat ini sangat dipengaruhi oleh komposisi mineral
penyusunya, terutama kuarsa. Batuan yang plastisitasnya tinggi
memerlukan energi yang besar untuk menghancurkannya.
9. Struktur Geologi
Struktur geologi seperti sesar, kekar, dan bidang perlapisan akan
berpengaruh terhadap peledakan batuan. Adanya rekahan-
rekahan dan rongga-rongga di dalam massa batuan akan
menyebabkan terganggunya perambatan gelombang energi
akibat
peledakan. Namun adanya rekahan-rekahan tersebut juga sangat
menguntungkan untuk mengetahui bidang lemahnya, sehingga
pemboran akan dilakukan berlawanan arah dengan bidang
lemahnya.
b. Drilabilitas Batuan (Drillability of Rock)
Drilabilitas batuan adalah kecepatan penetrasi rata-rata mata bor
terhadap batuan. Nilai drilabilitas ini diperoleh dari hasil pengujian
terhadap toughness berbagai tipe batuan oleh Sievers dan Furby. Hasil
pengujian mereka memperlihatkan kesamaan nilai penetration speed
dan net penetration rate untuk tipe batuan yang sejenis.
c. Umur dan Kondisi Mesin Bor
Alat yang sudah lama digunakan biasanya dalam kegiatan pemboran,
kemampuan mesin bor akan menurun sehingga sangat berpengaruh
pada kecepatan pemboran. Umur mata bor dan batang bor ditentukan
oleh meter kedalaman yang dicapai dalam melakukan pemboran.
d. Ketrampilan Operator
13 | P E M B O R A N D A N P E L E D A K A N
Keterampilan operator tergantung pada individu masing-masing yang
dapat diperoleh dari latihan dan pengalaman kerja
e. Geometri Pemboran
1. Diameter Lubang ledak
Faktor-faktor yang mempengaruhi penentuan diameter lubang
ledak
adalah :
Volume batuan yang dibongkar
Tinggi jenjang dan konfigurasi isian
Tingkat Fragmentasi yang diinginkan
Mesin bor yang tersedia
Kapasitas alat muat yang akan menangani material hasil
peledakan.
2. Arah Lubang ledak
Pada kegiatan pemboran ada dua macam arah lubang ledak yaitu
arah tegak dan arah miring. Pada tinggi jenjang yang sama,
kedalaman lubang ledak miring lebih besar dari pemboran tegak
selain itu pemboran miring penempatan posisi awal lebih sulit
karena harus menyesuaikan dengan kemiringan lubang ledak
yang direncanakan.
14 | P E M B O R A N D A N P E L E D A K A N
3. Kedalaman Lubang ledak
Penentuan kedalaman lubang ledak disesuaikan dengan tinggi
jenjang, dimana kedalaman lubang ledak>tinggi jenjang.
Kelebihan kedalaman lubang bor (subdrilling) dimaksudkan
untuk memperoleh jenjang yang rata.
4. Pola Pemboran
Kegiatan pemboran lubang ledak merupakan suatu hal yang
sangat penting diperhatikan sebelum kegiatan pengisisan bahan
peledak. Kegiatan pemboran lubang ledak dilakukan dengan
menempatkan lubang-lubang ledak secara sistematis, sehingga
membentuk suatu pola. Berdasarkan letak lubang bor maka pola
pemboran dibagi menjadi dua pola dasar, yaitu:
15 | P E M B O R A N D A N P E L E D A K A N
b. Termal : pembakaran, plasma, cairan panas, pembekuan
c. Hidroulik : pancar (jet), erosi, cavitasi
d. Sonik : vibrasi frekuensi tinggi
e. Kimiawi : microblast, disolusi
f. Elektrik : elektric arc, induksi magnetis
g. Seismik : sinar laser
h. Nuklir : fusi, dan fisi
Meskipun banyak sistem pemboran yang dapat dipilih, kegiatan
pemboran untuk penyediaan lubang ledak pada saat ini umumnya dilakukan
dengan mesin sistem mekanik (perkusif, rotari, dan rotari-perkusif) dengan
berbagai ukuran dan kemampuan, tergantung pada kapasitas produksi yang
diinginkan yang didasarkan pula pada pertimbangan teknik dan ekonomi,
sistem pemboran secara mekanik lebih applicable dari pada sistem
pemboran yang lain. Oleh sebab itu maka sangat penting untuk mengetahui
produktivitas alat bor untuk pembuatan lubang ledak untuk masing-masing
jenis batuan,sehingga di peroleh hasil yang maksimal dalam proses
produksi.
3.3.1. Metode Pemboran Putar (Rotary Drilling)
16 | P E M B O R A N D A N P E L E D A K A N
Gambar 3.2 Rotary Drill
17 | P E M B O R A N D A N P E L E D A K A N
a. Lubang dalam formasi dibuat oleh gerakan putar dari pahat untuk
mengeruk batuan dan menembus dengan suatu rangkaian batang bor
yang berlobang (pipa).
b. Rangkaian pipa bor disambungkan pada mesin sumber penggerak
dengan berbagai macam alat transmisi, seperti kelly dan rotary table,
chuck ataupun langsung.
c. Sumber penggerak (mesin bensin, diesel dan sebagainya) atau dengan
perantaraan kompresor/motor listrik.
d. Pelumas/pendingin (air, lumpur, udara). Cairan pelumas dipompakan
lewat pipa, keluar lewat pahar bor kembali lewat lobang bor di luar
pipa (casing) atau sebaliknya.
e. Pompa sebagai penggerak/penekan cairan pelumas.
f. Pipa/batang di atas tanah ditahan/diatur dengan menggantungkannya
pada suatu menara/derrick dengan sistem katrol atau dipandu lewat
suatu rak (rack) untuk keperluan menyambungnya atau mencabut
serta melepaskannya dari rangkaian.
g. Untuk memperdalam lubang bor rangkaian pipa bor ditekan secara
hidrolik atau mekanik maupun karena bebannya sendiri.
h. Contoh batuan hasil kerukan mata bor didapatkan sebagai Serbuk bor
(drill-cuttings) yang dibawa ke permukaan oleh lumpur bor atau air.
Serbuk penggerusan batuan dibawa oleh air ke permukaan sambil
mendinginkan mata bor dan juga inti bor (drill core) yang diambil
melalui bumbung pengambil inti (core barrel).
i. Untuk pengambilan inti mata bor yang digunakan bersifat bolong di
tengah sehingga batuan berbentuk cilinder masuk ke dalamnya dan
ditangkap oleh core barrel. Mata bor ini biasanya menggunakan gigi
dari intan atau baja tungsten.
j. Bumbung inti (core barrel) diangkat ke permukaan dicabut dengan
mengangkat seluruh rangkaian batang bor ke permukaan setiap kali
seluruh bumbung terisi dan dicabut lewat tali kawat (wireline) melalui
lubang pipa dengan kabel.
18 | P E M B O R A N D A N P E L E D A K A N
k. Pipa selubung penahan runtuhnya dinding lubang bor (casing)
dipasang setiap kedalaman tertentu tercapai, untuk kemudian
dilanjutkan dengan matabor yang berukuran kecil (telescoping). Pipa
selubung dipasang untuk mengatasi adanya masalah seperti masuknya
air formasi secara berlebihan (water influks), kehilangan sirkulasi
lumpur pemboran karena adanya kekosongan, dalam formasi, atau
lemahnya lapisan yang ditembus.
19 | P E M B O R A N D A N P E L E D A K A N
Gambar 3.5 Button and Cross (X-Type) Drill Bit
20 | P E M B O R A N D A N P E L E D A K A N
Pada metode ini, aksi putaran dan tumbukan dihasilkan diluar lubang
bor yang kemudian ditransmisikan melalui batang bor yang menuju
mata bor.
b. Down The Hole Hammer
Pada metode ini, aksi tumbukan dihasilkan didalam lubang bor yang
dialirkan langsung ke mata bor, sedangkan aksi putarannya dihasilkan
diluar mata bor yang kemudian ditransmisikan melalui batang bor
menuju mata bor.
21 | P E M B O R A N D A N P E L E D A K A N
Optimalisasi parameter dalam pengeboran dibutuhkan penyesuaian
yang cermat antara kecepatan putar, dorongan yang dilakukan pada mata
bor, hitungan pukulan dan energi, serta volume kompresi udara yang cukup
pada tekanan yang tepat untuk menghilangkan batu yang telah dibor.
Kinerja mesin bor dapat dikatakan baik saat penetrasi rata-rata mesin bor
dan pembilasan potongan bor dalam keadaan maksimal dan biaya yang
dikeluarkan untuk kegiatan pemboran dapat diminimalkan. Kemajuan dalam
perkembangan mesin drilling rig dapat meningkatkan kinerja dan
produktivitas dalam melaksanakan kegiatan pemboran. Perkembangan yang
terjadi antara lain:
a. Peningkatan kenyamanan operator dalam melaksanakan tugasnya
b. Kontrol otomatis dan penyesuaian kekuatan umpan optimal dan
kecepatan rotasi untuk kondisi geologis dan jenis serta diameter bit
c. Penggabungan teknologi terbaru dalam elektrik dan sistem penggerak
hidrolik.
22 | P E M B O R A N D A N P E L E D A K A N
Ketika kekar membagi burden dalam blok-blok yang besar, maka
fragmentasi yang akan terjadi bila masing-masing terjangkau oleh suatu
lubang tembak. Hal seperti ini memerlukan diameter lubang bor yang kecil.
Diameter lubang bor yang kecil juga memberikan patahan atau hancuran
yang lebih baik pada bagian atap jenjang. Hal ini berhubungan dengan
stemming, di mana lubang bor yang besar maka panjang stemming juga akan
semakin besar dikarenakan untuk menghindari getaran dan flying rock,
sedangkan jika menggunakan lubang bor yang kecil maka panjang
stemming dapat dikurangi.
23 | P E M B O R A N D A N P E L E D A K A N
Pola pemboran segi empat adalah pola pemboran dengan penempatan
lubang-lubang tembak antara baris satu dengan baris berikutnya sejajar dan
membentuk segi empat. Pola pemboran segi empat yang mana panjang
burden dengan panjang spasi tidak sama besar disebut rectangular pattern.
Sedangkan pola pemboran selang-seling adalah pola pemboran yang
penempatan lubang ledak pada baris yang berurutan tidak saling sejajar dan
untuk pola pemboran selang-seling yang mana panjang burden tidak sama
dengan panjang spasi disebut staggered rectangular pattern. Dalam
penerapannya, pola pemboran sejajar adalah pola yang umum, karena lebih
mudah dalam pengerjaannya tetapi kurang bagus untuk meningkatkan mutu
fragmentasi yang diinginkan, maka penggunaan pola pemboran selang-
seling lebih efektif
24 | P E M B O R A N D A N P E L E D A K A N
timah putih, tambang besi, tambang batu bara, di perusahaan tempat
menggerinda besi, pabrik besi dan baja dalam proses sand blasting dan lain-
lain. Dust-supression dan crushed-rock-cutting colection system tersedia
pada beberapa alat pemboran untuk membantu dalam penekanan jumlah
debu (fugitive dust). Cyclone system mengurangi debu di udara dan
meminimalkan debu dari proses pemboran masuk kembali ke dalam lubang
ledak yang telah dibor untuk memaksimalkan bukaan lubang ledak.
25 | P E M B O R A N D A N P E L E D A K A N