Anda di halaman 1dari 35

B A B III

PERPINDAHAN PANAS KONVEKSI

Perpindahan panas konveksi adalah perpindahan panas yang disebabkan


adanya perpindahan media. Misalnya pada kasus suhu air sungai menjadi hangat
karena ada limbah pabrik yang dibuang ke sungai tersebut dalam keadaan panas.
Limbah akan mengalir, berpindah tempat sambil membawa kalor, sehingga pada
tempat yang jauh dari pabrik suhu air sungai menjadi hangat.
Perpindahan panas yang terjadi pada suatu media berbeda fase, juga
dinamai perpindahan panas konveksi. Pada proses pengeringan kayu, air yang
mula-mula di dalam kayu, akan menguap menjadi uap air akibat kalor yang
diberikan pada kayu.

Perpindahan panas konveksi dibagi menjadi 2 mekanisme, yaitu :


1. Alamiah (natural, free convection)
Fluida mengalir dari tempat yang suhunya tinggi ke tempat yang
suhunya rendah karena beda suhu dan gaya gravitasi atau aliran
karena gaya Buoyancy (beda densitas). Perpindahan konveksi alamiah
tidak menyertakan gaya-gaya lain dalam proses perpindahan panas.
2. Paksa (forced convection)
Fluida mengalir karena ada gaya lain (kipas angin, blower, angin,
pompa, dll), sehingga fluida mengalir dengan kecepatan tertentu.
3. Campuran alamiah + paksa

Jika suatu permukaan panas bersuhu Ts yang di atasnya mengalir fluida


dengan suhu T∞ ( Ts > ), kecepatan V∞, maka profil suhu fluida sepanjang arah
gerak fluida (arah x )sesuai dengan profil kecepatan fluida ( Gambar III.1)

53
V?
T?

V(y)

Ts
x

Gambar III.1. Thermal boundary layer

Secara umum kecepatan perpindahan panas konveksi berlaku :


q = h A ∆T ……..III.1.
dimana :
q : kecepatan perpindahan panas konveksi
h : koefisien perpindahan panas konveksi
A : luas bidang perpindahan panas
∆T : beda suhu yang selalu selisih : suhu tinggi – suhu rendah.

Koefisien perpindahan panas konveksi sangat bervariasi nilainya


tergantung pada bentuk benda, letak benda, dimensi benda, keadaan permukaan
benda, suhu benda, jenis benda, dan lain-lain. Pada keadaan sebenarnya, pada
fenomena yang sama, jenis dan keadaan benda yang sama, tetapi suhu yang
berbeda akan mempunyai h yang berbeda pula, sehingga untuk perhitungan-
perhitungan yang melibatkan h, seperti pada Persamaan III.1, h adalah nilai rata-
rata.
A. Persamaan-persamaan Dasar
a. Berdasarkan hukum konservasi massa (Persamaan kontinyuitas) :
Koordinat kartesian (x, y, z ) :

(Vx )  (V y ) (Vz ) 


+ + =− ...........III.2.
x y z t
Koordinat silinder ( r, θ, z ):

1 (rVr ) 1 (V ) (Vz ) 


+ + =− ..........III.3.
r r r  z t

54
Koordinat Bola ( r, θ, Ф ):

(
1  r 2Vr)+
1 (V sin  )
+
1 (V )
=−

.........III.4.
r 2
r r sin   r sin   t

b. Berdasarkan neraca momentum untuk fluida Newtonion, ρ dan μ


konstan :

Koordinat kartesian (x, y, z ) :


Arah x :
 Vx V V V  P   2V  2Vx  2Vx 
  + Vx x + V y x + Vz x  = +   2x + +  + g x ..III.5
 t x y z  x  x y 2 z 2 

Arah y :

 V y V y V y V y  P   2V y  2V y  2V y 
  + Vx + Vy + Vz = +  2 + +  + g x ..III.6
 t x y z  y  x y 2 z 2 

Arah z :
 Vz V Vz Vz  P   2V  2Vz  2Vz 
  + Vx z + V y + Vz  = +   2z + +  + g x ..III.7
 t x y z  z  x y 2 z 2 

Koordinat silinder ( r, θ, z ):
Arah r :

 Vr Vr V V Vr V2  P


  + Vr + + Vz −  = − +
 t r r  z r  r
...III.8
  1   1  Vx  Vr 2 V 
2 2
  (rVr ) + 2 2 + 2 − 2  + g r
 r  r r  r   z r  

Arah θ :

 V V V V V V V  1 P
 + Vr  +  + Vz  + r   = − +
 t r r  z r  r r
  1  ...III.9
 1  V  V 2 V 
2 2
  (rV )
  + + − 2  + g
 r  r r  r 2
 2
 z 2
r  

55
Arah z :

 Vz V V Vz V  P
 + Vr z +  + Vz z  = − +
 t r r  z  r
...III.10
 1   Vz  1  2Vz  2Vz 
 r + 2 + 2  + g z
 r r  r  r  z 
2

Koordinat Bola ( r, θ, Ф ):
Arah r :

 Vr Vr V V V Vr V2 + V2 



 + Vr + + −  = − P +
r  r sin   
 t r r  r
 1 2 2   Vr   2Vr 
(
  2 2 r Vr + 2)1
 sin 
r sin   
+
2
  r 2 sin 2   2 
 + g r
 r r
...III.11
Arah θ :

 V V V V V V VrV − V2 cot 



 + Vr + + +  = − 1 P +
r  r sin    r 
 t r r 
 1   2 V  1   1    2Vr 
 r +
 2  (V sin  ) +
 2 2
1
2 
    r   sin    r sin   
2
 r r
 2 V 2 cot V 
+  2  − 2  + g
 r  r sin   
. ....III.12.
Arah Ф :

 V V V V V V VrV − V V cot  1 P


  + Vr + + +  = − 2 +
 t r r  r sin   r  r sin  
 1   V  1   1    2V 
  2  r 2   + 2  (V sin  ) + 2 2
1
2 
 r r    r   sin    r sin   
 2 Vr 2 cot V 
+  2 + 2  + g
 r sin   r sin   
........III.13

56
c. Berdasarkan neraca panas untuk konveksi:
Koordinat kartesian (x, y, z ) :
 T (T ) (T ) (T )    2T  2T  2T 
C p  + Vx + Vy + Vz  = k  2 + 2 + 2  +  ........III.14.
 t x y z   x y z 

Koordinat silinder ( r, θ, z ):

 T (T ) V (T ) (T )   1   T  1  2T  2T 


C p  + Vr + + Vz  = k r + 2 + 2  +  .
 t r r  z   r r  r  r 
2
z 

.......III.15.
Koordinat Bola ( r, θ, Ф ):
 T  (T ) V  (T ) V  (T )   1   2 T  1  2T 
C p  + Vr + + Vz  = k  2  r  + 2 
 t r r  r sin     r r  r  r sin   
2

  2T 1  2T 
+ k 2 + 2  + 
  r sin 2   2 
.......III.16.
Ф adalah disipasi energi, yang sangat berpengaruh pada fluida-fluida
dengan kekentalan tinggi maupun fluida yang mempunyai kecepatan tinggi.
Misalnya oli pada mesin-mesin dan pesawat terbang. Untuk fluida encer, disipasi
energi dapat diabaikan. Disipasi energi untuk fluida newtonion :
Koordinat kartesian (x, y, z ) :
 V  2  V y   V z    V y
2 2
  V x 
2

 = 2 x  +   +    +   +   +


 x   y   z    x   y 
2 2
 V z   V y  2  V   V y   V z 
2
 V   V 
  +   +  x  +  z  −  x  +  + 
 y   z   z   x  3  x   y   z 
...III.17
Koordinat silinder ( r, θ, z ):
 Vr  2  1 V Vr  2  V z  2     V  1  V z 
2

 = 2   + +  +  + r  +   +
 r   r  r   z    r  r  r   
.
2 2 2
 1 V z   V   V   V  2  1  V 
 r   +  z  +  z  +  r  −  (rV ) + 1  + Vz 
     r   z  3  r r r  z 
..........III.19

57
Koordinat Bola ( r, θ, Ф ):
 V  2  1 V Vr   1 V Vr + V cot   
2 2

 = 2  r
 + 
+  +  +   +
 r   r  r   r sin   r  
2
 sin    V  1 V 
2
   V  1 Vr 

 r r
r  +  +  
 
 +  +
   r    r   sin   r sin   
2
2  1  2 1 V 
2
 1 Vr   V   
( )
 r sin   + r r  r  − 3  r 2 r r V + r sin   (V sin  ) + r sin   
1
    
.
..........III.20
Contoh:
Suatu Fluida “incompressible” diletakkan diantara bidang plat dimana plat bawah
diam sedang plat atas bergerak dg kecep Vx= 10 m/s. Suhu plat atas, TL=30oC,
suhu plat bawah, To=10oC. Diketahui untuk fluida pada suhu rata-rata fluida
20oC: ρ = 888,2 kg/m3, k = 0,145 W/m, μ = 0,799N.s/m2,  = 900.10-6m2/s
Pertanyaan
a. Bagaimana bentuk pers kontinyuitasnya?
b. Tentukan distribusi kecep di antara plat
c. Tentukan distribusi suhu diantara plat
d. Tentukan suhu maksimum minyak
e. Tentukan fluks panas masing-masing plat

Jawab :
Asumsi :
1. Aliran fluida 1 arah
2. Steady state
3. Fluida incompressible dengan
sifat fisis konstan
4. Tidak ada gaya-gaya lain
5. Tidak ada generasi panas

58
a. Fluida incompressible, steady state dengan sifat fisis konstan, bergerak ke
arah x saja

(Vx )  (V y ) (Vz ) 


+ + =−
x y z t
(Vx ) (Vx ) (Vx )
=0→ =0→ =0
x x x
Berarti profil kecepatan sepanjang arah x : tetap
b. Menggunakan neraca momentum arah x untuk koordinat kartesian :
 Vx V V V  P   2V  2Vx  2Vx 
  + Vx x + V y x + Vz x  = +   2x + +  + g x
 t x y z  x  x y 2 z 2 

 2Vx  2Vx
 = 0 → = 0 → Vx(y) = C1y + C2
y 2 y 2
BC 1 : Vx (0) = 0 → C2 = 0
BC 2 : Vx (L) = V →C1 = V/L
V
Sehingga : V x ( y ) = y
L
c. Menggunakan neraca panas arah x untuk koordinat kartesian dengan
menyertakan disipasi energi:
 T (T ) (T ) (T )    2T  2T  2T 
C p  + Vx + Vy + Vz  = k  2 + 2 + 2  + 
 t x y z   x y z 

 V  2  V y   V z    V y
2 2
  V x 
2

 = 2 x  +   +    +   +   +


 x   y   z    x   y 
2 2
 V z   V y  2  V   V y   V z 
2
 V   V 
  +   +  x  +  z  −  x  +  + 
 y   z   z   x  3  x   y   z 
2
 2T  V 
0 = k 2 +   x 
y  y 
2
 2T  V  V
2
V  V
k 2 = −   x  = −    → x =
y  y  L y L

59
 2T  V  T  V 
2 2

=−   → = −   y + C3
y 2
k L y k L

 V 
2

T ( y) = −   y + C3 y + C 4
2

2k  L 
BC 3 : T(0) = To → C4 = To
T L−To  V 2
BC 4 : T(L) = TL → C3 = +
L 2k L
Sehingga :

 V  TL − To  V2
2

T ( y ) = To −   y +
2
y+ y
2k  L  L 2k L
d. Fluks panas pada plat bawah dan atas dicari dengan menggunakan hukum
Fourier.

T    V 2 TL − To  V 2 
q = −k
"
= − k −   y + + 
y
y
 k  L  L 2k L 

Fluks panas pada plat bawah : y = 0 q "y = q 0"

k V2
q0" = − TL − To + = −14,3 kW / m 2
L 2 L
Fluks panas pada plat atas : y = L q "y = q L"

   V 2 T − To  V 2 
q L" = − k −   L + L + 
 k  L  L 2k L 

TL − To V2
q L" = − k+ = 12,3kW / m 2
L 2 L
T
e. Suhu maksimum minyak diperoleh dari =0
y
T   1 2 y  T − To
= V2 − 2 + L =0
y 2k  L L  L

TL − To  2  1 2 y maks 
− = V  −
L 2k  L L2 

60
 V2 +
To − TL
y maks = 2k L L =  k (T − To ) + 1  L

k
(V L) 2 
 V
2 L
2 

 k
y maks =  (TL − To ) + 1  L
 V
2
2
 1
=
0,145W / mK
2 2
(30 − 10 )0
C +  L = 0,536 L
 (0,799 N . det/ m )(100m / det) 2

V 2  ymaks  ymaks   TL − To
2

Tmaks ( ymaks) = To + −  + ymaks


2k  L  L   L
= 89,30 C
Catatan :
Jika sifat-sifat fisis mengacu pada suhu rata-rata (20oC) sebenarnya tidak tepat.
Seharusnya dilakukan evaluasi ulang mendekati suhu rata-ratanya :
0,5(20+89,3)= 55oC

B. Kelompok Tak Berdimensi Perpindahan Panas Konveksi

PP Konvensi hL ……..III.21
Nusselt number ( Nu ) = =
PP Konduksi k

/ Cp.
Pr andtl number(Pr ) =
difusivitasm momentum
= = …..III.22
difusivitas thermal k / Cp k

gaya inersia vD ……..III.23


Re ynold number(Re) = =
gaya viscous 

gaya buoyancy L3  2 g. .T ……..III.24


Grashof number = =
gaya viscous 2

Untuk mencari nilai D pada Re dan Un pada berbagai bentuk benda,


seperti pada Gambar III.2

61
Gambar III.2. Berbagai nilai D untuk bentuk-bentuk benda

C. Rumus Empirik Perpindahan Panas Konveksi


Studi tentang perpindahan panas dasar, biasanya diarahkan pada formulasi
kecepatan perpindahan panas dan mencari profil suhu. Pada Persamaan III.1.
misalnya perlu diketahui h untuk menentukan kecepatan perpindahan panas.
Koefisien PP konveksi, h, dicari berdasarkan rumus-rumus empiris hasil
penelitian/eksperimen dan berlaku untuk kejadian yang mirip dengan eksperimen
tersebut.
Sebagai contoh untuk proses pemanasan/pendinginan dalam pipa yang
suhu dinding pipa tetap, akan mengikuti rumus empiris :
Nu = 0,023 Re0,8 Pr0,4
0 ,8 0 ,8
 VD   Cp   VD   Cp 
0, 4 0, 4
hD k
= 0,023    → h = 0,023   
k     k  D     k 
Koefisien PP konveksi, h, dipergunakan untuk mencari kecepatan
perpindahan panas konveksi : q = h A ∆T
Rumus-rumus empirik yang tersedia dapat dipilih namun harus sesuai
dengan syarat tertentu yang merupakan kondisi eksperimen rumus tersebut.
Beberapa panduan untuk pemilihan rumus adalah sebagai berikut :

62
a. Aliran di dalam / luar Benda

Pada Gambar III.3. air (water) mengalir di


dalam pipa, sedangkan udara (air) mengalir
di luar pipa. Aliran di dalam dan di luar
benda bisa terjadi bersama-sama

Gambar III.3. Aliran fluida

b. Jenis Aliran
Jenis aliran fluida dibedakan menjadi : laminar, turbulen, dan transisi.
Kriteria jenis aliran tersebut berdasarkan pada nilai bilangan Reynold,
VD VD 4m
Re = = = ..........III.25
  D

Gambar III.4. Pola aliran laminar, transisi dan turbulen

63
Untuk aliran di dalam pipa berlaku :
Re < 2300 ……Laminer
2300 < Re < 10.000 ……Laminer/Turbulen
10.000< Re …..Turbulen

Gambar III.5. Diagram Moody.

64
Fluida laminar mempunyai pola aliran yang berbeda pada daerah pemasukan
pipa (entry) dan di dalam pipa. Pola aliran di dalam pipa disebut fully developed.
Fully developed adalah pola aliran dengan kecepatan maksimum di pusat pipa
(Gambar III.6)

Gambar III.6. Profil kecepatan fluida laminar

c. Bentuk Geometri Benda


• Plat datar, silinder, bola
• Susunan pipa

65
d. Suhu Fluida
Suhu fluida perlu diketahui/ditentukan untuk menentukan/menebak sifat-
sifat fisis/termal fluida. Ada berbagai terminologi suhu yang termuat dalam
rumus-rumus empiris. Diantaranya :

Tabel III.1. Terminologi suhu fluida pada aliran di luar benda ( eksternal)
Lambang Definisi Keterangan
Tf Ts + T Suhu film Ts : suhu fluida di
Tf = permukaan benda
2
T∞ : suhu fluida (bulk)
T Ti + To Suhu rata-rata Ti : suhu fluida masuk
T= fluida pada susunan
2 To : suhu fluida keluar
pipa
Tf Ts + T Suhu film rata-rata Ts : suhu fluida di
Tf = permukaan benda
2
T :Suhu rata-rata fluida
pada susunan pipa

Tabel III.2. Terminologi suhu fluida pada aliran di dalam benda ( internal)
Lambang Definisi Keterangan
Tm 2 r0 Suhu rata-rata T (r) : suhu fluida pada
Tm =  VT (r ) dr fluida jarak radial
Vm ro2 0
incompressible tertentu
pada arah radial ro : jari-jari pipa
pipa dengan Cv Vm : kecepatan rata-
konstan rata fluida
sepanjang pipa
V : kecepatan fluida
pada jarak radial
tertentu
Tm Tm,i + Tm,o Suhu rata-rata Tm,i : Suhu rata-rata
Tm = fluida fluida masuk
2
incompressible Tm,o : Suhu rata-rata
sepanjang pipa fluida keluar

66
Tabel III.3. Rumus-rumus empiris aliran eksternal

67
Tabel III.3. Rumus-rumus empiris aliran eksternal (lanjutan)

68
Tabel III.4. Rumus-rumus empiris aliran
internal

69
70
71
D. Log Mean Temperature Difference (LMTD)

Gambar III.7. Arah aliran 2 fluida pada HE ( searah & berlawanan arah)

Proses perpindahan panas konveksi, sering terjadi melibatkan aliran 2


fluida. Contohnya pada alat penukar panas (heat exchanger), dimana terjadi
secara bersamaan proses pemanasan dan pendinginan. Kecepatan perpindahan
panas konveksi dinyatakan :
q" = UAs ( LMTD ) = UAs Tln …….III.26

T1 − T2
LMTD = Tln = …….III.27
T
ln 1
T2

72
Contoh :
Fluida hidraulis(MIL-M-5606) dg profil “fully developed” mengalir melalui pipa
tembaga (L: 2 ft, Di: 1 inch) dg kecepatan rerata 10 ft/men. Fluida masuk pada
suhu 70oF. Steam berkondensasi pada permukaan luar pipa sehingga suhu pipa
tetap 210oF. Tentukan laju perpindahan panas fluida

Jawab :
Step 1 : Menentukan sifat-sifat fisis :
Sifat-sifat fisis fluida hidraulis dicari berdasarkan suhu fluida rata-rata
[(Tin+Tout)/2], tetapi karena T out belum diketahui maka sebagai tebakan awal
Suhu rata-rata fluida hidraulis = 0,5(70+210)~ 100oF. Berdasarkan suhu rata-rata
dicari sifat-sifat fisis dari data sekunder ( text book, internet, jurnal ) :

μ = 556.10-5 lbm/ft.det v = 10,7.10-5 ft2/det ρ = 52 lbm/ft3


Cp = 0,467 Btu/lbm.oF k = 0,069 Btu/jam.ft.oF Pr = 136
Pada 210oF → μs = 250.10-5 lbm/ft.det

Step 2 : menentukan rumus empiris yang sesuai :


VD (10 / 60)(1 / 12)
• Re = = = 130 → la min ar
 10,7.10 −5
• Aliran internal, karena fluida mengalir di dalam pipa
• Ts : konstan
• Pr = 136 (0,48 < Pr < 16.700)
• μ /μs = 556/250 = 2,224 (0,0044 < (μ /μs) < 9,75)
1/ 3
 
0 ,14  

1/ 3
 Re . Pr  130.136 
•  L/D    =
2 
2,2240,14 = 9,88  2
   s   1 
 
 12 
Berdasarkan kriteria tersebut, maka rumus empiris yang sesuai adalah Tabel III.4.
kode 8.57

73
0 ,14
 
1/ 3
hD  Re Pr 
Nu D = = 1,86 D   
k  L/ D   s 
0 ,14
  
1/ 3
k  Re Pr  0,069Btu / jam. ft.o F
h = 1,86  D    = 1,86 9,88
D L/D   s  1 / 12 ft
= 15,56 Btu / jam. ft.2 o F
Step 3 : Mencari suhu fluida keluar :

∆x

Neraca panas di elemen volume A.∆x :


Rate of Input + Rate of Output = Rate of Accumulation
m C p T + hAs T − m C p T =0
x x + x

 D 2   D 2 
  VC p (T − Tref ) + h(D.x)(Ts − T ) −   VC p (T − Tref ) =0
 4  x  4  x + x

T −T
lim x → 0 − x + x x
+
4 h
(Ts − T ) = 0
x D VC p


dT 4 h
+ (Ts − T ) = 0
dx D VC p
Tmo
dT 4 h L
−  +  dx = 0
Tmi (Ts − T ) D VC p 0
Tm 0 − Ts 4hL
ln =
Tmi − Ts DVC p
4 hL 4 (15, 56 )( 2 )
Tm 0 − Ts DVC p
=e = e (1 / 12)(52)(10 / 60)(0, 467)(3600) = 0,903
Tmi − Ts

74
Tmo = 0,903 ( 70-210) + 210 = 83,6 oF
Catatan :
• Jika dilakukan evaluasi suhu fluida rata-rata :
Tm,i + Tm,o 70 + 83,6
Tm = = = 76,8 0 F → tebakan I tidak tepat.
2 2

• Cari sifat-sifat fluida pada 76,8oF → μ = ?, v = ?, ρ = ?, Cp = ?, k = ?, Pr = ?


• Dilakukan perhitungan ulang, diperoleh :
h = 12,83 Btu/jam.ft2.0F; Tmo = 810F
T + Tm,o 70 + 81
• Evaluasi suhu rata-rata fluida : Tm = m,i = = 75,5 0 F → hasil ini
2 2
dianggap benar karena mendekati tebakan ke II ( 76,8 0F )
ρ ( 76,80F) = 52,4 lb/ft3; Cp ( 76,80F) = 0,443 Btu/lb. 0F

Step 4 : Menentukan laju perpindahan panas :


q” = h A ∆T = ρ V Cp As (Tmo – Tmi)
= (52,4 lb/ft3) (10/60 ft/jam) (0,443 Btu/lb. 0F) (π/4x1/144 ft2)(110F)
= 836 Btu/jam

Contoh :
Udara pada 1 atm dan 270C, berhembus di sekitar sebuah bola dengan diameter 12
mm dengan kecepatan 4 m/det. Suatu pemanas kecil di dalam bola menjaga suhu
permukaan bola tetap 77oC. Hitung panas yang hilang dari bola jika sifat-sifat
fisis udara dicari pada Tf = ½ ( Ts + Tud).

Jawab :
Step 1 : Mancari sifat-sifat udara pada Tf:
Tf = ½ ( 27+77) oC = 52 oC ( 325K) →
μ = 1,965.10-5 kg/m.det v = 18,23.10-6 m2/det ρ = 1,09 kg/m3
Cp = 1,0069 kJ/kg.K k = 0,028 W/.m.K Pr = 0,7035

Tabel III.5. Sifat-sifat fisis udara pada 1 atm

75
Step 2 : Menentukan rumus empiris :
Aliran eksternal di sekitar benda bola → dipakai rumus empiris kode 7.58 Tabel
III.3.
D (1,09kg / m 3 )(4m / det)(0,012m)
Re = = = 2663
 1,965.10 −5 kg / m. det)
1/ 4
  
(
Nu D = 2 + 0,4 Re 1/ 2
+ 0,06 Re 2/3
) Pr 
0, 4
 ....μ = μs
 s
D D

Nu D =
hD
k
(
= 2 + (0,4)26631 / 2 + (0,06)26632 / 3 0,70350, 4 (1) = 30
1/ 4
)
h = 30 ( 0,028 W/mK)/(0,012 m) = 69,94 W/m2K

Step 3 : Menentukan laju perpindahan panas konveksi udara eksternal pada bola.
q = h A ( Ta-Tud)

76
= ( 69,94 W/m2K) ( 4 π 0,0062 m2) ( 77-27) oC
= 1,58 W

Contoh :
Helium mengalir dg kecepatan 0,4 g/det dalam pipa dari sebuah alat HE dengan
diameter 0,2 cm. Helium masuk pada suhu 300 K dan keluar pada suhu 84 K. Gas
Nitrogen mengalir di luar pipa dg arah yang berlawanan dg helium pada
kecepatan 3 g/det. Keadaan anulus dapat diekuivalenkan dg pipa berdiameter 1
cm. Nitrogen masuk pada suhu 78 K.
Helium Nitrogen
Cp : 1,25 0,25 kal/gr.K
μ : 0,018 0,0165 cp (sentipoise)
k : 0,082 0,014 Btu/jam ft oF
Hitung :
a. Kecepatan PP antara Helium dan Nitrogen
b. Suhu nitrogen keluar dari HE
c. LMTD
d. Koefisien PP konveksi nitrogen
e. Panjang pipa jika U = 1/h = 40 Btu/jam ft2 oF

Jawab :
hot fluid : Helium,
cold fluid nitrogen

a. q = mHe CpHe (Th.in-Th,out) = mN2.CpN2 (Tc,in – Tc,out)


= 0,4 g/det) ( 1,25 kal/g.K) ( 300 -84 ) K = 108 kal/det
mHe Cp He
b. Tc ,out = Tc ,in − (Th.,in − Th.,out )
m N 2 Cp N 2

77
(0,4 g / det)(1,25kal / gK )
Tc ,out = 78K − (300 − 84) = 222 K
(3g / det)(0,25kal / gK )
T1 − T2 (300 − 222) − (84 − 78)
c. LMTD = Tln = = = 28K
T1 (300 − 222)
ln ln
T2 (84 − 78)

4m 4(3 g / det )(3600 det/ jam)


d. Re = =
D  1 ft  2,42lb / ft. jam 
 1cm  0,0165cp 453,6 g / lb 
 30,48cm  1cp 
= 23160  10 4 → turbulen

Aliran turbulen di dalam pipa → rumus kode 8.60 pada Tabel III.4
Untuk kasus pendinginan, n = 0,4

 Cp  
0, 4

Nu D = 0,023 Re  0 ,8
D 
 k 
0, 4
 1Btu lb 
 (0,25kal / g.K )(453,6 g / lb)( )(0,0165cp)(2,42 
hD 0 ,8  251,996kal ft. jam.cp 
Nu D = = 0,023(23160)  
k Btu 1,8 0 F
 0,4 
 jam. ft.o F 1K 
= 24,818
0,14 Btu / jam. ft oF
h = 24,818 = 105,9 Btu / jam. ft 2.oF
(1 / 30,48) ft
e. q" = UAs ( LMTD ) = U (DL)( LMTD )

(108kal / det)(1Btu / 251,996kal)(3600 det/ jam)


L= = 1132,15cm
(40 Btu / jam. ft 2 o F ) (0,2cm)(28K )(1 ft / 30,48cm)(1,8 0 F / K )

e. Aliran dalam Susunan Pipa


Aliran fluida khususnya di dalam dan diluar pipa, dapat berlangsung pada
pipa-pipa yang disusun dengan konfigurasi tertentu. Alat penukar kalor, boiler,
evaporator, AC adalah diantara alat-alat yang terdiri dari pipa-pipa dalam
prosesnya.

78
79
Gambar III.7. Konfigurasi pipa inline (kiri), stagerred (kanan)

SL: Longitudinal Pitch NL : jumlah baris

80
ST: Transversal Pitch NT : jmlah pipa dalam setiap baris
SD: Diagonal Pitch

Rumus empiris untuk mencari h adalah persamaan kode 7.63 dan 7.67 dari
Tabel III.3. Lebih umum dipakai kode 7.67 seperti yang diajukan Zukauskas :
0, 25
 Pr 
= C 2 C (Re D ,max ) (Pr)0,36 
hD
Nu D =
m

k  Prs 
C2 adalah faktor koreksi jika NL < 20 :
Tabel III.6. Faktor koreksi C2

Faktor koreksi C2, jika NL < 10 menggunakan Tabel III.7.:


Tabel III.7. Faktor koreksi C2

C dan m adalah konstanta yang diperoleh dari Tabel III.8:

Tabel III.8. Konstanta C dan m

81
ReD,max adalah bilangan Reynolds yang dihitung berdasarkan kecepatan
linear fluida maksimum, Vmax.
Vmax D
Re max =

Vmax dapat terjadi di :
• AT untuk konfigurasi In-line
ST
Vmax = V ………..III.28.
ST − D

• AT atau AD untuk konfigurasi staggerred


1/ 2
 2  ST  2  ST + D
Vmax di AT jika : S D =  S L +     ………..III.29
  2   2

ST
Vmax = V
ST − D

82
1/ 2
 2  ST  2  ST + D
Vmax di AD jika : S D =  S L +     …………III.30
  2   2

ST
Vmax = V ….………III.31.
2( S T − D)
Untuk menghitung kecepatan perpindahan panas dapat digunakan
rumusan :
(q' dari pipa ke fluida ) = (q' dibawa aliran fluida )
h(DLN )(LMTD ) =  ( N T S T L )VCp (Tout − Tin ) ………III.32.

Menentukan pressure drop.


Fluida yang mengalir pada susunan pipa akan mengalami pressure drop.
Pressure drop dicari dari :

 Vmax
2

p = N L  f  
 …………..III.33.
 2 
 dan f ditentukan menggunakan Gambar III.8 dan III.9.

Gambar III.8. Grafik untuk mencari  dan f, konfigurasi in-line

83
Gam
bar III.9. Grafik untuk mencari  dan f, konfigurasi staggered
Contoh :
Suatu susunan pipa dialiri air bertekanan pada bagian dalamnya, sedangkan udara
mengalir di luarnya. Pipa disusun bersilang dengan Do= 16,4 mm, S L= 34,3 mm
dan ST=31,3 mm. Ada 7 baris pipa dg masing-masing baris terdiri dari 8 pipa.
Suhu permukaan silinder 70oC, sedangkan suhu dan kecep udara masing-masing
15oC dan 6 m/s
Tentukan :
a. Koef PP konveksi
b. Laju PP untuk susunan pipa
c. Pressure drop

Jawab :

84
Step 1 : Menentukan sifat-sifat fisis
• Kecuali mencari Pr,s, Sifat fisis (jika memungkinkan) dicari dari data
berdasarkan Tm = (Ti+Tout)/2
• Udara, Ti = T∞ =15oC, sifat-sifat fisis :
– ρ = 1,217 kg/m3
– Cp = 1007 J/kg.K
– k = 0,0253 W/m.K
– Pr = 0,71
• Permukaan pipa (Surface), Ts= 70oC → Pr,s = 0,701
• Suhu rata-rata (bisa dipakai sebagai tebakan awal, karena Tm tidak bisa
dihitung karena Tout belum diketahui),
Tf = (15 +7 0) / 2 = 43oC, sifat-sifat fisis udara :
– k/ρ.Cp = 17,4.10-6 m2/s
– k = 0,0274 W/m
– Pr = 0,705
• Penyelesaian soal ini menggunakan suhu udara masuk (Ti) karena Tout
belum tahu. Hasilnya akan dibandingkan dengan jika menggunakan Tf.

Step 2 : Menentukan persamaan empiris

85
0, 25
 Pr 
= C 2 C (Re D ,max ) (Pr)0,36 
hD
Nu D =
m

k  Prs 
Step 3: Melengkapi persamaan empiris → menentukan konstanta-konstanta
• NL = 7 < 20
Menggunakan Tabel III.6 diperoleh C2 = 0,95
• Cek posisi Vmax.
1/ 2
 S  
2
ST + D
S D =  S L2 +  T   .........
  2   2

1/ 2
  31,3  
2
31,3 + 0,0164
S D = 34,3 2 +    = 37,7  = 15,6582
  2   2

sehingga Vmax terjadi pada AT


ST 31,3
Vmax = V = 6m / det = 12,6m / det
ST − D 31,3 − 16,4

Re max =
Vmax D
=
(12,6m / det )(0,0164m) = 13943
 14,82.10 −6 m 2 / det
Sesuai Tabel III.8 perlu evaluasi ST/SL
S T 31,3
= = 0,91  2
S L 34,3
→m=3
1/ 5
S 
→ c = 0,35 T  = 0,35(0,91)1 / 5 = 0,34
 SL 
a. Menentukan h dari persamaan empiris

0 , 25
 0,71 
= 0,95(0,34)(13943) (0,71) 0,36 
hD
Nu D =  = 87,9
3

k  0,701 
h = 87,9 (k/D) = 87,9 (0,0253 W/m.K) / (0,0164 m) = 135,6 W/m2.K
Jika menggunakan Tabel III.7 dengan C2 = 0,97 :

86
Nu = 89,75 → h = 138,4566 W/m2.K.

b. Menentukan laju PP di susunan pipa.


h(DLN )(LMTD ) =  ( N T S T L )VCp (Tout − Tin )

h(DLN )
(Ts − Tin ) − (Ts − Tout ) =  (N S L )VCp(T − T )
(T − T )
ln s in
T T out in

(Ts − Tout )
Ts − Tout  DNh 
= exp− 
Ts − Tin  VCpNT S T 

Ts − Tout   (0,0164m)(7 x8)(138,4566W / m 2 K ) 


= exp−  = 0,8049
Ts − Tin 3
 (1,217kg / m )(6m / det)(1007 J / kg.K )(8)(0,0313m) 

Tout = 70 – 0,8049 ( 70-15) = 25,7310C

q ' = q / L = h(DN )
(Tout − Tin ) = (138,4566 ) (0,0164 )(56)(25,731 − 15)
(T − T )
ln s in ln
(70 − 15)
(Ts − Tout ) (70 − 25,731)
= 19,758 kW / m

c. Menentukan pressure drop


Re = 13943
PT = ST/D = 1,91
PL = SL/D = 2,09
PT/PL = 0,91
Menggunakan Gambar III.9 diperoleh :  = 1,04 dan f = 0,35

 Vmax
2

p = N L  f  

 2 
 (1,217)12,6 2 
p = (7) (1,04)( 0,35)  = 246 N / m 2
 2 
 

87

Anda mungkin juga menyukai