Anda di halaman 1dari 11

MAKALAH

ATURAN HUKUM DI INDONESIA

OLEH :

ALFIYA DINDA ALEGA NIM 161075

ELZA AMALIA MAYANGSARI NIM 161091

EVI RIZKY AMALIA PUTRI NIM 161093

INDRI RESKY BRIANTI NIM 161102

SUKMA RIDHO WARDHANI NIM 161129

PROGRAM STUDI KEPERAWATAN

POLITEKNIK KESEHATAN RS dr. SOEPRAOEN MALANG

TAHUN AKADEMIK 2016/2017


BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar belakang

Hukum di Indonesia merupakan campuran dari sistem


hukum Eropa, hukum agama, dan hukum adat. Sebagian besar
sistem yang dianut, baik perdata maupun pidana berbasis pada
hukum Eropa, khususnya dari Belanda karena aspek sejarah masa
lalu Indonesia yang merupakan wilayah jajahan dengan sebutan
Hindia Belanda (Nederlandsch-Indie). Hukum agama karena
sebagian besar masyarakat Indonesia menganut Islam, maka
dominasi hukum atau syariat Islam lebih banyak terutama di bidang
perkawinan, kekeluargaan, dan warisan. Selain itu, di Indonesia
juga berlaku sistem hukum adat yang diserap dalam perundang-
undangan atau yurisprudensi,yang merupakan penerusan dari
aturan-aturan setempat dari masyarakat dan budaya-budaya yang
ada di wilayah Nusantara.

1.2 Rumusan Masalah


1. Apa pengertian rule of law ?
2. Bagaimana cara mengakkan keadilan hukum menurut rule of
law ?
3. Apakah Negara Indonesia termasuk Negara yang adil dalam
menegakkan hukumnya ?
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Aturan Hukum Indonesia

2.1.1 Hukum perdata Indonesia

Salah satu bidang hukum yang mengatur hak dan kewajiban yang dimiliki
pada subyek hukum dan hubungan antara subyek hukum. Hukum perdata
disebut pula hukum privat atau hukum sipil sebagai lawan dari hukum
publik. Jika hukum publik mengatur hal-hal yang berkaitan dengan negara
serta kepentingan umum (misalnya politik dan pemilu (hukum tata
negara), kegiatan pemerintahan sehari-hari (hukum administrasi atau tata
usaha negara), kejahatan (hukum pidana), maka hukum perdata mengatur
hubungan antara penduduk atau warga negara sehari-hari, seperti
misalnya kedewasaan seseorang, perkawinan, perceraian, kematian,
pewarisan, harta benda, kegiatan usaha dan tindakan-tindakan yang
bersifat perdata lainnya.

Hukum perdata di Indonesia didasarkan pada hukum perdata di Belanda,


khususnya hukum perdata Belanda pada masa penjajahan. Bahkan Kitab
Undang-undang Hukum Perdata (dikenal KUHPer.) yang berlaku di
Indonesia tidak lain adalah terjemahan yang kurang tepat dari Burgerlijk
Wetboek (atau dikenal dengan BW) yang berlaku di kerajaan Belanda dan
diberlakukan di Indonesia (dan wilayah jajahan Belanda) berdasarkan
asas konkordansi.

Untuk Indonesia yang saat itu masih bernama Hindia Belanda, BW


diberlakukan mulai 1859. Hukum perdata Belanda sendiri disadur dari
hukum perdata yang berlaku di Perancis dengan beberapa penyesuaian.

Kitab undang-undang hukum perdata (disingkat KUHPer) terdiri dari


empat bagian yaitu :

 Buku I tentang Orang; mengatur tentang hukum perseorangan dan


hukum keluarga, yaitu hukum yang mengatur status serta hak dan
kewajiban yang dimiliki oleh subyek hukum. Antara lain ketentuan
mengenai timbulnya hak keperdataan seseorang, kelahiran,
kedewasaan, perkawinan, keluarga, perceraian dan hilangnya hak
keperdataan. Khusus untuk bagian perkawinan, sebagian
ketentuan-ketentuannya telah dinyatakan tidak berlaku dengan
disahkannya UU nomor 1 tahun 1974 tentang perkawinan.

 Buku II tentang Kebendaan; mengatur tentang hukum benda, yaitu


hukum yang mengatur hak dan kewajiban yang dimiliki subyek
hukum yang berkaitan dengan benda, antara lain hak-hak
kebendaan, waris dan penjaminan. Yang dimaksud dengan benda
meliputi (i) benda berwujud yang tidak bergerak (misalnya tanah,
bangunan dan kapal dengan berat tertentu); (ii) benda berwujud
yang bergerak, yaitu benda berwujud lainnya selain yang dianggap
sebagai benda berwujud tidak bergerak; dan (iii) benda tidak
berwujud (misalnya hak tagih atau piutang). Khusus untuk bagian
tanah, sebagian ketentuan-ketentuannya telah dinyatakan tidak
berlaku dengan di undangkannya UU nomor 5 tahun 1960 tentang
agraria. Begitu pula bagian mengenai penjaminan dengan hipotik,
telah dinyatakan tidak berlaku dengan di undangkannya UU
tentang hak tanggungan.

 Buku III tentang Perikatan; mengatur tentang hukum perikatan


(atau kadang disebut juga perjanjian (walaupun istilah ini
sesunguhnya mempunyai makna yang berbeda), yaitu hukum yang
mengatur tentang hak dan kewajiban antara subyek hukum di
bidang perikatan, antara lain tentang jenis-jenis perikatan (yang
terdiri dari perikatan yang timbul dari (ditetapkan) undang-undang
dan perikatan yang timbul dari adanya perjanjian), syarat-syarat
dan tata cara pembuatan suatu perjanjian. Khusus untuk bidang
perdagangan, Kitab undang-undang hukum dagang (KUHD) juga
dipakai sebagai acuan. Isi KUHD berkaitan erat dengan KUHPer,
khususnya Buku III. Bisa dikatakan KUHD adalah bagian khusus
dari KUHPer.

 Buku IV tentang Daluarsa dan Pembuktian; mengatur hak dan


kewajiban subyek hukum (khususnya batas atau tenggat waktu)
dalam mempergunakan hak-haknya dalam hukum perdata dan hal-
hal yang berkaitan dengan pembuktian.

Sistematika yang ada pada KUHP tetap dipakai sebagai acuan oleh para
ahli hukum dan masih diajarkan pada fakultas-fakultas hukum di
Indonesia.

2.1.2 Hukum pidana Indonesia

Hukum pidana merupakan bagian dari hukum publik. Hukum pidana


terbagi menjadi dua bagian, yaitu hukum pidana materiil dan hukum
pidana formil. Hukum pidana materiil mengatur tentang penentuan tindak
pidana, pelaku tindak pidana, dan pidana (sanksi). Di Indonesia,
pengaturan hukum pidana materiil diatur dalam kitab undang-undang
hukum pidana (KUHP). Hukum pidana formil mengatur tentang
pelaksanaan hukum pidana materiil. Di Indonesia, pengaturan hukum
pidana formil telah disahkan dengan UU nomor 8 tahun 1981 tentang
hukum acara pidana (KUHAP).

2.1.3 Hukum tata negara


Hukum tata negara adalah hukum yang mengatur tentang negara, yaitu
antara lain dasar pendirian, struktur kelembagaan, pembentukan
lembaga-lembaga negara, hubungan hukum (hak dan kewajiban) antar
lembaga negara, wilayah dan warga negara. Hukum tata negara mengatur
mengenai negara dalam keadaan diam artinya bukan mengenai suatu
keadaan nyata dari suatu negara tertentu (sistem pemerintahan, sistem
pemilu, dll dari negara tertentu) tetapi lebih pada negara dalam arti luas.
Hukum ini membicarakan negara dalam arti yang abstrak.

2.1.4 Hukum tata usaha (administrasi) negara

Hukum tata usaha (administrasi) negara adalah hukum yang mengatur


kegiatan administrasi negara. Yaitu hukum yang mengatur tata
pelaksanaan pemerintah dalam menjalankan tugasnya.

Hukum administarasi negara memiliki kemiripan dengan hukum tata


negara.kesamaanya terletak dalam hal kebijakan pemerintah ,sedangkan
dalam hal perbedaan hukum tata negara lebih mengacu kepada fungsi
konstitusi/hukum dasar yang digunakan oleh suatu negara dalam hal
pengaturan kebijakan pemerintah,untuk hukum administrasi negara di
mana negara dalam "keadaan yang bergerak". Hukum tata usaha negara
juga sering disebut HTN dalam arti sempit.

2.1.5 Hukum acara perdata Indonesia

Hukum acara perdata Indonesia adalah hukum yang mengatur tentang


tata cara beracara (berperkara di badan peradilan) dalam lingkup hukum
perdata. Dalam hukum acara perdata, dapat dilihat dalam berbagai
peraturan Belanda dulu(misalnya; Het Herziene Inlandsh Reglement/HIR,
RBG, RB,RO).

2.1.6 Hukum acara pidana Indonesia

Hukum acara pidana Indonesia adalah hukum yang mengatur tentang tata
cara beracara (berperkara di badan peradilan) dalam lingkup hukum
pidana. Hukum acara pidana di Indonesia diatur dalam UU nomor 8 tahun
1981.Asas dalam hukum acara pidana

Asas di dalam hukum acara pidana di Indonesia adalah:

 Asas perintah tertulis, yaitu segala tindakan hukum hanya dapat


dilakukan berdasarkan perintah tertulis dari pejabat yang
berwenang sesuai dengan UU.
 Asas peradilan cepat, sederhana, biaya ringan, jujur, dan tidak
memihak, yaitu serangkaian proses peradilan pidana (dari
penyidikan sampai dengan putusan hakim) dilakukan cepat,
ringkas, jujur, dan adil (pasal 50 KUHAP).
 Asas memperoleh bantuan hukum, yaitu setiap orang punya
kesempatan, bahkan wajib memperoleh bantuan hukum guna
pembelaan atas dirinya (pasal 54 KUHAP).
 Asas terbuka, yaitu pemeriksaan tindak pidana dilakukan secara
terbuka untuk umum (pasal 64 KUHAP).
 Asas pembuktian, yaitu tersangka/terdakwa tidak dibebani
kewajiban pembuktian (pasal 66 KUHAP), kecuali diatur lain oleh
UU.

2.1.7 Hukum antar tata hukum

Hukum antar tata hukum adalah hukum yang mengatur hubungan antara
dua golongan atau lebih yang tunduk pada ketentuan hukum yang
berbeda.

2.1.8 Hukum adat di Indonesia

Hukum adat adalah seperangkat norma dan aturan adat yang berlaku di
suatu wilayah.

2.2 Istilah hukum

2.2.1.Advokat

Sejak berlakunya UU nomor 18 tahun 2003 tentang advokat, sebutan bagi


seseorang yang berprofesi memberikan bantuan hukum secara swasta -
yang semula terdiri dari berbagai sebutan, seperti advokat, pengacara,
konsultan hukum, penasihat hukum - adalah advokat.

2.2.2 Advokat dan pengacara

Kedua istilah ini sebenarnya bermakna sama, walaupun ada beberapa


pendapat yang menyatakan berbeda. Sebelum berlakunya UU nomor 18
tahun 2003, istilah untuk pembela keadilan plat hitam ini sangat beragam,
mulai dari istilah pengacara, penasihat hukum, konsultan hukum, advokat
dan lainnya.

Pengacara sesuai dengan kata-kata secara harfiah dapat diartikan


sebagai orang yang beracara, yang berarti individu, baik yang tergabung
dalam suatu kantor secara bersama-sama atau secara individual yang
menjalankan profesi sebagai penegak hukum plat hitam di pengadilan.

Sementara advokat dapat bergerak dalam pengadilan, maupun bertindak


sebagai konsultan dalam masalah hukum, baik pidana maupun perdata.
Sejak diundangkannya UU nomor 18 tahun 2003, maka istilah-istilah
tersebut distandarisasi menjadi advokat saja.

Dahulu yang membedakan keduanya yaitu :

1. Advokat adalah seseorang yang memegang izin ber"acara" di


Pengadilan berdasarkan Surat Keputusan Menteri Kehakiman serta
mempunyai wilayah untuk "beracara" di seluruh wilayah Republik
Indonesia.
2. Pengacara Praktik adalah seseorang yang memegang izin
praktik / beracara berdasarkan Surat Keputusan Pengadilan Tinggi
setempat di mana wilayah beracaranya adalah "hanya" diwilayah
Pengadilan Tinggi yang mengeluarkan izin praktik tersebut.

Setelah UU No. 18 th 2003 berlaku maka yang berwenang untuk


mengangkat seseorang menjadi Advokat adalah Organisasi Advokat.
(Pengacara dan Pengacara Praktik/pokrol dst seteah UU No. 18 tahun
2003 dihapus)

3.Konsultan hukum

Konsultan hukum atau dalam bahasa Inggris counselor at law atau legal
consultant adalah orang yang berprofesi memberikan pelayanan jasa
hukum dalam bentuk konsultasi, dalam sistem hukum yang berlaku di
negara masing-masing. Untuk di Indonesia, sejak UU nomor 18 tahun
2003 berlaku, semua istilah mengenai konsultan hukum, pengacara,
penasihat hukum dan lainnya yang berada dalam ruang lingkup
pemberian jasa hukum telah distandarisasi menjadi advokat.

4.Jaksa dan polisi

Dua institusi publik yang berperan aktif dalam menegakkan hukum publik
di Indonesia adalah kejaksaan dan kepolisian. Kepolisian atau polisi
berperan untuk menerima, menyelidiki, menyidik suatu tindak pidana yang
terjadi dalam ruang lingkup wilayahnya.

Apabila ditemukan unsur-unsur tindak pidana, baik khusus maupun


umum, atau tertentu, maka pelaku (tersangka) akan diminta keterangan,
dan apabila perlu akan ditahan. Dalam masa penahanan, tersangka akan
diminta keterangannya mengenai tindak pidana yang diduga terjadi.

Selain tersangka, maka polisi juga memeriksa saksi-saksi dan alat bukti
yang berhubungan erat dengan tindak pidana yang disangkakan.
Keterangan tersebut terhimpun dalam berita acara pemeriksaan (BAP)
yang apabila dinyatakan P21 atau lengkap, akan dikirimkan ke kejaksaan
untuk dipersiapkan masa persidangannya di pengadilan.
Kejaksaan akan menjalankan fungsi pengecekan BAP dan analisis bukti-
bukti serta saksi untuk diajukan ke pengadilan. Apabila kejaksaan
berpendapat bahwa bukti atau saksi kurang mendukung, maka kejaksaan
akan mengembalikan berkas tersebut ke kepolisian, untuk dilengkapi.
Setelah lengkap, maka kejaksaan akan melakukan proses penuntutan
perkara. Pada tahap ini, pelaku (tersangka) telah berubah statusnya
menjadi terdakwa, yang akan disidang dalam pengadilan. Apabila telah
dijatuhkan putusan, maka status terdakwa berubah menjadi terpidana.

2.3. Tujuan Mempelajari Aturan Hukum Indonesia


1. mengetahui pengertian dari rule of law
2. mengetahui cara menegakkan keadilan dengan hukum yang berlaku
3. mengetahui bahwa Negara Indonesia adalah Negara yang baik
atau buruk dalam peradilannya.
2.4.Pertanyaan dari audience
1.Bagaimana hukum publik dan hukum pidana, dan berikan contohnya?
2. Apa yang dimaksud dengan advokat?
3. Apa keterkaitan antara hukum adat dan hukum Negara ?
4. Contoh pelaksana hukum perdana dan hukum perdata ?
JAWABAN :
1.Hukum publik adalah hukum yang mengatur tentang masyarakat dan
hukum pidana merupakan bagian dari hukum publik. Contohnya
perdagangan antar Negara dan regional.
2. Advokat adalah orang yang berprofesi memberi jasa hukum, baik di
dalam maupun di luar pengadilan yamg memenuhi persyaratan dan
berdasarkan ketentuan UU Advokat.
3. keterkaitan antara hukum adat dan hukum negara itu adalah saling
bertoleransi karena saling keterkaitan, dari hukum adat itu sendiri itu
sudah merupakan warisan dari luhur mereka yang sangat mereka patuhi
dan hukum Negara sendiri juga dapat bertoleransi karena merupakan
warisan budaya atau asset budaya kita.
4. Dalam pelaksanaan hukum perdata, pelanggaran terhadap hukum ini
tidak dapat langsung diberi sanksi atau tindakan hukum tertentu.
Pengadilan atau hakim tidak berhak memberikan hukuman atau tindakan
hukum tertentu kepada seseorang yang melanggar hukum pidana
sebelum seseorang atau orang lain mengajukan gugatan terhadap
pelanggar. Sedangkan Hukum pidana dapat dilaksanakan bahkan tanpa
adanya penggugat. Seseorang yang melanggar hukum pidana dapat
dijatuhi hukuman atau sanksi bahkan tanpa ada seorang penggugat yang
merasa dirugikan. Sehingga hakim dalam hal ini yang mewakili pengadilan
dapat langsung mengambil tindakan atau langsung menjatuhkan hukuman
sesuai dengan perbuatan tindak pidana yang dilakukan oleh pelanggar
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Hukum di Indonesia merupakan campuran dari sistem hukum Eropa, hukum


agama, dan hukum adat. Sebagian besar sistem yang dianut, baik perdata maupun
pidana berbasis pada hukum Eropa, khususnya dari Belanda karena aspek sejarah
masa lalu Indonesia yang merupakan wilayah jajahan dengan sebutan Hindia
Belanda (Nederlandsch-Indie).aturan hukum di indonesia meliputi :

1 Hukum perdata Indonesia

2 Hukum pidana Indonesia

3 Hukum tata negara

4 Hukum tata usaha (administrasi) negara

5 Hukum acara perdata Indonesia

6 Hukum acara pidana Indonesia

7 Hukum antar tata hukum

8 Hukum adat di Indonesia

9 Hukum Islam di Indonesia


DAFTAR PUSTAKA
Soediman Kartohadiprodjo. Pengantar Tata Hukum di Indonesia.
Jakarta: Pemangunan. 1965.
Sanusi Achmad. Pengantar Ilmu Hukum dan Pengantar Tata
Hukum Indonesia. Bandung: Tarsito. 1984
Samidjo, Pengantar Hukum Indonesia, Bandung: Armico, 1985
Mohammad Radhie, PRISMA No.6 Tahun Ke-11. 1973
Sudarsono, Pengantar Ilmu Hukum, Jakarta: Rineka Cipta, 1991

Anda mungkin juga menyukai