Anda di halaman 1dari 12

Nama : Raja Heny Musliha

NIM : 121811020
Prodi : S1 Keperawatan
Mata Kuliah : Keperawatan HIV/AIDS

Asuhan Keperawatan ARV Dan Peran Perawat Dalam Meningkatkan Adherence


A. DEFINISI

Terapi antiretroviral (ART) adalah kombinasi dari beberapa obat antiretroviral

yang digunakan untuk memperlambat HIV berkembang biak dan menyebar di dalam

tubuh. Obat antiretroviral sendiri adalah pengobatan untuk perawatan infeksi oleh

retrovirus, terutama HIV.

Tujuan terapi antiretroviral adalah untuk mengurangi jumlah virus HIV dalam

tubuh hingga ke tingkat yang tidak lagi dapat terdeteksi dengan tes darah. Meski begitu,

terapi antiretroviral ini harus dijalani seumur hidup.

Obat-obatan antiretroviral yang sering digunakan untuk mengobati HIV adalah:

1. Nucleoside / nucleotide reverse transcriptase inhibitor (NRTIs), juga disebut

analog nukleosida, seperti abacavir, emtricitabine, dan tenofovir. Obat-obatan ini

sering dikombinasikan untuk hasil terbaik.

2. Nonnucleoside terbalik transcriptase inhibitor (NNRTI), seperti efavirenz,

etravirine, dan nevirapine.

3. rotease inhibitor (PI), seperti atazanavir, darunavir, dan ritonavir.

4. ntry Inhibitors (EI), seperti enfuvirtide dan Maraviroc. Integrase Inhibitors (II),

dolutegravir and Raltegrav

5. ntegrase Inhibitors (II), dolutegravir and Raltegravir


B. ASKEP PENATALAKSANAAN PADA ARV

ARV tidak menyembuhkan pasien HIV, namun bisa memperbaiki kualitas hidup

dan memperpanjang usia harapan hidup penderita HIV/AIDS. Obat ARV terdiri atas

golongan seperti nukleoside reverse transcripetase inhibitor, non-nucleotide reverse

transciptase inhibitor dan protease.

1. Tujuan pemberian ARV

ARV diberikan pada pasien HIV/AIDS dengan tujuan untuk :

a. Menghentikan replikasi HIV.

b. Memulihkan sistem imun dan mengurangi terjadi infeksi oportunistik.

c. Memperbaiki kualitas hidup.

d. Menurunkan morbiditas dan mortalitas karena infeksi HIV.

2. Jenis obat-obatan ARV

Obat ARV terdiri atas beberapa golongan antara lain nucleoside reverse transcriptase

inhibitor, non- nucleoside reverse transcriptase inhibitor, protease inhibitor dan fussion

inhibitor.

3. Efek samping ARV

Seperti obat lain pada umumnya, ARV juga memiliki beberapa efek samping,

namun tetap bisa ditangani. Berikut ini beberapa efek samping ARV, yang mungkin akan

dirasakan oleh penderita infeksi HIV, serta tips untuk mengatasinya.

1. Penurunan nafsu makan

2. Mengalami kondisi lipodistrofi

3. Diare
4. Kelelahan

5. Peningkatan kadar kolesterol dan trigliserida

6. Mual dan muntah-muntah

7. Gangguan mental (perubahan suasana hati, gangguan kecemasan, kondisi depresi)

8. Ruam di kulit

9. Sulit tidur

Efek samping ARV di atas umumnya termasuk sebagai dampak jangka pendek.

Selain efek jangka pendek, ada beberapa efek samping ARV, dalam jangka panjang.

Beberapa efek jangka panjang obat ARV yakni:

1. Penyakit organ hati

2. Gangguan ginjal

3. Kondisi osteoporosis

4. Gangguan pada saraf

5. Penyakit jantung

6. Naiknya kadar lemak di dalam darah

7. Penyakit diabetes

8. Insomnia

9. Depresi
BAB III

TINJAUAN KASUS

A. PENGKAJIAN

1. Identitas Pasien

Meliputi nama lengkap, umur, jenis kelamin, agama, suku/bangsa, alamat, no

regestrasi dan diagnosa medis.

2. Riwayat Kesehatan

a. Keluhan utama : pasien mengeluh badan terasa lemas, sakit

kepala, susah tidur, diare dll.

b. Riwayat kesehatan sekarang : mengkaji tentang faktor pencetus penyakit

dan keluhan yang timbul

c. Riwayat kesehatan dahulu : mengkaji tentang riwayat alergi. Penyakit

yang pernah di derita, dan riwayat pemakaian obat.

d. Riwayat kesehatan keluarga apakah ada keluarga yang pernah menderita

penyakit yang sama

3. Pemeriksaan fisik

a. Paru-paru : nyeri dada, napas pendek, dyspnea, gejala pneumonia

b. Jantung : irama & frekuensi denyut jantung tidak teratur

c. Abdomen : mual dan muntah, tidak nafsu makan, diarr


d. Kulit : lesi, dermatitis, eksim, psoriasis

e. Genetalia : rasa nyeri pada genetalia, infeksi perineal, kandidiasis

pada vagina

4. Aktivitas / istirahat

Kesukaran untuk istirahat karena ketidaknyamanan pada bagian genetalia

5. Psikososial

Takut menghadapi kematian karena penyakit yang dialami.

B. DIAGNOSA KEPERAWATAN

Berikut adalah diagnosa keperawatan yang didapatkan berdasarkan efek samping dari

pemberian ARV sebagai berikut :

1. Resiko gangguan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b/d penurunan nafsu makan

2. Gangguan rasa nyaman cemas b/d akibat ancaman kematian

3. Risiko kerusakan integritas jaringan kulit b/d agen cedera kimiawi

C. INTERVENSI

No Diagnosa Keperawatan Tujuan dan Kriteria Intervensi

Hasil
1 Resiko gangguan nutrisi Tujuan : 1. Kaji status nutrisi

kurang dari kebutuhan tubuh 1. Meningkatkan pasien

b/d penurunan nafsu makan. nafsu makan 2. Anjurkan pasien

DS : pasien makan sedikit tapi

- Pasien mengatakan tidak 2. Peningkatakan sering


nafsu makan status nutrisi 3. Kolaborasi dengan

- Pasien mengatakan makan ahli gizi untuk

hanya sediki menentukan diet

DO : yang tepat

- Pasien tampak tidak KH :

menghabiskan makan yang 1. Pasien tampak

sudah di berikan menghabiskan

makanan

2. Pasien tampak

banyak makan
2 Gangguan rasa nyaman cemas Tujuan : 1. Kaji TTV pasien

b/d akibat ancaman kematian. 1. Rasa cemas TD : 120/80

DS : menurun S : 36,5-37,5

- Pasien mengatakan merasa 2. Pasien mampu N : 60-100x/mnt

cemas dengan kondisinya saat mengungkapkan R : 12-24x/mnt

ini kecemasannya 2. Dorong pasien

DO : KH : untuk

- Pasien tampak gelisah dan 1. Mampu mengungkapkan

khawatir dengan kondisinya mengontrol perasaannya

saat ini kecemasan

2. Mampu

mengidentifikasi

rasa cemas pasien


3 Risiko kerusakan integritas Tujuan : 1. Kaji ukuran, warna,
jaringan kulit b/d agen cedera 1. Kerusakan dan perhatikan ada

kimiawi integritas kulit tidak nya infeksi

DS : tidak terjadi 2. Beri perawatan

- Pasien menunjukkan ruam KH : pada daerah kulit

di kulitnya 1. Kulit tidak yang terjadi ruam

DO : - kulit pasien tampak bertambah merah

memerah 2. Tidak terjadi

adanya infeksi

pada kulit.

D. PERAN PERAWAT DALAM MENINGKATKAN ADHERENCE

Peran perawat merupakan tingkah laku yang diharapkan oleh orang lain terhadap

seseorang sesuai dengan kedudukan dalam system, dimana dapat dipengaruhi oleh

keadaan sosial baik dari profesi perawatn maupun dari luar profesi keperawatan yang

bersifat konstan.

Kepatuhan atau adherence pada terapi adalah sesuatu keadaan dimana pasien

mematuhi pengobatannya atas dasar kesadaran sendiri, bukan hanya karena mematuhi

perintah dokter. Hal ini penting karena diharapkan akan lebih meningkatkan tingkat

kepatuhan minum obat. Adherence atau kepatuhan harus selalu dipantau dan dievaluasi

secara teratur pada setiap kunjungan. Kegagalan terapi ARV sering diakibatkan oleh

ketidak-patuhan pasien mengkonsumsi ARV.

Kepatuhan adalah istilah yang digunakan utnuk menggambarkan perilaku pasien

dalam minum obat secara benar tentang dosis, frekuensi dan waktunya. Supaya patuh,
pasien dilibatkan dalam memutuskan apakah minum obat atau tidak. Kepatuhan ini amat

penting dalam penatalaksaan ART, karena:

a. Bila obat tidak mencapai konsentrasi optimal dalam darah maka akan memungkinkan

berkembangnya resistensi.

b. Minum dosis obat tepat waktu dan meminumnya secara benar.

c. Derajat kepatuhan sangat berkolerasi dengan keberhasilan dalam mempertahankan

supresi virus.

1. Faktor-faktor yang mempengaruhi atau faktor prediksi kepatuhan:

a. Karakteristik Pasien. Meliputi faktor sosiodemografi (umur, jenis kelamin, ras / etnis,

penghasilan, pendidikan, buta/melek huruf, asuransi kesehatan, dan asal kelompok

dalam masyarakat misal waria atau pekerja seks komersial) dan faktor psikososial

(kesehatan jiwa, penggunaan napza, lingkungan dan dukungan sosial, pengetahuan

dan perilaku terhadap HIV dan terapinya).

b. Paduan terapi ARV. Meliputi jenis obat yang digunakan dalam paduan, bentuk

paduan (FDC atau bukan FDC), jumlah pil yang harus diminum, kompleksnya

paduan (frekuensi minum dan pengaruh dengan makanan), karakteristik obat dan

efek samping dan mudah tidaknya akses untuk mendapatkan ARV.

c. Karakteristik penyakit penyerta. Meliputi stadium klinis dan lamanya sejak

terdiagnosis HIV, jenis infeksi oportunistik penyerta, dan gejala yang berhubungan

dengan HIV. Adanya infeksi oportunistik atau penyakit lain menyebabkan

penambahan jumlah obat yang harus diminum.

d. Hubungan pasien-tenaga kesehatan. Karakteristik hubungan pasien- tenaga kesehatan

yang dapat mempengaruhi kepatuhan meliputi: kepuasan dan kepercayaan pasien


terhadap tenaga kesehatan dan staf klinik, pandangan pasien terhadap kompetensi

tenaga kesehatan, komunikasi yang melibatkan pasien dalam proses penentuan

keputusan, nada afeksi dari hubungan tersebut (hangat, terbuka, kooperatif, dll) dan

kesesuaian kemampuan dan kapasitas tempat layanan dengan kebutuhan pasien

Tiga langkah yang harus dilakukan untuk meningkatkan kepatuhan antara lain:

Langkah 1: Memberikan informasi

Langkah 2: Konseling perorangan

Langkah 3: Mencari penyelesaian masalah praktis dan membuat rencana terapi.

2. Kesiapan Pasien Sebelum Memulai Terapi ARV

Menelaah kesiapan pasien untuk terapi ARV. Mempersiapan pasien untuk memulai

terapi ARV dapat dilakukan dengan cara:

a. Mengutamakan manfaat minum obat daripada membuat pasien takut minum

obat dengan semua kemunginan efek samping dan kegagalan pengobatan.

b. Membantu pasien agar mampu memenuhi janji berkunjung ke klinik

c. Mampu minum obat profilaksis IO secara teratur dan tidak terlewatkan

d. Mampu menyelesaikan terapi TB dengan sempurna.

e. Mengingatkan pasien bahwa terapi harus dijalani seumur hidupnya.

f. Jelaskan bahwa waktu makan obat adalah sangat penting, yaitu kalau dikatakan

dua kali sehari berarti harus ditelan setiap 12 jam.

g. Membantu pasien mengenai cara minum obat dengan menyesuaikan kondisi pasien

baik kultur, ekonomi, kebiasaan hidup (contohnya jika perlu disertai dengan banyak

minum wajib menanyakan sumber air, dll).

h. Membantu pasien mengerti efek samping dari setiap obat tanpa membuat pasien

takut terhadap pasien, ingatkan bahwa semua obatmempunyai efek samping untuk
menetralkan ketakutan terhadap ARV.

i. Tekankan bahwa meskipun sudah menjalani terapi ARV harus tetap menggunakan

kondom ketika melakukan aktifitas seksual atau menggunakan alat suntik steril bagi

para penasun.

k. Sampaikan bahwa obat tradisional (herbal) dapat berinteraksi dengan obat ARV

yang diminumnya. Pasien perlu diingatkan untuk komunikasi dengan dokter untuk

diskusi dengan dokter tentang obat- obat yang boleh terus dikonsumsi dan tidak.

l. Menanyakan cara yang terbaik untuk menghubungi pasien agar dapat memenuhi

janji/jadwal berkunjung.

m. Membantu pasien dalam menemukan solusi penyebab ketidak patuhan tanpa

menyalahkan pasien atau memarahi pasien jika lupa minum obat.

n. Mengevaluasi sistem internal rumah sakit dan etika petugas dan aspek lain diluar

pasien sebagai bagian dari prosedur tetap untuk evaluasi ketidak patuhan pasien.

3. Unsur Konseling untuk Kepatuhan Berobat

a. Membina hubungan saling percaya dengan pasien

b. Memberikan informasi yang benar dan mengutamakan manfaat postif dari ARV

c. Mendorong keterlibatan kelompok dukungan sebaya dan membantu menemukan

seseorang sebagai pendukung berobat

d. Mengembangkan rencana terapi secara individual yang sesuai dengan gaya hidup

sehari-hari pasien dan temukan cara yang dapat digunakan sebagai pengingat

minum obat

e. Paduan obat ARV harus disederhanakan untuk mengurangi jumlah pil yang harus

diminum dan frekuensinya (dosis sekali sehari atau dua kali sehari), dan
meminimalkan efek samping obat.

f. Penyelesaian masalah kepatuhan yang tidak optimum adalah tergantung dari faktor

penyebabnya.

Kepatuhan dapat dinilai dari laporan pasien sendiri, dengan menghitung sisa obat

yang ada dan laporan dari keluarga atau pendamping yang membantu pengobatan.

Konseling kepatuhan dilakukan pada setiap kunjungan dan dilakukan secara terus

menerus dan berulang kali dan perlu dilakukan tanpa membuat pasien merasa

bosan.

4. Monitoring

Selain adanya kesadaran pasien untuk mematuhi peraturan ART, doperlukan juga

adanya monitoring yang dilakukan oleh pihak yang berwenag (perawat, konselor dan

dokter) atau pihak yang berhubungan dnegan ODHA lainnya. Upaya monitoring terdiri

atas :

a. Monitoring berkala. Monitoring ini terbagi menjadi tiga jenis yaitu :

1) Monitoring kepatuhan (adherence) yang harus didiskusikan pada setiap

kunjungan.

2) Monitoring efek samping ART, yang terdiri atas pertanyaan langsung,

pemeriksaan klinis dan tes laboratorium.

3) Monitoring keberhasilan ART. Monitoring ini berupa indikastor klinis, misalnya

berat badan yang meningkat, jumlah CD4 dan viral load.

b. Monitoring klinis. Monitoring klinis dilakukan agar didapatkan riwayat penyakit

yang jelas dan dilakukan pemeriksaan klinis yang teratur.


c. Pemeriksaan laboratorium dasar

1) Hitung darah dan hitung jenis (Hb, leukosit, dan TLC-total limfosit count tiap 3

bulan dan pada awlah pemakaian ARV).

2) SGOT dan SGPT.

3) Hitung CD4, dilakukan pada awal terapi dan tiap 6 bulan.

d. Monitoring efektivitas

ARV dinilai efektif bila :

1) Menurunnya/menghilangnya gejala.

2) Meningkatkan berat badan.

3) Menurunnya lesi kaposi.

4) Meningkatkan TLC.

5) Meningkatnya hitungan CD4.

6) Supresi VL yang bertahan lama.

Anda mungkin juga menyukai