Anda di halaman 1dari 30

No.

Dokumen : …//…/2018
Revisi :
PUSKESMAS KELAYAN DALAM Tgl Berlaku :

KOTA BANJARMASIN

PEDOMAN PELAYANAN KLINIS

BANJARMASN
TAHUN 2020

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Puskesmas sebagai lini terdepan dalam memberikan pelayanan kesehatan kepada
masyarakat memiliki 3 kelompok besar upaya kesehatan yakni Upaya Kesehatan
Masyarakat (UKM), Upaya Kesehatan Perorangan (UKP) dan jejaring.
Puskesmas Segiri terletak di Jl. Ramania II yang memiliki dua wilayah kerja
Kelurahan yaitu Kelurahan Kelayan Dalam.
Secara umum Puskesmas merupakan satuan organisasi yang memberikan
kewenangan kemandirian oleh Dinas Kesehatan untuk melaksanakan satuan tugas
operasional pembangunan di wilayah kerja. Menurut Peraturan Menteri Kesehatan
Republik Indonesia Nomor 75 Tahun 2014 tentang Pusat Kesehatan Masyarakat, pada
Pasal 4 disebutkan bahwasanya puskesmas mempunyai tugas melaksanakan kebijakan
kesehatan untuk mencapai tujuan pembangunan kesehatan di wilayah kerjanya dalam
rangka mendukung terwujudnya kecamatan sehat.
Adapun fungsi puskesmas sebagaimana tertuang pada Pasal 5 Permenkes RI No
75/2014 meliputi:
1. Penyelenggaraan UKM (Upaya Kesehatan Masyarakat) tingkat pertama di wilayah
kerjanya
2. Penyelenggaraan UKP (Upaya Kesehatan Perorangan) tingkat pertama di wilayah
kerjanya
Selain dua fungsi yang terdapat pada pasal 5, selanjutnya pasal 8 menyebutkan
bahwa puskesmas juga dapat berfungsi sebagai wahana pendidikan tenaga kesehatan.
Puskesmas sebagai salah satu jenis fasilitas pelayanan kesehatan tingkat
pertama memiliki peranan penting dalam sistem kesehatan nasional, khususnya
subsistem upaya kesehatan. Untuk mencapai tujuan pembangunan kesehatan nasional
diselenggarakan berbagai upaya kesehatan secara menyeluruh, berjenjang dan terpadu.
Upaya kesehatan perseorangan tingkat pertama di Puskesmas Kelayan Dalam meliputi:
a. Rawat jalan
b. Pelayanan gawat darurat.

B. Tujuan Pedoman
1. Tujuan Umum :
Tersedianya pedoman sebagai acuan dalam penyelenggaraan pelayanan klinis
yang profesional dan bermutu di UPT Puskesmas Kelayan Dalam.
2. Tujuan Khusus :
1.1 Terselenggaranya pelayanan klinis yang profesional dan bermutu tinggi.
1.2 Terlaksananya penilaian terhadap kinerja pelayanan klinis di Puskesmas
Kelayan Dalam.
1.3 Terlaksananya perbaikan berkelanjutan pada pelayanan klinis di
Puskesmas Kelayan Dalam.
1.4 Meningkatnya kepuasan dan harapan pelanggan/pasien terhadap
pelayanan klinis di Puskesmas Kelayan Dalam.

C. Sasaran Pedoman
Semua penyelenggara pelayanan klinis baik itu staf medis (dokter/dokter
gigi), paramedis (perawat, bidan), tenaga kesehatan lainnya (nutrisionis/ahli gizi,
kesehatan lingkungan, analis/laboratorium, apoteker/farmasi, tenaga kesehatan
masyarakat, dan tenaga non kesehatan (administrasi, rekam medis, supir, petugas
kebersihan dan petugas keamanan) serta pasien yang terkait untuk bekerjasama dalam
pelaksanaan pelayanan klinis di Puskesmas Kelayan Dalam.

D. Ruang Lingkup Pelayanan


Ruang lingkup pelayanan klinis di Puskesmas Segiri meliputi:
1. Ruangan Pendaftaran dan Rekam Medis Pasien
Sebelum mendapatkan pelayanan pemeriksaan atau konsultasi kesehatan, pasien
terlebih dahulu mendaftarkan diri di bagian pendaftaran untuk dicatatkan data
sosialnya dan dibuatkan rekam medisnya. Selanjutnya pasien akan diarahkan ke
ruangan yang dituju.
2. Ruangan Pemeriksaan Umum
Pemeriksaan pasien dilakukan di ruangan sesuai dengan keluhan dan kondisi pasien.
Pemeriksaan dilakukan di Ruangan Pemeriksaan Umum, Ruangan Kesehatan Gigi dan
Mulut, Ruangan KIA dan KB, Ruangan Pemeriksaan Anak dan Ruangan Imunisasi. Jika
pasien dengan kondisi membutuhkan rujukan, maka dilakukan rujukan ke Ruangan
Tindakan atau ke Rumah sakit.
3. Pemeriksaan Penunjang
Apabila dianggap perlu maka dokter yang memeriksa kondisi pasien dapat merujuk
pasien ke unit penunjang (laboratorium) untuk mendapatkan pemeriksaan penunjang
yang sesuai demi mendapatkan informasi lebih lengkap mengenai kondisi pasien.
4. Pelayanan Kefarmasian
Apabila pasien sudah selesai diperiksa dan membutuhkan obat, maka pasien akan
diberi resep yang akan dibawa ke Ruang Farmasi untuk mendapatkan obat sesuai
dengan yang tertera dalam resep.
5. Konsultasi Pasien
Pasien yang membutuhkan penjelasan mengenai kondisi kesehatan yang lebih rinci
akan dirujuk ke unit terkait, misalnya ke Ruangan Konsultasi Gizi atau Ruangan
Konsultasi Kesehatan Lingkungan.

E. Batasan Operasional
1. Unit Pelayanan Administrasi
Unit Pendaftaran dan rekam medis (Ruangan Pendaftaran) adalah unit yang
melayani pendaftaran pasien baru dan pasien lama yang akan mendapatkan
pelayanan rawat jalan beserta rekam medisnya.
2. Unit Pelayanan Klinis
2.1 Ruangan Pemeriksaan Umum adalah unit pelayanan yang melayani
pemeriksaan kesehatan umum dewasa dan anak ≥ 5 tahun.
2.2 Ruangan Pemeriksaan Gigi adalah unit pelayanan yang melayani
pemeriksaan gigi dan mulut.
2.3 Ruangan KIA/KB adalah unit pelayanan yang melayani kesehatan ibu anak
dan KB yang meliputi pemeriksaaan ibu hamil (antenatal care), imunisasi,
pelayanan KB (pil, suntik, implant, IUD).
2.4 Ruangan Pemeriksaan Anak adalah unit pelayanan yang melayani
manajemen terpadu balita sakit dan deteksi dini tumbuh kembang anak
pada pasien bayi balita umur 0-59 bulan.
2.5 Ruangan Kosultasi Gizi adalah pelayanan gizi yang berupa
konsultasi/konseling gizi.
2.6 Ruangan PKPR adalah unit pelayanan yang melayani konsultasi remaja usia
10-19 tahun.
2.7 Ruangan Promosi Kesehatan melayani konsultasi/konseling, pemberian
informasi kesehatan.
2.8 Ruangan Kusta (surveilens) adalah unit pelayanan yang melayani konsultasi
dan pemberian obat pada penderita kusta.
2.9 Ruangan TB (surveilens) adalah unit pelayanan yang melayani konsultasi
dan pemberian obat pada penderita TB.
2.10 Ruangan Tindakan adalah unit pelayanan yang menangani pasien yang
membutuhkan pertolongan segera atau rujukan dari unit pelayanan lain
yang memerlukan tindakan medis.
2.11 Laboratorium adalah unit pelayanan yang melayani pemeriksaan darah,
urin, feses, kimia darah, dahak/sputum, dan lain-lain
2.12 Ruangan Farmasi adalah unit pelayanan yang melayani pemberian obat
melalui resep dokter atau dokter gigi dan paramedis (bidan/perawat) yang
telah diberikan pendelegasian wewenang dari dokter/dokter gigi.
BAB II
STANDAR KETENAGAAN

A. Kualifikasi Sumber Daya Manusia Pelayanan Klinis


Berikut ini tenaga kesehatan pada pelayanan klinis yang ada di Puskesmas
Segiri :
Pelayanan Profesi Petugas
dr. Denina Setya Ningtyas
Dokter Umum dr. Rizkina Yulianti
M. Ridha Anshari, AMK
Perawat Murni Apriani, AMK
Yunaida, AMK
Pemeriksaan Umum
Dokter Gigi drg. Mohammad Zulkhaidir Zailani
Perawat Gigi Fathul Jannah Amd, Ks
Kesehatan Gigi dan Mulut
Pahruzi, Amd.Kes
Satumi, Amd.Keb
Kesehatan Ibu dan Anak Bidan Hj. Herliana, Amd.Keb
Keluarga Berencana Bidan Fatmah, S.Si.T
Juhairiyah, Amd.Keb
Gizi Klinis Ahli Gizi Retno Dwiyanty, AMG
Laboratorium Analis lab Nurinawati, Amd.Ak
Nurela Sari, Amd.Ak
Kefarmasian Apoteker Maulida Hayani, S.Farm,Apt
Asisten Sri Suharti, Amd

Apoteker
Tindakan Perawat M. Ridha Anshari, AMK
Murni Apriani, AMK
Yunaida, AMK
Imunisasi Bidan Hikmah Hasanah, AMK
Pemeriksaan Anak Dokter dr. Rizkina Yulianti
Bidan Satumi, Amd.Keb

Semua karyawan puskesmas wajib berpartisipasi dalam pelayanan klinis mulai


dari Kepala Puskesmas, dokter, perawat, bidan, ahli gizi, analis, apoteker, sanitarian,
sarjana kesehatan masyarakat, petugas administrasi dan tata usaha, petugas rekam
medis, kasir, petugas kebersihan, supir, dan petugas keamanan.

B. Distribusi Ketenagaan
Puskesmas Kelayan Dalam melakukan pelayanan di dalam gedung Puskesmas
Induk, sedangkan kegiatan luar gedung yang dijadwalkan secara rutin adalah
kegiatan posyandu.
 Dokter setiap hari bertugas di Ruangan Umum dan Ruangan Pemeriksaan Anak,
jumlah dokter ada 4 (Empat) yang masing-masing mempunyai tugasnya sendiri-
sendiri sesuai jadwal. Bila ada pertemuan yang menyangkut upaya klinis yang
menjadi tugas keseharian dokter atau yang berkaitan dengan tugas integrasinya,
maka akan didisposisi untuk melakukan pertemuan, sehingga pelayanan dilayani
oleh 2 (dua) dokter dan perawat yang diberi pelimpahan wewenang. Sedangkan
dokter yang satu lagi menangani pasien di Ruangan Pemeriksaan Anak.
 Dokter gigi setiap hari bertugas di Ruangan Kesehatan Gigi dan Mulut. Jumlah
dokter gigi ada 1 (satu) menempati ruangan kesehatan gigi dan mulut.
 Bidan setiap hari melakukan pelayanan di ruangan KIA dan KB. Jumlah bidan ada 8
(delapan) terdiri dari 5 (lima) bidan PNS dan 3 (tiga) bidan PTT. Masing-masing
bidan mempunyai spesifikasi ketugasan yang berbeda, misalnya sebagai
koordinator KIA, penanggung jawab kesehatan anak atau penanggung jawab
pelayanan KB (Keluarga Berencana), dan Penanggung Jawab Imunisasi. Jika ada
undangan pertemuan untuk bidan maka yang ditugasi adalah disesuaikan dengan
ketugasannya, sedangkan untuk melakukan kegiatan luar gedung, misalnya
kunjungan ibu hamil risiko tinggi, maka bidan akan menyesuaikan dengan kondisi
pelayanan yang ada di puskesmas Segiri.
 Perawat setiap hari melakukan ketugasan sesuai jadwal yang dibuat oleh kepala
Puskesmas Segiri dan koordinator Ruangan Tindakan. Dalam pembuatan jadwal
perawat yang bertugas pada rawat jalan dibuat oleh Kepala Puskesmas sedangkan
penjadwalan Ruangan Tindakan dibuat oleh koordinator Ruangan Tindakan. Ada 2
jenis pelayanan dalam gedung yang dilakukan perawat yaitu di Ruangan
Pemeriksaan Umum dan Ruangan Tindakan. Jumlah perawat ada 6 (enam) orang.
Perawat dibagi menjadi 2 bagian tempat kerja yakni 3 (tiga) orang di Ruangan
Pemeriksaan Umum dan 3 (tiga) orang di Ruangan Tindakan. Setiap perawat
mempunyai tugas integrasi atau tugas lain yang diberikan kepala puskesmas,
misalnya penanggung jawab program TB, penanggung jawab PHN dll. Sehingga jika
ada undangan yang menyangkut ketugasannya perawat yang bersangkutan akan
didisposisi mengikuti kegiatan tersebut. Untuk kegiatan di luar gedung puskesmas
jadwal perawat sesuai dengan angggota tim.
 Perawat gigi setiap hari bertugas di Ruangan Kesehatan Gigi dan Mulut bersama
dokter gigi. Jumlah perawat gigi ada 1 (satu) yang memiliki tugas integrasi.
 Nutrisionis setiap hari bertugas di Ruangan Konsultasi Gizi. Jumlah nutrisionis ada
1 (satu) dengan mempunyai tugas integrasi.
 Analis laboratorium setiap hari bertugas di ruang laboratorium. Jumlah analis ada 2
(dua) ada yang mempunyai tugas integrasi.
 Apoteker setiap hari bertugas di pelayanan farmasi. Jumlah apoteker ada 1 (satu)
yang setiap hari dibantu petugas lain yang diberi wewenang mengelola apotek. Jika
petugas apoteker ada undangan pertemuan maka pelayanan farmasi dilayani oleh
petugas yang diberi wewenang di apotek.

C. Jadwal Kegiatan
No JENIS PELAYANAN WAKTU KETERANGAN
.

1. PEMERIKSAAN UMUM Setiap Hari Kerja Jam Pendaftaran


Senin – Kamis
Pukul 08:00 - Sampai
Selesai. 07.30 – 11.00 WITA,

2. TINDAKAN Setiap Hari Kerja


Jum’at

Pukul 08:00 - Sampai


07.30 – 10.00 WITA,
Selesai.
Sabtu
3. KESEHATAN GIGI DAN Setiap Hari Kerja
MULUT 07.30 – 11.00 WITA.
Pukul 08:00 - Sampai
Selesai.

4. IMUNISASI Setiap Hari Selasa dan


Kamis

Pukul 08.00-Sampai Selesai.

5. LABORATORIUM Setiap Hari Kerja

Pukul 08:00 - Sampai


Selesai.

6. FARMASI Setiap Hari Kerja


Pukul 08:00 - Sampai
Selesai.

7. KIA DAN KB Setiap Hari Kerja


Pukul 08:00 - Sampai
Selesai.

8. KONSULTASI GIZI Senin, Selasa, Kamis


Pukul 08.00 – 10.00 Wita

9. KONSULTASI Senin, Rabu


KESEHATAN Pukul 08.00 – Sampai
LINGKUNGAN Selesai

10. PEMERIKSAAN ANAK Setiap Hari Kerja


Pukul 08:00 - Sampai
Selesai.

11. TB Setiap Hari Sabtu


Pukul 07.00 – Sampa
Selesai.

12. KUSTA Susuai Kesepakatan Dengan


Pasien.
BAB III
STANDAR FASILITAS

A. Denah Ruang
Lantai 1

Lantai 2
Lantai 3

B. Standar Fasilitas
1. Fasilitas dan Sarana
Gedung Puskesmas Kelayan Dalam terdiri dari 2 lantai, untuk gedung pelayanan
klinis terdapat di lantai 1 dan 2. Ruangan pelayanan klinis di lantai 1 antara lain Ruang
Pendaftaran, Ruangan Rekam Medis, Ruangan Pemeriksaan Umum, Ruangan Tindakan,
Ruangan KIA dan KB yang berorientasi pada UKP (upaya kesehatan perorangan),
Ruang Farmasi dan Laboratorium. Ruangan Kesehatan Gigi dan Mulut, Ruangan
Imunisasi dan Ruangan Pemeriksaan Anak, Ruangan KB, Ruangan Konsultasi Gizi dan
Ruangan Kesehatan Lingkungan.
Ruangan Pemeriksaan Umum merupakan ruangan pemeriksaan dokter dan
perawat, termasuk di dalamnya terdapat bed/tempat tidur pasien. Di depan pintu
masuk Ruangan Pemeriksaan Umum terdapat 3 (dua) meja untuk melakukan
pemeriksaan tanda-tanda vital pada pasien sedangkan 3 (dua) meja di dalam Ruangan
Pemeriksaan umum digunakan untuk pemeriksaan yang dilakukan oleh dokter atau
perawat.
Ruangan ini memiliki wastafel sebagai sarana cuci tangan bagi petugas. Selain
itu ruangan ini memiliki seperangkat komputer sebagai bagian dari sistem informasi
puskesmas yang terhubung dengan server untuk memasukkan data pasien pada sistem
informasi puskesmas.
Ruangan KIA menjadi satu dengan Ruangan KB, sehingga memudahkan
pemberian pelayanan KIA, seperti pemeriksaan ibu hamil dan pelayanan KB.
Sedangkan pemeriksaan calon pengantin dilakukan di Ruangan PKPR yang berada di
lantai 2 dan pemberian imunisasi pada balita juga dilakukan di lantai 2. Ruangan KIA ,
dilengkapi dengan meja administrasi, 2 (dua) bed pemeriksaan, lemari peralatan dan
perangkat komputer pendukung sistem informasi puskesmas yang diletakkan di atas
meja dekat pintu masuk ruang KIA. Ruangan KB terdapat 1 (satu) tempat tidur
tindakan dan 1 (satu) tempat tidur ginekologi, sterilisator, wastafel dan lemari. Untuk
penimbangan dan tinggi badan serta tensi darah dilakukan di meja depan KIA
dilakukan setiap hari.
Ruangan kesehatan Gigi dan Mulut dilakukan oleh 1 (satu) dokter gigi dan 1
(satu) perawat gigi. Ruangan ini dilengkapi peralatan yang sudah memadai seperti satu
dental unit, almari alat, sterilisator, wastafel dan 2 (dua) meja administrasi. Dilengkapi
dengan komputer sebagai pendukung sistem informasi Puskesmas.
Laboratorium terdiri dari 1 ruangan dimana setiap tindakan dilakukan dalam
ruangan tersebut. Fasilitas yang lain terdapat 3 (tiga) meja kerja yang digunakan untuk
penerimaan pasien dan tempat alat dan komputer sebagai pendukung sistem informasi
Puskesmas, wastafel, dan beberapa peralatan pemeriksaan laboratorium.
Ruang farmasi terdiri dari 2 ruangan, yaitu ruang untuk pelayanan obat dan
ruang tempat penyimpanan obat. Ruang pelayanan obat terletak di lantai 1 dan ruang
penyimpanan obat, dilengkapi dengan 2 lemari obat 1untuk temapat obat tablet dan 1
untuk tempat obat sirup, 1 meja peracikan obat, 3 kursi pelayanan dan 1 laptop untuk
pendukung sistem informasi Puskesmas. Ruang penyimpanan obat dilengkapi dengan
AC dan rak-rak penyimpanan obat.
Ruangan Tindakan terdapat 1 ruangan. Terdapat 3 bed tindakan, 2 kursi,1 meja,
1 brankar, 1 lemari, troly, dan timbangan dewasa dan dilengkapi peralatan yang lain.

2. Peralatan
Ruangan Alat
Ruangan Pemeriksaan Umum  Tensimeter
 Stetoskop
 Termometer
 Senter
 Timbangan
 Pengukur tinggi badan
 Pita pengukur
Ruangan Kesehatan Gigi dan  Scaling elektrik
Mulut  Light curing
 Cabut gigi permanen
 Tang cabut gigi decidui
 Plastis instrumen
 Sonde
 Exavator
 Pincet
 Kaca mulut
 Scalpel
 Elevator
 Tensimeter
 Stetoscope
 Dll
Ruangan KIA dan KB  Tensimeter
 Stetoskop
 Stetoskop laennec
 Termometer
 Doppler
 KB set
 USG
 Midline
 Spuit
 Pita pengukur lila
 Hammer

 Pengukur panggul
 Timbangan bayi
 Timbangan dewasa
 Pengukur tinggi badan
Laboratorium  Centrifuge darah
 Centrifuge urine
 Lampu spiritus
 Objek glass
 Deck galass
 Tabung
 Mikroskop
 Spuit

 Hematologi analyzer
 Photometer
Ruang farmasi  Blender
 Laminator

 Plastik obat

 Kertas puyer

 Label obat
 Sendok obat

 Mortir

 Stemper

 Sendok tanduk
Pendaftaran  Alat tulis
 Buku register
 Rak status
 Komputer
 Nomor antrian
 Lemari
TINDAKAN  Bed
 Brangkar
 Lemari obat
 Tabung O2 dan humidifier
 Nebulizer set
 Lampu tindakan
 Sterilisator
 Heacting set
 Spuit
 Aligator
 Nierbeken
 Kom
 Tromol kassa
 Timbangan bayi
 Timbangan dewasa
 Stetoscope
 Tensimeter
 Termometer
BAB IV
TATALAKSANA PELAYANAN

A. Lingkup Kegiatan Pelayanan


1. Ruang Pemeriksaan Umum
1.1. Petugas Penanggung Jawab
a. Dokter
1.2. Perangkat Kerja
a. Tensimeter
b. Stetoskop
c. Termometer
1.3. Tatalaksana
a. Petugas melakukan pemanggilan pasien.
b. Petugas melakukan anamnese untuk mengetahui keluhan dan kondisi
pasien lebih lanjut dan memeriksa tanda vital pasien, kemudian
mencatatkannya di rekam medis. Pasien dipersilakan menuju meja
dokter.
c. Dokter melakukan pemeriksaan terhadap pasien dan mencatatkannya di
rekam medis. Bila dokter merasa pasien perlu mendapatkan pemeriksaan
lebih lanjut, maka dokter akan membuat surat rujukan baik internal atau
eksternal dan memberikannya kepada pasien. Bila tidak, maka pasien
mendapatkan resep sesuai kondisi penyakitnya.
2. Ruangan Kesehatan Gigi dan Mulut
2.1. Petugas Penanggung jawab
a. Dokter gigi
b. Perawat gigi
2.2. Perangkat kerja
a. Tensi meter
b. Stetoskop
c. Dental unit
2.3. Tatalaksana
a. Petugas memanggil pasien.
b. Pasien masuk ke dalam ruangan Ruangan Kesehatan gigi dan Mulut.
c. Petugas melakukan anamnese dan pemeriksaan tanda vital pasien dan
mencatatkannya di rekam medis. Pasien disiapkan di kursi gigi untuk
diperiksa dokter.
d. Dokter memeriksa kondisi kesehatan mulut pasien dan mencatatkannya
di rekam medis. Bila pasien memerlukan tindakan perawatan gigi, maka
dokter gigi akan melakukan tindakan. Bila tidak dan pasien membutuhan
obat, maka dokter akan menuliskan resep untuk pengambilan obat di
farmasi.
3. Ruangan KIA dan KB
3.1. Petugas Penanggung jawab
a. Bidan
3.2. Perangkat Kerja
a. Tensi meter
b. Stetoskop
c. Doppler
d. Spuit
e. USG
3.3. Tatalaksana
a. Petugas memanggil pasien.
b. Pasien masuk ke Ruangan KIA KB.
c. Petugas akan melakukan anamnese dan pemeriksaan tanda vital serta
mencatatakannya di rekam medis.
d. Pasien ibu hamil yang akan memeriksakan kehamilannya akan
dipersilakan naik ke bed periksa untuk dilakukan pemeriksaan kondisi
kehamilannya. Hasil pemeriksaan akan dicatat di rekam medis.
e. Bila memerlukan pemeriksaan penunjang yang lain, ibu hamil akan
dirujuk internal. Bila memerlukan imunisasi akan diberi immunisasi.
f. Bila sudah selesai ibu hamil diberi resep untuk pengambilan vitamin atau
obat lainnya.
g. Pasien peserta KB akan dilakukan pemeriksaan dan konsultasi, kemudian
akan diberikan pelayanan KB sesuai keinginan pasien.
h. Pasien yang akan dilakukan tindakan KB segera menuju ke Ruangan KB
untuk mendapatkan tindakan.
4. Laboratorium
4.1. Petugas Penanggung jawab
a. Analis laboratorium
4.2. Perangkat Kerja
a. Alat pelindung Diri
b. Microscope
c. Centrifuge
d. Alat periksa gula darah, asam urat dan kolesterol
e. Rotator
f. Fotometer
g. Hematologi analiser
h. dll
4.3. Tatalaksana
a. Petugas memanggil pasien sesuai dengan nomor urutnya dan menerima
surat permintaan laboratorium yang dibawa dari perujuk.
b. Petugas menyiapkan peralatan dan bahan reagen yang sesuai dengan
pemeriksaan yang akan dilakukan.
c. Petugas menerima spesimen yang akan diperiksa, atau petugas sendiri
yang melakukan pengambilan spesimen dari pasien.
d. Petugas mempersilakan pasien menunggu diluar sementara petugas
melakukan pemeriksaan terhadap spesimen.
e. Bila hasil pemeriksaan sudah keluar, petugas memanggil pasien dan
menyerahkan hasil pemeriksaan laboratorium untuk diserahkan ke
Ruangan perujuk.

5. Ruang Farmasi
5.1. Petugas Penanggung jawab
a. Apoteker
5.2. Perangkat Kerja
a. Alat tulis
b. Blender obat
c. Kertas pembungkus obat
d. Plastik pembungkus obat
e. Alat pembungkus obat
5.3. Tatalaksana
a. Pasien meletakkan lembar resep di kerangjang yang telah disediakan dan
menunggu obat disiapkan.
b. Petugas mengambil lembar resep dan membacanya untuk memastikan
resep dapat dibaca dengan jelas dan obat-obat yang tertulis di dalam
lembar resep tersedia.
c. Apabila ada keraguan atau kekurangjelasan, maka petugas akan
menanyakan kepada petugas yangmenulis resep.
d. Petugas kemudian menyiapkan obat yang tertera di resep dan
memasukkannya ke dalam bungkus plastik, menuliskan informasi
penggunaan obat di bungkusnya dan kemudian menyerahkannya kepada
pasien.
e. Sambil menyerahkan obat, petugas juga menyampaikan informasi yang
perlu diketahui pasien atau keluarganya sehubungan dengan penggunaan
obat.
f. Petugas memberikan
BAB V
LOGISTIK

Untuk menunjang terselenggaranya pelayanan klinis yang bermutu, maka perlu


didukung oleh penyediaan logistik yang memadai dan optimal, melalui perencanaan
yang baik dan berdasarkan kebutuhan masyarakat dan usulan pemegang program yang
sudah berdasarkan hasil pemetaan masalah. Ketersediaan logistik harus dijamin
kecukupannya dan pemeliharaan yang sudah dianggarkan dan dijadwalkan. Pengadaan
alat dan bahan dalam pelaksanaan upaya klinis Puskesmas diselenggarakan sesuai
dengan peraturan yang berlaku.
BAB VI
KESELAMATAN PASIEN

Ada enam sasaran keselamatan pasien, yaitu:


1. Tidak terjadinya kesalahan identifikasi pasien
2. Komunikasi efektif
3. Tidak terjadinya kesalahan pemberian obat
4. Tidak terjadinya kesalahan prosedur tindakan medis dan keperawatan
5. Pengurangan terjadinya resiko infeksi di Puskesmas
6. Tidak Terjadinya pasien jatuh
Upaya Puskesmas untuk mencapai enam sasaran keselamatan pasien tersebut adalah :
1. Melakukan identifikasi pasien dengan benar
Indikator melakukan identifikasi pasien secara benar adalah:
a. Pasien diidentifikasi menggunakan dua identitas pasien, seperti nama pasien
dan tanggal lahir pasien
b. Pasien diidentifikasi sebelum  melakukan pemberian obat atau tindakan
lainnya
c. Pasien diidentifikasi sebelum mengambil darah, dan specimen lain untuk
keperluan pemeriksaan
d. Pasien diidentifikasi sebelum memberikan perawatan atau prosedur lainnya.
Prosedur dalam identifikasi pasien :
1. Petugas Puskesmas mengidentifikasi pasien dilakukan mulai saat pasien
mendaftar, memperoleh pelayanan sampai pasien pulang terutama pasien
anak dan bayi,
2. Petugas Puskesmas mengawali dengan memperkenalkan diri pada pasien,
3. Petugas Puskesmas menanyakan data pasien meliputi: nama lengkap pasien,
umur/tanggal lahir dan pernah nerobat di Puskesmas Segiri untuk pencarian
nomor rekam medis yang lama (Jangan menyebutkan nama atau
menanyakan apakah nama pasien sudah benar, Sebaliknya, minta
pasien untuk menyebutkan namanya),
4. Petugas Puskesmas menggunakan komunikasi aktif (berupa pertanyaan
terbuka) dalam mengidentifikasi pasien,
5. Petugas Puskesmas dapat melanjutkan pelayanan medis yang akan
diberikannya bila kedua identitas yang disebutkan pasien telah sesuai
dengan yang tercantum dalam gelang identitas,
6. Petugas Puskesmas melakukan konfirmasi dengan keluarga bila salah satu
identitas yang disebutkan pasien tidak sesuai dengan yang tercantum dalam
identitas,
7. Petugas Puskesmas menjelaskan kepada pasien mengenai pelayanan medis
yang akan diberikannya.
8. Pada kondisi pasien yang tidak dapat berkomunikasi mis pada pasien tidak
sadar , tidak dapat berkomunikasi karena terhalangmasalah bahasa dan
tidak ada penterjemah, karena usia (bayi), gangguan kognitif (dementia atau
kelainan mental), Identifikasi dilakukan dengan memeriksa Nama lengkap
pasien dan Identitas lain (seperti tanggal lahir, KTP)
9. Dalam mengidentifikasi bayi baru lahir petugas Puskesmas memberikan
identitas bayi lahir denganmemberikan nama lengkap ibu (Contoh: By Ny.
Ana Suryana) dan nomor rekam medis ibu. Dalam 15menit identitas bayi
ditambahkan nomor rekam medis bayi dan dibuatkan rekam medis baru dan
terpisah dari ibu,
10. Petugas Puskesmas memberikan identitas sesuai waktu bayi lahir dengan
memberikan nama ibu dan nomor rekam medis ibu ditambah nomor urut
kelahiran (Contoh: By Ny. Ana Suryana 1, By. Ny Ana Suryana 2) untuk
mengidentifikasi bayi kembar baru lahir,
2. Meningkatkan komunikasi efektif
Prosedurnya adalah :
Metode Komunikasi Verbal
3. Penerapan 7 benar dalam menunjang medication safety
Prosedur
a. Benar Pasien:
1. Petugas menggunakan minimal 2 identitas pasien dalam mengidentifikasi
pasien
2. Petugas mencocokkan obat yang akan diberikan dengan instruksi terapi
tertulis
3. Petugasmenganamnesis riwayat alergi pasien.
4. Petugasmenganamnesis kehamilan/ menyusui.
5. Petugas menganamnesis lengkap riwayat obat/ penggunaan obat saat ini
dan membuat daftar obat- obat tersebut.
6. Petugasmembandingkan pemberian obat saat ini dengan daftar obat yang
digunakan pasien di rumah (termasuk kelalaian, duplikasi, penyesuaian,
kehilangan/ menghilangkan, interaksi, atau tambahan obat).
7. Petugasmengidentifikasi pasien yang akan mendapat obat dengan
kewaspadaan tinggi dilakukan oleh dua orang yang kompeten double
check.
b. Benar Obat
1. Petugas memberi label semua obat.
2. Petugasmenuliskan pada label nama obat, kekuatan, jumlah, kuantitas,
pengenceran dan volume, tanggal persiapan, tanggal kedalwarsa jika tidak
digunakan dalam 24 jam dan tanggal kedalwarsa jika kurang dari 24 jam.
3. Petugas melakukan verifikasi semua obat dan larutan minimal 2 orang
secara verbal dan visual jika orang yang menyiapkan obat bukan yang
memberikannya ke pasien.
4. Petugasmelakukan pemberian label tiap obat atau larutan segera setelah
obat disiapkan jika tidak segera diberikan.
5. Petugasmenyiapkan satu obat atau larutan pada satu saat. Beri label
hanya untuk satu obat atau larutan pada satu saat.
6. Petugasmembuang segera setiap obat atau larutan yang tidak ada
labelnya.
7. Dua petugas yang berkompeten mengecek kebenaran jenis obat yang
perlu kewaspadaan tinggi.
c. Benar Dosis
1. Dua orang yang berkompeten mengngecek dan menghitung (double cek)
jika ada untuk dosis/volume obat, terutama yang memerlukan
kewaspadaan tinggi
2. Petugas mengkonsultasikan dengan dokter yang menuliskan resep jika
ragu.
3. Petugas saat menyiapkan obat berkonsentrasi penuh untuk menghindari
gangguan.
d. Benar Waktu
1. Petugas memberikan obat dan menginformasikan sesuai waktu yang
ditentukan:
a. sebelum makan, setelah makan, saat makan.
b. Perhatikan waktu pemberian:
c. 3 x sehari  tiap 8 jam.
d. 2 x sehari  tiap 12 jam.
e. Sehari sekali  tiap 24 jam.
f. Selang sehari  tiap 48 jam
2. Petugas memberikan obat dengan segera setelah diinstruksikan oleh
dokter
3. Petugas meneliti dengan benar bahwa obat belum memasuki masa
kedalwarsa.

e. Benar Cara/Rute Pemberian


1. Petugas memberikan obat sesuai dengan cara pemberian obat, bentuk
dan jenis obat :
a. Slow-Release tidak boleh digerus
b. Enteric coated tidak boleh digerus.
c. Obat-obat yang akan diberikan per NGT sebaiknya adalah obat
cair/sirup
2. Petugas dalam memberikan obat obat sedapat mungkin berjarak dan
jadwal pemberian obat dan nutrisi juga berjarak.
f. Benar Dokumentasi
1. Petugas mendokumentasikan setiap perubahan yang terjadi pada pasien
setelah mendapat obat.
2. Petugas langsung menuliskan bukti nama dan tanda tangan/paraf setelah
memberikan obat pada dokumen rekam medis.
3. Petugas/dokter menuliskan nama dan paraf jika ada perubahan
jenis/dosis/jadwal/cara pemberian obat.
4. Dokter memberikan coretan dan terakhir garis(ujungnya) diberi paraf
jika penulisan resep salah.
Contoh:
R/ Glibenklamid 5mg tab no x R/ Glibenklamid 5mg tab no x
S.3.dd.1tab a.p. S.1.dd.1tab a.p.
5. Petugas mendokumentasikan respon pasien terhadap pengobatan: Efek
Samping Obat (ESO) dicatat dalam rekam medis dan Form Pelaporan
Insiden + Formulir Pelaporan Efek Samping Obat.
6. Petugas melaporkan Insiden dikirim ke Tim Keselamatan Pasien di Unit
Pelayanan Jaminan Mutu. Pelaporan Efek Samping Obat dikirim ke Komite
Farmasi dan Terapi
7. Petugas mendokumentasikan KNC terkait pengobatan :
 Format Pelaporan Insiden ke Tim Keselamatan Pasien.
 Dokumentasi Kejadian Tidak Diharapkan
 Format Pelaporan Insiden ke Tim Keselamatan Pasien.
g. Benar Informasi
1. Petugas mengkomunikasikan semua rencana tindakan/pengobatan harus
dikomunikasikan pada pasien dan atau keluarganya.
2. Petugas menjelaskan tujuan dan cara mengkonsumsi obat yang benar.
3. Petugas menjelaskan efek samping yang mungkin timbul.
4. Petugas mengkomunikasikan rencana lama terapi pada pasien.

4. Pengkajian resep obat


Prosedur :
1. Pengkajian resep dari aspek administratif dan farmasetik :
a. Petugas memeriksa identitas pasien : nama pasien, nomor rekam medis,
berat badan (terutama pada pasien pediatri).
b. Petugas memeriksa kelengkapan resep : diagnosa, nama dokter yang
menuliskan resep, nama obat, bentuk sediaan obat, jumlah obat, dan
aturan pakai.
c. Jika tertera pada aturan pakai “p.r.n” (“pro re nata” atau jika perlu), maka
petugas mengkonfirmasi ke dokter yang bersangkutan untuk mengetahui
dosis maksimal sehari sehingga etiket bisa dilengkapi dan diketahui
jumlah obat yang dibutuhkan.
d. Petugas memeriksa adanya masalah lain seperti masalah kelengkapan
persyaratan resep.
e. Petugas memeriksa adanya kesesuaian dengan pedoman
pelayanan/peraturan yang berlaku.
2. Pengkajian dari aspek klinik
a. Petugas memeriksa ketepatan indikasi, dosis dan waktu penggunaan obat,
terutama untuk pasien anak dan lansia.
b. Petugas memeriksa adanya duplikasi obat.
c. Petugas menanyakan pada pasien apakah ada alergi obat.
d. Petugas memeriksa adanya interaksi obat.
e. Petugas memeriksa adanya kontraindikasi.
f. Petugas mengidentifikasi masalah-masalah yang berkaitan dengan
resep/instruksi pengobatan.
3. Penanganan resep yang bermasalah
a. Apoteker/asisten apoteker menghubungi dokter penulis resep/bidan
sesuai dengan instruksi kerja penanganan resep tidak jelas.
b. Dokter/bidan mencoret tulisan yang tidak jelas tersebut dan menulis
perbaikan di atas coretan kemudian membubuhkan paraf dan tidak boleh
menindih dengan tulisan yang baru.
c. Jika dokter tidak dapat datang untuk memperbaiki resep
apoteker/asisten apoteker/perawat dapat mengubah resep dokter
dengan memberi catatan nama dokter dan waktu (tanggal dan jam)
dilakukannya konfirmasi.
d. Jika dalam menulis resep dokter/bidan terdapat lebih dari 2 (dua)
coretan maka harus diganti dengan lembar resep baru.
e. Jika dokter/bidan dalam menulis tanggal pada resep harus diganti
dengan resep baru.
5. Melakukan tindakan skin test sebelum memberikan injeksi antibiotik
Prosedur :
1. Dokter mencatat terapi obat injeksi di dalam rekam medis.
2. Petugas selalu melakukan skin test dengan memasukkan obat yang akan
diberikan secara intra kutan.
3. Petugas mengecek hasil tes setelah 3-5 menit.
4. Jika terdapat tanda–tanda alergi misal durasi membesar, kemerahan dan
pasien merasakan gatal di sekeliling tempat suntikan, maka dinyatakan
hasil skin tes positif.
5. Jika tanda-tanda di atas tidak ada, maka dinyatakan negatif dan obat bisa
diberikan melalui intra vena.
6. Pengurangan Terjadinya Resiko Infeksi di Puskesmas
Penerapan cuci tangan dengan benar di setiap sebelum dan sesudah kontak
dengan pasien.
Indikator Usaha Menurunkan Infeksi Nosokomial :
a. Menggunakan panduan hand hygiene terbaru yang diakui umum.
b. Mengimplementasikan program kebersihan tangan yang efektif.
Semua petugas di rumah sakit termasuk dokter melakukan kebersihan tangan
pada 5 momen yang telah ditentukan, yakni:
a. Sebelum kontak dengan pasien.
b. Sesudah kontak dengan pasien.
c. Sebelum tindakan asepsis.
d. Sesudah terkena cairan tubuh pasien.
e. Sesudah kontak dengan lingkungan sekitar pasien.
Alat Pelindung Diri
Alat yang digunakan untuk melindungi petugas dari pajanan darah, cairan tubuh,
ekskreta, dan selaput lendir pasien seperti sarung tangan, masker, tutup kepala,
kacamata pelindung, apron/jas, dan sepatu pelindung.
Ada 2 cara cuci tangan yaitu :
1. Handwash : dengan air mengalir, waktunya : 40–60 detik
2. Handrub : dengan gel berbasis alkohol, waktunya : 20–30 detik
Prosedur cuci tangan :
1. Semua petugas dan mahasiswa harus melakukan kebersihan tangan sebelum
kontak dengan pasien.
2. Semua petugas dan mahasiswa harus melakukan kebersihan tangan sebelum
melakukan tindakan aseptik.
3. Semua petugas dan mahasiswa harus melakukan kebersihan tangan setelah
kontak dengan pasien.
4. Semua petugas dan mahasiswa harus melakukan kebersihan tangan setelah
terpajan dengan cairan tubuh pasien.
5. Semua petugas dan mahasiswa harus melakukan kebersihan tangan setelah
kontak dengan area sekitar pasien.
6. Keluarga, pengunjung, relawan dan individu yang berkunjung harus
melakukan kebersihan tangan sebelum makan, setelah makan, setelah dari
kamar mandi, setelah kontak dengan pasien, setelah kontak dengan
lingkungan sekitar pasien.
7. Koordinator mengecek ketersediaan adanya handrub, poster tentang
kebersihan tangan di dinding setiap ruangan pasien.
8. Semua petugas dan mahasiswa melepaskan perhiasan atau jam tangan saat
mencuci tangan.
9. Semua petugas dan mahasiswa harus memotong kuku jika kuku panjang.
10. Semua petugas dan mahasiswa mencuci tangan dengan air yang mengalir
dibutuhkan waktu 40-60 detik dengan handrub cukup 20-30 detik.
11. Semua petugas dan mahasiswa melakukan kebersihan tangan dengan 6
langkah sesuai dengan langkah yang sudah ditetapkan.
7. Penilaian pasien jatuh pada anak, dewasa dan lansia.
Indikator usaha menurunkan risiko cidera karena jatuh :
1. Semua pasien baru dinilai risiko jatuhnya dan penilaian diulang jika
diindikasikan oleh perubahan kondisi pasien atau pengobatan, dan lainnya.
2. Hasil pengukuran dimonitor dan ditindaklanjuti sesuai derajat risiko jatuh
pasien guna mencegah pasien jatuh serta akibat tak terduga lainnya.
BAB VII
KESELAMATAN KERJA

Dengan meningkatnya pemanfaatan fasilitas pelayanan kesehatan oleh


masyarakat maka tuntutan pengelolaan program Keselamatan Kerja di puskesmas
semakin tinggi, karena Sumber Daya Manusia (SDM) puskesmas,
pengunjung/pengantar pasien, pasien dan masyarakat sekitar puskesmas ingin
mendapatkan perlindungan dari gangguan kesehatan dan kecelakaan kerja, baik
sebagai dampak proses kegiatan pemberian pelayanan maupun karena kondisi sarana
dan prasarana yang ada di puskesmas yang tidak memenuhi standar.
Puskesmas sebagai institusi pelayanan kesehatan bagi masyarakat dengan
karateristik tersendiri yang dipengaruhi oleh perkembangan ilmu pengetahuan
kesehatan, kemajuan teknologi, dan kehidupan sosial ekonomi masyarakat yang harus
tetap mampu meningkatkan pelayanan yang lebih bermutu dan terjangkau oleh
masyarakat agar terwujud derajat kesehatan yang setinggi-tingginya.
Dalam Undang-Undang No. 36 tahun 2009 tentang Kesehatan, khususnya pasal
165 :”Pengelola tempat kerja wajib melakukan segala bentuk upaya kesehatan melalui
upaya pencegahan, peningkatan, pengobatan dan pemulihan bagi tenaga kerja”.
Berdasarkan pasal di atas maka pengelola tempat kerja di puskesmas mempunyai
kewajiban untuk menyehatkan para tenaga kerjanya. Salah satunya adalah melalui
upaya kesehatan kerja disamping keselamatan kerja. Puskesmas harus menjamin
kesehatan dan keselamatan baik terhadap pasien, penyedia layanan atau pekerja
maupun masyarakat sekitar dari berbagai potensi bahaya di puskesmas.
Program keselamatan kerja di puskesmas merupakan salah satu upaya untuk
meningkatkan mutu pelayanan puskesmas, khususnya dalam hal kesehatan dan
keselamatan bagi SDM puskesmas, pasien, pengunjung/pengantar pasien, masyarakat
sekitar.
1. Tujuan umum
Terciptanya lingkungan kerja yang aman, sehat dan produktif untuk SDM puskesmas,
aman dan sehat bagi pasien, pengunjung/pengantar pasien, masyarakat dan lingkungan
sekitar sehingga proses pelayanan puskesmas berjalan baik dan lancar.
2. Tujuan khusus
a. Terlindunginya pekerja dan mencegah terjadinya PAK (Penyakit Akibat Kerja)
dan KAK (Kecelakaan Akibat Kerja).
b. Peningkatan mutu, citra dan produktivitas puskesmas.

Alat Keselamatan Kerja


1. Pemadam kebakaran (Apar)
2. Jas
3. Peralatan pembersih
4. Obat-obatan
5. Kapas
6. Plester pembalut

Aturan umum dalam tata tertib keselamatan kerja adalah sebagai berikut :
a. Mengenali semua jenis peralatan keselamatan kerja dan letaknya untuk
memudahkan pertolongan saat terjadi kecelakaan kerja.
b. Pakailah jas (dokter, dokter gigi, analis) saat bekerja.
c. Harus mengetahui cara pemakaian alat darurat seperti pemadam
kebakaran, eye shower, respirator, dan alat keselamatan kerja yang lainnya.
d. Buanglah sampah pada tempatnya.
e. Lakukan latihan keselamatan kerja secara periodik.
f. Dilarang merokok.
BAB VIII
PENGENDALIAN MUTU

Pengendalian mutu (quality control) dalam manajemen mutu merupakan suatu


sistem kegiatan teknis yang bersifat rutin yang dirancang untuk mengukur dan menilai
mutu produk atau jasa yang diberikan kepada pelanggan. Pengendalian mutu pada
pelayanan klinis diperlukan agar produk layanan klinis terjaga kualitasnya sehingga
memuaskan masyarakat sebagai pelanggan.
Ishikawa (1995) menyatakan bahwa pengendalian mutu adalah pelaksanaan
langkah-langkah yang telah direncanakan secara terkendali agar semuanya
berlangsung sebagaimana mestinya, sehingga mutu produk yang direncanakan dapat
tercapai dan terjamin. Dalam pengertian Ishikawa tersirat pula bahwa pengendalian
mutu itu dilakukan dengan orientasi pada kepuasan konsumen. Dalam bahasa layanan
kesehatan keseluruhan proses yang diselenggarakan oleh puskesmas ditujukan pada
pemenuhan kebutuhan masyarakat sebagai konsumen.
BAB IX
PENUTUP

Penanggung jawab utama penyelenggaraan seluruh upaya pembangunan


kesehatan di wilayah kota Samarinda adalah Dinas Kesehatan Kota Samarinda.
Sedangkan Puskesmas bertanggung jawab hanya untuk sebagian upaya pembangunan
kesehatan yang dibebankan oleh Dinas Kesehatan Kota Samarinda sesuai dengan
kemampuannya. Tujuan pembangunan kesehatan yang diselenggarakan oleh
Puskesmas adalah mendukung tercapainya tujuan pembangunan kesehatan nasional.
Yakni meningkatkan kesadaran, kemauan dan kemampuan hidup sehat bagi setiap
orang yang bertempat tinggal di wilayah kerja Puskesmas, agar terwujud derajat
kesehatan yang setinggi-tingginya.

Anda mungkin juga menyukai