Anda di halaman 1dari 8

LAPORAN PRAKTIKUM

FARMAKOGNOSI II

DiSusun Oleh :
Nama : Syahrina Aulia
NPM : 1843050002
Dosen : Zuraida Sagala, S.Si,M.Si
Prak. Farmakognosi II A

UNIVERSITAS 17 AGUSTUS 1945 JAKARTA


FAKULTAS FARMASI
2020
I. Pendahuluan dan Tujuan Praktikum

1.1 Pendahuluan
Pemanfaatan sumber daya alam hayati dalam mengembangkan tumbuhan
obat juga dapat menjadi investasi besar bagi kesejahteraan masyarakat Indonesia
dan akan terus berlanjut. Hal ini karena obat herbal merupakan warisan budaya
bangsa yang menjadi cirri khas pengobatan tradisional Indonesia. Tentu juga
seiring dengan kampanye diseluruh dunia yang menyerukan agar kembali ke
alam.
Pada awal perkembangan ilmu kedokteran dan kefarmasian didunia barat,
segala sesuatu yang berkaitan dengan obat dan penggunaanya disebut sebagai
materi medica atau bahan obat. Pada awal abad ke-19 materi medica terbagi
menjadi farmakologi dan farmakognosi. Farmakologi yaitu mekanisme kerja
obat sedangkan farmakognosi adalah cabang ilmu farmakologi yang
mempelajari sifat-sifat tumbuhan dan bahan lain yang merupakan sumber obat.
Simplisia ialah bahan alamiah yang dipergunakan sebagai obat yang belum
mengalami pengolahan apapun juga dan kecuali dinyatakan lain, berupa bahan
yang telah dikeringkan. Simplisia nabati ialah simplisia yang berupa tanaman
utuh, bagian tanaman atau eksudat tanaman. Eksudat tanaman ialah isi sel yang
secara spontan keluar dari tanaman atau isi sel yang dengan cara tertentu
dikeluarkan dari selnya, atau zat-zat nabati lainnya yang dengan cara tertentu
dipisahkan dari tanamannya dan belum berupa zat kimia murni.
Simplisia hewani ialah simplisia yang berupa hewan utuh, bagian hewan
atau zat-zat berguna yang dihasilkan oleh hewan dan belum berupa zat kimia
murni. Simplisia pelikan(mineral) ialah simplisia yang berupa bahan pelikan
(mineral) yang belum diolah atau telah diolah dengan cara sederhana dan belum
berupa zat kimia murni.

1.2 Tujuan
Untuk mengidentifikasi simplisia campuran yang diberikan Untuk diamati
secara mikroskopik dan makroskopik

II. Tinjauan Pustaka

Lignum adalah bagian kayu dan batang Guajucum officinalne L. Suku


Zygohyllaceae. Jaringan dari akar maupun batang yang berada di sebelah dalam
kambium. Kayu diambil dari batang atau cabang, kelupas kuliltnya dan potong-
potong kecil. Lignum = wood, kayu.
Secara botani adalah bagian xilem yang berkayu. Namun sering keliru, misalnya
Quassiae Iignum juga mengandung kulit batang yang tebal, walaupun hanya
sebagian kecil.

Bagian-bagian kayu dapat didefinisikan sebagai berikut:


a. Kulit luar merupakan lapisan luar yang sudah mati. Fungsinya sebagai pelindung
kayu terhadap serangan dari luar, misalnya: iklim, serangan serangga, jamur, dan
sebagainya.
b. Kulit dalam bersifat hidup dan tipis. Fungsinya sebagai jalan zat yang
mengandung gizi dari akar ke daun.
c. Kambium merupakan jaringan tipis dan bening yang terletak antara kulit dalam
dan kayu gubal ke arah melingkar dari pohon. Fungsinya ke arah luar membentuk
kulit baru yang rusak, ke arah dalam membentuk kayu gubal baru.
d. Kayu gubal merupakan bagian kayu muda, terdiri dari sel-sel yang masih hidup
dan yang terletak di sebelah dalam kambium. Fungsinya sebagai penyalur cairan
dan tempat penimbunan zat-zat yang mengandung gizi. Kayu gubal adalah bagian
kayu yang tumbuh cepat dan mempunyai lapisan yang agak tebal. Warnanya
biasanya lebih terang dibandingkan kayu teras.
e. Kayu teras merupakan bagian kayu tua, terdiri dari sel-sel yang dibentuk melalui
perubahan sel hidup pada renggat kayu yang paling dalam. Hal ini disebabkan
tidak berfungsinya kayu gubal sebagai penyalur cairan dalam proses kehidupan.
Kayu teras lebih awet karena sel-selnya sudah tua sehingga dinding sel tebal dan
kuat. Sel-sel sudah berisi zat ekstraksi yang dapat menambah keawetan kayu.
f. Hati merupakan bagian kayu yang terletak di pusat. Hati berasal dari kayu awal,
yang dibentuk oleh kambium dan bersifat rapuh serta lunak.
g. Renggat (lingkaran tahun) menunjukkan perkembangan kayu dari musim
kemarau ke musim hujan dan sebaliknya. Renggat dapat digunakan untuk
mengetahui umur sebatang pohon.
h. jari-jari terdapat dari luar ke dalam, berpusat pada sumbu batang. Fungsinya
menyampaikan zat bergizi dari kulit dalam ke bagian-bagian dalam dari pohon.
Jari-jari teras tidak sama pada setiap pohon.

III. Metode, Alat dan Bahan

3.1 Alat-Alat
- Mikroskopik
- Obyek Glass
- Cover Glass
- Kapas

3.2 Bahan
- Sappan Lignum
- Santali Lignum
- Ligustrinae Lignum
- Larutan Kloralhidrat

3.3 Metode
1) Siapkan alat dan bahan
2) Serbuk batang atau kulit batang secukupnya ditempatkan di atas gelas objek
3) Ditambah beberapa tetes larutan kloralhidrat
4) Dihangatkan di atas nyala lampu spiritus (jangan smapai mendidih).
5) Tutup dengan gelas penutup.
6) Setelah dingin dilihat di bawah mikroskop dengan pembesaran lemah dan
bila perlu dilihat dengan pembesaran kuat.

IV. Hasil dan Pembahasan

Pada praktikum haksel ini dilakukan pemeriksaan simplisia secara mikroskopik,


organoleptis dan makroskopik pada 34 haksel dan serbuk simplisia. Pemeriksaan
secara organoleptis dilakukan dengan mengamati warna, bau, dan rasa. Pemeriksaan
secara mikroskopik dilakukan dengan melihat anatomi jaringan dari serbuk simplisia
yang ditetesi larutan kloralhidrat kemudian dipanaskan di atas lampu spiritus (jangan
sampai mendidih). Kemudian pengamatan dilakukan di bawah mikroskop dengan
perbesaran lemah dan perbesaran kuat. Sedangkan khusus untuk uji amilum hanya
ditetesi dengan aquades. Hal ini disebabkan karena penetesan kloralhidrat pada
amilum dapat menghilangkan butir-butir amilum. Kloralhidrat juga dapat digunakan
untuk menghilangkan kandungan sel seperti protein. Sedangkan pemeriksaan secara
makroskopik dilakukan dengan melihat simplisia dan serbuk simplisia secara
langsung dengan mata telanjang, memperhatikan bentuk dari simplisia.
Namun terdapat beberapa kendala yang dihadapi pada pemeriksaan makroskopik
dan organoleptis. Simplisia satu dengan yang lainnya memiliki bentuk, warna, dan
bau yang hampir mirip pada sebagian besar simplisia. Sedangkan kendala pada
pemeriksaan mikroskopis adalah pada saat pemanasan, terkadang kloralhidrat pada
objek gelas mendidih, sehingga pada saat diamati dibawah mikroskop, objek menjadi
tidak jelas. Kendala lain pada pemeriksaan mikroskopis adalah ketidaktelitian
praktikan dalam menggunakan alat sehingga antara pengamatan simplisia satu dengan
yang lainnya dapat tercampur dan dapat mempengaruhi pemeriksaan.

V. Pengamatan Makroskopis dan Mikroskopis Simplia Lignum

5.1 Pengamatan Makroskopis (Rajangan)


1. Sappan Lignum (Kayu Secang)
Tanaman Asal : Caesalpinia sappan
Family : Caesalpiniaceace
Pemerian : Warna orange kemerahan

2. Ligustrinae Lignum (Kayu Bidara Laut)


Nama Latin : Strychnos lucida
Family : Loganiaceae
Pemerian : Warna putih berserat, beda dengan secang, berwarna merah

3. Santali Lignum (Kayu Cendana)


Nama Latin : Santalum album
Family : Santalaceae
Pemerian :Kayu berwarna coklat kekuningan, bau harum dan rasa agak
pahit (khas)

5.2 Pengamatan Mikroskopis

Sappan Lignum (Kayu secang)


Tanaman asal:
Caesalpinia sappanL.
Familia: Caesalpiniaceae
Pemerian:Serbuk merah jingga kecoklatan, tidak berbau,
rasa agak kelat.
Mikroskopik:
Xilem : Jelas, radier dengan jari-jari xilem terdiri dari 1 sampai 3 baris sel
yang berisi butir pati kecil, tunggal dan berkelompok. Pembuluh kayu atau
trakhea umumnya berkelompok, kadang-kadang tunggal, dinding tebal,
berlignin, bernoktah berbentuk celah, lumen berisi zat yang, berwarna merah
keunguan, merah kekuningan sampai merah kecoklatan. Serabut xilem :
Berkelompok, tersusun radiaer, terdiri dari 5-40 serabut, dinding serabut
tebal berlignin, lumen sempit.

Santali Lignum (Kayu Cendana)


Tanaman asal:
Santalum album L.
Familia: Santalaceae
Pemerian:Serbuk coklat kekuningan, berbau harum dan rasa agak pahit (khas)
Mikroskopik: serbuk berwarna kuning, fragmen pengenal adalah berkas serabut
dengan seludang hablur kalsium okslat bentuk prisma, fragmen pembuluh kayu
berpenebal jala, Fragmen serabut umumnya panjang dan lumen jelas, serabut
xylem dengan jari-jari empelur, butir pati Tunggal.
Ligustrinae Lignum (Kayu bidara laut)
Tanaman asal:
Strychnos lucida R.Br.
Familia: Loganiaceae
Pemerian: serbuk serutan kayu, kasar, warna bagian luar coklat bagian dalam
putih kecoklatan, tidak berbau, rasa pahit.

Mikroskopik:
Fragmen pengenal adalah Epidermis, kumpulan sklereid, parenkim korteks,
parenkim empelur, berkas pengangkutpenebalan tipe tangga, serabut
sklerenkim.

Ligustrinae Lignum

VI. Kesimpulan dan Daftar Pustaka

6.1 Kesimpulan
1. Praktikum haksel dan pemeriksaan simplisia dilakukan pemeriksaan secara
organoleptis, makroskopik dan mikroskopik.
2. Pemeriksaan secara organoleptik meliputi pengujian morfologi, yaitu
berdasarkan warna, bau dan rasa.
3. Pemeriksaan secara makroskopik pengujian dilakukan dengan mata telanjang
atau dapat juga dengan bantuan kaca pembesar terhadap berbagai organ
tanaman yang digunakan sebagai simplisia.
4. Pemeriksaan secara mikroskopik dilakukan dengan melihat anatomi jaringan
dari serbuk simplisia di bawah mikroskop dengan perbesaran lemah (12,5 x
10) dan perbesaran kuat (12,5 x 40).
5. Tujuan dari penambahan larutan kloralhidrat adalah untuk menghilangkan
kandungan sel seperti amilum dan protein sehingga dapat terlihat jelas di
bawah mikroskop.
6. Tujuan serbuk simplisia yang ditetesi oleh larutan kloralhidrat, dihangatkan di
atas spiritus menyala adalah agar kloralhidrat sedikit menguap karena
pemanasan, sehingga simplisia dapat menempel sempurna pada objek glass.
Pemanasan juga dapat membuat isi sel seperti amilum rusak.
7. Tidak semua simplisia mempunyai ciri khas yang membedakan simplisia
dengan simplisia lainnya.
8. Pada pemeriksaan simplisia dan serbuk hanya beberapa simplisia berhasil
dikerjakan dengan baik, disebabkan kesalahan praktikan saat mengerjakan
penyiapan preparat simplisia,keterbatasan waktu yang disediakan, atau dapat
juga dikarenakan bahan simplisia yang terlalu lama disimpan.

6.2 Daftar Pustaka


- Anonim, 1975. Materia Medika Indonesia, Jilid I, Departemen Kesehatan RI,
Jakarta
- Anonim, 1977. Materia Medika Indonesia, Jilid II, Departemen Kesehatan RI,
Jakarta
- Anonim, 1979. Materia Medika Indonesia, Jilid III, Departemen Kesehatan RI,
Jakarta
- Anonim, 1979. Materia Medika Indonesia, Jilid IV, Departemen Kesehatan
RI, Jakarta
- Anonim, 1979. Materia Medika Indonesia, Jilid V, Departemen Kesehatan RI,
Jakarta
- Anonim, 1979. Materia Medika Indonesia, Jilid VI, Departemen Kesehatan
RI, Jakarta
- Anonim, 2008, “Buku Ajar Mata Kuliah Farmakognosi”, Jurusan Farmasi
FMIPA Universitas Udayana, Jimbaran
- Tim Penyusun, 2008, “Petunjuk Praktikum Farmakognosi”, Laboratorium
Farmakognosi Jurusan Farmasi FMIPA Universitas Udayana, Jimbaran

Anda mungkin juga menyukai