FARMAKOGNOSI II
DiSusun Oleh :
Nama : Syahrina Aulia
NPM : 1843050002
Dosen : Zuraida Sagala, S.Si,M.Si
Prak. Farmakognosi II A
1.1 Pendahuluan
Pemanfaatan sumber daya alam hayati dalam mengembangkan tumbuhan
obat juga dapat menjadi investasi besar bagi kesejahteraan masyarakat Indonesia
dan akan terus berlanjut. Hal ini karena obat herbal merupakan warisan budaya
bangsa yang menjadi cirri khas pengobatan tradisional Indonesia. Tentu juga
seiring dengan kampanye diseluruh dunia yang menyerukan agar kembali ke
alam.
Pada awal perkembangan ilmu kedokteran dan kefarmasian didunia barat,
segala sesuatu yang berkaitan dengan obat dan penggunaanya disebut sebagai
materi medica atau bahan obat. Pada awal abad ke-19 materi medica terbagi
menjadi farmakologi dan farmakognosi. Farmakologi yaitu mekanisme kerja
obat sedangkan farmakognosi adalah cabang ilmu farmakologi yang
mempelajari sifat-sifat tumbuhan dan bahan lain yang merupakan sumber obat.
Simplisia ialah bahan alamiah yang dipergunakan sebagai obat yang belum
mengalami pengolahan apapun juga dan kecuali dinyatakan lain, berupa bahan
yang telah dikeringkan. Simplisia nabati ialah simplisia yang berupa tanaman
utuh, bagian tanaman atau eksudat tanaman. Eksudat tanaman ialah isi sel yang
secara spontan keluar dari tanaman atau isi sel yang dengan cara tertentu
dikeluarkan dari selnya, atau zat-zat nabati lainnya yang dengan cara tertentu
dipisahkan dari tanamannya dan belum berupa zat kimia murni.
Simplisia hewani ialah simplisia yang berupa hewan utuh, bagian hewan
atau zat-zat berguna yang dihasilkan oleh hewan dan belum berupa zat kimia
murni. Simplisia pelikan(mineral) ialah simplisia yang berupa bahan pelikan
(mineral) yang belum diolah atau telah diolah dengan cara sederhana dan belum
berupa zat kimia murni.
1.2 Tujuan
Untuk mengidentifikasi simplisia campuran yang diberikan Untuk diamati
secara mikroskopik dan makroskopik
3.1 Alat-Alat
- Mikroskopik
- Obyek Glass
- Cover Glass
- Kapas
3.2 Bahan
- Sappan Lignum
- Santali Lignum
- Ligustrinae Lignum
- Larutan Kloralhidrat
3.3 Metode
1) Siapkan alat dan bahan
2) Serbuk batang atau kulit batang secukupnya ditempatkan di atas gelas objek
3) Ditambah beberapa tetes larutan kloralhidrat
4) Dihangatkan di atas nyala lampu spiritus (jangan smapai mendidih).
5) Tutup dengan gelas penutup.
6) Setelah dingin dilihat di bawah mikroskop dengan pembesaran lemah dan
bila perlu dilihat dengan pembesaran kuat.
Mikroskopik:
Fragmen pengenal adalah Epidermis, kumpulan sklereid, parenkim korteks,
parenkim empelur, berkas pengangkutpenebalan tipe tangga, serabut
sklerenkim.
Ligustrinae Lignum
6.1 Kesimpulan
1. Praktikum haksel dan pemeriksaan simplisia dilakukan pemeriksaan secara
organoleptis, makroskopik dan mikroskopik.
2. Pemeriksaan secara organoleptik meliputi pengujian morfologi, yaitu
berdasarkan warna, bau dan rasa.
3. Pemeriksaan secara makroskopik pengujian dilakukan dengan mata telanjang
atau dapat juga dengan bantuan kaca pembesar terhadap berbagai organ
tanaman yang digunakan sebagai simplisia.
4. Pemeriksaan secara mikroskopik dilakukan dengan melihat anatomi jaringan
dari serbuk simplisia di bawah mikroskop dengan perbesaran lemah (12,5 x
10) dan perbesaran kuat (12,5 x 40).
5. Tujuan dari penambahan larutan kloralhidrat adalah untuk menghilangkan
kandungan sel seperti amilum dan protein sehingga dapat terlihat jelas di
bawah mikroskop.
6. Tujuan serbuk simplisia yang ditetesi oleh larutan kloralhidrat, dihangatkan di
atas spiritus menyala adalah agar kloralhidrat sedikit menguap karena
pemanasan, sehingga simplisia dapat menempel sempurna pada objek glass.
Pemanasan juga dapat membuat isi sel seperti amilum rusak.
7. Tidak semua simplisia mempunyai ciri khas yang membedakan simplisia
dengan simplisia lainnya.
8. Pada pemeriksaan simplisia dan serbuk hanya beberapa simplisia berhasil
dikerjakan dengan baik, disebabkan kesalahan praktikan saat mengerjakan
penyiapan preparat simplisia,keterbatasan waktu yang disediakan, atau dapat
juga dikarenakan bahan simplisia yang terlalu lama disimpan.