Anda di halaman 1dari 125

ASUHAN KEBIDANAN KOMPREHENSIF PADA NY.

S
G1P0A0

DI PMB BIDAN RENNY INDAH SARI Amd, Keb

TAHUN 2019

LAPORAN ASUHAN KEBIDANAN KOMPREHENSIF

Diajukan untuk memenuhi salah satu tugas akhir Kebidanan Klinik (KK) II

Nurlaela Amini

2117011

PROGRAM STUDI DIII KEBIDANAN

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN RAJAWALI

BANDUNG

2019/2020
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Angka kematian merupakan indikator outcome pembangunan kesehatan.
Angka kematian dapat menggambarkan seberapa tinggi derajat kesehatan
masyarakat di suatu wilayah. Pada dasarnya penyebab kematian ada yang
langsung dan tidak langsung, walaupun dalam kenyataannya terdapat interaksi
dari berbagai faktor yang mempengaruhi terdapat tingkat kematian di masyarakat.
Berbagai faktor yang berkaitan dengan penyebab kematian, baik langsung
maupun tidak langsung, antara lain dipengaruhi oleh tingkat sosial, ekonomi,
kualitas lingkungan hidup, upaya pelayanan kesehatan dan lain-lain. Di provinsi
Jawa Barat beberapa faktor penyebab kematian perlu mendapat perhatian khusus,
diantaranya yang berhubungan dengan kematian ibu dan bayi yaitu besarnya
tingkat kelahiran, umur masa paritas, jumlah anak yang dilahirkan serta penolong
persalinan (Dinkes Jabar, 2016).
Hasil survey demografi dan kesehatan Indonesia (SDKI) tahun 2015, AKI
yaitu 305 per 100.000 kelahiran hidup yang mengalami penurunan dari tahun
2012 yaitu 359 per 100.000 kelahiran hidup, sedangkan AKB sendiri menurut
survey penduduk antar sensus (SUPAS) pada tahun 2015 yaitu 22 per 100.000
kelahiran hidup. Indonesia masih satu negera yang menjalankan program
Milleneum Development Goal’s (MDG‟s) yang memiliki target menurunkan
angka kematian ibu (AKI) menjadi 102 per 100.000 kelahiran hidup dan angka
kematian bayi (AKB) menjadi 20 per 1000 kelahiran hidup pada tahun 2015.
Pada umumnya kematian ibu terjadi pada saat melahirkan (60,87%),
waktu nifas (30,43%), dan waktu hamil 8,70%). Hal ini sejalan dengan data
mengenai jumlah kematian ibu dari laporan sarana pelayanan kesehatan. Ditinjau
dari sudut pendidikannya, maka diduga terdapat kolerasi yang kuat antara
pendidikan perempuan dengan besarnya angka kematian ibu, seperti di daeran
Pantura dimana AKI-nya tinggi dan ternyata perempuan berumur 10 tahun ke atas
yang tidak bersekolah memcapai 15,53%. Angka kematian ibu berdasarkan
laporan rutin Profil Kesehatan Kabupaten/Kota tahun 2016 tercatat jumlah
kematian ibu maternal yang terlaporkan sebanyak 799 orang (84,78/100.000 KH),
dengan proporsi kematian pada ibu hamil 227 orang (20,09/100.000), pada ibu
bersalin 202 orang (21,43/100.000 KH), dan pada ibu nifas 380 orang
(40,32/100.000 KH). Jika dilihat berdasarkan kelompok umur presentasi kematian
pada kelompok umur 35 tahun sebanyak 219 orang (27,41%) (Dinkes Jabar,
2016).
Kehamilan adalah fertilisasi atau penyatuan dari spermatozoa dan ovum
dilanjutkan dengan nidasi atau implantasi yang berlangsung dalam waktu 40
minggu atau 9 bulan (Sarwono, 2016). Persalinan normal adalah suatu proses
pengeluaran hasil konsepsi yang dapat hidup dari dalam uterus melalui vagina ke
dunia luar yang terjadi pada kehamilan yang cukup bulan (37-42 minggu) dengan
ditandai adanya kontraksi uterus yang menyebabkan penipisan, dilatasi serviks,
dan mendorong janin keluar melalui jalan lahir dengan presentase belakang kepala
tanpa alat atau bantuan (lahir spontan) serta tidak ada komplikasi pada ibu dan
janin (Kuswanti, 2014).
Masa nifas adalah masa dimana tubuh ibu melakukan adaptasi pasca
persalinan, meliputi perubahan kondisi tubuh ibu hamil kembali ke kondisi
sebelum hamil. Masa ini dimulai dari plasenta lahir, dan sebagai penanda
berakhirnya masa nifas adalah ketika alat-alat kandungan sudah kembali seperti
keadaan sebelum hamil. Rentan masa nifas berdasarkan penanda tersebut adalah 6
minggu atau 42 hari (Sri, 2015).
Bayi baru lahir disebut juga dengan neonatus merupakan individu yang
sedang bertumbuh dan baru saja mengalami trauma kelahiran serta harus dapat
melakukan penyesuain diri dari kehidupan intrauterine ke kehidupan ekstrauterin
(Dewi, 2010).
Berdasarkan latar belakang diatas saya memberikan Asuhan Kebidanan
Komprehensif kepada Ny. s Di Praktik Mandiri Bidan (PMB) yaitu dengan cara
mengikuti perkembangan ibu mulai dari kehamilan trimester III, bersalin, nifas
dan bayi baru lahir.
1.2 Tujuan
1.2.1 Tujuan Umum
Penulis dapat melakukan asuhan kebidanan pada Ny.S secara
komprehensif meliputi masa kehamilan trimester III, persalinan, nifas dan bayi
baru lahir sesuai kompetensi dan standar pelayanan kebidanan serta melakukan
pendomentasian dengan metode SOAP yang sesuai dengan manajemen 7 langkah
Varney.
1.2.2 Tujuan Khusus
1. Penulis mampu mengumpulkan data dasar Ny.S pada masa kehamilan,
persalinan, nifas dan bayi baru lahir.
2. Penulis mampu mengintrepretasikan data dasar Ny.S pada masa kehamilan,
persalinan, nifas dan bayi baru lahir.
3. Penulis mampu mengidentifikasi diagnosa atau masalah potensial Ny.S pada
masa kehamilan, persalinan, nifas dan bayi baru lahir..
4. Penulis mampu menentukan kebutuhan tindakan segera, konsultasi kolaborasi
atau rujukan Ny.S pada masa kehamilan, persalinan, nifas dan bayi baru lahir.
5. Penulis mampu menyusun rencana asuhan pada Ny.S pada masa kehamilan,
persalinan, nifas dan bayi baru lahir.
6. Penulis mampu melakukan penatalaksanaan pada Ny.S pada masa kehamilan,
persalinan, nifas dan bayi baru lahir.
7. Penulis mampu melakukan evaluasi pada Ny.S pada masa kehamilan,
persalinan, nifas dan bayi baru lahir.

1.3 Manfaat
1.3.1 Bagi Penulis
Penulis dapat menambah pengetahuan dan keterampilannya dalam hal
praktik kebidanan khususnya kehamilan, persalinan, nifas dan bayi baru lahir.
1.3.2 Bagi Klien
Dapat memberikan pengetahuan mengenai asuhan kehamilan, persalinan,
nifas dan bayi baru lahir. Serta memberikan informasi tentang hasil pemeriksaan
yang dilakukan kepada dirinya agar dapat dijadikan acuan kesehatan lainnya.
1.3.3 Bagi Institusi
a) Dapat mengevaluasi sejauh mana mahasiswa menguasai asuhan kebidanan
pada klien.
b) Laporan ini diharapkan dapat menjadi tambhan bacaan untuk menambah
pengetahuan baik bagi mahasiswa maupun pengajar, khususnya yang
berkaitan dengan faktor risiko dalam kehamilan.
BAB II
TINJAUAN TEORI

2. 1 Kehamilan
2.1.1 Definisi Kehamilan dan Antenatal Care
Kehamilan adalah peristiwa yang di dahului bertemunya sel telur atau ovum
dengan sel sperma dan akan berlangsung selama kira-kira 9 bulan atau 40
minggu/lebih yang dihitung dari hari pertama periode menstruasi terakhir.
Pertemuan atau penyatuan sel sperma dengan sel telur inilah yang disebut
pembuahan atau fertilisasi. Dalam keadaan normal in vivo, pembuahan terjadi di
daerah tuba Fallopi, umumnya di daerah ampula atau infundibulum (Wagiyo,
2016).
Antenatal care merupakan pelayanan yang diberikan pada ibu hamil untuk
memonitor, mendukung kesehatan ibu dan mendeteksi ibu apakah ibu hamil
normal atau bermasalah. Kehamilan melibatkan perubahan fisik maupun
emosional dari ibu serta perubahan sosial dalam keluarga, memantau perubahan-
perubahan sosial dalam keluarga, memantau perubahan-perubahan fisik yang
normal yang dialami ibu serta tumbuh kembang janin, juga mendeteksi dan serta
menatalaksana kondisi yang tidak normal. Pada umumnya kehamilan berkembang
dengan normal dan menghasilkan kelahiran bayi sehat cukup bulan melalui jalan
lahir namun kadang-kadang tidak sesuai dengan yang diharapkan (Saifuddin,
2011).
Ibu hamil dianjurkan untuk melakukan pengawasan antenatal sebanyak 4
kali, yaitu pada setiap trimester, sedangkan trimester terakhir sebanyak dua kali.
WHO Expert Committee on the Midwife in Maternity Care mengemukakan tujuan
maternity care (pelayanan kebidanan) yaitu :
1. Pengawasan serta penanganan wanita hamil saat persalinan.
2. Perawatan dan pemeriksaan wanita sesudah persalinan.
3. Perawatan neonatus-bayi.
4. Pemeliharaan dan pemberian laktasi (Saifuddin, 2011).
Memperhatikan batasan dan tujuan pengawasan antenatal, maka jadwal
pemeriksaan adalah sebagai berikut :
1. Pemeriksaan pertama
Pemeriksaan pertama dilakunan segera setelah diketahui terlambat haid.
2. Pemeriksaan ulang
a. Setiap bulan sampai umur kehamilan 6 sampai 7 bulan.
b. Setiap 2 minggu sampai kehamilan berumur 8 bulan.
c. Setiap 1 minggu sejak umur hamil 8 bulan sampai terjadi persalinan.
3. Pemeriksan khusus bila terdapat keluhan-keluhan tertentu (Saifuddin, 2011).
2.1.2 Perubahan Fisiologis Pada Kehamilan
Perubahan TRIMESTER I TRIMESTER II TRIMESTER III
Fisiologis Pada
Kehamilan
Terdapat tanda Hormon estrogen Dinding vagina
Chadwick, yaitu dan progesteron mengalami banyak
Sistem perubahan warna terus meningkat perubahan sebagai
Reproduksi pada vulva, vagina dan terjadi persiapan untuk
dan serviks menjadi hipervaskularisasi persalinan yang
lebih merah agak mengakibatkan seringnya
kebiruan/keunguan pembuluh- melibatkan
pembuluh darah peregangan vagina.
alat genetalia Ketebalan mukosa
membesar bertambah, jaringan
ikat mengendor,dan
sel otot polos
mengalami
hipertrofi
Mammae akan Pada kehamilan 12 Pembentukan
membesar dan minggu keatas dari lobules dan alveoli
Payudara tegang akibat puting susu dapat memproduksi dan
hormon keluar cairan kental mensekresi cairan
somatomamotropin, kekuning-kuningan yang kental
estrogen dan yang disebut kekuningan yang
progesteron, akan Kolustrum disebut Kolostrum.
tetapi belum Pada trimester 3
mengeluarkan ASI aliran darah di
dalamnya lambat
dan payudara
semakin besar
Kulit Peningkatan suatu Peningkatan Pada bulan-bulan
hormon perangsang melanocyte akhir kehamilan
melanosit sejak akhir stimulating umumnya dapat
bulan kedua hormone (MSH) muncul garis-garis
kehamilan sampai pada masa ini kemerahan, kusam
aterm yang menyebabkan pada kulit dinding
menyebabkan perubahan abdomen dan
timbulnya cadangan melanin kadang kadang juga
pigmentasi pada pada daerah muncul pada
kulit. Linea nigra epidermal dan daerah payudara
adalah pigmentasi dermal. dan paha.
berwarna hitam Perubahan warna
kecoklatan yang tersebut sering
muncul pada garis disebut sebagai
tengah kulit striae gavidarum
abdomen
Perubahan terpenting Sejak pertengahan Selama trimester
pada fungsi jantung kehamilan, terakhir, kelanjutan
terjadi pada 8 pembesaran uterus penekanan aorta
minggu pertama akan menekan vena pada pembesaran
Sistem kehamilan. Pada cava inferior dan uterus juga akan
Kardiovaskuler awal minggu kelima aorta bawah saat mengurangi aliran
curah jantung ibu berada pada darah uteroplasenta
mengalami posisi terlentang. ke ginjal. Pada
peningkatan yang Hal itu akan posisi terlentang ini
merupakan fungsi berdampak pada akan membuat
dari penurunan pengurangan darah fungsi ginjal
resistensi vaskuler balik vena ke menurun jika
sistemik serta jantung hingga dibandingkan
peningkatan terjadi penurunan dengan posisi
frekuensi denyut preload dan cardiac miring
jantung output yang
kemudian dapat
menyebabkan
hipotensi arterial.
Sistem Kesadaran untuk Selama kehamilan, Pergerakan
pernafasan mengambil nafas sirkumferensia difragma semakin
sering meningkat thorax akan terbatas seiring
pada awal kehamilan bertambah kurang pertambahan
yang mungkin lebih 6 cm dan ukuran uterus
diinterpretasikan diafragma akan dalam rongga
sebagai dispneu naik kurang lebih 4 abdomen.
cm karena
penekanan uterus
pada rongga
abdomen.
Sistem Pada bulan-bulan Uterus yang Pada akhir
perkemihan awal kehamilan, membesar mulai kehamilan, kepala
vesika urinaria keluar dari rongga janin mulai turun
tertekan oleh uterus pelvis sehingga ke pintu atas
sehingga sering penekanan pada panggul
timbul keinginan vesica urinaria pun menyebabkan
berkemih. berkurang penekanan uterus
pada vesica
urinaria. Keluhan
sering berkemih
pun dapat muncul
kembali
Pada trimester Tidak seperti pada Sendi sacroiliaca,
pertama tidak banyak trimester 1, selama sacrococcigis, dan
perubahan pada trimester 2 ini pubis akan
musuloskeletal. mobilitas meningkat
Sistem Akibat peningkatan persendian sedikit mobilitasnya
Muskuloskeleta kadar hormone berkurang. Hal ini diperkirakan karena
l estrogen dan dipicu oleh pengaruh
progesterone, terjadi peningkatan retensi hormonal.
relaksasi dari cairan pada Mobilitas tersebut
jaringan ikat, connective tissue, dapat
kartilago dan terutama di daerah mengakibatkan
ligament juga siku dan perubahan sikap
meningkatkan pergelangan tangan. pada wanita hamil
jumlah cairan dan menimbulkan
synovial. perasaan tidak
nyaman pada
bagian bawah
punggung
Sistem Timbulnya rasa tidak Seiring dengan Perubahan yang
Pencernaan enak di ulu hati pembesaran uterus, paling nyata adalah
disebabkan karena lambung dan usus adanya penurunan
perubahan posisi akan tergeser. motilitas otot polos
lambung dan aliran Demikian juga pada organ digestif
asam lambung ke dengan organ lain dan penurunan
esophagus bagian seperti appendiks sekresi asam
bawah. Produksi yang akan bergeser lambung.
asam lambung ke arah atas dan Akibatnya, tonus
menurun lateral sphincter esofagus
bagian bawah
menurun dan dapat
menyebabkan
refluks dari
lambung ke
esofagus sehingga
menimbulkan
keluhan seperti
heartburn.

2.1.3 Klasifikasi dan Keluhan Pada Kehamilan


1. Trimester I
Dimulai dari konsepsi sampai minggu ke 12 kehamilan. Pada pertama
kalinya ibu tidak mengenal bahwa dia sedang hamil, sesungguhnya tubuh secara
aktif bekerja untuk menyesuaikan bagi proses kehamilan. Keluhan yang muncul
pada trimester I yaitu :
a. Mual muntah (morning sickness)
Penyebab pasti mual muntah belum diketahui dengan jelas, akan tetapi
mual dan muntah dianggap sebagai masalah multifaktorial. Teori yang berkaitan
adalah faktor hormonal, sistem vestibular, pencernaan, psikologis, hiperolfaction,
genetik dan faktor evolusi. Berdasarkan beberapa studi dikemukakan bahwa mual
muntah dalam kehamilan berhubungan dengan plasenta.
b. Hipersaliva
Adalah peningkatan sekresi air liur yang berlebihan (1-2 L/hari), keadaan
ini dihubungkan dengan munculnya mual muntah pada trimester I. Hipersaliva
disebabkan oleh peningkatan keasaman di dalam mulut atau peningkatan asupan
zat pati, yang menstimulasi kelenjar mengalami sekresi berlebih.
c. Pusing
Pusing biasanya terjadi pada awal kehamilan, penyebab pasti belum
diketahui. Akan tetapi diduga karena pengaruh hormon progesteron yang memicu
dinding pembuluh darah melebar, sehingga mengakibatkan terjadinya penurunan
tekanan darah dan membuat ibu merasa pusing.
d. Mudah lelah
Teori yang muncul yaitu diakibatkan oleh penurunan drastis laju
metabolisme dasar pada awal kehamilan. Selain itu, peningkatan progesteron
memiliki efek meyebabkan tidur, keluhan ini akan hilang pada akhir trimester I.
e. Heartburn
Sebesar 17-45% wanita hamil mengeluhkan rasa terbakar pada dada atau
dalam bahasa medis disebut heartburn. Disebabkan oleh peningkatan hormon
progesteron, estrogen dan relaxing yang mengakibatkan relaksasi otot-otot dan
organ termasuk sistem pencernaan.
f. Peningkatan frekuensi berkemih
Mulai dari usia gestasi 7 minggu, ukuran ginjal bertambah sekitar 1 cm
akibat peningkatan volume vaskular dan jarak interstitial. Dan letak kandung
kemih yang bersebelahan dengan rahim membuat kapasitasnya berkurang.
g. Konstipasi
Merupakan penurunan frekuensi buang air besar yang disertai dengan
perubahan karakteristik feses yang menjadi keras sehingga sulit untuk di buang
atau dikeluarkan. Pada awal kehamilan, konstipasi terjadi akibat peningkatan
produksi progesteron yang menyebabkan tonus otot polos menurun, termasuk
pada sistem pencernaan, sehingga pada sistem pencernaan menjadi lambat.

2. Trimester II
Kehamilan trimester II adalah keadaan dimana usia gestasi janin mencapai
usia 13 minggu hingga akhir minggu ke 27. Pada trimester II juga terdapat
beberapa keluhan yang muncul, seperti :
a. Pusing.
b. Sering berkemih.
c. Nyeri perut bawah.
Disebabkan karena tertariknya ligamentum, sehingga menimbulkan nyeri
seperti kram ringan dan atau terasa seperti tusukan yang akan lebih terasa
akibat gerakan tiba-tiba, dibagian perut bawah.
d. Nyeri punggung
Diakibatkan oleh pengaruh aliran darah vena ke arah lumbal sebagai
peralihan cairan dari intraselular ke arah ekstraselular akibat dari aktivitas
yang dilakukan ibu.
e. Flek kecoklatan pada wajah dan sikatrik
Perubahan kulit yang terjadi selama kehamilan merupakan efek dari
ketidakseimbangan hormon selama kehamilan, yang mempengaruhi
perubahan pada kulit seperti diwajah atai sikatrik (streatch marck) yang
merupakan garis terang atau gelap kemerahan yang biasa timbul pada bagian
payudara, perut, bokong dan betis pada waktu kehamilan.
f. Penambahan berat badan
Penambahan berat badan terjadi karena bertambahnya komposisi uterus,
berkembangnya plasenta, janin dan cairan ketuban, jumlah volume darah,
peningkatan retensi cairan serta produksi lemak selama kehamilan.
g. Pergerakan janin
Keadaan dimana ibu merasakan gerakan janin pertama kali pada masa
kehamilannya. Seorang multigravida biasanya merasakan pergerakan janin
pertama kali pada usia 16-18 minggu, sedangkan pada primigravida
pergerakan mulai dirasakan pada minggu ke 18-20. Gerakan janin normal
yaitu dengan frekuensi 4-10 gerakan selama 2 jam.

3. Trimester III
Trimester III mencakup minggu ke-29 hingga 42 kehamilan. Dan keluhan-
keluhan pada trimester III yaitu :
a. Sering berkemih.
b. Varises dan wasir
Varises adalah pelebaran pada pembuluh darah balik-vena sehingga katup
vena melemah dan menyebabkan hambatan pada aliran pembuluh darah
balik dan biasa terjadi pada pembuluh balik supervisial. Wasir /hemoroid,
disebabkan karena pembesaran uterus secara umum mengakibatkan
peningkatan tekanan pada vena rectum secara spesifik. Pengaruh hormon
progesteron dan tekanan yang disebabkan oleh uterus menyebabkan vena-
vena pada rektum mengalami tekanan yang lebih dari biasanya. Akibatnya
ketika massa dari rektum akan dikeluarkan tekanan lebih besar sehingga
terjadinya haemoroid.
c. Sesak nafas
Hal ini disebabkan oleh meningkatnya usaha bernafas ibu hamil,
peningkatan ventilasi menit pernafasan dan beban pernafasan yang
meningkat dikarenakan oleh rahim yang membesar sesuai dengan kehamilan
sehingga menyebabkan peningkatan kerja nafas.
d. Bengkak dan kram pada kaki
Bengkak atau oedem adalah penumpukan atau retensi cairan pada daerah
luar sel akibat dari berpindahnya cairan intraseluler ke ekstraseluler. Hal ini
dikarenakan tekanan uterus yang semakin meningkat dan memperngaruhi
sirkulasi cairan. Kram pada kaki saat hamil terjadi karena adanya gangguan
aliran atau sirkulasi darah pada pembuluh darah panggul yang disebabkan
oleh tertekannya pembuluh tersebut oleh uterus yang semakin membesar.
e. Gangguan tidur dan mudah lelah
Cepat lelah dan gangguan pola tidur pada kehamilan disebabkan oleh
nokturia (sering berkemih dimalam hari), terbangun di malam hari dan
mengganggu tidur yang nyenyak.
f. Nyeri perut bawah.
g. Heartburn.
h. Kontraksi braxton hicks
Kontraksi ini muncul tanpa dapat diduga dan menyebar dengan tanpa adanya
ritme. Intensitas kontraksi braxton hicks bervariasi antara 2-25 mmHg. Pada
trimester akhir, kontraksi dapat sering terjadi setiap 10-20 menit dan juga
sedikit banyak, mungkin berirama dan dapat menjadi penyebab persalinan
palsu (Bayu, 2013).
2.1.4 Pemeriksaan Pada Kehamilan
1. Teknik pemeriksaan palpasi kehamilan
Tahap-tahap pemeriksaan menurut leopold adalah sebagai berikut :
a. Tahap persiapan pemeriksaan leopold
1) Penderita tidur terlentang dengan kepala lebih tinggi.
2) Kedudukan tangan pada saat pemeriksaan dapat diatas kepala membujur
disamping badan kaki ditekukan sedikit sehingga dinding perut lemas.
3) Bagian perut penderita dibuka seperlunya.
4) Pemeriksaan menghadap ke muka penderita saat melakukan pemeriksaan
leopold I sampai III, sedangkan saat melakukan pemeriksaan leopold IV
pemeriksaan menghadap ke kaki (Varney, 2008).
b. Tahap pemeriksaan leopold
1) Leopold 1
a) Kedua telapak tangan pada fundus uteri untuk menentukan tinggi
fundus uteri, sehingga perkiraan umur kehamilan dapat disesuaikan
dengan tanggal haid terakhir.
b) Bagian apa yang terletak di fundus uteri. Pada letak membujur
sungsang, kepala bulat keras dan melenting pada goyangan; pada letak
kepala akan teraba bokong pada fundus: tidak keras tak melenting, dan
tidak bulat; pada letak lintang, fundus uteri tidak diisi oleh bgaian –
bagian janin (Varney, 2008).
2) Leopold II
Kemudian kedua tangan diturunkan menelusuri tepi uterus untuk
menetapkan bagian apa yang terletak di bagian samping.
a) Letak membujur dapat ditetapkan punggung anak, yang teraba rata
dengan tulang iga seperti papan cuci.
b) Pada letak lintang dapat ditetapkan dimana kepala janin (Varney, 2008).
3) Leopold III
Menetapkan bagian apa yang terdapat diatas simfisis pubis, Kepala akan
teraba bulat dan keras sedangkan bokong teraba tidak keras dan tidak bulat.
Pada letak lintang simfisis pubis akan kosong (Varney, 2008).
4) Lepold IV
Pada pemeriksaan leopold IV, pemeriksaan menghadap ke arah kaki
penderita untuk menetapkan bagian terendah janin yang masuk ke pintu atas
panggul. Bila bagian terenda masuk PAP telah melampaui lingkaran
terbesarnya maka tangan yang melakukan pemeriksaan divergen, sedangkan
bila lingkaran terbesarnya belum masuk PAP maka tangan pemeriksa
konvergen (Varney, 2008).
1. Pemeriksaan denyut jantung janin
Setelah punggung janin dapat ditetapkan, diikuti pemeriksaan denyut
jantung janin sebagai berikut :
a. Kaki ibu hamil diluruskan sehingga janin lebih dekat dengan
dinding perut ibu.
b. Ungkum maksimum denyut jantung ditetapkan disekitar skapula.
c. Denyut jantung janin dihitung dengan cara menghitung 5 detik
pertama, interval 5 detik dilanjutkan menghitung untuk 5 detik
kedua, interval 5 detik dilanjutkan menghitung untuk 5 detik ketiga.
Jumlah perhitungan selama tiga kali setiap 5 detik dikalikan 4,
sehingga denyut jantung janin selama satu menit dapat ditetapkan.
d. Jumlah denyut jantung janin normal antara 120 sampai 160
denyut kali per menit (Manuaba, 2008).
2. Pengukuran TFU
Tinggi fundus uteri dalam sentimeter (cm) yang normal harus sama
dengan umur kehamilan dalam minggu yang ditentukan berdasarkan
hari pertama haid terakhir. Jika hasil pengukuran berbeda 1-2 cm,
masih dapat ditoleransi, tetapi jika deviasi lebih kecil 2 cm dari umur
kehamilan, kemungkinan ada gangguan pertumbuhan janin
(Mandriwati, 2006 ).
Tinggi fundus uteri normal sebagai berikut :
a. 24 minggu : Tinggi fundus uteri setinggi pusat.
b. 28 minggu : Tinggi fundus uteri 3 jari atas pusat.
c. 32 minggu : Tinggi fundus uteri pertengahan pusat processus-
xyphoideus.
d. 36 minggu : Tinggi fundus uteri 3 jari di bawah
processusxyphoideu.
e. 40 minggu : Tinggi fundus uteri pertengahan antara
processus xyphoideus-pusat
(Mandriwati, 2006 ).
2.1.5 Pelayanan atau Asuhan Standar Minimal “14T”
Dalam penerapan praktis pelayanan antenatal menurut Badan Litbang
Depkes RI, standar minimal palayanan antenatal adalah “14 T” yaitu :
1. Tanyakan dan sapa ibu dengan ramah.
2. Tinggi badan diukur dan berat badan ditimbang.
3. Temukan kelainan/periksa daerah muka dan leher (gondok, vena jugularis
externa), jari dan tungkai (edema), lingkaran lengan atas, panggul (perkusi
ginjal) dan reflek lutut.
4. Tekanan darah diukur.
5. Tekan/palpasi payudara (benjolan), perawatan payudara, senam payudara,
tekan titik (accu pressure) peningkatan ASI.
6. Tinggi fundus uteri diukur.
7. Tentukan posisi janin (Leopold I-IV) dan detak jantung janin.
8. Tentukan keadaan (palpasi) liver dan limpa.
9. Tentukan kadar Hb dan periksa laboratorium (protein dan glukosa urine),
sediaan vagina dan VDRL (PMS) sesuai indikasi. Universitas Sumatera Utara.
10. Terapi dan pencegahan anemia (tablet Fe) dan penyakit lainnya sesuai indikasi
(gondok, malaria dan lain-lain).
11. Tetanus toxoid imunisasi.
12. Tindakan kesegaran jasmani dan senam hamil.
13. Tingkatkan pengetahuan ibu hamil (penyuluhan) : makanan bergizi ibu hamil,
tanda bahaya kehamilan, petunjuk agar tidak terjadi bahaya pada waktu
kehamilan dan persalinan.
14. Temu wicara (konseling).
2.1.6 Jadwal Pemeriksaan Kehamilan
1. Trimester I dan II
a. Setiap bulan sekali.
b. Diambil data tentang labolatorium.
c. Pemeriksaan ultrasonografi.
d. Nasehat diet tentang empat sehat lima sempurna, tambahan protein ½ gr/BB
= satu telur/hari.
e. Observasi adanya penyakit yang dapat mempengaruhi kehamilan, komplikasi
kehamilan.
f. Rencana untuk pengobatan penyakitnya, menghindari terjadinya komplikasi
kehamilan, dan imunisasi tetanus I. (Varney, 2008)
2. Trimester III
a. Setiap dua minggu sekali sampai adanya tanda tanda kelahiran.
b. Evaluasi data labolatorium untuk melihat hasil pengobatan.
c. Diet empat sehat lima sempurna.
d. Pemeriksaan ultrasonografi.
e. Imunisasi tetanus II.
f. Obeservasi adanya penyakit yang menyertai kehamilan, komplikasi hamil
trimester ketiga.
g. Nasehati tentang tanda-tanda inpartu, kemana harus datang untuk melahirkan
(Varney, 2008).

2.2 Persalinan
2.2.1 Definisi Persalinan
Persalinan adalah suatu proses yang dimulai dengan adanya kontraksi
uterus yang menyebabkan terjadinya dilatasi progresif dari serviks, kelahiran bayi,
placenta, selaput ketuban dan proses tersebut merupakan proses alamiah (Mika,
2016).
Persalinan normal menurut WHO (2010) adalah persalinan yang dimulai
secara spontan, beresiko rendah pada awal persalinan, dan tetap demikian selama
proses persalinan. Bayi dilahirkan secara spontan dalam presentasi belakang
kepala pada usia kehamilan antara 37 minggu sampai dengan 42 minggu lengkap.
Setelah persalinan, ibu maupun bayi berada dalam kondisi sehat (Annisa, 2017).
Persalinan adalah proses dimana bayi, placenta dan selaput ketuban keluar
dari uterus ibu. Persalinan dianggap normal jika prosesnya terjadi pada usia
kehamilan cukup bulan (setelah 37 minggu) tanpa disertai adanya penyulit.
Persalinan dimulai (inpartu) sejak uterus berkontraksi dan menyebabkan
perubahan pada serviks (membuka dan menipis) dan berakhir dengan lahirnya
plasenta secara lengkap. Ibu belum inpartu jika kontraksi uterus tidak
mengakibatkan perubahan serviks (Gulardi, 2008).
Persalinan normal atau partus spontan adalah bila bayi lahir dengan
presentasi belakang kepala tanpa memakai alat-alat atau pertolongan istimewa
serta tidak melukai ibu dan bayi, dan umumnya berlangsung dalam waktu kurang
dari 24 jam (Sarwono, 2007).
Persalinan normal adalah proses pengeluaran janin, placenta dan selaput
ketuban dari uterus ibu yang dimulai sejak adanya kontraksi uterus yang
menyebabkan adanya dilatasi pada serviks, terjadi secara spontan pada usia
kehamilan antara 37-42 minggu dengan presentasi belakang kepala tanpa
komplikasi dan bantuan alat-alat yang dapat melukai ibu maupun janin, biasanya
berlangsung kurang dari 24 jam dan beresiko rendah pada awal persalinan sampai
akhir persalinan.

2.2.2 Jenis-Jenis Persalinan


1. Persalinan spontan, jika persalinan berlangsung dengan kekuatan ibunya
sendiri dan melalui jalan lahir.
2. Persalinan buatan, persalinan yang berlangsung dengan bantuan tenaga dari
luar misalnya ekstraksi dengan forceps, dilakukan operasi sectio caesarea.
3. Persalinan anjuran, bila kekuatan yang diperlukan untuk persalinan
ditimbulkan dari luar dengan jalan rangsangan misalnya pemberian pitocin dan
prostaglandin (Mika, 2016).
2.2.3 Kebutuhan Dasar Selama Persalinan
1. Makan dan minum per oral
Pasien dianjurkan untuk minum cairan yang manis dan makanan bernergi
sehingga kebutuhan kalorinya terpenuhi. Jika pasien berada dalam situasi yang
memungkinkan untuk makan, biasanya pasien akan makan sesuai dengan
keinginannya, namun ketika masuk dalam persalinan fase aktif biasanya ia hanya
menginginkan cairan.
2. Akses intravena
Akses intravena adalah tindakan pemasangan infus pada pasien. Kebijakan
ini diambil dengan pertimbangan sebagai jalur obat, cairan atau darah untuk
mempertahankan keselamatan jika sewaktu-waktu terjadi keadaan darurat.
Beberapa keadaan berikut ini memerlukan pemasangan infus sejak awal
persalinan :
a. Gravida 5 atau lebih.
b. Distensi uterus (ketegangan uterus) yang terlalu berlebihan, misalnya pada
kondisi gemeli, polihidramnion.
c. Induksi oksitosin.
d. Riwayat perdarahan pascapersalinan sebelumnya.
e. Riwayat atau predisposisi lain yang memungkinkan pasien untuk mengalami
perdarahan segera setelah melahirkan.
f. Pasien mengalami dehidrasi dan keletihan.
g. Pasien diketahui mengidap penyakit infeksi yang disebabkan oleh
Streptococus grup B, sehingga memerlukan terapi antibiotik secara intravena.
h. Suhu pasien lebih dari 38°C pada saat persalinan.
i. Kondisi obstetrik patologis yang mengancam kondisi pasien, misalnya
plasenta previa, abrubsio plasenta, pre-eklampsi dan eklampsi.
j. Anastesi apidural.
3. Posisi dan ambulasi
Posisi yang nyaman selama persalinan sangat diperlukan bagi pasien.
selain mengurangi rasa ketegangan dan rasa nyeri, posisi tertentu justru akan
membantu proses penurunan kepala janin sehingga persalinan dapat berjalan lebih
cepat. Beberapa posisi yang dapat di ambil antara lain :
a. Recumbent lateral (miring).
b. Lutut-dada.
c. Tangan-lutut.
d. Duduk.
e. Berdiri.
f. Berjalan.
g. Jongkok.
Nampaknya dari beberapa posisi yang dapat di pilih, posisi miring kiri adalah
posisi yang paling nyaman serta mempunyai banyak keuntungan seperti :
a. Koordinasi lebih baik dan efisiensi kontraksi uterus yang lebih besar,
kontraksi lebih kuat dan lebih jarang dari pada ketika pasien dalam posisi
telentang.
b. Memfasilitasi fungsi ginjal karena aliran urine menurun pada posisi
telentang.
c. Memfasilitasi rotasi janin pada posisi posterior.
d. Meredakan tekanan uterus dan kompresi pada pembuluh darah utama
pasien (vena cava inferior dan aorta).
Selain posisis diatas, berjalan di awal persalinan sambil menunggu
pembukaan lengkap juga sangat membantu untuk putaran paksi kepala janin.

4. Eliminasi selama persalinan (BAB dan BAK)


a. Buang air kecil (BAK)
Selama proses persalinan, pasien akan mengalami poliuri sehingga penting
untuk difasilitasi agar kebutuhan eliminasi dapat terpenuhi.
b. Buang air besar (BAB)
Pasien akan merasa sangat tidak nyaman ketika merasakan dorongan untuk
BAB. Namun rasa khawatir kadang lebih mendominasi dari pada perasaan
tidak nyaman, hal ini terjadi pasien tidak tahu mengenai caranya serta
khawatir akan respon orang lain terhadap kebutuhannya ini. Dalam kondisi
ini penting bagi keluarga dan bidan untuk menunjukan respon yang positif
dalam hal kesiapan untuk memberikan bantuan dan meyakinkan pasien
bahwa ia tidak perlu risih dan sungkan untuk melakukannya.
5. Istirahat
Istirahat sangat penting untuk pasien karena akan membuat rileks. Di awal
persalinan anjurkan pasien untuk istirahat yang cukup sebagai persiapan untuk
menghadapi proses persalinan yang panjang.
6. Kehadiran pendamping
Kehadiran seseorang yang penting dan dapat dipercaya sangat dibutuhkan
oleh pasien yang akan menjalani proses bersalin (Ari, 2012).
2.2.4 Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Persalinan
1. Passage ( jalan lahir)
a. Panggul
Tulang koksigis (tulang tungging)
Berbentuk segitiga dengan ruas 3-5 buah yang menyatu dan terdapat
hubungan antara tulang sakrum dengan tulang koksigis yang disebut
artikulasi sacro-cocsygis. Diluar kehamilan, artikulasi hanya memungkinkan
mengalami sedikit pergeseran, tetapi pada kehamilan dan persalinan dapat
mengalami pergeseran yang cukup longgar bahkan ujung tulang koksigis
dapat bergerak ke belakang sampai sejauh 2,5 cm pada proses persalinan
(Ari, 2010).

1) Tulang illeum (tulang usus)


a) Merupakan tulang terbesar dari panggul yang membentuk bagian
atas dan belakang panggul.
b) Bagian atas merupakan penebalan tulang yang disebut krista illiaka.
c) Ujung depan dan belakang krista illiaka yang yang menonjol dispina
illiaka anterosuperior dan spina illiaka postesuperior.
d) Terdapat tonjolan tulang memanjang di bagian dalam tulang illium
yang membagi pelvis mayor dan minor, disebut linea inominata
(linea terminalis).
e) Linea terminalis merupakan bagian dari pintu atas panggul.
2) Tulang ischium (tulang duduk)
a) Terdapat disebelah bawah tulang usus.
b) Pinggir belakangnya memnonjol : spina ischiadica.
c) Pinggir bawah tulang duduk sangat tebal (tuber ischiadicum),
berfungsi menopang badan saat duduk.
3) Tulang pubis (tulang kemaluan)
a) Terdapat disebelah bawah dan depan tulang illium.
b) Dengan tulang duduk dibatasi oleh forament obturatorium.
c) Tangkai tulang kemaluan yang berhubungan dengan tulang usus
disebut ramus superior tulang pubis.
d) Di depan kedua tulang ini berhubungan melalui artikulasi
(sambungan) yang disebut simfisis. (Ari, 2010)
Tulang sakrum (tulang kelangkang)
Tulang ini berbentuk segitiga dengan lebar di bagian atas dan
mengecil di bagian bawah. Tulang kelangkang terletak di antara kedua
tulang pangkal paha.
1) Terdiri dari 5 ruas tulang yang berhubungan erat.
2) Permukaan depan licin dengan lengkungan dari atas ke bawah dan
dari kanan ke kiri.
3) Pada sisi kanan dan kiri, digaris tengah terdapat lubang yang dilalui
oleh saraf yang disebut foramen sakralia anterior.
4) Tulang kelangkang berhubungan dengan tulang pinggang ruas ke 5.
5) Tulang kelangkang yang paling atas mempunyai tonjolan besar ke
depan yang disebut promontorium.
6) Bagian samping tulang kelangkang berhubungan dengan tulang
pangkal paha malalui artikulasi sacro illiaca.
7) Ke bawah tulang kelangkang berhubungan dengan tulang tungging
(tulang koksigis) (Ari, 2010).
Secara fungsional diketahui terdapat dua besar bagian panggul :
1) Pelvis mayor : adalah bagian pelvis yang terletak di atas linea
terminalis, disebut juga false pelvic.
2) Pelvis minor : adalah bagian pelvis yang terletak di sebelah bawah
linea terminalis yang disebut sebagai true pelvic. Bagian ini adalah
bagian yang mempunyai peranan penting dalam obstretik dan harus
dikenal serta dinilai sebaik-baiknya untuk dapat menggambarkan
proses persalinan (Ari, 2010).
Jalan lahir merupakan corong yang melengkung ke depan dengan
sifat sebagai berikut :
1) Jalan lahir dengan panjang 4,5 cm.
2) Jalan lahir belakang panjangnya 12,5 cm.
3) Pintu atas panggul menjadi pintu bawah panggul seolah-olah
berputar 90 derajat.
4) Bidang putar pintu ata panggul menjadi pintu bawah panggul terjadi
pada bidang tersempit.
5) Pintu bawah panggul bukan merupakan satu bidang, tetapi
merupakan bidang segitiga. (Ari, 2010)
Pintu atas panggul (PAP)
Merupakan bagian dari pelvis minor yang terbentuk dari
promontorium, tulang sakrii, linea terminalis, dan pinggir atas
simfisis. Jarak antara simfisis ke promontorium kurang lebih 11 cm
yang disebut konjugata vera. Jarak terjauh garis dari artikulasi sakro-
illiaka 12,5-13 cm yang disebut diameter tranversa. Bila ditarik garis
dari artikulasi sakro-illiaka ke titik pertemuan antara diameter
transversa dan konjugata vera kemudian diterus kemudian diteruskan
ke linea inominata maka akan ditemukan sebuah diameter obliq
ukuran 13 cm (Ari, 2010).
Pintu bawah panggul PBP (ARCUS PUBIS)
Pintu bawah panggul bukan merupakan suatu bidang datar,
tetapi tersusun atas dua bidang yang masing-masing berbentuk
segitiga. Bidang pertama dibentuk oleh garis antara kedua buah
tubera os.ischii dengan ujung tulang sakrum, dan bidang kedua
dibentuk oleh garis antara kedua buah tuber os.ischii dengan bagian
bawah simfisis. Pinggir bawah simfisis berbentuk lengkung ke
bawah dan merupakan sudut (arcus pubis), dalam keadaan normal
sudutnya sebesar 90 derajat, bila kurang dari itu maka kepala bayi
akan sulit dilahirkan (Ari, 2010).
KAVUM PELVIK
Kavum pelvik berada di antara PAP dan PBP, tersiri dari dua
bagian penting :
1) Bagian dengan ukuran terbesar ( Bidang Terluas Panggul ) :
a) Merupakan bagian yang terluas dan bentuknya hampir seperti
lingkaran.
b) Batas-batas :
1. Anterior : titik tengah permukaan belakang tulang pubis.
2. Lateral : sepertiga bagian atas dan tengah foramen obturatorium.
3. Posterior : hubungan antara vertebra sakralis kedua dan ketiga.
c) Diameter-diameter penting :
1. Diameter anteroposterior adalah jarak antara titik tengah
permukaan belakang tulang pubis dengan hubungan antara
vertebra sakralis kedua dan ketiga panjangnya adalah 12,75 cm.
2. Diameter transversa adalah jarak terbesar tepi lateral kanan dan
kiri bidang tersebut, panjangnya 12,5 cm.
2) Bidang dengan ukuran terkecil (Bidang Tersempit Panggul) :
a) Bidang terpenting dalam panggul memiliki ruang yang paling
sempit dan di tempat ini paling sering terjadi macetnya persalinan.
Bidang ini terbentang dari apeks sampai arkus sub pubis melalui
spina ischiadica ke sakrum, biasanya dekat dengan perhubungan
antara vertebra sakralis ke-4 dan ke-5.
b) Batas-batas :
1. Tepi bawah simfisis pubis.
2. Garis putih pada fasia yang menutupi foramen obturatorium.
3. Spina ischiadica.
4. Ligamentum sacrospinosum.
5. Tulang sacrum.
c) Diameter-diameter penting :
1. Diameter anteroposterior dari tepi bawah simfisis pubis ke
perhubungan antara vertebra sakralis ke-4 dan ke-5, memiliki
ukuran 12 cm.
2. Diameter transversa.
3. Antara spina ischiadica kanan dan kiri, memiliki ukuran 10,5 cm.
4. Diameter sagitalis.
5. Dari distansia interspinarum ke perhubungan antar vertebra
sakralis ke-4 dan ke-5 memiliki ukuran 4,5 cm sampai 5 cm (Ari,
2010).
Dalam obstetrik dikenal ada empat macam bentuk panggul menurut
Cadwell dan Moloy, dengan masing-masing berciri sebagai berikut :
1) Jenis ginekoid : penggul jenis ini merupakan bentuk yang paling
baik, karena dengan bentuk panggul yang hampir bulat seperti
ini memungkinkan kepala bayi mengadakan penyesuaian saat
proses persalinan. Kurang lebih ditemukan pada 45% wanita.
2) Jenis android : ciri jenis ini adalah bentuk pintu atas panggulnya
hampir seperti segitiga. Panggul jenis ini umumnya dimiliki pria,
namun ada juga wanita yang mempunyai panggul jenis ini
(15%).
3) Jenis platipeloid
Panggul jenis ini seperti panggul jenis ginekoid, hanya mengalami
penyempitan pada arah muka belakang. Jenis ini ditemukan pada 5%
wanita.
4) Jenis antropoid
Panggul jenis ini mempunyai ciri berupa bentuknya yang lonjong
seperti telur, panggul jenis ini ditemukan pada 35% wanita (Ari,
2010).
BIDANG HODGE
Bidang-bidang Hodge ini dipelajari untuk menentukan sampai dimana
bagian terendah janin turun ke panggul pada proses persalinan. Bidang
Hodge tersebut antara lain :
1) Hodge I : bidang yang dibentuk pada lingkaran PAP dengan bagian
atas simfisis dan promontorium;
2) Hodge II : bidang yang sejajar hodge I setinggi bagian bawah simfisis;
3) Hodge III : bidang yang sejajar hodge I setinggi spina ischiadica;
4) Hodge IV : bidang yang sejajar hodge I setinggi tulang koksigis (Ari,
2010).
2. Power (kekuatan ibu)
a. His
Otot rahim terdiri dari 3 lapis, dengan susunan berupa anyaman
yang sempurna. Terdiri atas lapisan otot longitudinal di bagian luar,
lapisan otot sirkular di bagian dalam, dan lapisan otot menyilang di
antara keduanya. Dengan susunan demikian, ketika otot rahim
berkontraksi maka pembuluh darah yang terbuka setelah placenta lahir
akan terjepit oleh otot dan perdarahan dapat berhenti (Ari, 2010).
Sifat his :
1) His adalah kontraksi otot-otot rahim pada persalinan.
2) His yang efektif :
a) Kontraksi otot rahim di mulai dari daerah tuba dan
ligamentum rotundum kemudian menjalar ke seluruh
bagian uterus.
b) Gelombang kontraksi simetris dan terkoordinasi.
c) Didominasi oleh fundus kemudian menjalar ke seluruh otot
rahim.
d) Kekuatannya seperti mekanisme memeras isi rahim.
e) Otot rahim yang telah berkontraksi tidak kembali ke
panjang semula sehingga terjadi retraksi dan terjadi
pembentukan segmen bawah rahim.
3) Amplitudo
a) Kekuatan his diukur dengan mmHg dan menimbulkan
naiknya tekanan intrauterus sampai 35 mmHg.
b) Cepat mencapai puncak kekuatan dan diikuti relaksasi
yang tidak lengkap, sehingga kekuatannya tidak mencapai
0 mmHg.
4) Setelah kontraksi otot rahim mengalami retraksi, artinya
panjang otot rahim yang telah berkontraksi tidak akan kembali
lagi ke panjang semula.
5) Frekuensi yaitu jumlah terjadinya his selama 10 menit.
6) Durasi his yaitu lamanya his yang terjadi setiap saat diukur
dengan detik.
7) Interval his yaitu tenggang waktu antara kedua his. Pada
permulaan persalinan his timbul sekali dalam 10 menit, pada
kala pengeluaran (kala II) muncul sekali dalam 2 menit.
8) Kekuatan his, yaitu perkalian antara amplitudo dengan
frekuensi yang ditetapkan dengan satuan unit Montevideo
(Ari, 2010).
Tiap fase persalinan mempunyai ciri kontraksi yang khas, dan
karakteristik ini dijadikan sebagai salah satu data klinis pada
saat melakukan asuhan kepada pasien. ciri atau karakteristik his
yang dimaksud adalah sebagai berikut :
1) Saat hamil
Akibat adanya perubahan keseimbangan hormon estrogen
dan progesteron, terjadi kontraksi otot rahim dengan sifat
yang tidak teratur dan tidak nyeri. Kekuatan dari kontraksi
ini masih rendah yaitu 5 mmHg, muncul mulai kehamilan
trimester II tepatnya mulai minggu ke-30. Kontraksi ini
disebut Braxton Hicks, dan akan menjadi his dalam
persalinan (Ari, 2010).
2) Saat persalinan kala I
a) Kontraksi bersifat simetris.
b) Fundal dominan, artinya bagian fundus uterus berfungsi
sebagai pusat dan mempunyai kekuatan paling besar.
c) Involunter, maksudnya tidak dapat dikendalikan oleh
pasien.
d) Kontraksi bersifat terkoordinasi, artinya arah kekuatan
terkoordinasi mulai dari pusat his.
e) Intervalnya makin lama makin pendek.
f) Kekuatannya makin lama makin besar dan pada kala II
diikuti dengan keinginan untuk meneran.
g) Diikuti dengan retraksi, artinya panjang otot rahim yang
telah berkontraksi tidak akan kembali lagi ke panjang
semula.
h) Setiap kontraksi dimulai dari “pacemaker” yang terletak
disekitar insersi tuba, dengan arah penjalaran ke daerah
serviks uterus dengan kecepatan 2 cm/detik.
i) Kontraksi rahim menimbulkan rasa sakit pada pinggang,
daerah perut, dan dapat menjalar kearah paha. (Ari,
2010)
3) Saat persalinan kala II
Kekuatan his pada akhir kala I atau awal kala II
mempunyai amplitudo 60 mmHg, yang berarti lebih kuat
dari kekuatan sebelumnya. Kekuatan his dan meneran
mendorong janin ke bawah dan menimbulkan keregangan
yang bersifat pasif. Kekuatan his menimbulkan putaran
paksi dalam, penurunan bagian terendah akan menekan
serviks dimana terdapat fleksus frankenhauser yang
menyebabkan refleks untuk meneran. Kedua kekuatan ini
selanjutnya mampu mendorong janin ke bawah sehingga
terjadilah pembukaan pintu jalan lahir oleh janin, penipisan
perineum, dan akhirnya ekspulsi kepala berturut-turut
sehingga lahirlah ubun-ubun besar, dahi, muka dan kepala
seluruhnya (Ari, 2010).
4) Saat persalinan kala III
Setelah istirahat selama 8-10 menit, rahim berkontraksi
kembali untuk melepaskan plasenta dari dinding rahim.
Pelepasan plasenta dapat mulai dari pinggir, tengah, atau
kombinasi dari keduanya (Ari, 2010).
5) Saat persalinan kala IV
Setelah plasenta lahir kontraksi rahim tetap kuat. Kekuatan
kontraksi ini tidak diikuti oleh interval pembuluh darah
tertutup rapat dan kesempatan membentuk trombus. Melalui
kontraksi yang kuat dan pembentukan trombus, maka terjadi
penghentian pengeluaran darah pasca persalinan. Untuk
mengefektifkan his ini, diberikan obat uterotonika sesaat
setalah bayi lahir (Ari, 2010).
b. Tenaga meneran
Tenaga meneran pasien akan semakin menambah kekuatan
kontraksi uterus. Pada saat pasien meneran, diafragma dan otot-
otot dinding abdomen akan berkontraksi. Kombinasi antara his
dan tenaga meneran pasien akan meningkatkan tekanan
intrauterus sehingga janin akan semakin terdorong ke luar.
Dorongan meneran akan semakin meningkat ketika pasien dalam
posisi yang nyaman, misalnya setengah duduk, jongkok, berdiri
atau miring ke kiri (Ari, 2010).
3. Passenger (Isi kehamilan)
a. Janin
Membahas mengenai keoala janin, karena kepala adalah bagian
terbesar dari janin dan paling sulit untuk dilahirkan. Tulang-
tulang penyusun kepala janin terdiri dari :
1) Dua buah os. Parietalis.
2) Satu buah os. Oksipitalis.
3) Dua buah os. Frontalis.
Antara tulang satu dengan yang lainnya berhubungan melalui
membran yang kelak setelah hidup di luar uterus akan
berkembang menjadi tulang. Batas antara dua tulang disebut
sutura, dan diantara sudut-sudut tulang terdapat ruang yang
ditutupi oleh membran yang disebut fontanel. Pada tulang
tengkorak janin dikenal beberapa sutura, antara lain :
1) Sutura sagitalis superior : menghubungkan kedua os.
Parietalis kanan dan kiri.
2) Sutura koronaria : menghubungkan os. Parietalis dengan os.
Frontalis.
3) Sutura lambdoidea : menghubungkan os. Parietalis dengan
os. Oksipitalis.
4) Sutura frontalis : menghubungkan kedua os. Frontalis kanan
dan kiri (Ari, 2010).
Terdapat dua fontanel (ubun-ubun), antara lain :
1) Fontanel minor (ubun-ubun kecil)
a) Berbentuk segitiga.
b) Terdapat di sutura sagitalis superior bersilang dengan
sutura lambdoidea.
c) Sebagai penyebut (penunjuk presentasi kepala) dalam
persalinan, yang diketahui melalui pemeriksaan dalam.
Pada saat tangan pemeriksa meraba kepala janin, ketika
terasa adanya cekungan yang berbentuk segitiga, itulah
ubun-ubun kecil.
2) Fontanel mayor (ubun-ubun besar/bregma)
a) Berbentuk segi empat panjang.
b) Terdapat di sutura sagitalis superior dan sutura frontalis
bersilang dengan sutura koronaria. (Ari, 2010)
b. Moulage (molase) kepala janin
Adanya celah antara bagian-bagian tulang kepala janin
memungkinkan adanya penyisipan antar bagian tulang sehingga
kepala janin dapat mengalami perubahan bentuk dan ukuran,
proses ini disebut molase.
Hubungan janin dengan jalan lahir :
1) Sikap : menunjukan bagian-bagian janin satu sama lain.
2) Letak ; menunjukkan hubungan sumbu janin dengan sumbu
jalan lahir.
3) Presentasi dan bagian bawah : presentasi menunjukan bagian
janin yang terdapat di bagian terbawah jalan lahir.
4) Posisi dan penyebutnya : menunjukkan hubungan bagian
janin tertentu dengan bagian kiri, kanan, depan lintang dan
belakang dari jalan lahir. (Ari, 2010)
c. Plasenta dan tali pusat
Struktur plasenta :
1) Berbentuk bundar atau hampir bundar dengan diameter 15-20
cm dan tebal 2-2,5 cm.
2) Berat rata-rata 500 gram.
3) Letak plasenta umumnya di depan atau di belakang dinding
uterus, agak ke atas ke arah fundus.
4) Terdiri dari 2 bagian, yaitu :
a) Pars maternal : bagian plasenta yang menempel pada
desidua, terdapat kotiledon (rata-rata 20 kotiledon). Di
bagian ini tempat terjadinya pertukaran darah ibu dan
janin.
b) Pars fetal : terdapat tali pusat (insersio/penanaman tali
pusat).
1. Insersio sentralis : penanaman tali pusat di tengah
plasenta.
2. Insersio marginalis : penanaman tali pusat di pinggir
plasenta.
3. Insersio velamentosa : penanaman tali pusat di
selaput janin/selaput amnion. (Ari, 2010)
Fungsi plasenta :
1) Memberi makan kepada janin.
2) Ekskresi hormon.
3) Respirasi janin : tempat pertukaran O2 dan CO2 antara janin
dan ibu.
4) Membentuk hormon estrogen.
5) Menyalurkan berbagai antibodi dari ibu.
6) Sebagai barier (penghalang) terhadap janin dari
kemungkinan masuknya mikroorganisme/kuman (Ari,
2010).
Tali Pusat
Merupakan bagian yang sangat penting untuk kelangsungan
hidup janin meskipun tidak menutup kemungkinan bahwa tali
pusat juga dapat menyebabkan penyulit persalinan, misal pada
kasus lilitan tali pusat (Ari, 2010).
Struktur tali pusat :
1) Terdiri dari 2 arteri umbilikalis dan satu vena umbilikalis.
2) Bagian luar tali pusat berasal dari lapisan amnion.
3) Di dalamnya terdapat jaringan yang lembek yang dinamakan
selai warton, yang berfungsi melindungi dua arteri dan satu
vena umbilikalis yang berada dalam tali pusat.
4) Panjang rata-rata 50 cm (Ari, 2010).
Fungsi tali pusat :
1) Nutrisi dan oksigen dari plasenta ke tubuh janin.
2) Pengeluaran sisa metabolisme janin ke tubuh ibu.
3) Zat antibodi dari ibu ke janin (Ari, 2010).
d. Air ketuban
Merupakan elemen penting dalam proses persalinan, dapat
dijadikan acuan dalam menentukan diagnosa kesejahteraan janin.
Struktur amnion :
1) Volume pada kehamilan cukup bulan kira-kira 1000-500 cc.
2) Berwarna putih keruh, berbau amis, dan terasa manis.
3) Reaksinya agak alkalis sampai netral dengan berat jenis
1,008.
4) Komposisi terdiri atas 98% air, dan sisanya albumin, urea,
asam urik, kreatinin, sel-sel epitel, lanugo, verniks kaseosa
dan garam anorganik. Kadar protein 2,6% gram/liter (Ari,
2010).
Fungsi amnion :
1) Melindungi janin dari trauma/benturan.
2) Memungkinkan janin bergerak bebas.
3) Menstabilkan suhu tubuh janin agar tetap hangat.
4) Menahan tekanan uterus.
5) Pembersih jalan lahir (Ari, 2010)
2.2.5 Mekanisme Persalinan Normal
1. Penurunan kepala
Terjadi selama proses persalinan karena daya dorong dari kontraksi uterus
yang efektif, serta kekuatan meneran dari pasien.
2. Penguncian (engangement)
Tahap penurunan pada waktu diameter biparietal dari kepala janin telah
melalui lubang masuk panggul pasien.
3. Fleksi
Dalam proses masuknya kepala janin ke dalam panggul, fleksi menjadi hal
yang sangat penting karena dengan fleksi diameter kepala janin terkecil dapat
bergerak melalui panggul dan terus menuju dasar panggul. Pada saat kepala
bertemu dengan dasar panggul, tahanannya akan meningkatkan fleksi menjadi
bertambah besar yang sangat diperlukan agar saat sampai di dasar panggul kepala
janin sudah dalam keadaan fleksi maksimal.
4. Putaran paksi dalam
Putaran internal dari kepala janin akan membuat diameter anteroposterior
(yang lebih panjang) dari kepala menyesuaikan diri dengan diameter
anteroposterior dari panggul pasien. Kepala akan berputar dari arah diameter
kanan, miring ke arah diameter PAP dari panggul tetapi bahu tetap miring ke kiri,
dengan demikian hubungan normal antara as panjang kepala janin dengan as
panjang dari bahu akan berubah dan leher akan berputar 45 derajat. Hubungan
antara kepala dan panggul ini akan terus berlanjut selama kepala janin masih
berada didalam panggul. Pada umumnya rotasi penuh dari kepala ini akan terjadi
ketika kepala telah sampai di dasar panggul atau segera setelah itu. Perputaran
kepala yang dini kadang-kadang terjadi pada multipara atau pasien yang
mempunyai kontraksi efisien.
5. Lahirnya kepala dengan cara ekstensi
Cara kelahiran ini untuk kepala dengan posisi oksiput posterior. Proses ini
terjadi karena gaya tahanan dari dasar panggul, dimana gaya tersebut membentuk
lengkungan carus, yang mengarahkan kepala ke atas menuju lorong vulva. Bagian
leher belakang di bawah oksiput akan bergeser ke bawah simfisis pubis dan
bekerja sebagai titik poros (hipomoklion). Uterus yang berkontraksi kemudian
memberikan tekanan tambahan di kepala yang menyebabkannya ekstensi lebih
lanjut saat lubang vulva-vagina membuka lebar.
6. Restitusi
Restitusi adalah perputaran kepala sebesar 45 derajat baik ke kanan
maupun ke kiri, bergantung kepada arah dimana ia mengikuti perputaran menuju
posisi oksiput anterior.
7. Putaran paksi luar
Putaran ini terjadi secara bersamaan dengan putaran internal dari bahu.
Pada saat kepala janin mencapai dasar panggul, bahu akan mengalami perputaran
dalam arah yang sama dengan kepala janin agar terletak dalam diameter yang
besar dari rongga panggul. Bahu anterior akan terlihat pada lubang vulva-vagina,
yang dimana ia akan bergeser di bawah simfisis pubis.
8. Lahirnya bahu dan seluruh badan bayi
Bahu posterior akan menggembungkan perineum dan kemudian dilahirkan
dengan cara fleksi lateral. Setelah bahu dilahirkan, seluruh tubuh janin lainnya
akan dilahirkan mengikuti sumbu carus (Ari, 2010).
2.2.6 Tahapan-Tahapan Persalinan
1. Kala I
Kala I disebut juga dengan kala pembukaan yang berlangsung
antara pembukaan 0 sampai dengan pembukaan lengkap (10 cm).
Pada permulaan his, kala pembukaan berlangsung tidak begitu kuat
sehingga pasien masih dapat berjalan-jalan. Proses pembukaan
serviks sebagai akibat his dibedakan menjadi 2 fase, yaitu :
a. Fase laten
Berlangsung selama 8 jam. Pembukaan terjadi sangat lambat
sampai dengan pembukaan mencapai ukuran diameter 3 cm.
b. Fase aktif
1) Fase akselerasi
Dalam waktu 2 jam pembukaan 3 cm menjadi 4 cm.
2) Fase dilatasi maksimal
Dalam waktu 2 jam pembukaan berlangsung sangat cepat, dari
4 cm sampai dengan 9 cm.
3) Fase dilatasi
Pembukaan menjadi lambat sekali, dalam waktu 2 jam
pembukaan berubah menjadi pembukaan lengkap. (Mika,
2016)
Di dalam fase aktif ini, frekuensi dan lama kontraksi uterus
akan meningkat secara bertahap, biasanya terjadi tiga kali atau
lebih dalam waktu 10 menit, dan berlangsung selama 40 detik
atau lebih. Biasanya dari pembukaan 4 cm hingga mencapai
pembukaan lengkap atau 10 cm, akan terjadi kecepatan rata-rata
yaitu 1 cm per jam untuk primigravida dan 2 cm untuk
multigravida. (Mika, 2016)
Fase-fase tersebut dijumpai pada primigravida begitu pula
pada multigravida, tetapi pada fase laten, fase aktif, dan fase
deselerasi terjadi lebih pendek. Mekanisme pembukaan serviks
berbeda antara primigravida dan multigravida. Pada primigravida
kala I berlangsung kira-kira 12 jam, sedangkan pada multigravida
kira-kira 7 jam. (Mika, 2016)
Menentukan Tinggi Fundus
Pastikan pengukuran dilakukan pada saat uterus tidak
sedang kontraksi menggunakan pita ukur. Ibu dengan posisi
setengah duduk dan tempelkan ujung pita (posisi melebar) mulai
dari tepi atas simpisis pubis, kemudian rentangkan pita mengikuti
aksis/linea mediana dinding depan abdomen hingga puncak
fundus. (JNPK-KR, 2008)
Memantau Kontraksi Uterus
Gunakan jarum detik yang ada pada jam untuk memantau
kontraksi uterus. Secara hati-hati, letakkan tangan penolong di
atas uterus dan palpasi jumlah kontraksi yang terjadi dalam kurun
waktu 10 menit. Tentukan durasi atau lama setiap kontraksi yang
terjadi. Pada fase aktif, minimal terjadi dua kontraksi dalam 10
menit dan lama kontraksi adalah 40 detik atau lebih. Diantara dua
kontraksi akan terjadi relaksasi dinding uterus. (JNPK-KR, 2008)
Memantau Denyut Jantung Janin
Pada kala I perlu dilakukan pemantauan denyut jantung
janin, gunakan doppler untuk menghitung jumalah denyut jantung
janin per menit. Nilai DJJ selama dan segera setelah kontraksi,
dengarkan DJJ selama minimal 60 detik. Gangguan kondisi
kesehatan janin dicerminkan dari DJJ yang kurang dari 120 atau
lebih dari 160 kali per menit. (JNPK-KR, 2008)
Menentukan Presentasi
Untuk menentukan presentasi (bagian terbawah) janin :
a. Berdiri disamping dan menghadap ke arah kepala ibu (minta
ibu mengangkat tungkai dan menekkukan lutut).
b. Untuk menentukkan apakah presentasinya adalah kepala atau
bokong maka perhatikan dan pertimbangkan bentuk, ukuran
dan kepadatan bagian tersebut. Bagian berbentuk bulat, teraba
keras, berbatas tegas dan mudah digerakkan (bila belum masuk
rongga panggul) biasanya adalah kepala. Jika bentuknya
kurang tegas, teraba kenyal, relatif lebih besar, dan sulit
terpegang secara mantap maka biasanya itu adalah bokong.
c. Dengan ibu jari dan jari tengah dari satu tangan, pegang bagian
terbawah janin yang mengisi bagian bawah abdomen ibu.
d. Jika bagian terbawah janin belum masuk ke rongga panggul
maka bagian tersebut masih dapat digerakkan. Jika telah
memasuki rongga panggul maka bagian terbawah janin sulit
untuk digerakkan. (JNPK-KR, 2008)
Menentukan Penurunan Bagian Terbawah Janin
Penurunan bagian terbawah dengan metode lima jari
(perlimaan) sebagai beriku :
a. 5/5 jika bagian terbawah janin seluruhnya teraba di atas
simpisis pubis.
b. 4/5 jika sebagian (1/5) bagian terbawah janin telah memasuki
pintu atas panggul.
c. 3/5 jika sebagian (2/5) bagian terbawah janin telah memasuki
rongga panggul.
d. 2/5 jika hanya sebagian dari bagian terbawah janin masih
berada diatas simfisis dan (3/5) bagian telah turun melewati
bidang tengah rongga panggul.
e. 1/5 jika hanya 1 dari 5 jari masih dapat meraba bagian
terbawah janin yang berada diatas simfisis dan 4/5 bagian
telah masuk ke dalam rongga panggul.
f. 0/5 jika bagian terbawah janin sudah tidak dapat diraba dari
pemeriksaan luar dan seluruh bagian terbawah janin sudah
masuk ke dalam rongga panggul. (JNPK-KR, 2008)
Periksa Dalam
Sebelum melakukan periksa dalam, cuci tangan dengan
sabun dan air bersih mengalir. Meminta ibu untuk berkemih dan
mencuci area genitalia dengan sabun dan air. Jelaskan pada ibu
setiap langkah yang akan dilakukan selama pemeriksaan.
Langkah-langkah dalam melakukan pemeriksaan dalam :
a. Tutupi badan ibu menggunakan samping atau selimut.
b. Meminta ibu berbaring terlentang dengan lutut dan paha
dibentangkan.
c. Gunakan sarung tangan DTT atau steril saat melakukan
pemeriksaan.
d. Gunakan kassa atau gulungan kapas DTT yang dicelupkan ke
air DTT/larutan antiseptik. Basuh labia secara hati-hati, seka
dari bagian depan ke belakang untuk menghindari
kontaminasi feses.
e. Periksa genitalia eksterna, perhatikan apakah ada luka atau
massa (benjolan) termasuk kondiloma, varikositas vulva atau
rektum, atau luka parut diperineum.
f. Nilai cairan vagina dan tentukan apakah ada bercak darah,
perdarahan pervaginam atau mekonium :
1) Jika ada perdarahan pervaginam, jangan lakukan
pemeriksaan dalam.
2) Jika ketuban sudah pecah, lihat warna dan bau air ketuban.
Jika terlihat pewarnaan mekonium, nilai apakah kental
atau encer dan periksa DJJ.
a) Jika mekonium encer dan DJJ normal, teruskan
memantau DJJ dengan seksama menurut petunjuk
pada partograf.
b) Jika mekonium kental, nilai DJJ dan rujuk segera.
c) Jika tercium bau busuk, mungkin telah terjadi infeksi.
g. Dengan hati-hati pisahkan labium mayus dengan jari manis
dan ibu jari (gunakan sarung tangan periksa). Masukkan (hati-
hati) jari telunjuk yang diikuti oleh jari tengah. Jangan
mengeluarkan kedua jari tersebut sampai pemeriksaan selesai.
Dilakukan amniotomi (perobekan selaput ketuban) jika
selaput ketuban belum pecah dan pembukaan sudah lengkap
10 cm.
h. Nilai vagina. Luka parut divagina mengindikasikan adanya
riwayat robekan perineum atau tindakan episiotomi
sebelumnya.
i. Nilai pembukaan dan penipisan serviks.
j. Pastikan tali pusat dan bagian-bagian kecil (tangan atau kaki)
tidak terba pada saat melakukan periksa dalam.
k. Nilai penurunan bagian terbawah janin dan tentukan apakah
bagian tersebut telah masuk kedalam rongga panggul.
l. Jika bagian terbawah adalah kepala, pastikan penunjuknya
(ubun-ubun kecil, ubun-ubun besar atau fontanela magna) dan
celah (sutura) sagitalis untuk menilai derajat penyusupan atau
tumpang tindih tulang kepala dan apakah ukuran kepala janin
sesuai dengan ukuran jalan lahir.
m. Jika pemeriksaan sudah lengkap, keluarkan kedua jari,
celupkan sarung tangan ke dalam larutan untuk
dekontaminasi, lepaskan kedua sarung tangan dan rendam
selama 10 menit di larutan klorin.
n. Cuci kedua tangan dan keringkan.
o. Posisikan kembali ibu dengan posisi yang nyaman.
p. Jelaskan hasil pemeriksaan. (JNPK-KR, 2008)
2. Kala II
Kala II disebut juga dengan kala pengeluaran, kala ini dimulai
dari pembukaan lengkap (10 cm) sampai bayi lahir. Proses ini
berlangsung 2 jam pada primigravida dan 1 jam pada multigravida,
gejala utama dari kala II adalah :
a. His semakin kuat, dengan interval 2 sampai 3 menit dengan
durasi 50 sampai 100 detik.
b. Menjelang akhir kala I, ketuban pecah yang ditandai dengan
pengeluaran cairan secara mendadak.
c. Ketuban pecah pada pembukaan merupakan pendeteksi lengkap
diikuti keinginan mengejan karena fleksus frankenhauser
tertekan.
d. Kedua kekuatan, his dan mengejan lebih mendorong kepala bayi
sehingga kepala bayi membuka pintu, subocciput bertindak
sebagai hipomoglion berturut-turut lahir dari dahi, muka, dagu
yang lewati perineum.
e. Kepala lahir seluruhnya dan diikuti oleh putaran paksi luar, yaitu
penyesuaian kepala pada punggung.
f. Setelah putar paksi luar berlangsung maka persalinan bayi
ditolong dengan jalan :
1 Kepala dipegang pada ocsiput dan dibawah dagu, ditarik
curam ke bawah untuk melahirkan bahu belakang.
2 Setelah kedua bahu lahir, ketiak diangkat untuk melahirkan
sisa badan bayi.
3 Bayi kemudian lahir diikuti oleh air ketuban. (Mika, 2016)
3. Kala III
Setelah kala II, kontraksi uterus berhenti sekitar 5 sampai 10
menit. Melalui kelahiran bayi, plasenta sudah mulai terlepas pada
lapisan Nitabisch karena sifat retraksi otot rahim. Dimulai segera
setelah bayi lahir sampai plasenta lahir, yang berlangsung tidak lebih
dari 30 menit, jika lebih maka harus diberi penanganan lebih atau
dirujuk. Lepasnya plasenta sudah dapat diperkirakan dengan
memperhatikan tanda-tanda :
a. Uterus menjadi bundar.
b. Uterus terdorong ke atas karena plasenta dilepas ke segmen
bawah rahim.
c. Tali pusat bertambah panjang.
d. Terjadi perdarahan. (Mika, 2016)
Melahirkan plasenta dilakukan dengan dorongan ringan secara
crede pada fundus uteri. Biasanya plasenta lepas dalam 6 sampai 15
menit setelah bayi lahir. (Mika, 2016)
Lepasnya plasenta secara Schultze, biasannya tidak ada
pendarahan sebelum plasenta lahir dan banyak mengeluarkan darah
setelah plasenta lahir, sedangkan cara Duncan yaitu plasenta lepas
dari pinggir, biasanya darah mengalir keluar antara selaput ketuban.
(Mika, 2016)
4. Kala IV
Kala IV dimaksudkan untuk melakukan observasi karena
pendarahan postpartum paling sering terjadi pada 2 jam pertama.
Observasi yang dilakukan adalah :
a. Tingkat kesadaran penderita.
b. Pemeriksaan tanda-tanda vital.
c. Kontraksi uterus.
d. Terjadi pendarahan (Mika, 2016)
2.2.7 Penjahitan Luka Perineum
Tabel Derajat Robekan Perineum dan Lokasinya
Robekan
perineu Derajat 1 Derajat 2 Derajat 3 Derajat 4
m
Lokasi Mukosa Mukosa Mukosa Mukosa
robekan vagina, vagina, vagina, vagina,
komisura komisura komisura komisura
posterior, posterior, kulit posterior, posterior,
kulit perineum, otot kulit kulit
perineum. perineum. perineum, perineum,
otot otot
perineum, perineum,
otot sfingter otot sfingter
ani. ani, dinding
depan rektu.
Tata Tidak perlu Jahit Penolong APN tidak dibekali
laksana dijahit jika menggunakan keterangan untuk reparasi
tidak ada teknik yang laserasi perineum derajat tiga
perdarahan sesuai dengan atau empat. Segera rujuk ke
dan aposisi kondisi pasien. fasilitas rujukan.
luka baik.
(Ari, 2012)
Memberikan Anastesi Lokal
Tujuan dari dilakukannya penjahitan pada laserasi perineum
adalah menyatukan kembali jaringan tubuh dan mencegah kehilangan
darah yang tidak perlu. Cara kerjanya yaitu :
1. Jelaskan pada pasien apa yang akan dilakukan dan bantu untuk
merasa santai.
2. Ambil 10 ml larutan Lidocain 1% ke dalam spuit sekali pakai
ukuran 10 ml.
3. Pasang jarum ukuran 22 sepanjang 4 cm pada tabung tersebut.
4. Tusukkan jarum ke ujung atau pojok laserasi atau sayatan lalu tarik
jarum sepanjang tepi luka (ke arah bawah di antara mukosa dan
kulit perineum).
5. Aspirasi (tarik) pendorong tabung untuk memastikkan bahwa jarum
suntik tidak berada di dalam pembuluh darah.
6. Suntikan anastesi sejajar dengan permukaan luka pada saat jarum
suntik ditarik perlahan-lahan.
7. Tarik jarum hingga sampai ke bawah tempat di mana jarum tersebut
disuntikan.
8. Arahkan lagi jarum ke daerah di atas luka dan ulangi langkah ke-4.
Tusukan jarum untuk ketiga kalinya, dan sekali ulangi langkah ke-4
sehingga tiga garis di satu sisi luka mendapatkan anastesi lokal.
Ulangi proses ini pada sisi lain dari luka tersebut. Setiap sisi luka
akan memerlukan kurang lebih 5 cc Lidocain 1% untuk
mendapatkan anastesi yang cukup.
9. Tunggu selama dua menit dan biarkan anastesi tersebut bekerja dan
kemudian uji daerah yang dianastesi dengan cara dicubit dengan
pinset atau disentuh jarum tadi, ulangi pengujian beberapa kali (Ari,
2012).
3.3 Nifas
3.3.1 Definisi Masa Nifas
Masa nifas adalah masa dimulai beberapa jam sesudah lahirnya
plasenta sampai 6 minggu setelah melahirkan. Masa nifas merupakan
masa selama persalinan dan segera setelah kelahiran yang meliputi
minggu-minggu berikutnya pada waktu saluran reproduksi kembali ke
keadaan tidak hamil yang normal. (Damai, 2011)
Masa nifas (puerperium) dimulai setelah kelahiran plasenta dan
berakhir ketika alat kandungan kembali seperti keadaan sebelum hamil.
Masa nifas dimulai sejak 2 jam setelah lahirnya plasenta sampai dengan
6 minggu (42 hari) setelah itu. Dalam bahasa latin, waktu mulai tertentu
setelah melahirkan anak ini disebut puerperium yaitu dari kata puer
yang artinya bayi dan parous melahirkan. Jadi, puerperium adalah masa
setelah melahirkan bayi. Puerperium adalah masa pulih kembali, mulai
dari persalinan selesai sampai alat-alat kandungan kembali seperti pra
hamil. Sekitar 50% kematian ibu terjadi dalam 24 jam pertama
postpartum sehingga pelayanan pasca persalinan yang berkualitas harus
terselenggara pada masa itu untuk memenuhi kebutuhan ibu dan bayi.
(Elisabeth, 2017)
Masa postnatal adalah waktu penyerahan dari selaput dan plasenta
(menandai akhir dari periode intrapartum) menjadi kembali ke saluran
reproduktif wanita pada masa sebelum hamil. Periode ini juga disebut
puerperium. (Vivian, 2011)
3.3.2 Tahapan Masa Nifas
1. Puerperium dini
Suatu masa kepulihan dimana ibu di perbolehkan untuk berdiri dan
berjalan-jalan.
2. Puerperium intermedial
Suatu masa dimana kepulihan dari organ-organ reproduksi selama
kurang lebih 6 minggu.
3. Remote puerperium
Waktu yang diperlukan untuk pulih dan sehat kembali dalam
keadaan sempurna terutama ibu bila ibu selama hamil atau waktu
persalinan mengalami komplikasi. (Damai, 2011)
3.3.3 Kebijakan Program Nasional Masa Nifas
Kebijakan program nasional pada masa nifas minimal 6 kali.
Kunjungan Waktu Asuhan
1. 6-8 jam post Mencegah perdarahan masa nifas oleh
partum karena atonia uteri.
Mendeteksi dan perawatan penyebab
lain perdarahan serta melakukan
rujukan bila perdarahan berlanjut.
Memberikan konseling pada ibu dan
keluarga tentang cara mencegah
perdarahan yang disebabkan atonia
uteri.
Pemberian ASI awal
Mengajarkan cara mempererat
hubungan antara ibu dan bayi baru
lahir.
Menjaga bayi tetap sehat melalui
pencegahan hipotermi.
Setelah bidan melakukan pertolongan
persalinan, maka bidan harus menjaga
ibu dan bayi untuk 2 jam pertama
setelah kelahiran atau sampai keadaan
ibu dan bayi baru lahir dalam keadaan
baik.
2. 6 hari post Memastikan involusi uterus berjalan
partum dengan normal, uterus berkontraksi
dengan baik, tinggi fundus uteri di
bawah umbilikus, tidak ada
perdarahan abnormal.
Menilai adanya tanda-tanda demam,
infeksi dan perdarahan.
Memastikan ibu mendapat makanan
yang bergizi dan cukup cairan.
Memastikan ibu menyusui dengan
baik dan benar serta tidak ada tanda-
tanda kesulitan menyusui.
Memberikan konseling tentang
perawatan bayi baru lahir.
3. 2 minggu post Asuhan pada 2 minggu post partum
partum sama dengan asuhan yang diberikan
pada kunjungan 6 hari post partum
4. 6 minggu post Menanyakan penyulit-penyulit yang
partum dialami ibu selama masa nifas.
Memberikan konseling KB secara
dini.
(Damai, 2011)

3.3.4 Kebutuhan Dasar Ibu Masa Nifas


1. Kebutuhan nutrisi dan cairan
Ibu nifas memerlukan nutrisi dan cairan untuk pemulihan kondisi
kesehatan setelah melahirkan, cadangan tenaga serta untuk
memenuhi produksi air susu. Ibu nifas dianjur untuk memenuhi
kebutuhan akan gizi sebagai berikut :
a. Mengkonsumsi makanan tambahan, kurang lebih 500 kalori tiap
hari.
b. Makan dengan diet gizi seimbang untuk memenuhi kebutuhan
karbohidrat, protein, lemak, vitamin dan mineral.
c. Minum sedikitnya 3 liter setiap hari.
d. Mengkonsumsi tablet besi selama 40 hari post partum.
e. Mengkonsumsi vitamin A 200.000 intra unit. ( Damai, 2011)
2. Kebutuhan ambulasi
Ambulasi dini adalah mobilisasi segera setelah ibu melahirkan
dengan membimbing ibu untuk bangun dari tempat tidurnya. Ibu
post partum diperbolehkan bangun dari tempat tidurnya 24-48 jam
setelah melahirkan. Anjurkan ibu untuk memulai mobilisasi dengan
miring kanan/kiri, duduk kemudian berjalan. (Damai, 2011)
3. Kebutuhan eliminasi miksi
Miksi normal bila dapat BAK spontan setiap 3-4 jam. Kesulitan
BAK dapat disebabkan karena springter uretra tertekan oleh kepala
janin dan spasme oleh iritasi muskulo spingter ani selama
persalinan, atau dikarenakan oedem kandung kemih selama
persalinan. Lakukan katerisasi apabila kandung kemih penuh dan
sulit BAK. Ibu diharapkan dapat BAB sekitar 3-4 hari post partum.
Apabila mengalami kesulitan BAB, lakukan diet teratur : cukup
cairan, konsumsi makanan berserat, olahraga, berikan obat
rangsangan per oral/ rektal atau lakukan klisma bilamana perlu.
(Damai, 2011)
4. Kebutuhan kebersihan diri
Kebersihan diri berguna untuk mengurangi infeksi dan
meningkatkan perasaan nyaman. Beberapa hal yang dapat dilakukan
ibu post partum dalam menjaga kebersihan diri, yaitu :
a. Mandi teratur minimal 2 kali sehari.
b. Mengganti pakaian dan alas tempat tidur.
c. Menjaga lingkungan sekitar tempat tinggal.
d. Melakukan perawatan perineum.
e. Mengganti pembalut minimal 2 kali sehari.
f. Mencuci tangan setiap membersihkan daerah genitalia. (Damai,
2011)
5. Kebutuhan istirahat
Ibu nifas memerlukan istirahat yang cukup, istirahat tidur yang
dibutuhkan ibu nifas sekitar 8 jam pada malam hari dan 1 jam pada
siang hari. (Damai, 2011)
6. Kebutuhan seksual
Hubungan seksual aman dilakukan begitu darah berhenti, hubungan
seksual juga dapat berkurang pada masa nifas, karena :
a. Gangguan/ketidaknyamanan fisik.
b. Kelelahan.
c. Ketidakseimbangan hormon.
d. Kecemasan berlebihan. (Damai, 2011)
7. Kebutuhan senam nifas
Untuk memulihkan dan mengencangkan bentuk tubuh setelah
melahirkan dilakukan dengan cara senam nifas, bisa dilakukan sejak
hari perta,a melahirkan sampai dengan hari kesepuluh. Beberapa
faktor yang menentukan kesiapan ibu untuk memulai senam nifas
antara lain :
a. Tingkat kebugaran tubuh ibu.
b. Riwayat persalinan.
c. Kemudahan bayi dalam pemberian asuhan.
d. Kesulitan adaptasi post partum. (Damai, 2011)
3.3.5 Perubahan Fisiologis Masa Nifas
1. Perubahan pada sistem reproduksi
Perubahan alat-alat genital baik interna maupun eksterna kembali
seperti semula disebut involusi. Bidan dapat membantu ibu untuk
mengatasi dan memahami perubahan-perubahan seperti :
a. Involusi uterus
Involusi uterus atau pengerutan uterus merupakan suatu proses
dimana uterus kembali ke kondisi sebelum hamil. Proses
involusi uterus adalah sebagai berikut :
1) Iskemia miometrium : hal ini disebabkan oleh kontraksi dan
retraksi yang terus menerus dari uterus setelah pengeluaran
plasenta sehingga membuat uterus menjadi relatif anemi dan
menyebabkan serat otot atrofi.
2) Atrofi jaringan : atrofi jaringan terjadi sebagai reaksi
penghentian hormon estrogen saat pelepasan plasenta.
3) Autolysis : merupakan proses penghancuran diri sendiri yang
terjadi didalam otot uterus. Hal ini disebabkan karena
penurunan hormon estrogen dan progesteron.
4) Efek oksitosin : oksitosin menyebabkan terjadinya kontraksi
dan retraksi otot uterus sehingga akan menekan pembuluh
darah yang mengakibatkan berkurangnya suplai darah ke
uterus. Proses ini membantu untuk mengurangi situs atau
tempat implantasi plasenta serta mengurangi perdarahan.
(Damai, 2011)
Ukuran uterus pada masa nifas akan mengecil seperti sebelum
hamil. Perubahan-perubahan normal pada uterus selama post
partum adalah sebagai berikut :
Involusi TFU Berat uterus Diameter
uteri uterus
Plasenta Setinggi pusat 1000 gram 12,5 cm
lahir
7 hari Pertengahan 500 gram 7,5 cm
(minggu 1) pusat dan
simpisis
14 hari Tidak teraba 350 gram 5 cm
(minggu 2)
6 minggu Normal 60 gram 2,5 cm
(Damai, 2011)
b. Involusi tempat plasenta
Uterus pada bekas implantasi plasenta merupakan luka yang
kasar dan menonjol ke dalam kavum uteri. Segera setelah
plasenta lahir, dengan cepat luka mengecil, pada akhir minggu
ke-2 hanya sebesar 3-4 cm dan pada akhir nifas 1-2 cm. (Damai,
2011)
c. Perubahan ligamen
Setelah bayi lahir ligamen dan diafragma pelvis fasia yang
meregang sewaktu kehamilan dan saat melahirkan, kembali
seperti sedia kala. Perubahan ligamen yang dapat terjadi pasca
melahirkan yaitu ligamentum rotundum menjadi kendor yang
mengakibatkan letak uterus menjadi retrofleksi. (Damai, 2011)
d. Perubahan pada serviks
Segera setelah melahirkan servik menjadi lembek, kendor,
terkulai dan berbentuk seperti corong. Hal ini disebabkan korpus
uteri berkontraksi sedangkan serviks tidak berkontraksi,
sehingga perbatasan antara korpus dan serviks berbentuk cincin.
e. Perubahan lochia
Lochia adalah ekskresi cairan rahim selama masa nifas dan
mempunyai reaksi basa/alkalis yang membuat organisme
berkembang lebih cepat dari pada kondisi asam yang ada pada
vagina normal. Pengeluaran lochia dapat dibagi menjadi :
Lochia Waktu Warna Ciri-ciri
Rubra 1-3 Merah kehitaman Terdiri dari sel
hari desisua, verniks
caseosa, rambut
lanugo, sisa
mekoneum dan sisa
darah.
Sanguilenta 3-7 Putih bercampur Sisa darah
hari merah bercampur lendir
Serosa 7-14 Kekuningan/keco Lebih sedikit darah
hari klatan dan lebih banyak
serum, juga terdiri
dari leukosit dan
robekan laserasi
Alba >14 putih Mengandung
hari leukosit, selaput
lendir serviks dan
serabut jaringan
yang mati
Umumnya total jumlah rata-rata pengeluaran lochia sekitar 240-
270 ml. (Damai, 2011)

f. Vulva, vagina dan perineum


Setelah beberapa hari persalinan vulva dan vagina kembali
dalam keadaan kendor, ukuran vagina akan selalu lebih besar
dibandingkan keadaan saat sebelum persalinan pertama.
Perubahan perineum pasca melahirkan terjadi pada saat
perineum mengalami robekan. (Damai, 2011)
2. Perubahan pada sistem pencernaan
Antara lain :
a. Nafsu makan
Nafsu makan biasanya ibu selalu merasa lapar sehingga
diperbolehkan untuk mengkonsumsi makanan. Pada masa
pemulihan nafsu makan diperlukan waktu 3-4 hari sebelum faal
usus kembali normal. Meskipun kadar progresteron menurun
setelah melahirkan, asupan makanan juga mengalami penurunan
selama 1-2 hari. (Damai, 2011)
b. Motilitas
Penurunan tonus dan motilitas otot traktus cerna menetap
selama waktu yang singkat setelah bayi lahir. Kelebihan
analgesia dan anastesia bisa memperlambat pengembalian tonus
dan motilitas ke keadaan normal. (Damai, 2011)
c. Pengosongan usus
Pasca melahirkan ibu sering mengalami konstipasi yang
disebabkan oleh tonus otot menurun selama proses persalinan
dan awal masa pasca partum, diare sebelum persalinan, enema
sebelum melahirkan, kurang makan, dehidrasi, hemoroid
ataupun laserasi jalan lahir. Beberapa cara agar ibu dapat buang
air besar kembali teratur, antara lain :
1) Pemberian diet/makanan yang mengandung serat.
2) Pemberian cairan yang cukup.
3) Pengetahuan tentang pola eliminasi pasca melahirkan.
4) Pengetahuan tentang perawatan luka jalan lahir.
5) Bila usaha diatas tidak berhasil dapat dilakukan pemberian
huknah atau obat lain. (Damai, 2011)
3. Perubahan pada sistem perkemihan
Pada pasca melahirkan kadar steroid menurun sehingga
menyebabkan penurunan fungsi ginjal. Fungsi ginjal kembali
normal pada waktu 1 bulan setelah wanita melahirkan. Urin dalam
jumlah yang besar akan dihasilkan dalam waktu 12-36 jam sesudah
melahirkan. Hal yang berkaitan dengan fungsi sistem perkemihan,
antara lain :
a. Hemostatis internal
Cairan ekstraseluler terbagi dalam plasma darah, dan langsung
diberikan untuk sel-sel yang disebut cairan interstisial. Cairan
intraseluler terdiri dari air dan unsur-unsur yang larut
didalamnya 70% dari cairan tubuh terletak didalam sel-sel.
b. Keseimbangan asam basa tubuh
Batas normal pH cairan tubuh adalah 7,35-7,40. Bila pH >7,4
disebut alkalosis dan jika pH < 7,35 disebut asidosis.
c. Pengeluaran sistem metabolisme, racun dan zat toksin ginjal
Zat toksin ginjal mengekskresi hasil akhir dari metabolisme
protein yang mengandung nitrogen terutama urea, asam urat,
dan kreatinin. Hal yang menyebabkan kesulitan buang air kecil
pada ibu post partum, antara lain :
1) Adanya odema trigonium yang menimbulkan obstruksi
sehingga terjadi retensi urine.
2) Diaforesis yaitu mekanisme tubuh untuk mengurangi cairan
yang terentansi dalam tubuh terjadi selama 2 hari
melahirkan.
3) Depresi dari spingter uretra oleh karena penekanan kepala
janin dan spasme oleh iritasi muskulus spingter ani selama
persalinan, sehingga menyebabkan miksi. (Damai, 2011)

4. Perubahan pada sistem muskuluskeletal


Adaptasi muskuluskeletal ini mencakup:
a. Dinding perut dan peritoneum
Dinding perut akan longgar pasca persalinan. Keadaan ini akan
pulih kembali dalam 6minggu. Pada wanita yang asthenis terjadi
diastasis dari otot-otot rektus abdominis, sehingga sebagian dari
dinding perut di garis tengah hanya terdiri dari peritoneum,
fasiatikus dan kulit.

b. Kulit abdomen
Selama masa kehamilan, kulit abdomen akan melebar,
melonggar dan mengendur hingga berbulan-bulan. Otot-otot
dari dinding abdomen dapat kembali normal dalam beberapa
minggu pasca melahirkan dengan latihan post natal.
c. Striae
Striae adalah suatu perubahan warna seperti jaringan parut pada
dinding abdomen. Striae pada dinding abdomen tidak dapat
menghilang sempurna melainkan memebentuk garis lurus yang
samar.
d. Perubahan ligamen
Setelah janin lahir, ligamen-ligamen, diafragma pelvis dan vasia
yang meregang sewaktu kehamilan dan partus berangsur-angsur
menciut kembali seperti sediakala. Tidak jarang ligamentum
rotundum menjadi kendor yang mengakibatkan letak uterus
menjadi retrofleksi. (Damai, 2011)
e. Simpisis pubis
Beberapa gejala sistem muskuloskeletal yang timbul pada masa
pasaca partum antaralain:
1) Nyeri punggung bawah.
2) Sakit kepala dan nyeri leher.
3) Nyeri pelvis posterior.
4) Disfungsi simpisis pubis.
5) Diastasis rekti.
6) Osteoporosis akibat kehamilan.
7) Disfungsi rongga panggul.
5. Perubahan sistem endokrin
Selama proses kehamilan dan persalinan terdapat perubahan pada
sistem endoekrin, hormon-hormon yang berperan pada proses
tersebut antaralain:
a. Hormon plasenta
Hormon plasenta menurun dengan cepat pasca persalinan
menyebabkan kadar gula darah menurun pada masa nifas.
Human Chorionic Gonadotropin (HCG) menurun dengan cepat
dan menetap sampai 10% dalam 3jam hingga hari ke-7 post
partum dan sebagai onset pemenuhan mamae pada hari ke-3
post partum. (Damai, 2011)
b. Hormon pituitary
Hormon pituitary anatara lain: hormon prolaktin, FSH, dan LH.
Hormon prolaktin darah meningkat dengan cepat, ada wanita
tidak menyusui menurun dalam waktu 2minggu. FSH dan LH
meningkat pada fase konsentrasi folikuler pada minggu ke-3,
dan LH tetap rendah hingga ovulasi terjadi. (Damai, 2011)
c. Hopitalamik pituitary ovarium
Pada wanita menyusui mendapatkan menstruasi pada 6minggu
pasca melahirkan berkisar 16% dan 45% setelah 12minggu
pasca melahirkan. Sedangkan pada wanita yang tidak menyusui
akan mendapatkan menstruasi berkisar 40% setelah 6minggu
pasca melahirkan dan 90% setelah 24 minggu (Damai, 2011).
d. Hormon oksitosin
Isapan bayi dapat merangsang produksi asi dan sekresi
oksitosin, sehingga dapat membantu revolusi uteri (Damai,
2011).
e. Hormon estrogen dan progresteron
Hormon estrogen yang tinggi memperbesar hormon anti diuretik
yang dapat meningkatkan volume darah. Sedangkan
progresteron mempengaruhi otot halus yang mengurangi
perangsangan dan peningkatan pembuluh darah (Damai, 2011).
6. Perubahan pada tanda-tanda vital
a. Suhu badan
Suhu tubuh wanita inpartu tidak lebih dari 37,2°C. Pasca
melahirkan, suhu tubuh dapat naik kurang lebih 0,5°C dari
keadaan normal. Kenaikkan suhu badan ini akaibat dari kerja
keras sewaktu melahirkan, kehilangan cairan maupun kelelahan.
Kurang lebih pada hari ke-4 post partum, suhu badan akan naik
lagi.
b. Nadi
Pasca melahirkan denyut nadi dapat menjadi bradikardi maupun
lebuh cepat. Denyut nadi yang melebihi 100kali/menit, harus
waspada kemungkinan infeksi atau pendarahan post partum.
c. Tekanan darah
Pasca melahirkan pada kasus normal tekanan darah biasanya
tidak berubah. Perubahan tekanan darah menjadi lebih rendah
pasca melahirkan dapat di akibatkan oleh mendarahan.
d. Pernafasan
Pada ibu post partum umum nya pernafasan lambat atau normal.
Hal ini di karnakan ibu dalam keadaan pemulihan atau dalam
kondisi istirahat. Bila pernafasan pada masa post partum
menjadi lebih cepat kemungkinan ada tanda-tanda syok (Damai,
2011).
7. Perubahan pada sistem kardiopasikuler
Kehilangan darah pada persalinan pervaginam sekitar300-400cc,
sedangkan kehilangan darah dengan persalina seksio sesarea
menjadi dua kali lipat. Pada persalinan pervaginam,
hemokonsentrasi akan naik dan pada persalinan seksio sesarea ,
hemokonsentrasi cenderung stabil dan kembali normal setelah 4-6
minggu (Damai, 2011).
8. Perubahan pada hematologi
Pada hari pertama post partum, kadar pibrinogen dan plasma akan
sedikit menurun tetapi darah lebih mengental dengan peningkatan
viskositas sehingga meningkatkan faktor pembekuan darah. Pada
awal post partum, jumlah hemoglobin, hematrokrit dan eritrosit
sangat berfariasi. Hal ini disebabkan volume darah, volume plasenta
dan tingkat volume darah yang berubah-ubah. Penurunan volume
dan peningkatan sel darah pada kehamilan di asosiasiakan dengan
peningkatan hematokrit dan hemoglobin pada hari ke-3 sampai ke-7
post partum dan akan normal dalam 4-5minggu post partum
(Damai, 2011).
3.4 Bayi Baru Lahir (BBL)
3.4.1 Definisi bayi baru lahir
Menurut Saifuddin, (2002) bayi baru lahir adalah bayi yang baru
lahir selama 1 jam pertama kelahiran.
Menurut Donna L. Wong, (2003) bayi baru lahir adalah bayi dari
lahir sampai usia 4 minggu. Lahirnya biasanya dengan usia gestasi 38-
42 minggu.
Menurut DepKes RI, (2005) bayi baru lahir normal adalah bayi
yang lahir dengan umur kehamilan 37-42 minggu dan berat lahir 2500
gram sampai 4000 gram.
Menurut M. Soleh Kosim, (2007) bayi baru lahir normal adalah
berat lahir antara 2500-4000 gram, cukup bulan, lahir langsung
menangis, dan tidak ada kelainan conginetal (cacat bawaan) yang berat.
Bayi baru lahir (neonatus) adalah bayi yang baru mengalami
proses kelahiran, berusia 0-28 hari. BBL memerlukan penyesuaian
fisiologis berupa maturasi, adaptasi (penyesuaian diri dari kehidupan
intra uterin ke kehidupan ekstra uterine) dan toleransi bagi BBL untuk
dapat hidup dengan baik (Marmi, 2012).
3.4.2 Konsep asuhan bayi baru lahir
1. Adaptasi bayi baru lahir terhadap kehidupan di luar uterus
Adaptasi neonatal (bayi baru lahir) adalah proses penyesuaian
fungsional neonatus dari kehidupan di dalam uterus ke kehidupan
luar uterus. Kemampuan adaptasi fisiologis ini di sebut juga
homeostatis yang diartikan kemampuan mempertahankan fungsi-
fungsi vital, bersifat dinamis, dipengaruhi oleh tahap pertumbuhan
dan perkembangan, termasuk masa pertumbuhan dan perkembangan
intrauterin (Marmi, 2012).
Konsep-konsep esensial adaptasi fisiologis bayi baru lahir :
a. Memulai segera pernafasan dan perubahan dalam pola sirkulasi
merupakan hal yang esensial dalam kehidupan ekstra uterine.
b. Dalam 24 jam setelah lahir, sistem ginjal, gastrointestinal (GI),
hematologi, metabolik, dan sistem neurologi bayi baru lahir
harus berfungsi secara memadai untuk maju ke arah dan
mempertahankan kehidupan ekstra uterin.
Faktor-faktor yang memengaruhi adaptasi bayi baru lahir :
a. Pengalaman antepartum ibu dan bayi baru lahir (misalnya,
terpajan zat toksik dan sikap orang tua terhadap kehamilan dan
pengasuh anak).
b. Pengalaman intrapartum ibu dan bayi baru lahir (misalnya,
lama persalinan, tipe analgesik atau anastesi intrapartum).
c. Kapasitas fisiologis bayi baru lahir untuk melakukan transisi ke
kehidupan ekstra uterine.
d. Kemampuan petugas kesehatan untuk mengkaji dan merespons
masalah dengan tepat pada saat terjadi (Marmi, 2012).

Tabel Mekanisme Hemostatis Atau Adaptasi Bayi Baru Lahir


Sistem Intra uterine Ekstra uterine
Respirasi atau sirkulasi
Pernafasan volunter Belum berfungsi Berfungsi
Alveoli Kolaps Berkembang
Vaskularisasi paru Belum aktif Aktif
Resistensi paru Tinggi Rendah
Intake oksigen Dari plasenta ibu Dari paru bayi sendiri
Pengeluaran CO2 Di plasenta Di paru
Sirkulasi paru-paru Tidak berkembang Berkembang banyak
Sirkulasi sistematik Resistensi prifer Resistensi prifer
Denyut jantung Rendah lebih cepat Tinggi lebih lambat
Saluran cerna
Absorpsi nutrien Belum aktif Aktif
Kolonisasi kuman Belum Segera
Feses Mekonium <hari ke-4, feses biasa
Enzim pencernaan Belum aktif Aktif
(Marmi, 2012)

Beberapa fungsi dan proses vital pada neonatus :


a. Sistem pernafasan
Selama dalam uterus, janin mendapat oksigen dari
pertukaran gas melalui plasenta. Setelah bayi lahir, pertukaran
gas harus melalui paru-paru bayi. Pernafasan pertama pada bayi
normal terjadi dalam waktu 30 menit pertama sesudah lahir.
Rangsangan untuk gerakan pernafasan pertama kali pada
neonatus disebabkan karena adanya :
1) Tekanan mekanis pada torak sewaktu melalui jalan lahir.
2) Penurunan tekanan oksigen dan kenaikkan tekanan
karbondioksida merangsang kemoreseptor pada sinus karotis
(stimulasi kimiawi).
3) Rangsangan dingin di daerah muka dapat merangsang
permulaan gerakan (stimulasi sensorik).
Saat kepala bayi melewati jalan lahir, ia akan mengalami
penekanan yang tinggi pada toraksnya, dan tekanan ini akan
hilang dengan tiba-tiba setelah bayi lahir. Proses mekanis ini
menyebabkan cairan yang ada di dalam paru-paru hilang karena
terdorong ke bagian perifer paru untuk kemudian diabsorpsi,
karena terstimulasi oleh sensor kimia, suhu, serta mekanis
akhirnya bayi memulai aktivitas napas untuk yang pertama
kalinya. (Marmi, 2012)
Tekanan pada rongga dada bayi sewaktu melalui jalan
lahir pervagina mengakibatkan kehilangan setengah dari jumlah
cairan yang ada di paru-paru ( paru-paru pada bayi yang normal
yang cukup bulan mengandung 80-100 ml cairan ). Sehingga
sesudah bayi lahir cairan yang hilang diganti dengan udara,
paru-paru berkembang dan rongga dada kembali pada bentuk
semula. (Marmi, 2012)
b. Jantung dan sirkulasi darah
1) Peredaran darah neonatus
Aliran darah dari plasenta berhenti pada saat tali pusat
diklem. Tindakan ini menyebabkan suplai oksigen ke
plasenta menjadi tidak ada dan menyebabkan serangkaian
reaksi selanjutnya. (Marmi, 2012)
Ketika janin dilahirkan segera bayi menghirup udara
dan menangis kuat. Dengan demikian paru-paru
berkembang, tekanan paru-paru mengecil dan darah
mengalir ke paru-paru. (Marmi, 2012)
Dampak pemotongan umbilicus terhadap
hemodinamik sirkulasi janin menuju sirkulasi bayi adalah
penutupan duktus anteriosus melalui proses sebagai berikut :
a) Sirkulasi plasenta terhenti, aliran darah ke atrium kanan
menurun, tekanan rendah di aorta hilang sehingga
tekanan jantung kiri meningkat.
b) Resistensi pada paru-paru dan aliran darah ke paru-paru
meningkat, hal ini menyebabkan tekanan ventrikel kiri
meningkat. (Marmi, 2012)
Berdasarkan berbagai penjelasan di atas, dapat diketahui
bahwa bentuk penyesuaian neonatus pada sistem peredaran
darah adalah sebagai berikut :
a) Penutupan obliterasi sel pirau, voramen oval, duktus
venosus, duktus arteriosus.
b) Duktus venosus berfungsi dalam pengendalian tahanan
vaskuler plasentas terutama pada saat janin mengalami
hypoxia.
c) Duktus venosus menutup beberapa menit pertama setelah
lahir dan penutupan anatomis yang lengkap terjadi pada
hari ke-20 setelah lahir. (Marmi, 2012)
c. Saluran pencernaan
Adapun adaptasi pada saluran pencernaan adalah :
1) Pada hari ke-10 kapasitas lambung menjadi 100 cc.
2) Enzim tersedia untuk mengkatalisis protein dan karbohidrat
sederhana yaitu monosacarida dan disacarida.
3) Difesiensi lifase pada pankreas menyebabkan terbatasnya
absorpsi lemak sehingga kemampuan bayi untuk mencerna
lemak belum matang, maka susu formula sebaiknya tidak
diberikan pada bayi baru lahir.
4) Kelenjar lidah berfungsi saat lahir tetapi kebanyakan tidak
mengeluarkan ludah sampai usia bayi kurang lebih 2-3 bulan.
(Marmi, 2012)
d. Hepar
Enzim hepar belum aktif benar pada neonatus, misalnya enzim
UDPG : T (uridin difosfat glukorinide tranferase) dan enzim
G6PD (Glukose 6 fosfat dehidroginase) yang berfungsi dalam
sintesis bilirubin, sering kurang sehingga neonatus
memperlihatkan gejala ikterus fisiologik. (Marmi, 2012)
e. Metabolisme
Pada jam-jam pertama energi didapatkan dari pembakaran
karbohidrat dan pada hari kedua energi berasal dari pembakaran
lemak. Setelah mendapat susu kurang lebih pada hari keenam,
pemenuhan kebutuhan energi bayi 60% didapatkan dari lemak
dan 40% dari karbohidrat. Untuk memfungsikan otak, bayi baru
lahir memerlukan glukosa dalam jumlah tertentu. Setelah
tindakan penjepitan tali pusat dengan klem pada saat lahir,
seorang bayi harus memulai mempertahankan kadar glukosa
darahnya sendiri. Pada setiap baru lahir glukosa darah akan
turun dalam waktu cepat (1-2 jam). (Marmi, 2012)
f. Produksi panas (suhu tubuh)
Bayi baru lahir mempunyai kecenderungan untuk mengalami
stress fisik akibat perubahan suhu di luar uterus. Tiga faktor
yang paling berperan dalam kehilangan panas tubuh bayi yaitu :
1) Luasnya permukaan tubuh bayi.
2) Pusat pengaturan suhu tubuh bayi yang belum berfungsi
secara sempurna.
3) Tubuh bayi terlalu kecil untuk memproduksi dan menyimpan
panas. (Marmi, 2012)

Berikut ini merupakan penjelasan lengkap tentang empat


mekanisme kemungkinan hilangnya panas tubuh dari bayi baru
lahir, antara lain :
1) Konduksi
Panas dihantarkan dari tubuh bayi ke tubuh benda di
sekitarnya yang kontak langsung dengan tubuh bayi.
Contohnya pada saat menimbang bayi tanpa alas timbangan,
tangan penolong yang dingin memegang bayi baru lahir,
menggunakan stetoskop dingin untuk pemeriksaan bayi baru
lahir.
2) Konveksi
Panas hilang dari bayi ke udara sekitarnya yang sedang
bergerak (jumlah panas yang hilang tergantung pada
kecepatan dan suhu udara). Contohnya membiarkan atau
menempatkan bayi baru lahir dekat jendela, membiarkan bayi
baru lahir diruangan yang terpasang kipas angin.
3) Radiasi
Panas dipancarkan dari bayi baru lahir, keluar tubuhnya ke
lingkungan yang lebih dingin (pemindahan panas antar dua
objek yang mempunyai suhu berbeda). Contohnya bayi baru
lahir dibiarkan dalam ruangan ber-AC tanpa diberikan
pemanas, bayi baru lahir dibiarkan telanjang, bayi baru lahir
ditidurkan berdekatan dengan ruangan yang dingin, misalnya
dekat tembok.
4) Evaporasi
Panas hilang melalui proses penguapan tergantung kepada
kecepatan dan kelembaban udara (perpindahan panas dengan
cara merubah cairan menjadi uap). (Marmi, 2012)
2. Pencegahan infeksi
Tindakan pencegahan infeksi pada bayi baru lahir, antara lain :
a. Mencuci tangan secara seksama sebelum dan setelah melakukan
kontak dengan bayi.
b. Memakai sarung tangan bersih pada saat menangani bayi yang
belum dimandikan.
c. Memastikan semua peralatan, termasuk klem gunting dan benang
tali pusat telah disinfeksikan tingkat tinggi atau steril. Jika
menggunakan bola karet penghisap, pakai yang bersih dan baru.
Jangan pernah menggunakan bola karet penghisap untuk lebih
dari satu bayi.
d. Memastikan bahwa semua pakaian, handuk, selimut serta kain
yang digunakan bayi dalam keadaan bersih.
e. Memastikan bahwa timbangan, pita pengukur,termometer,
stetoskop dan benda-benda lainnya yang akan bersentuhan
dengan bayi dalam keadaan bersih.
f. Menganjurkan ibu menjaga kebersihan diri, terutama
payudaranya dengan mandi setiap hari (puting susu tidak boleh
disabun).
g. Membersihkan muka, pantan dan tali pusat bayi baru lahir
dengan air bersih, hangat dan sabun setiap hari.
h. Menjaga bayi dari orang-orang yang menderita infeksi dan
memastikan orang yang memegang bayi sudah cuci tangan
sebelumnya (Marmi, 2012).
Upaya yang dapat dilakukan untuk mencegah terjadinya infeksi pada
bayi baru lahir menurut Depkes RI (2000) adalah :
a. Pencegahan infeksi pada tali pusat
Upaya ini dilakukan dengan cara merawat tali pusat yang berarti
menjaga agar luka tersebut tetap bersih, tidak terkena air
kencing, kotoran bayi atau nanah. Pemakaian popok bayi
diletakan di sebelah bawah tali pusat. Apabila tali pusat kotor,
cuci luka tali pusat dengan air bersih yang mengalir dengan
sabun, segera dikeringkan dengan kain kasa kering dan
dibungkus dengan kasa tipis yang steril dan kering. Dilarang
membubuhkan atau mengoleskan ramuan, abu dapur dan
sebagainya pada luka tali pusat, sebab akan menyebabkan infeksi
dan tetanus yang dapat berakhir kematian neonatal.
b. Pencegahan infeksi pada kulit
Beberapa cara yang diketahui dapat mencegah terjadinya infeksi
pada kulit bayi baru lahir atau penyakit infeksi lain adalah
meletakkan bayi di dada ibu agar terjadi kontak kulit langsung
ibu dan bayi, sehingga menyebabkan terjadi kolonisasi
mikroorganisme yang ada di kulit dan saluran pencernaan bayi
dengan mikroorganisme ibu yang cenderung bersifat nonpatogen,
serta adanya zat antibodi bayi yang sudah terbentuk dan
terkandung dalam air susu ibu.
c. Pencegahan infeksi pada mata bayi
Cara mencegah infeksi pada mata bayi baru lahir adalah merawat
mata bayi dengan mencuci tangan terlebih dahulu,
membersihkan kedua mata segera setelah lahir dengan kapas atau
sapu tangan halus dan bersih yang telah dibersihkan dengan air
hangat. Dalam waktu 1 jam setelah bayi lahir, berikan salep obat
tetes mata untuk mencegah oftalmianeonaturum (tetrasklin 1%,
eritrosmin 0,5% atau nitras argensi 1%).
d. Imunisasi
Imunisasi adalah suatu cara memproduksi imunitas aktif buatan
untuk melindungi diri melawan penyakit tertentu dengan cara
memasukkan suatu zat dalam tubuh melalui penyuntikkan atau
secara oral.
Imunisasi Dasar Bayi Baru Lahir
Usia Jenis imunisasi Kegunaan
0-7 hari Hb0 Mencegah penyakit
hepatitis B
1 bulan BCG + polio 1 Mencegah penyakit
tuberkulosis
2 bulan DPT-Hb-Hib 1 + Mencegah penyakit
polio 2 difteri, pertusis,
tetanus, polio
3 bulan DPT-Hb-Hib 2 + Mencegah penyakit
polio 3 difteri, pertusis,
tetanus, polio,
hepatitis B
4 bulan DPT-Hb-Hib 3 + Mencegah penyakit
polio 4 difteri, pertusis,
tetanus, polio,
hepatitis B
9 bulan Campak Mencegah penyakit
campak
(Ai Yeyeh, 2010)
3. Rawat gabung
a. Konsep dasar rooming-in (rawat gabung)
Yaitu menyatukan antara ibu dan bayinya dalam satu kamar,
agar antara ibu dan bayinya terjalin suatu hubungan batin dan
ibu bisa menjadi lebih dekan dengan bayinya. Pada lembaga
kesehatan, rooming-in atau rawat gabung bertujuan agar bayi
tidak terkena infeksi yang ditularkan dalam rumah sakit.
(Marmi, 2012)
b. Pengertian rawat gabung
Rawat gabung adalah suatu sistem perawatan ibu dan anak
bersama sama atau pada tempat yang berdekatan sehingga
memungkinkan sewaktu-waktu, setiap saat, ibu tersebut dapat
menyusui anaknya. Rawat gabung dapat bersifat :
1) Kontinu, dengan bayi tetap berada disamping ibunya terus
menerus.
2) Parsial, ibu dan bayi bersama-sama hanya dalam beberapa
jam seharinya. (Marmi, 2012)
c. Manfaat rawat gabung
1) Bagi ibu :
a) Antara ibu dan bayi segera terjalin proses lekat (early in-
fant-mother bonding) dan lebih akrab akibat sentuhan
badan antara ibu dan bayi.
b) Involusi uteri akan terjadi lebih baik karena dengan
menyusui akan terjadi kontraksi rahim yang baik.
(Marmi, 2012)
2) Bagi bayi
a) Sentuhan badan antara ibu dan bayi akan berpengaruh
terhadap perkembangan psikologis bayi selanjutnya,
karena kehangatan tubuh ibu merupakan stimulasi
mental yang mutlak dibutuhkan oleh bayi dan bayi akan
mendapatkan rasa aman dan terlindungi.
b) Bayi segera mendapatkan colostrum atau ASI jolong
yang dapat memberikan kekebalan atau antibodi.
(Marmi, 2012)
Keuntungan dari kegiatan rawat gabung, antara lain menggalakkan
pemakaian ASI, hubungan emosional ibu dan bayi lebih dini dan
dekat, mengurangi ketergantungan pada petugas dan meningkatkan
rasa percaya diri ibu. (Marmi, 2012)
3.4.3 Pemberian ASI Pada Bayi Baru Lahir
Salah satu dan yang pokok minuman yang hanya boleh di
konsumsi oleh bayi baru lahir dan diberikan secara cepat/dini adalah air
susu ibu (ASI), karena ASI merupakan makanan yang terbaik bagi bayi.
ASI diketahui mengandung zat gizi yang paling sesuai kualitas dan
kuantitasnya untuk pertumbuhan dan perkembangan bayi. Berikan ASI
sesering mungkin sesuai keinginan bayi atau sesuai kebutuhan bayi 2-3
jam (paling sedikit 4 jam), berikan ASI dari salah satu payudara sampai
payudara benar-benar kosong. Berikan ASI saja (ASI eksklusif) sampai
bayi berumur 6 bulan. Selanjutnya pemberian ASI diberikan hingga
anak 2 tahun, dengan penambahan makanan lunak atau padat yang
disebut MPASI (Makanan Pendamping ASI). Banyak sekali
keuntungan dari ASI, tidak hanya bagi pertumbuhan dan perkembangan
bayi tapi juga hubungan kasih sayang antara ibu dan bayi memberikan
dukungan yang sangat besar terhadap terjadinya proses pembentukan
emosi positif pada bayi, dan berbagai keuntungan bagi ibu. (Ai Yeyeh,
2010)
Produksi ASI akan optimal setelah hari 10-14 usia bayi. Bayi
sehat akan mengkonsumsi ASI 700-800 cc ASI per hari (kisaran 600-
1000 cc) untuk tumbuh kembang bayi. Produksi ASI mulai menurun
(500-700 cc) setelah 6 bulan pertama dan menjadi 400-600 cc pada 6
bulan kedua. (Ai Yeyeh, 2010)
Pedoman menyusui ASI diantaranya adalah :
Inisiasi menyusu dini (IMD) atau menyusui segera setelah lahir biarkan
minimal 1 jam diatas perut ibu. Jangan berikan makanan atau minuman
lain selain ASI (ASI ekslusif selama 6 bulan), kecuali ada alasan medis
(sangat jarang atau tidak memili ASI). Berikan ASI sesuai dengan
dorongan alamiah (kapanpun dimanapun) selama bayi menginginkan.
(Ai Yeyeh, 2010)
Langkah inisiasi menyusu dini :
1. Bayi harus mendapatkan kontak kulit dengan ibunya segera setelah
lahir selama sedikit satu jam.
2. Bayi harus dibiarkan untuk melakukan IMD dan ibu dapat
mengenali bahwa bayinya siap untuk menyusu serta memberi
bantuan jika diperlukan.
3. Menunda semua prosedur lainnya yang harus dilakukan kepada
BBL hingga inisiasi menyusu selesai dilakukan, prosedur tersebut
seperti : pemberian salep mata, pemberian vitamin K, menimbang,
dan lain-lain. (JNPK-KR, 2008)
Keuntungan IMD untuk ibu : merangsang produksi prolaktin dan
oksitosin pada ibu.
1. Pengaruh prolaktin :
a. Meningkatkan produksi ASI.
b. Menunda ovulasi.
2. Pengaruh oksitosin :
a. Membantu kontraksi uterus sehingga menurunkan risiko
perdarahan pasca persalinan.
b. Merangsang pengeluaran kolostrum dan meningkatkan produksi
ASI.
c. Membantu ibu mengatasi stres sehingga ibu merasa lebih tenang
dan tidak nyeri pada saat plasenta lahir dan prosedur pasca
persalinan lainnya. (JNPK-KR, 2008)
Keuntungan IMD untuk bayi :
1. Mempercepat keluarnya kolostrum yaitu makanan dengan kualitas
dan kuantitas optimal untuk kebutuhan bayi.
2. Mengurangi infeksi dengan kekebalan pasif (melalui kolostrum)
maupun aktif.
3. Mengurangi 22% kematian bayi berusia 28 hari kebawah.
4. Meningkatkan keberhasilan menyusui secara eksklusif dan lamanya
bayi disusui.
5. Membantu bayi mengkoordininasikan kemampuan isap, telan dan
napas. Refleks menghisap awal pada bayi paling kuat dalam
beberapa jam pertama setelah lahir.
6. Meningkatkan jalinan kasih sayang ibu dengan bayi.
7. Mencegah kehilangan panas. (JNPK-KR, 2008)
Tanda bayi menyusu dengan baik yaitu dagu menyentuh
payudara, mulut bayi terbuka lebar, hidung mendekat atau kadang
menyentuh payudara, mulut mencakup sebanyak mungkin areola, lidah
menopang puting dan areola bagian bawah, bibir bawah melengkung ke
luar, bayi menghisap dengan kuat namun perlahan dan kadang-kadang
berhenti sesaat. (Ai Yeyeh, 2010)
3.4.4 Asuhan Langsung Pada BBL
1. Pengkajian fisik pada BBL
Pengkajian fisik pada bayi baru lahir merupakan bagian dari
prosedur perawatan bayi segera setelah lahir. Berikut ini prosedur
perawatan bayi segera setelah lahir :
a. Mempelajari hasil anamnesis, meliputi riwayat hamil, riwayat
persalinan, riwayat keluarga.
b. Menilai skor APGAR
Tabel Nilai APGAR Bayi Baru Lahir
Tanda 0 1 2
Appereance Blue Body pink, All pink
(warna kulit) (seluruh limbs (seluruh tubuh
tunuh biru (tubuh kemerahan)
atau pucat) kemerahan,
ekstremitas biru)
Pulse Absent <100 >100
(denyut (tidak ada)
jantung)
Grimace None Grimace Cry
(refleks) (tidak (sedikit gerakan) (reaksi
bereaksi) melawan,
menangis)
Activity Limp Some flexion of Active
(tonus otot) (lumpuh) limbs movement,
(ekstremitas limbs well
sedikit fleksi) flexed
(gerakan aktif.
Ekstremitas
fleksi dengan
baik)
Respiratory None Slow, irregular Good, strong
Effort (tidak ada) (lambat, tidak cry
(usaha teratur) (menangis
bernafas) kuat)
(Marmi, 2012)
c. Melakukan resusitasi neonatus.
d. Melakukan perawatan tali pusat, pemotongan jangan terlalu
pendek dan harus diawasi setiap hari.
e. Memberikan identifikasi bayi dengan memberikan kartu
bertulisan nama ibu , diikatkan dipergelangan tangan atau kaki
f. Melakukan pemeriksaan fisik dan observasi tanda vital.
g. Meletakkan bayi dalam kamar transisi (jika keadaan umum
baik), atau dalam inkubator jika ada indikasi.
h. Menentukan tempat perawatan : rawat gabung, rawat khusus
atau rawat intensif.
i. Melakukan prosedur rujukan bila perlu. Jika ada penyakit yang
diturunkan dari ibu, misalnya penyakit hepatitis B aktif,
langsung diberikan vaksinasi (globulin) pada bayi.
Langkah-langkah dalam melakukan pengkajian fisik pada bayi baru
lahir antara lain :
a. Pertama, seorang petugas mengkaji keadaan umum bayi :
melihat cacat bawaan yang jelas tanmpak seperti hidrosefal,
mikrosefal, anensefali, keadaan gizi dan maturitas, aktivitas
tangis, warna kulit, kulit kering atau mengelupas, vernik
caseosa, kelainan kulit karena fravina lahir, toksikum, tanda-
tanda metonium, dan sikap bayi tidur.
b. Langkah kedua, petugas melakukan pemeriksaan pada kulit.
Ketidakstabilan vasomotor dan kelambatan sirkulasi perifer
ditampakan oleh warna merah tua atau biru keunguan pada bayi
yang menangis. Yang warnanya sangat gelap bila penutupan
gloris mendahului tangisan yang kuat dan oleh sianosis yang
tidak berbahaya.
c. Pada pemeriksaan kepala bisa dilihat : besar, bentuk, molding,
sutura tertutup ata melebar, kaput suksedanium, hematoma
sefal dan karnio tabes.
d. Pada pemeriksaan telinga dapat mengetahui kelainan daun atau
bentuk telinga.
e. Pada pemeriksaan mata yang bisa dinilai perdarahan
sukonjungtiva, mata yang menonjol, katarak, dan lain-lain.
f. Mulut dapat menilai apakah bayi : labioskisis, labiopalatoskizis,
palatoskizis, tooth-buds, dan lain-lain.
g. Leher : hematoma, duktus torolusus, higromakoli.
h. Dada : bentuk, pembesaran buah dada, pernafasan retraksi
interkostal, sifoid, merintih, pernafasan cuping hidung, bunyi
paru.
i. Jantung : pulsasi, frekuensi bunyi jantung, kelainan bunyi
jantung.
j. Abdomen : membuncit, (pembesaran hati, limfa, tumor, asites),
skafoid (kemungkinan bayi mengalami hernia diafragmatika
atau atresia esofagis tanpa fistula), tali pusat berdarah, jumlah
pembuluh darah tali pusat, warna dan besar tali pusat, hernia di
pusat atau di selangkangan.
k. Alat kelamin : tanda-tanda hematoma karena letak sungsang,
testis belum turun, fisnosis, adanya perdarahan atau lendir dari
vagina, besar dan bentuk klitoris dan labia minora, atresia ani.
l. Tulang punggung : spina bifida, pilonidal sinus dan dumple.
m. Anggota gerak : fokomeria. Sindaktili, polidaktili, fraktor,
paralisis talipes dan lain-lain.
n. Keadaan neuramuskular : refleks genggam, refleks rooting,
tonus otot, tremor.
o. Pemriksaan lain-lain : mekonium harus keluar dalam 24 jam
sesudah lahir, bila tidak harus waspada terhadap atresia ani atau
obstruksi usus. Urine harus ada juga pada 24 jam, bila tidak ada
harus diperhatikan kemungkinan obstruksi saluran kencing
(Marmi, 2012).
Reflek-reflek yang harus dinilai pada bayi baru lahir :
a. Reflek glabella
Ketuk daerah pangkal hidung secara pelan-pelan dengan
menggunakan jari telunjuk pada saat mata terbuka. Bayi akan
mengedipkan ,ata pada 4 sampai 5 ketukan pertama.
b. Reflek hisap
Benda menyentuh bibir disertai refleks menelan. Tekanan pada
mulut bayi pada langit bagian dalam gusi atas timbul isapan
yang kuat dan cepat, dilihat pada waktu bayi menyusu.
c. Refleks mencari (rooting)
Bayi menoleh kearah benda yang menyentuh pipi. Misalnya
mengusap pipi bayi dengan lembut maka bayi menolehkan
kepalanya kearah jari kita dan membuka mulutnya.
d. Refleks genggam (palmar grasp)
Dengan meletakan jari telunjuk pada palmar, tekanan dengan
gentle, normalnya bayi akan menggenggam dengan kuat.
e. Refleks babinski
Gores telapak kaki, dimulai dari tumit, gores sisi lateral telapak
kaki ke arah atas kemudian gerakkan jari sepanjang telapak
kaki. Bayi akan menunjukan respon berupa semua jari kaki
hyperekstensi dengan ibu jari dorsifleksi.
f. Refleks moro
Timbulnya pergerakan tangan yang simetris apabila kepala
tiba-tiba digerakan atau dikejutkan dengan cara bertepuk
tangan.
g. Refleks melangkah
Bayi menggerak-gerakkan tungkainya dalam suatu gerakan
berjalan atau melangkah jika diberikan dengan cara memegang
lengannya sedangkan kakinya dibiarkan menyentuh permukaan
yang rata dan keras.
h. Refleks merangkak
Bayi akan berusaha merangkak ke depan dengan ke dua tangan
dan kaki bila diletakkan telungkup pada permukaan datar.
i. Reflek tonik leher
Ekstremitas pada satu sisi dimana kepala ditolehkan akan
ekstensi, dan ekstremitas yang berlawanan akan fleksi bila
kepala bayi ditolehkan ke satu sisi selagi istirahat.
j. Refleks ekstruksi
Bayi baru lahir menjulurkan lidah keluar bila ujung lidah
disentuh dengan jari (Marmi, 2012).
3.4.5 Manajemen Bayi Lahir Normal

PENILAIAN
1. Bayi cukup bulan
2. Air ketuban jernih, tidak bercampur
mekonium
3. Bayi menangis atau bernafas/tidak
megap-megap

Asuhan Bayi Baru Lahir

1. Jaga kehngatan.
2. Bersihkan jalan nafas (jika perlu).
3. Keringkan.
4. Pemantauan tanda bahaya.
5. Klem, potong dan ikat tali pusat tanpa membubuhi apapun, kira-
kira 2 menit setelah lahir.
6. Lakukan inisiasi menyusu dini.
7. Beri suntikan vitamin K 1 mg intramuskular, di paha kiri
anterolateral setelah inisiasi menyusu dini.
8. Beri salep mata antibiotika tetrasiklin 1% pada kedua mata.
9. Pemeriksaan.
10. Beri imunisasi Hepatitis B 0,5 ml intramuskular, di paha kanan
3.5. Kontrasepsi Suntikan
anterolateral, Progestin
kira-kira 1-2 jam setelah pemberian vitamin K.
( JNPK-KR, 2008)
3.5.1 Profil
a. Sangat efektif.
b. Aman.
c. Dapat dipakai oleh semua perempuan dalam usia reproduksi.
d. Kembalinya kesuburan lebih lambat, rata-rata 4 bulan.
e. Cocok untuk masa laktasi karena tidak menekan produksi ASI.
3.5.2 Jenis
Tersedia 2 jenis kontrasepsi suntikan yang hanya mengandung progestin, yaitu:
1. Depo Medroksiprogesteron Asetat (Depo Provera), mengandung 150 mg
DMPA, yang diberikan setiap 3 bulan dengan cara disuntik intramuskuler
(di daerah bokong).
2. Depo Noretisteron Enantat (Depo Noristerat), yang mengandung 200 mg
Noretindron Enantat, diberikan setiap 2 bulan dengan cara disuntik
intramuscular.
3.5.3 Cara Kerja
1. Mencegah ovulasi.
2. Mengentalkan lendir serviks sehingga menurunkan kemampuan penetrasi
sperma.
3. Menjadikan selaput lendir rahim tipis dan atrofi.
4. Menghambat transportasi gamet oleh tuba.
3.5.4 Efektivitas
Kedua kontrasepsisuntik tersebut memiliki efektivitas yang tinggi, dengan 0,3
kehamilan per 100 perempuan-tahun, asal penyuntikannya dilakukan secara
teratur sesuai jadwal yang telah di tentukan.
3.5.5 Keuntungan
1. Sangat efektif.
2. Pencegahan kehamilan jangka panjang.
3. Tidak berpengaruh pada hubungan suami istri.
4. Tidak mengandung estrogen sehingga tidak berdampak serius terhadap
penyakit jantung, dan gangguan pembekuan darah.
5. Tidak memiliki pengaruh terhadap ASI.
6. Sedikit efek samping
7. Klien tidak perlu menyimpan obat suntik.
8. Dapat digunakan oleh perempuan usia > 35 tahun sampai perimenopouse.
9. Membantu mencegah kanker endometrium dan kehamilan ektopik.
10. Menurunkan kejadian penyakit jinak payudara.
11. Mencegah beberapa penyebab penyakit radang panggul.
12. Menurunkan krisis anemia bulan sabit (sickle cell)
3.5.6 Keterbatasan
1. Sering ditemukan gangguan haid, seperti:
a. Siklus haid yang memendek atau memanjang.
b. Perdarahan yang banyak atau sedikit.
c. Perdarahan tidak teratur atau perdarahan bercak (spotting)
d. Tidak haid sama sekali.
2. Klien sangat bergantung pada tempat sarana pelayanan kesehatan (harus
kembali untuk suntikan)
3. Tidak dapat dihentikan sewaktu-waktu sebelum suntikan berikut.
4. Permasalahan berat badan merupakan efek samping tersering.
5. Tidak menjamin perlindungan terhadap penularan infeksi menular seksual,
hepatiris B virus, atau infeksi virus HIV.
6. Terlambatnya kembali kesuburan setelah penghentian pemakaian.
7. Terlambatnya kembali kesuburan bukan karena terjadinya kerusakan/
kelainan pada organ genetalia, melainkan karena belum habisnya
pelepasan obat subtikan dari deponya (tempat suntikan)
8. Terjadi perubahan pada lipid serum pada penggunaan jangka panjang.
9. Pada penggunaan jangka panjang dapat sedikit menurunkan kepadatan
tulang (densitas)
10. Pada penggunaan jangka panjang dapat menimbulkan kekeringan pada
vagina, menurunkan libido, gangguan emosi (jarang), sakit kepala,
nervositas, jerawat.

3.5.7 Yang Dapat Menggunakan Kontasepsi Suntikan Progestin


1. Usia reproduksi.
2. Nulipara dan yang telah memiliki anak.
3. Menghendaki kontrasepsi jangka panjang dan yang memiliki efektivitas
tinggi.
4. Menyusui dan membutuhkan kontrasepsi yang sesuai.
5. Setelah melahirkan dan tidak menyusui.
6. Setelah abortus atau keguguran.
7. Telah banhyak anak, tetapi belum menghendaki tubektomi.
8. Perokok.
9. Tekanan darah < 180/110 mmHg, dengan masalah gangguan pembekuan
darah atau anemia bulan sabit.
10. Menggunakan obat untuk epilepsy (fenitoin dan barbiturate) atau obat
tuberculosis (rifampisin).
11. Tidak dapat memakai kontrasepsi yang mengandung estrogen.
12. Sering lupa menggunakan pil kontrasepsi.
13. Anemia defisiensi besi.
14. Mendekati usia menopouse yang tidak mau atau tidak boleh menggunakan
pil kontrasepsi kombinasi.
3.5.8 Yang Tidak Boleh Menggunakan Kontrasepsi Suntikan Progestin.
1. Hamil atau dicurigai hamil (risiko cacat pada janin 7 per 100.000
kelahiran).
2. Perdarahan perpaginam yang belum jelas penyebabnya.
3. Tidak dapat menerima terjadinya gangguan haid, terutama amenorea.
4. Menderita kanker payudara atau riwayat kanker payudara.
5. Diabetes meletus disertai komplikasi.
3.5.9 Waktu Mulai Menggunakan Kontrasepsi Suntikan Progestin
1. Setiap saat selama siklus haid, asal ibu tersebut tidak hamil.
2. Mulai hari pertama sampai hari ke-7 siklus haid.
3. Pada ibu yang tidak haid, injeksi pertama dapat diberikan setiap saat,
asalkan saja ibu tersebut tidak hamil. Selama 7 hari setelah suntikan tidak
boleh melakukan hubungan seksual.
4. Ibu yang menggunakan kontrasepsi hormonal lain dan ingin mengganti
dengan kontrasepsi suntikan. Bila ibu telah menggunakan kontrasepsi
hormonal sebelumnya secara benar, dan ibu tersebut tidak hamil, suntikan
pertama dapat segera diberikan. Tidak perlu menunggu sampai haid
berikitnya datang.
5. Bila ibu sedang menggunakan jenis kontrasepsi jenis lain dan ingin
menggantinya dengan jenis kontrasepsi suntikan yang lain lagi,
kontrasepsi suntikan yang akan diberikan dimulai pada saat jadwal
kontrasepsi suntikan yang sebelumnya.
6. Ibu yang menggunakan kontrasepsi nonhormonal dan ingin menggantinya
dengan kontrasepsi hormonal, suntikan pertama kontrasepsi hormonal
yang akan diberikan dapat segera diberikan, asal saja ibu tersebut tidak
hamil, dan pemberiannya tidak perlu menunggu haid berikutnya datang.
Bila ibu disuntik setelah hari ke-7 haid, ibu tersebut selama 7 hari setelah
suntikan tidak boleh melakukan hubungan seksual.
7. Ibu ingin menggantikan AKDR dengan kontrasepsi hormonal. Suntikan
pertama dapat diberikan pada hari pertama sampai hari ke-7 siklus haid,
atau dapat diberikan setiap saat setelah hari ke-7 siklus haid, asal saja
yakin ibu tersebut tidak hamil.
8. Ibu tidak haid atau ibu dengan perdarahan tidak teratur. Suntikan pertama
dapat diberikan setiap saat, asal saja ibu tersebut tidak hamil, dan selama 7
hari setelah suntikan tidak boleh melakukan hubungan seksual.
3.5.10 Cara Penggunaan Kontrasepsi Suntikan
1. Kontrasepsi suntikan DMPA diberikan setiap 3 bulan dengan cara disuntik
intramuskuler dalam di daerah pantat. Apabila suntikan diberikan terlalu
dangkal, penyerapan kontrasepsi suntikan akan lambat dan tidak bekerja
segera dan efektif. Suntikan diberikan setiap 90 hari. Pemberian
kontrasepsi suntikan Noristerat untuk 3 injeki berikutnya diberikan setiap
8 minggu. Mulai dengan injeksi kelima diberikan setiap 12 minggu.
2. Bersihkan kulit yang akan disunik dengan kapas alcohol yang dibasahi
oleh etil/isopropyl alcohol 60-90%. Biarkan kulit kering sebelum disuntik.
Setelah kulit kering baru disuntik.
3. Kocok dengan baik, dan hindarkan terjadinya gelembung-gelembung
udara. Kontrasepsi suntik tidak perlu didinginkan. Bila terdapat endapan
putih pada dasar ampul, upayakan menghilangkannya dengan
menghangatkannya.
3.5.11 Informasi Lain yang Perlu Disampaikan
1. Pemberian kontrasepsi suntikan sering menimbulkan gangguan haid
(amenorea). Gangguan haid ini biasanya bersifat sementara dan sedikit
sekali mengganggu kesehatan.
2. Dapat terjadi efek samping seperti peningkatan berat badan, sakit kepala,
dan nyeri payudara. Efek-efek samping ini jarang, tidak berbahaya, dan
cepat hilang.
3. Karena terlambat kembalinya kesuburan, penjelasan perlu diberikan pada
ibu usia muda yang ingin menunda kehailan, atau bagi ibu yang
merencanakan kehamilan berikutbya dalam waktu dekat.
4. Setelah suntikan diberikan, haid tidak segera datang. Haid baru datang
kembali pada umumnya setelah 6 bulan. Selama tidak haid tersebut dapat
saja terjadi kehamilan. Bila setelah 3-6 bulan tidak juga haid, klien harus
kembali ke dokter atau tempat pelayanan kesehatan untuk dicari penyebab
tidak haid tersebut.
5. Bila klien tidak dapat kembali pada jadwal yang telah ditentukan, suntikan
dapat diberikan 2 minggu sebelum jadwal. Dapat juga suntikan diberikan 2
minggu setelah jadwal yang telah ditetapkan, asal saja tidak terjadi
kehamilan. Klien tidak dibenarkan melakukan hubungan seksual selama 7
hari, atau menggunakan metode kontrasepsi lainnya selama 7 hari. Bila
perlu dapat juga menggunakan kontrasepsi darurat.
6. Bila klien, misalnya, sedang menggunakan salah satu kontrasepsi suntikan
dan kemudian meminta untuk digantikan dengan kontrasepsi suntikan
yang lain, sebaiknya jangan dilakukan. Andaikata terpaksa juga dilakukan,
kontrasepsi yang akan diberikan tersebut diinjeksi sesuai dengan jadwal
suntikan dari kontraspsi hormol yang sebelumnya.
7. Bila klien lupa jadwal suntikan, suntikan dapat segera diberikan, asal saja
diyakini ibu tersebut tidak hamil.
3.5.12 Peringatan bagi Pemakai Kontrasepsi Suntikan Progestin
1. Setiap terlambat haid harus dipikirkan adanya kemungkinan kehamilan.
2. Nyeri abdomen bawah yang berat kemungkinan gejala kehamilan ektopik
terganggu.
3. Timbulnya abses atau perdarahan tempat injeksi.
4. Sakit kepala migrain, sakit kepala berulang yang berat, atau kaburnya
penglihatan.
5. Perdarahan berat yang 2 kali lebih panjang dari masa haid atau 2 kali lebih
banyak dalam satu periode masa haid.

BAB III
TINJAUAN KASUS

3.1 ASUHAN KEBIDANAN KEHAMILAN


3.1.1 ASUHAN KEBIDANAN ANTENATAL I

ASUHAN KEBIDANAN ANTENATAL CARE PADA NY.S USIA 19


TAHUN G1P0A0 GRAVIDA 34 MINGGU
DI PMB BIDAN RENNY INDAH SARI Amd,Keb
TAHUN 2019

Hari/tanggal pengkajian : Selasa/ 03 September 2019


Waktu pengkajian : 16.20 WIB
Tempat pengkajian : PMB Bidan Renny Indah Sari Amd,Keb
Nama pengkaji : Nurlaela Amini

I. DATA SUBJEKTIF
A. Identitas / Biodata

ISTRI SUAMI
Nama : Ny.S Nama : Tn.T
Usia : 19 tahun Usia : 25 tahun
Suku : Sunda Suku : Sunda
Agama : Islam Agama : Islam
Pendidikan : SMA Pendidikan : SMP
Pekerjaan : Tidak bekerja Pekerjaan : Wiraswasta
Alamat : Kp. Kancah rt02/rw17 Parongpong

No.hp : 08572195xxxx

B. Alasan Datang
Ibu datang kunjungan rutin pemeriksaan kehamilan.
C. Keluhan
Ibu mengatakan tidak ada keluhan.
D. Riwayat Menstruasi
a. Menarche : 13 tahun
b. Lamanya : 6-7 hari
c. Siklus : 28 hari
d. Banyaknya : 2-3x ganti pembalut
e. Disminore : hari pertama dan kedua
E. Riwayat Kehamilan, Persalinan dan Nifas yang lalu
Tahun Tempat Penolong Jenis Penyulit JK BB PB
Persalinan
2019 Hamil
saat ini

F. Riwayat Kehamilan Ini


a. HPHT : 08-01-2019
b. Taksiran persalinan : 15-10-2019
c. Usia kehamilan : 34 minggu
d. Keluhan Trimester I : Mual, nyeri ulu hati
Keluhan Trimester II : Mual, pegal-pegal
Keluhan Trimester III : Tidak ada keluhan
e. Riwayat ANC
Ibu mengatakan rutin memeriksakan kehamilannya setiap bulan sesuai
jadwal kunjungan.
f. Imunisasi TT
Imunisasi TT1 : pada usia kehamilan 1 bulan
Imunisasi TT2 : pada usia kehamilan 7 bulan

G. Riwayat Penyakit
Ibu mengatakan tidak mempunyai riwayat penyakit seperti hipertensi, asma,
jantung dan penyakit menular lainnya.
H. Kesehatan Keluarga
Ibu mengatakan keluarga tidak mempunyai riwayat penyakit seperti
hipertensi, asma, jantung dan penyakit menular lainnya.
I. Riwayat Kontrasepsi
Ibu mengatakan tidak pernah menggunakan kontrasepsi.
J. Pola Kebutuhan Sehari-hari
Kebutuhan Sehari- Saat Hamil
hari
Nutrisi
a. Makan
Frekuensi 3-4 kali
Jenis Nasi, lauk, sayur
Pantangan Tidak ada
b. Minum
Banyaknya >8 gelas/hari
Jenis Air putih, teh manis,
susu
c. Istirahat Tidur siang ±1 jam
Tidur malam ±6-7 jam
d. Eliminasi
BAK ±5x
BAB 1x/hari
e. Personal hygiene
Mandi 2 kali/hari
Gosok gigi 3 kali/hari
Keramas 3 kali/minggu

II. DATA OBJEKTIF


A. Pemeriksaan Fisik
1. Keadaan umum : Baik
2. Kesadaran : Composmentis
3. Tanda-tanda vital
Tekanan darah : 110/70mmHg
Nadi : 80x/menit
Respirasi : 20x/menit
Suhu : 36,7ºC
4. Antropometri
Tinggi badan : 155cm
Berat badan : 55kg
(IMT : 22,8) normal
5. Pemeriksaan fisik
a. Kepala : Simetris, tidak ada oedema, tidak ada ada kelainan
b. Muka : Simetris, tidak ada oedema, tidak ada nyeri tekan
c. Mata : Simetris, sklera berwarna putih, konjungtiva merah
muda
d. Hidung : Simetris, bersih, tidak ada polip, tidak ada nyeri
tekan, tidak ada pengeluaran secret
e. Mulut : Simetris, tidak pucat, tidak ada caries
f. Leher : Tidak ada pembesaran kelenjar getah
bening, tidak ada pembengkakan kelenjar tiroid,
tidak ada pembengkakan vena jugularis
g. Payudara : Simetris, areola berwarna kecoklatan, puting susu
menonjol, tidak ada benjolan, tidak ada nyeri
tekan
h. Abdomen
a) Inspeksi
Tidak ada bekas luka operasi dan tidak ada strae.

b) Palpasi
TFU : 29 cm
Leopold I : Teraba bulat, lunak, tidak melenting di
bagian fundus (bokong)
Leopold II : Teraba bagian keras, memanjang seperti
papan di sebelah kanan perut ibu
(punggung kanan) dan teraba bagian kecil
di sebelah kiri perut ibu (ekstermitas)
Leopold III : Pada bagian perut bawah teraba bagian
bulat keras (kepala)
Perlimaan : 5/5
DJJ : 142x/menit (reguler)
i. Ekstermitas
Atas : Bersih, tidak ada oedema, tidak ada nyeri tekan,
kuku tidak pucat, tidak ada kelainan
sindaktil dan polidaktil, LILA 23,5 cm
Bawah : Bersih, tidak ada oedema, tidak ada varises,
refleks patella positif, tidak ada kelainan
sindaktil dan polidaktil

III. ANALISA
G1P0A0 gravida 34 minggu janin tunggal hidup tunggal intrauterin dalam
keadaan normal.

IV. PENATALAKSANAAN
1. Memberitahu ibu hasil pemeriksaan bahwa ibu dan janin dalam
keadaan baik
Evaluasi : Ibu mengetahui hasil pemeriksaan bahwa ibu dan janin
dalam keadaan baik
2. Memberikan konseling mengenai ketidaknyamanan trimester III,
seperti sakit dan nyeri di pinggang dan perut bagian bawah, sering
BAK, kesulitan bernafas di karenakan pertumbuhan janin yang
semakin besar.
Evaluasi : Ibu mengerti dan mengetahui ketidaknyamanan trimester III
3. Menganjurkan ibu untuk tidak berdiri terlalu lama atau jangan berdiam
diri lama dalam posisi yang sama.
Evaluasi : Ibu mengerti dan akan melakukannya
4. Menganjurkan ibu untuk miring kiri di sela-sela tidur dan istirahat agar
bayi mendapat suplay oksigen.
Evaluasi : Ibu mengerti dan akan melakukannya
5. Meberitahu ibu mengenai tanda-tanda bahaya pada kehamilan seperti
perdarahan pada kehamilan muda dan tua, bengkak pada kaki, tangan
dan wajah disertai sakit kepala, kejang, demam tinggi, air ketuban
pecah sebelum waktunya, bayi yang dikandung gerakannya berkurang.
Evaluasi : Ibu mengerti dan mau pergi ke tenaga kesehatan bila ada
tanda-tanda bahaya kehamilan
6. Memberitahu ibu mengenai persiapan persalinan seperti rencana ibu
melahirkan dimana, perlengkapan yang dibutuhkan oleh bayi dan ibu
serta persiapan transportasi
Evaluasi : Ibu berencana melahirkan di PMB Bidan Renny Indah Sari
7. Memberitahu ibu tanda-tanda persalinan, seperti mulas yang sering,
keluar lendir bercampur darah (bloody show), pecahnya air ketuban,
kontraksi yang adekuat dan tak tertahankan, maka ibu harus datang tke
petugas kesehatan terdekat.
Evaluasi : Ibu mengerti dan mengetahui tanda-tanda persalinan
8. Menganjurkan ibu untuk melakukan kunjungan ulang tanggal 13
September 2019 atau pada saat ibu ada keluhan.
Evaluasi : Ibu mengerti dan akan melakukan kunjungan ulang

3.2 ASUHAN KEBIDANAN PERSALINAN

ASUHAN KEBIDANAN INTRANATAL CARE PADA NY.S


G1P0A0 PRETERM 35 MINGGU
DI PMB BIDAN RENNY INDAH SARI Amd,Keb
TAHUN 2019

Hari/tanggal pengkajian : Senin/ 09 September 2019


Tempat pengkajian : PMB Bidan Renny Indah Sari Amd,Keb
Waktu pengkajian : 00.49 WIB
Nama pengkaji : Nurlaela Amini
I. DATA SUBJEKTIF
A. Alasan Datang
Ibu datang pada tanggal 09 September 2019 pukul 00.49 WIB dengan
keluhan merasakan mulas, keluar lendir bercampur darah, dan keluar air-air
tidak tertahankan dari jalan lahir pada pukul 23.00 WIB, ibu masih
merasakan gerakan janin.
B. Pola Nutrisi
Kebutuhan Sehari-hari Terakhir
Nutrisi
a. Makan Pukul 17.00 WIB dengan nasi, sayur, dan telur
goreng
b. Minum Air putih
Eliminasi
a. BAK Pukul 19.00 WIB
b. BAB Pukul 08.00 WIB
Istirahat Tidur siang ±1 jam

II. DATA OBJEKTIF


1. Keadaan umum : Baik
2. Kesadaran : Composmentis
3. Tanda-tanda vital
Tekanan darah : 120/80mmHg
Nadi : 90x/menit
Respirasi : 23x/menit
Suhu : 36,5ºC
4. Pemeriksaan fisik
a. Kepala : Simetris, tidak ada oedema, tidak ada ada kelainan
b. Muka : Simetris, tidak ada oedema, tidak ada nyeri tekan
c. Mata : Simetris, sklera berwarna putih, konjungtiva merah
muda
d. Hidung : Simetris, bersih, tidak ada polip, tidak ada nyeri
tekan, tidak ada pengeluaran secret
e. Mulut : Simetris, tidak pucat, tidak ada caries
f. Leher : Tidak ada pembesaran kelenjar getah
bening, tidak ada pembengkakan kelenjar tiroid,
tidak ada pembengkakan vena jugularis
g. Payudara : Simetris, areola berwarna kecoklatan, puting susu
menonjol, tidak ada benjolan, tidak ada nyeri
tekan
h. Abdomen
a) Inspeksi
Tidak ada bekas luka operasi dan tidak ada strae.
b) Palpasi
TFU : 29 cm
Leopold I : Teraba bulat, lunak, tidak melenting di
bagian fundus (bokong)
Leopold II : Teraba bagian keras, memanjang seperti
papan di sebelah kanan perut ibu
(punggung kanan) dan teraba bagian kecil
di sebelah kiri perut ibu (ekstermitas)
Leopold III : Pada bagian perut bawah teraba bagian
bulat keras (kepala)
Leopold IV : Sudah masuk PAP dengan perlimaan 1/5
DJJ : 138x/menit (reguler)
i. Ekstermitas
Atas : Bersih, tidak ada oedema, tidak ada nyeri
tekan, kuku tidak pucat, tidak ada kelainan
sindaktil dan polidaktil, LILA 23,5 cm
Bawah : Bersih, tidak ada oedema, tidak ada varises,
refleks patella positif, tidak ada kelainan
sindaktil dan polidaktil
j. Genetalia : Tidak ada kelainan, tidak ada oedema
Pemeriksaan dalam : Vulva/vagina : Tampak kepala bayi dengan
diameter 1/3 di depan vulva
Portio : Tidak teraba
Pembukaan : 10 cm
Ketuban : Negatif (jernih)
Presentasi : Ubun-ubun kecil
Penurunan : Station +2
Molase :0

III. ANALISA
G1P0A0 parturien preterm kala II

IV. PENATALAKSANAAN
1. Memberitahu hasil pemeriksaan bahwa pembukaan sudah lengkap.
Evaluasi : Ibu mengetahui hasil pemeriksaan
2. Menganjurkan ibu untuk makan dan minum agar ibu tetap bertenaga.
Evaluasi : Ibu makan 1 roti dan minum teh manis
3. Melakukan episiotomi atas indikasi preterm.
Evaluasi : Memimpin ibu meneran setiap ada mules yang kuat dengan
menarik nafas panjang dari hidung lalu mengedan seperti mau BAB
dengan kepala melihat ke perut, dagu menempel ke dada, mata di buka
tangan memeluk paha sambil di angkat ke atas. Jam 01.25 WIB bayi
lahir spontan menangis kuat, tonus otot kuat, warna kulit kemerahan.
JK laki-laki.
4. Melakukan inisiasi menyusui dini (IMD) yaitu posisi bayi tengkurapdi
dada ibu, luruskan bahu bayi, kepala bayi berada di antara payudara
ibu.
Evaluasi : IMD berhasil pada menit ke 20

Kala III
Tanggal pengkajian : 09 September 2019
Jam pengkajian : 01.25 WIB

S : Ibu masih merasa mules


O : TFU 2 jari di bawah pusat, kontraksi keras, kandung kemih kosong,
genetalia tampak tali pusat di depan vulva
A : P1A0 kala III
P : 1. Memberitahu ibu hasil pemeriksaan.
2. Memberitahu ibu bahwa akan di suntikkan oksitosin di paha kiri
Evaluasi : Uterus berkontraksi
3. Melakukan PTT dengan dorso cranial dengan cara satu tangan di
tempatkan di perut ibu untuk menekan uterus ke arah kepala ibu dan
satu tangan lagi melakukan peregangan pada tali pusat. Setelah
plasenta keluar, pegang plasenta dan putar plasenta searah jarum jam
hingga plasenta lahir.
Evaluasi : Jam 01.30 WIB plasenta lahir
4. Melakukan masase fundus uteri selama 15 detik sebanyak 15 kali.
Evaluasi : Kontraksi uterus keras
5. Mengecek plasenta untuk memastikan bahwa konteledon dan
selaput plasenta lengkap.
Evaluasi : Konteledon dan selaput plasenta lengkap

Kala IV
Tanggal : 09 September 2019
Pukul : 01.30 WIB

S : Ibu mengatakan merasa lemas dan nyeri pada bagian perineum


O : Keadaan umum : Baik
Kesadaran : Composmentis
Tekanan darah : 120/70 mmHg
TFU : 2 jari dibawah pusat
Kontraksi uterus : Keras
Kandung kemih : Kosong
Genetalia : Tampak luka episiotomi
A : P1A0 kala IV dengan laserasi derajat II
Diagnosa potensial : Perdarahan primer
P : 1. Memberitahu ibu hasil pemeriksaan.
Evaluasi : Ibu mengetahui hasil pemeriksaan
2. Melakukan anastesi lokal di bagian laserasi untuk mengurangi sakit
ketika di lakukan penjahitan.
3. Melakukan penjahitan derajat II dan evaluasi jumlah perdarahan.
Evaluasi : Tindakan dilakukan, tidak ada perdarahan aktif.
4. Mengajarkan ibu masase fundus uteri sebanyak 15 kali selama 15
kali.
Evaluasi : Ibu memgerti dan bisa melakukannya
5. Memberitahu ibu tanda-tanda perdarahan yaitu uterus lembek dan
terasa banyak darah yang keluar.
Evaluasi : Ibu mengerti dan mengetahui tanda perdarahan

6. Menganjurkan ibu untuk istirahat, makan, dan minum.


Evaluasi : Ibu mengerti dan akan melakukannya
7. Menganjurkan ibu untuk miring ke kiri dan miring ke kanan agar
membantu proses pemulihan.
Evaluasi : Ibu mengerti dan akan melakukannya
8. Membersihkan ibu dan mengganti pakaiannya yang kotor.
Evaluasi : Ibu merasa bersih dan nyaman
9. Melakukan observasi kala IV pada 2 jam pertama postpartum. Setiap
15 menit pada jam pertama dan setiap 30 menit pada jam kedua.
Evaluasi : Hasil di catat di lembar partograf
3.3 ASUHAN KEBIDANAN NIFAS
3.3.1 ASUHAN KEBIDANAN NIFAS 6 JAM

ASUHAN KEBIDANAN POSTPARTUM 6 JAM PADA NY.S P1A0


DI PMB BIDAN RENNY INDAH SARI Amd,Keb

Tanggal pengkajian : 09 September 2019


Waktu pengkajian : 07.00 WIB
Pengkaji : Nurlaela Amini

I. DATA SUBJEKTIF
A. Keluhan Utama
Ibu mengatakan masih merasa ngilu pada bagian perineum.
B. Pola sehari-hari
Kebutuhan Sehari-hari Terakhir
Nutrisi
a. Makan Pukul 06.30 WIB dengan nasi,
sayur dan telur (habis 1 porsi)
b. Minum Setelah makan (air putih)
Eliminasi
a. BAK Pukul 05.00 WIB
b. BAB Belum
Istirahat Tidur ±3 jam
Personal hygiene
a. Mandi Belum mandi
b. Gosok gigi Belum gosok gigi
c. Keramas Belum keramas
d. Perawatan vulva Setelah BAK
Mobilisasi Sudah bisa ke kamar mandi sendiri

C. Riwayat Persalinan
1. Tempat melahirkan : PMB Bidan Renny Indah Sari Amd.Keb
2. Penolong : Bidan
3. Jenis persalinan : Spontan pervaginam
4. Ketuban : Jernih
5. Penyulit : Preterm

II. DATA OBJEKTIF


1. Keadaan umum : Baik
2. Kesadaran : Composmentis
3. Tanda-tanda vital
Tekanan darah : 110/70mmHg
Nadi : 80x/menit
Respirasi : 20x/menit
Suhu : 36,8ºC
4. Pemeriksaan fisik
a. Kepala : Simetris, tidak ada oedema, tidak ada ada kelainan
b. Muka : Simetris, tidak ada oedema, tidak ada nyeri tekan
c. Mata : Simetris, sklera berwarna putih, konjungtiva merah
muda
d. Hidung : Simetris, bersih, tidak ada polip, tidak ada nyeri
tekan, tidak ada pengeluaran secret
e. Mulut : Simetris, tidak pucat, tidak ada caries
f. Leher : Tidak ada pembesaran kelenjar getah
bening, tidak ada pembengkakan kelenjar tiroid
g. Payudara : Simetris, areola berwarna kecoklatan, puting susu
menonjol, tidak ada benjolan, tidak ada nyeri
tekan, sudah keluar kolostrum dan diberikan pada bayi
h. Abdomen : Kontraksi keras, TFU 2 jari di bawah pusat
i. Genetalia : Terdapat luka jahitan, lochia rubra

j. Ekstermitas
Atas : Bersih, tidak ada oedema, tidak ada nyeri
tekan, kuku tidak pucat, tidak ada kelainan
sindaktil dan polidaktil, LILA 23,5 cm
Bawah : Bersih, tidak ada oedema, tidak ada varises,
refleks patella positif, tidak ada kelainan
sindaktil dan polidaktil

III. ANALISA
P1A0 postpartum 6 jam dengan keadaan normal

IV. PENATALAKSANAAN
1. Memberitahu hasil pemeriksaan kepada ibu dan keluarga bahwa keadaan
ibu baik.
Evaluasi : Ibu dan keluarga mengetahui hasil pemeriksaan
2. Memberitahukan ibu cara merawat luka jahitan yaitu dengan cara
mengganti pembalut 4 jam sekali, cebok menggunakan air bersih dingin
biasa dan jangan cebok dengan air hangat karena akan membuat jahitan
rapuh, lalu keringkan dengan tisu atau handuk pribadi dan dijaga agar
tidak lembab.
Evaluasi : Ibu mengerti dan akan melakukannya
3. Memberitahu ibu cara mencegah perdarahan primer yaitu dengan cara :
a. Melakukan masase fundus uteri sebanyak 15 kali selama 15 detik
sampai kontraksi uterus keras.
b. Mobilisasi dengan cara bergerak/berjalan dan tidak berdiam lama dalam
posisi yang sama.
c. Menyusui bayi 2 jam sekali atau semaunya bayi.
Evaluasi : Ibu mengerti dan bersedia melakukannya
4. Melakukan kunjungan ulang 3 hari setelah melahirkan yaitu tanggal 11
September 2019.
Evaluasi : Ibu mengerti dan akan melakukan kunjungan ulang

3.3.2 ASUHAN KEBIDANAN NIFAS 6 HARI

ASUHAN KEBIDANAN POSTPARTUM 6 HARI


PADA NY.S P1A0

Tanggal pengkajian : 16 September 2019


Pukul : 10.00 WIB
Tempat pengkajian : Rumah Ny.S
Nama pengkaji : Nurlaela Amini

C. DATA SUBJEKTIF
1. Keluhan Utama
Ibu mengatakan keadaanya baik, tidak ada keluhan.
2. Pola sehari-hari
Nutrisi Frekuensi
a. Makan
Frekuensi 4-5x/hari
Jenis Nasi, sayur, ikan, telur,
daging
b. Minum
Frekuensi 8-10 gelas/hari
Jenis Susu, teh, air putih

Eliminasi
a. BAK 4-5x/hari
b. BAB 1x/hari
Istirahat
a. Siang ±3 jam
b. Malam ±4 jam

II. DATA OBJEKTIF


1. Keadaan umum : Baik
2. Kesadaran : Composmentis
3. Tanda-tanda vital
Tekanan darah : 120/80mmHg
Nadi : 78x/menit
Respirasi : 20x/menit
Suhu : 36,9⁰C
4. Pemeriksaan fisik
a. Kepala : Simetris, tidak ada oedema, tidak ada ada kelainan
b. Muka : Simetris, tidak ada oedema, tidak ada nyeri tekan
c. Mata : Simetris, sklera berwarna putih, konjungtiva merah
muda
d. Hidung : Simetris, bersih, tidak ada polip, tidak ada nyeri
tekan, tidak ada pengeluaran secret
e. Mulut : Simetris, tidak pucat, tidak ada caries
f. Leher : Tidak ada pembesaran kelenjar getah
bening, tidak ada pembengkakan kelenjar tiroid
g. Payudara : Simetris, areola berwarna kecoklatan, puting susu
menonjol, tidak ada benjolan, tidak ada nyeri
tekan, pengeluaran ASI lancar
h. Abdomen : TFU antara simfisis dan pusat
i. Genetalia : Luka jahitan kering, lochia sanguelenta
j. Ekstermitas
Atas : Bersih, tidak ada oedema, tidak ada nyeri
tekan, kuku tidak pucat, tidak ada kelainan
sindaktil dan polidaktil
Bawah : Bersih, tidak ada oedema, tidak ada varises,
refleks patella positif, tidak ada kelainan
sindaktil dan polidaktil

III. ANALISA
P1A0 postpartum 6 hari dengan keadaan normal.

IV. PENATALAKSANAAN
1. Memberitahu ibu hasil pemeriksaan
Evaluasi : Ibu mengetahui hasil pemeriksaan
2. Memberitahu ibu mengenai tanda bahaya nifas seperti sakit kepala hebat,
nyeri ulu hati disertai pandangan kabur, mudah lelah, sulit tidur, nyeri dan
panas saat BAK, keluar cairan berbau busuk dari kemaluan, payudara
sangat sakit bila disentuh, payudara berubah menjadi merah, panas, dan
sakit, kesulitan saat menyusui dan ibu merasa sedih. Serta menyarankan
ibu untuk segera menemui petugas kesehatan apabila mengalami salah satu
tanda bahaya tersebut.
Evaluasi : Ibu mengerti dan akan segera menemui petugas kesehatan
apabila mengalami salah satu tanda bahaya tersebut.
3. Memberikan konseling tentang ASI eksklusif yaitu hanya memberikan
ASI saja selama 6 bulan tanpa makanan dan minuman tambahan.
Evaluasi : Ibu mengerti dan bersedia memberikan ASI eksklusif
4. Menganjurkan ibu untuk memenuhi kebutuhan gizinya yang bisa di dapat
dari telur, daging, ikan, tahu, tempe, sayuran, kacang-kacangan dan buah-
buahan.
Evaluasi : Ibu mengerti dan akan melakukannya
5. Menganjurkan ibu untuk memenuhi kebutuhan cairannya yaitu dengan
minum ±8 gelas/hari dalam bentuk air putih, susu, teh, dan jus.
Evaluasi : Ibu mengerti dan akan melakukannya
6. Mengakhiri pertemuan dan mengatakan pada ibu bahwa akan melakukan
kunjungan rumah pada tanggal 24 september 2019.
Evaluasi : Ibu bersedia untuk dilakukan kunjungan

3.3.3 ASUHAN KEBIDANAN NIFAS 2 MINGGU

ASUHAN KEBIDANAN POSTPARTUM 2 MINGGU


PADA NY.S P1A0

Tanggal pengkajian : 24 September 2019


Pukul : 16.00 WIB
Tempat pengkajian : Rumah Ny.S
Nama pengkaji : Nurlaela Amini

I. DATA SUBJEKTIF
1. Keluhan Utama
Ibu mengatakan tidak ada keluhan.
2. Pola sehari-hari
Nutrisi Frekuensi
a. Makan
Frekuensi 4-5x/hari
Jenis Nasi, sayur, ikan, telur,
daging
b. Minum
Frekuensi 8-10 gelas/hari
Jenis Susu, teh, air putih, jus
Eliminasi
a. BAK ±4x/hari
b. BAB 1x/hari
Istirahat
a. Siang ±3 jam
b. Malam ±4 jam

II. DATA OBJEKTIF


1. Keadaan umum : Baik
2. Kesadaran : Composmentis
3. Tanda-tanda vital
Tekanan darah : 110/80mmHg
Nadi : 80x/menit
Respirasi : 22x/menit
Suhu : 36,7⁰C
4. Pemeriksaan fisik
a. Kepala : Simetris, tidak ada oedema, tidak ada ada kelainan
b. Muka : Simetris, tidak ada oedema, tidak ada nyeri tekan
c. Mata : Simetris, sklera berwarna putih, konjungtiva merah
muda
d. Hidung : Simetris, bersih, tidak ada polip, tidak ada nyeri
tekan, tidak ada pengeluaran secret
e. Mulut : Simetris, tidak pucat, tidak ada caries
f. Leher : Tidak ada pembesaran kelenjar getah
bening, tidak ada pembengkakan kelenjar tiroid
g. Payudara : Simetris, areola berwarna kecoklatan, puting susu
menonjol, tidak ada benjolan, tidak ada nyeri
tekan, pengeluaran ASI lancar
h. Abdomen : TFU tidak teraba
i. Genetalia : Luka jahitan sudah kering, lochia alba
j. Ekstermitas
Atas : Bersih, tidak ada oedema, tidak ada nyeri
tekan, kuku tidak pucat, tidak ada kelainan
sindaktil dan polidaktil
Bawah : Bersih, tidak ada oedema, tidak ada varises,
refleks patella positif, tidak ada kelainan
sindaktil dan polidaktil

III. ANALISA
P1A0 postpartum 2 minggu dengan keadaan normal

IV. PENATALAKSANAAN
1. Memberitahu pada ibu bahwa ibu dalam keadaan normal.
Evaluasi : Ibu mengetahui hasil pemeriksaan
2. Memberikan konseling tentang KB baik keuntungan atau kerugiannya.
Evaluasi : Ibu mengerti dan akan mendiskusikannya dengan suami
tentang KB yang akan dipilih
3. Mengingatkan kembali mengenai tanda bahaya nifas seperti sakit kepala
hebat, nyeri ulu hati disertai pandangan kabur, mudah lelah, sulit tidur,
nyeri dan panas saat BAK, keluar cairan berbau busuk dari kemaluan,
payudara sangat sakit bila disentuh, payudara berubah menjadi merah,
panas, dan sakit, kesulitan saat menyusui dan ibu merasa sedih. Serta
menyarankan ibu untuk segera menemui petugas kesehatan apabila
mengalami salah satu tanda bahaya tersebut.
Evaluasi : Ibu mengerti dan akan segera menemui petugas kesehatan
apabila mengalami salah satu tanda bahaya tersebut
4. Mengakhiri pertemuan dan mengatakan pada ibu bahwa akan
melakukan kunjungan rumah kembali tanggal 27 oktober 2019.
Evaluasi : Ibu bersedia untuk dilakukan kunjungan

3.3.4 ASUHAN KEBIDANAN NIFAS 6 MINGGU

ASUHAN KEBIDANAN POSTPARTUM 6 MINGGU


PADA NY.S P1A0

Tanggal pengkajian : 27 Oktober 2019


Pukul : 13.00 WIB
Tempat pengkajian : Rumah Ny.S
Nama pengkaji : Nurlaela Amini

I. DATA SUBJEKTIF
1. Keluhan Utama
Ibu mengatakan tidak ada keluhan.
2. Pola sehari-hari
Nutrisi Frekuensi
a. Makan
Frekuensi 4-5x/hari
Jenis Nasi, sayur, ikan, telur,
daging
b. Minum
Frekuensi 8-10 gelas/hari
Jenis Susu, teh, air putih, jus

Eliminasi
a. BAK ±4x/hari
b. BAB 1x/hari
Istirahat
a. Siang ±2 jam
b. Malam ±5 jam

3. Riwayat Kontrasepsi
Ibu mengatakan menggunakan KB suntik 3 bulan.
II. DATA OBJEKTIF
1. Keadaan umum : Baik
2. Kesadaran : Composmentis
3. Tanda-tanda vital
Tekanan darah : 110/80mmHg
Nadi : 80x/menit
Respirasi : 22x/menit
Suhu : 36,7⁰C
4. Pemeriksaan fisik
a. Kepala : Simetris, tidak ada oedema, tidak ada ada kelainan
b. Muka : Simetris, tidak ada oedema, tidak ada nyeri tekan
c. Mata : Simetris, sklera berwarna putih, konjungtiva merah
muda
d. Hidung : Simetris, bersih, tidak ada polip, tidak ada nyeri
tekan, tidak ada pengeluaran secret
e. Mulut : Simetris, tidak pucat, tidak ada caries
f. Leher : Tidak ada pembesaran kelenjar getah
bening, tidak ada pembengkakan kelenjar tiroid
g. Payudara : Simetris, areola berwarna kecoklatan, puting susu
menonjol, tidak ada benjolan, tidak ada nyeri
tekan, pengeluaran ASI lancar
h. Abdomen : TFU tidak teraba
i. Genetalia : Luka jahitan sudah kering, lochia alba
j. Ekstermitas
Atas : Bersih, tidak ada oedema, tidak ada nyeri
tekan, kuku tidak pucat, tidak ada kelainan
sindaktil dan polidaktil
Bawah : Bersih, tidak ada oedema, tidak ada varises,
refleks patella positif, tidak ada kelainan
sindaktil dan polidaktil

III. ANALISA
P1A0 postpartum 6 minggu dengan keadaan normal.

IV. PENATALAKSANAAN
1. Memberitahu pada ibu bahwa ibu dalam keadaan normal.
Evaluasi : Ibu mengetahui hasil pemeriksaan
2. Menganjurkan ibu untuk datang sesuai jadwal KB atau sewaktu-waktu jika
ada keluhan.
Evaluasi : Ibu mengetahui jadwal suntikan ulang dan bersedia datang sesuai
jadwal atau jika ada keluhan
3. Memotivasi ibu agar memberikan ASI eksklusif yaitu hanya memberikan
ASI saja selama 6 bulan tanpa makanan atau minuman tambahan.
Evaluasi : Ibu mengerti dan bersedia memberikan ASI eksklusif
4. Melakukan pendokumentasian
Evaluasi : Pendokumentasian selesai

4.4 ASUHAN KEBIDANAN BAYI BARU LAHIR

ASUHAN KEBIDINAN BAYI BARU LAHIR USIA 0 JAM


PADA BAYI NY.S DI PMB BIDAN RENNY INDAH SARI Amd,Keb

Tanggal pengkajian : 09 September 2019


Waktu pengkajian : 01.30 WIB
Nama pengkaji : Nurlaela Amini

I. DATA SUBJEKTIF
A. Identitas Bayi
Nama : Bayi Ny.S
Umur : 0 jam
Tanggal/jam lahir : 09 September 2019/ 01.25 WIB
Jenis kelamin : Laki-laki
Anak ke : 1 (satu)
B. Identitas Penanggung Jawab
Nama : Tn.T
Usia : 25 tahun
Suku : Sunda
Agama : Islam
Pendidikan : SMP
Pekerjaan : Wiraswasta
C. Riwayat Kesehatan
1. Riwayat Kesehatan Intranatal
a. Tanggal lahir : 09 September 2019
b. Usia kehamilan : 35 minggu
c. Tempat : PMB Bidan Renny Indah Sari Amd.Keb
d. Penolong : Bidan
e. Jenis persalinan : Spontan pervaginam
f. Ketuban : Jernih
2. Riwayat Postnatal
a. Usaha nafas : Tanpa bantuan
b. IMD : Berhasil pada menit ke 20
c. BAK : Belum
d. BAB : Belum
e. APGAR Score
N Kriteria 1 Menit 5 Menit
O
1 Denyut jantung 1 2
2 Usaha nafas 1 2
3 Tonus otot 2 2
4 Refleks 2 2
5 Warna kulit 2 2
TOTAL 8 10
II. DATA OBJEKTIF
A. Pemeriksaan umum
1. Keadaan umum : Baik
2. Kesadaran : Composmentis
3. Tanda-tanda vital
BJA : 134x/menit
R : 50x/menit
S : 36,9⁰C
4. Antropometri
Berat badan : 2800 gram
Panjang badan : 50 cm
Lingkar kepala : 31 cm
lingkar dada : 32 cm
B. Pemeriksaan fisik
a. Kepala : Simetris, ubun-ubun datar, tidak ada capput
succedaneum, tidak ada cepal hematoma, tidak ada
b. Wajah : Simetris, tidak ada oedema, tidak ada nyeri tekan
c. Mata : Simetris, konjungtiva merah muda, sklera putih
d. Hidung : Bersih, tidak ada pernafasan cuping hidung, tidak ada
kelainan, tidak ada pengeluaran
e. Telinga : Simetris, tidak ada pengeluaran, tidak ada kelainan
f. Mulut : Simetris, tidak ada labioskizis, tidak ada palatoskizis,
tidak ada labiopalatoskizis, refleks rooting (+), refleks
sucking (+), refleks swallowing (+)
g. Leher : Tidak ada benjolan, refleks tonik neck (+)
h. Dada : Simetris, tidak ada pembengkakan retraksi dada, puting
simetris dan sejajar
i. Tangan : Simetris, gerakan aktif, jumlah jari lengkap,
refleks grasping (+)
j. Sisitem syaraf: Refleks moro positif.
k. Abdomen : Datar, tidak ada benjolan, tidak ada masa, tampak tali
pusat dengan keadaan basah
l. Genetalia : Terdapat lubang uretra dan terdapat dua testis
m. Kaki : Simetris, pergerakan normal, jumlah jari lengkap, refleks
babinski (+)
n. Anus : Berlubang
o. Kulit : Bersih, terdapat verniks, warna kemerahan, tidak ada
pembengkakan akibat cedera

III. ANALISA
Nenonatus kurang bulan usia 0 jam dengan keadaan normal.

IV. PENATALAKSANAAN
1. Memberitahu ibu hasil pemeriksaan.
Evaluasi : Ibu mengetahui keadaan bayinya hasil pemeriksaan
2. Memberikan salep mata pada kedua mata bayi untuk menghindari
terjadinya infeksi pada mata.
Evaluasi : Salep mata di berikan
3. Memberikan Vit K untuk mencegah perdarahan di otak dengan dosis 0,5 cc
di suntikan di paha kiri 1/3 antera lateral secara IM.
Evaluasi : Telah diberikan
4. Menjaga kehangatan bayi dengan memakaikan pakaian, sarung tangan,
kaos kaki dan topi, membedong bayi dan memakaikan selimut serta
menyalakan lampu penghangat berjarak ±30 cm dari bayi.
Evaluasi : Telah dilakukan dan bayi tampak nyaman serta tidak hipotermi
5. Memberitahu ibu mengenai tanda bahaya pada bayi baru lahir yaitu malas
atau bahkan tidak mau menyusu, kejang, tidak sadar, nafas tidak normal,
badan bayi kuning, merintih, ada tarikan dada bawah, tampak biru pada
tangan/kaki/bibir, kaki dan tangan dingin, bayi demam.
Evaluasi : Ibu mengerti dan mengetahui tanda bahaya pada bayi
4.4.1 KUNJUNGAN NEONATUS 6 JAM

ASUHAN KEBIDANAN BAYI BARU LAHIR USIA 6 JAM


PADA BAYI NY.S DI PMB BIDAN RENNY INDAH SARI Amd,Keb

Tanggal pengkajian : 10 September 2019


Pukul pengkajian : 07.00 WIB
Nama pengkaji : Nurlaela Amini

I. DATA SUBJEKTIF
Ibu mengatakan bayi sudah dapat menyusu, BAK 2 kali, dan BAB 1 kali.

II. DATA OBJEKTIF


1. Keadaan umum : Baik
2. Kesadaran : Composmentis
3. Tanda-tanda vital
Frekuensi jantung : 130x/menit
Frekuensi pernafasan : 48x/menit
Suhu : 36,5⁰C
4. Mata
Simetris, sklera putih, konjungtiva merah muda.
5. Dada
Simetris, tidak ada pembengkakan retraksi dada, puting simetris dan
sejajar.
6. Abdomen
Datar, tidak ada benjolan, tidak ada masa, tampak tali pusat dengan
keadaan basah.
7. Ekstermitas
Simetris, jumlah jari lengkap, pergerakan aktif, tidak ada sindaktil dan
polidaktil.

8. Genetalia
Miksi dan defekasi positif.

III. ANALISA
Neonatus kurang bulan usia 6 jam dengan keadaan normal.

IV. PENATALAKSANAAN
1. Memberitahu ibu hasil pemeriksaan bahwa bayi dalam keadaan normal.
Evaluasi : Ibu mengetahui hasil pemeriksaan
2. Menyuntikan imunisasi Hb0 dengan dosis 0,5 cc disuntikkan dibagian paha
kanan 1/3 secara IM .
Evaluasi : Ibu mengetahui bayinya sudah di imunisasi
3. Memberitahukan ibu mengenai cara perawatan tali pusat agar tetap bersih
kering, tidak membungkus tali pusat dengan kassa dan bersih tanpa
menggunakan alkohol, betadin ataupun obat-obatan yang dioleskan langsung
ke tali pusat.
Evaluasi : Ibu mengerti dan akan melakukannya
4. Mengajarkan ibu teknik menyusui yaitu ibu berada dalam posisi yang
nyaman, kaki tidak menggantung lalu mendekatkan bayi ke payudara, mulut
bayi menempel pada puting sampai menutupi areola. Serta menganjurkan ibu
minum segelas air putih sebelum dan sesudah menyusui agar ibu tidak
dehidrasi, lalu mengolesi puting susu dan areola dengan ASI agar payudara
tidak lecet.
Evaluasi : Ibu mengerti dan bersedia mengikuti anjuran
5. Menganjurkan ibu untuk melakukan kunjungan ulang/kontrol ke bidan 3 hari
kemudian yaitu tanggal 11 september 2019 atau dirasa ada keluhan pada
bayinya.
Evaluasi : Ibu mengerti dan akan melakukan kunjungan ulang pada tanggal
11 september 2019

3.4.2 KUNJUNGAN NEONATUS (6 HARI)


Tanggal pengkajian : 16 September 2019
Jam pengkajian : 10.00 WIB
Nama pengkaji : Nurlaela Amini

I. DATA SUBJEKTIF
Ibu mengatakan bayi BAK ±10 kali dalam sehari dan BAB ±3 kali dalam
sehari, ibu mengatakan bayi hanya diberikan ASI tanpa makanan dan
minuman tambahan.

II. DATA OBJEKTIF


A. Pemeriksaan Umum
1. Keadaan umum : Baik
2. Kesadaran : Composmentis
3. Tanda-tanda vital
Frekuensi jantung : 134x/menit
Frekuensi pernafasan : 45x/menit
Suhu : 36,7ºC
4. Antropometri
Berat badan : 2800 gram
Panjang badan : 51 cm
B. Pemeriksaan Fisik
1. Kepala : Simetris, ubun-ubun datar, tidak ada capput
succedaneum, tidak ada cepal hematoma, tidak ada
2. Wajah : Simetris, tidak ada oedema, tidak ada nyeri tekan
3. Mata : Simetris, konjungtiva merah muda, sklera putih
4. Hidung : Bersih, tidak ada pernafasan cuping hidung, tidak
ada kelainan, tidak ada pengeluaran
5. Telinga : Simetris, tidak ada pengeluaran, tidak ada kelainan
6. Mulut : Simetris, tidak ada labioskizis, tidak ada
palatoskizis, tidak ada labiopalatoskizis, refleks
rooting (+), refleks sucking (+), refleks swallowing
(+)
7. Leher : Tidak ada benjolan, refleks tonik neck (+)
8. Dada : Simetris, tidak ada pembengkakan retraksi dada,
puting simetris dan sejajar
9. Tangan : Simetris, gerakan aktif, jumlah jari lengkap,
refleks grasping (+)
10. Sisitem syaraf : Refleks moro positif.
11. Abdomen : Datar, tidak ada benjolan, tidak ada masa, tampak
tali pusat kering
12. Genetalia : Terdapat lubang uretra dan terdapat dua testis
13. Kaki : Simetris, pergerakan normal, jumlah jari lengkap,
refleks babinski (+)
14. Anus : Berlubang
15. Kulit : Bersih, warna kemerahan, tidak ada
pembengkakan akibat cedera

III. ANALISA
Neonatus kurang bulan usia 6 hari dengan keadaan normal.

IV. PENATALAKSANAAN
1. Memberitahu hasil pemeriksaan kepada ibu bahwa bayi dalam keadaan
normal.
Evaluasi : Ibu mengetahui hasil pemeriksaan
2. Memberitahu ibu mengenai tanda bahaya pada bayi baru lahir yaitu
malas atau bahkan tidak mau menyusu, kejang, tidak sadar, nafas tidak
normal, badan bayi kuning, merintih, ada tarikan dada bawah, tampak
biru pada tangan/kaki/bibir, kaki dan tangan dingin, bayi demam. Jika
ada tanda bahaya tersebut pada bayinya, maka ibu harus memeriksakan
bayinya ke petugas kesehatan.
Evaluasi : Ibu mengerti dakan membawa bayinya ke petugas kesehatan
jika terdapat bahaya tanda bahaya pada bayinya
3. Menyarankan ibu untuk menjemur bayinya di pagi hari yaitu antara
pukul 08.00-09.00 WIB selama 10-15 menit.
Evaluasi : Ibu mengerti dan akan melakukannya
4. Menganjurkan ibu untuk membawa bayinya ke petugas kesehatan
untuk melakukan imunisasi BCG pada saat bayi berusia 1 bulan.
Evaluasi : Ibu mengerti dan bersedia
5. Memberitahu ibu bahwa kan melakukan kunjungan rumah pada
tanggal 24 september 2019 untuk melihat perkembangan kesehatan ibu
dan bayi.
Evaluasi : Ibu setuju untuk dilakukan kunjungan rumah
4.4.2 KUNJUNGAN NEONATUS 2 MINGGU
Tanggal pengkajian : 24 September 2019
Jam pengkajian : 16.00 WIB
Nama pengkaji : Nurlaela Amini

I. DATA SUBJEKTIF
Ibu mengatakan bayi BAK ±10 kali dalam sehari dan BAB ±3 kali dalam
sehari, ibu mengatakan bayi sering menyusu dan hanya diberikan ASI
tanpa makanan tambahan.
II. DATA OBJEKTIF
A. Pemeriksaan Umum
1. Keadaan umum : Baik
2. Kesadaran : Composmentis
3. Tanda-tanda vital
Frekuensi jantung : 139x/menit
Frekuensi pernafasan : 47x/menit
Suhu : 36,9ºC
4. Antropometri
Berat badan : 3300 gram
Panjang badan : 54 cm
B. Pemeriksaan Fisik
1. Kepala : Simetris, ubun-ubun datar, tidak ada capput
succedaneum, tidak ada cepal hematoma
2. Wajah : Simetris, tidak ada oedema, tidak ada nyeri tekan
3. Mata : Simetris, konjungtiva merah muda, sklera putih
4. Hidung : Bersih, tidak ada pernafasan cuping hidung, tidak
ada kelainan, tidak ada pengeluaran
5. Telinga : Simetris, tidak ada pengeluaran, tidak ada kelainan
6. Mulut : Simetris, tidak ada labioskizis, tidak ada
palatoskizis, tidak ada labiopalatoskizis,
refleks rooting (+), refleks sucking (+),
refleks swallowing (+)
7. Leher : Tidak ada benjolan, refleks tonik neck (+)
8. Dada : Simetris, tidak ada pembengkakan retraksi
dada, puting simetris dan sejajar
9. Tangan : Simetris, gerakan aktif, jumlah jari lengkap,
refleks grasping (+)
10. Syaraf : Refleks moro positif.
11. Abdomen : Datar, tidak ada benjolan, tidak ada masa,
tampak tali pusat sudah puput
12. Genetalia : Terdapat lubang uretra dan terdapat dua
testis
13. Kaki : Simetris, pergerakan normal, jumlah jari
lengkap, refleks babinski (+)
14. Anus : Berlubang
15. Kulit : Bersih, warna kemerahan, tidak ada
pembengkakan akibat cedera

III. ANALISA
Neonatus kurang bulan usia 2 minggu dengan keadaan normal.

IV. PENATALAKSANAAN
1. Memberitahu hasil pemeriksaan kepada ibu bahwa bayi dalam keadaan
normal.
Evaluasi : Ibu mengetahui hasil pemeriksaan
2. Memberitahu ibu kembali mengenai tanda bahaya pada bayi baru lahir
yaitu malas atau bahkan tidak mau menyusu, kejang, tidak sadar, nafas
tidak normal, badan bayi kuning, merintih, ada tarikan dada bawah,
tampak biru pada tangan/kaki/bibir, kaki dan tangan dingin, bayi
demam. Jika ada tanda bahaya tersebut pada bayinya, maka ibu harus
memeriksakan bayinya ke petugas kesehatan.
Evaluasi : Ibu mengerti dakan membawa bayinya ke petugas kesehatan
jika terdapat bahaya tanda bahaya pada bayinya
3. Menyarankan ibu untuk menjemur bayinya di pagi hari yaitu antara
pukul 08.00-09.00 WIB selama 10-15 menit.
Evaluasi : Ibu mengerti dan akan melakukannya
4. Mengingatkan ibu kembali untuk membawa bayinya ke petugas
kesehatan untuk penimbangan bayi dan imunisasi BCG pada saat bayi
berusia 1 bulan.
Evaluasi : Ibu mengerti dan akan bersedia melakukannya
5. Memberitahu ibu bahwa kan melakukan kunjungan rumah pada
tanggal 27 oktober 2019 untuk melihat perkembangan kesehatan ibu
dan bayi.
Evaluasi : Ibu setuju untuk dilakukan kunjungan rumah

4.4.3 KUNJUNGAN BAYI BARU LAHIR 6 MINGGU


Tanggal pengkajian : 27 Oktober 2019
Jam pengkajian : 13.00 WIB
Nama pengkaji : Nurlaela Amini

I. DATA SUBJEKTIF
Ibu mengatakan bayi BAK ±8 kali dalam sehari dan BAB ±3 kali
dalam sehari, ibu mengatakan bayi sering menyusu dan hanya
diberikan ASI tanpa makanan tambahan.
II. DATA OBJEKTIF
A. Pemeriksaan Umum
1. Keadaan umum : Baik
2. Kesadaran : Composmentis
3. Tanda-tanda vital
Frekuensi jantung : 135x/menit
Frekuensi pernafasan : 47x/menit
Suhu : 36,9ºC
4. Antropometri
Berat badan : 4800 gram
Panjang badan : 60 cm
B. Pemeriksaan Fisik
1. Kepala : Simetris, ubun-ubun datar, tidak ada capput
succedaneum, tidak ada cepal hematoma
2. Wajah : Simetris, tidak ada oedema, tidak ada nyeri tekan
3. Mata : Simetris, konjungtiva merah muda, sklera putih
4. Hidung : Bersih, tidak ada pernafasan cuping hidung, tidak
ada kelainan, tidak ada pengeluaran
5. Telinga : Simetris, tidak ada pengeluaran, tidak ada kelainan
6. Mulut : Simetris, tidak ada labioskizis, tidak ada
palatoskizis, tidak ada labiopalatoskizis,
refleks rooting (+), refleks sucking (+),
refleks swallowing (+)
7. Leher : Tidak ada benjolan, refleks tonik neck (+)
8. Dada : Simetris, tidak ada pembengkakan retraksi
dada, puting simetris dan sejajar
9. Tangan : Simetris, gerakan aktif, jumlah jari lengkap,
refleks grasping (+)
10. Syaraf : Refleks moro positif.
11. Abdomen: Datar, tidak ada benjolan, tidak ada masa
12. Genetalia : Terdapat lubang uretra dan terdapat dua
testis
13. Kaki : Simetris, pergerakan normal, jumlah jari
lengkap, refleks babinski (+)
14. Anus : Berlubang
15. Kulit : Bersih, warna kemerahan, tidak ada
pembengkakan akibat cedera

III. ANALISA
Neonatus kurang bulan usia 6 minggu dengan keadaan normal.

IV. PENATALAKSANAAN
1. Memberitahu hasil pemeriksaan kepada ibu bahwa bayi dalam
keadaan normal.
Evaluasi : Ibu mengetahui hasil pemeriksaan
2. Memastikan pada ibu bahwa bayinya mendapat ASI eksklusif
tanpa di berikan makanan/minuman tambahan.
Evaluasi : Bayi selalu di beri ASI dan tidak di berikan
makanan/minuman tambahan.
3. Memberitahu ibu bahwa bayi harus di imuniasi DPT dan Polio
pada usia 2 bulan.
Evaluasi : Ibu mengerti dan bersedia membawa bayinya ke
petugas kesehatan
4. Menganjurkan ibu untuk membawa bayinya ke petugas untuk
dilakukan imunisasi dasar lengkap sesuai jadwal yang telah di
tentukan.
Evaluasi : Ibu mengerti dan akan melakukannya
5. Melakukan pendokumentasian
Evaluasi : Pendokumentasian selesai
BAB IV
PEMBAHASAN

4.1 Kehamilan
Dari pengkajian Ny.S telah melaksanakan pemeriksaan kehamilan secara
teratur sebanyak 9 kali yaitu pada Trimester I sebanyak 3 kali, Trimester II
sebanyak 2 kali serta 4 kali pada Trimester ke III. Menurut buku Maternity
(2017) mengatakan bahwa Pemeriksaan ANC minimal 4 kali yaitu pada usia
kehamilan trimester I 1 kali, trimester II 1 kali dan trimester III sebanyak 2
kali. Hal ini tidak terdapat kesenjangan antara teori yang ada di buku Varney
(2008) dengan lahan praktik.
4.2 Persalinan
1. Kala II
Pengkajian yang dilakukan pada Ny.S dengan anamnesa pada tanggal 09
September 2019 pukul 00.49 WIB ibu mengatakan sakit perut bagian bawah
yang dirasakan semakin sering dan kuat serta merasakan adanya dorongan
untuk meneran, tekanan anus. Setelah dilihat perineum menonjol, vulva
vagina dan membuka. Proses persalinan berlangsung normal melalui
pervaginam dengan usia kehamilan 36 minggu atau preterm dengan
kekuatan ibu tanpa bantuan atau intervensi lain.
Pada kala II diberikan asuhan sesuai dengan standar 60 langkah asuhan
persalinan normal yang dimulai dari melihat tanda gejala kala dua hingga
langkah terakhir melengkapi partograf dan pendokumentasian. Hal ini
sesuai dengan JNPK-KR (2008) bahwa asuhan persalinan normal terdapat
60 langkah dimulai dari melihat tanda-tanda persalinan hingga melengkapi
partograf. Tidak ada kesenjangan antara teori dan praktik dalam penanganan
asuhan persalinan normal pada Ny.S .
Pukul 01.25 WIB bayi lahir spontan, menangis kuat, tonus otot kuat,
warna kulit kemerahan, jenis kelamin laki-laki. Hal ini sesuai dengan teori
JNPK-KR (2008) yaitu melakukan penilaian awal bayi baru lahir seperti
apakah menangis kuat dan atau bernapas tanpa kesulitan, warna kulit
kemerahan atau tidak, dan apakah bayi bergerak dengan aktif atau lemas.
Tidak ada kesenjangan antara teori dan praktik.
Setelah tindakan penilaian sepintas kemudian dilakukan Inisiasi Menyusu
Dini (IMD) terhadap bayi Ny.S selama satu jam dan hal tersebut berhasil,
pada kasus Ny.S bayi di simpan dalam Infant warmer masih satu ruangan
dan dalam jangkauan ibu, ibu bisa mengakses bayinya dengan mudah.
Menurut JNPK-KR (2008) Inisiasi Menyusu Dini (IMD) harus dilakukan
selama kurang lebih satu jam untuk mencari puting susu ibu.
2. Kala III
Pada kala III dilakukan penyuntikan oksitosin 10 unit IM di paha
luar ibu. Menurut JNPK-KR (2008) dalam waktu 1 menit setelah bayi
lahir, berikan suntikan oksitosin 10 unit IM di sepertiga paha atas bagian
luar (lakukan aspirasi sebelum menyuntikkan oksitosin). Dilakukan
penjepitan tali pusat 3 cm dari pusat bayi lalu dilakukan penjepitan kedua
pada 2 cm dari penjepitan pertama menggunakan klem, pegang 2 klem
dengan tangan kiri penolong sebagai alas untuk melindungi perut janin,
pakai gunting tali pusat DTT, kemudian potong tali pusat diantara 2 klem.
Hal ini sesuai dengan teori JNPK-KR (2008) . Kemudian menunggu uterus
berkontraksi dan kemudian melakukan penegangan ke arah bawah pada
taIi pusat dengan lembut. Lakukan tekanan yang berlawanan arah pada
bagian bawah uterus dengan cara menekan uterus ke arah atas dan
belakang (dorso kraniaI) dengan hati-hati untuk membantu mencegah
terjadinya inversio uteri, dan kemudian plasenta lahir lengkap. Hal ini
sesuai dengan teori JNPK-KR (2008) bahwa diakukan penegangan dan
dorongan dorso-kranial hingga plasenta terlepas.
Pada Ny.S kala III berlangsung sejak pukul 01.25 WIB sampai
pukul 01.30 WIB plasenta lahir lengkap, dan berjenis Schultz cirinya tidak
terdapat perdarahan sebelum plasenta lahir, setelah plasenta seluruhnya
lahir, darah keluar mengalir. Hal ini tidak sesuai dengan teori JNPK-KR
(2008) mengatakan bahwa waktu pengeluaran plasenta berlangsung
selama 5-30 menit setelah bayi lahir, serta mekanisme schultze itu adalah
pelepasan dimulai dari tengah dimana perdarahan tidak akan terjadi
sebelum lahir dan akan terjadi perdarahan setelah plasenta lahir.
3. Kala IV
Pada kala IV asuhan yang diberikan kepada Ny.S memeriksa
fundus, TTV, perdarahan dan kandung kemih setiap 15 menit sekali pada
jam pertama dan 30 menit sekali pada jam kedua. Menganjurkan ibu untuk
makan dan minum,membiarkan bayi berada dekat ibu, membolehkan ibu
kekamar mandi apabila ibu tidak merasa lemah mengajarkan ibu untuk
memeriksa sendiri kontraksi uterus yang baik. Hal ini sesuai dengan teori
JNPK-KR (2008) pada penanganan kala IV periksa fundus, TTV, kandung
kemih dan perdarahan setiap 15 menit sekali pada jam pertama dan setiap
30 menit sekali pada jam ke dua. Anjurkan ibu untuk minum untuk
mencegah dehidrasi. Tawarkan ibu makanan dan minuman yang disukai
ibu, biarkan bayi berada pada ibu untuk meningkatkan hubungan ibu dan
bayi, jika ibu kekamar mandi ibu dibolehkan bangun dan pastikan ibu
dibantu karena masih dalam keadaan lemah atau pusing setelah persalinan.
Ajarkan ibu atau anggota keluarga tentang bagaimana memeriksa fundus
dan menimbulkan kontraksi. Sehingga asuhan yang diberikan kepada Ny.S
sesuai teori dan tidak ada kesenjangan.
4.3 Nifas
1. 6 Jam Postpartum
Pada 6 jam postpartum pada Ny.S diberikan asuhan pencegahan
perdarahan akibat atonia uteri dengan mengajarkan ibu cara masase fundus
uteri, memberi tahu ibu kondisi uterus yang baik adalah ketika uterus
teraba keras, jika lembek maka kondisi uterus jelek, dan menganjurkan ibu
untuk menyusui bayi nya sedini mungkin karena proses menyusui dapat
merangsang kontraksi uterus. Menganjurkan ibu untuk mobilisasi dan
tidak menahan BAK, karena mobilisasi dan eliminasi termasuk kedalam
kebutuhan dasar nifas. Dari hasil pengkajian Ny. S pada pemeriksaan fisik
tidak terdapat kejanggalan.
Menurut teori (Damai, 2011) kunjungan 1 nifas dilakukan pada 6
jam postpartum bertujuan untuk mencegah perdarahan masa nifas,
pemberian ASI awal, menjaga hubungan ibu dan bayi. Menurut teori
(Damai, 2011)) kadang-kadang ibu mengalami kesulitan untuk
mengosongkan kandung kemihnya karena rasa sakit, memar atau
gangguan pada tonus otot, namun BAK lebih baik dilakukan daripada
terjadi infeksi saluran kemih akibat urin yang tertahan. Menurut teori
(Damai, 2011)) ibu yang melahirkan secara normal disarankan melakukan
mobilisasi 6 jam setelah melahirkan dan 8 jam setelah melahirkan bagi ibu
yang menjalani operasi sesar.
Hal ini sesuai antara teori dan di lapangan, tidak terjadi
kesenjangan mengenai asuhan yang diberikan sesuai dengan waktu
kunjungan.
2. 6 Hari Postpartum
Pada asuhan 6 hari postpartum pada Ny.S dilakukan asuhan yaitu
Memastikan involusi uterus, menganjurkan ibu untuk beristirahat saat bayi
tertidur, menganjurkan ibu untuk mengkonsumsi sayuran dan buah-buahan
serta makanan yang bergizi, memotivasi agar ibu memberikan ASI setiap
2 jam sekali atau on demand (Sesuai Keinginan Bayi), sehingga
pemberian ASI menjadi optimal, menganjurkan ibu untuk mengganti
pembalut apabila dalam 4 jam pembalut sudah penuh atau maksimal 6 jam
ibu harus mengganti pembalut walaupun pembalut belum penuh,
menjelaskan mengenai tanda bahaya post partum seperti demam,
memberikan konseling mengenai merawat bayi sehari hari.
Menurut (Damai, 2011)) kunjungan 6 hari yang bertujuan untuk
memastikan proses involusi berjalan normal, menilai tanda-tanda demam
dan infeksi, memastikan ibu mendapat nutrisi dan istirahat yang cukup,
memastikan ibu menyusui dengan baik dan tidak ada penyuilt, memberi
konseling mengenai asuhan pada bayi seperti perawatan tali pusat,
menjaga bayi tetap hangat dan merawat bayi sehari-hari. Hal ini sesuai
antara teori dan di lapangan, tidak ada kesenjangan mengenai asuhan yang
diberikan sesuai dengan waktu kunjungan.
3. 2 Minggu Postpartum
Menurut (Damai, 2011)) Asuhan nifas minggu kedua yaitu
melanjutkan pemantauan keadaan ibu dari kunjungan sebelumnya. Tujuan
asuhan 2 minggu post partum sama dengan asuhan 6 hari postpartum, yaitu
untuk memastikan keadaan ibu dalam keadaan sehat, involusi uterus
berlangsung dengan normal, dan ibu sudah menyusui lancar. Pada minggu
kedua, ditambahkan memprakarsai penggunaan alat kontrasepsi. Asuhan
yang diberikan pada Ny.S sesuai dengan teori tidak ada kesenjangan.
4. 6 minggu postpartum
Menurut (Damai, 2011)) Asuhan Nifas pada minggu ke enam
merupakan kelanjutan pemantauan keadaan ibu dan bayi dari keadaan
kunjungan sebelumnya. Antara lain menanyakan kepada ibu tentang
penyulit yang dialami ibu atau bayinya dan memberikan konseling KB.
Kajian yang dilakukan pada Ny.S pada saat asuhan nifas 6 minggu
diantaranya melanjutkan pemantauan sebelumnya dan memberikan jenis
kontrasepsi 3 bulan. Sehingga hal ini terjadi kesenjangan dengan teori.
4.4 Bayi Baru Lahir
1. Perawatan Bayi Baru Lahir
Pada asuhan neonatal 0 jam bayi Ny. R dilakukan asuhan bayi baru
lahir seperti melakukan pemeriksaan fisik berupa kondisi bayi
didapatkan hasil pemeriksaan bayi dalam keadaan baik, tidak terdapat
tanda-tanda bahaya pada bayi, bayi menyusu dengan kurang baik karena
masih bingung puting, bayi Ny.S sudah dilakukan IMD, 1 jam
berikutnya diberikan Vit K dan salep mata.
Menurut teori (Dwienda, 2015)asuhan pada bayi segera setelah
lahir dilakukan pembersihan jalan nafas, pembersihan badan bayi, dan
perawatan tali pusat, dilakukan IMD, Bayi ditempatkan diatas tempat
tidur yang hangat, pemeriksaan fisik, pemberian vit K dan salep mata.
Sehingga asuhan yang dilakukan sesuai teori dan tidak ada kesenjangan.
BAB V
PENUTUP

5.1 SIMPULAN
Dari uraian dan pembahasan Asuhan Kebidanan Komprehensif kepada
Ny.S di PMB Bidan Renny Indah Sari Amd.Keb pada bulan September 2019,
maka dapat disimpulkan bahwa :
1. Mampu melakukan pengumpulan data dasar yang diperoleh melalui
pengumpulan data subjektif dan objektif pada masa antenatal, intranatal,
postnatal, dan neonatal Ny.S.
2. Mampu menginterpretasikan data dasar dengan tepat untuk menentukan
diagnosa, masalah dan kebutuhan berdasarkan data yang telah dikumpulkan
pada masa antenatal, intranatal, postnatal, dan neonatal Ny.S.
3. Mampu menentukaan diagnosa dan masalah potensial yang mungkin
timbul agar dapat dilakukan antisipasi penanganannya pada masa antenatal,
intranatal, postnatal, dan neonatal Ny.S.
4. Mampu menetapkan kebutuhan untuk dilakukan tindakan segera sesuai
dengan kondisi pada masa antenatal, intranatal, postnatal, dan neonatal
Ny.S.
5. Mampu menyusun rencana asuhan yang tepat dan rasional sesuai dengan
kebutuhan pada masa antenatal, intranatal, postnatal, dan neonatal Ny.S.
6. Mampu melakukan asuhan yang telah direncanakan pada masa antenatal,
intranatal, postnatal, dan neonatal Ny.S.
7. Mampu melakukan evaluasi asuhan yang telah diberikan pada masa
antenatal, intranatal, postnatal, dan neonatal Ny.S.

5.2 SARAN
1. Bagi Mahasiswa
Diharapkan agar mahasiswa lebih teliti, terampil dan tanggap dalam
melakukan tindakan dan upayanya. Mahasiswa diharapkan dapat
menerapkan ilmu yang telah didapat kedalam situasi yang nyata (praktik)
dan memberikan asuhan menejemen kebidanan yang sesuai dengan teori.
2. Bagi Lahan Praktik
Tenaga kesehatan dan pasien serta keluarga pasien harus terbina hubungan
yang baik, agar dalam pelaksanaan asuhan kebidanan dapat berhasil sesuai
yang diharapkan perlunya peningkatan kualitas dalam pelaksanaan asuhan
kebidanan kehamilan, persalinan, masa nifas dan bayi beru lahir. Agar dapat
mengatasi masalah yang terjadi pada pelayanan kebidanan sesuai dengan
kewenangan.
3. Bagi Klien
Menganjurkan agar ibu tetap memberi ASI eksklusif pada bayinya selama
6 bulan. Menganjurkan ibu untuk memakan makanan bergizi seimbang,
banyak beristirahat dan menjaga kebersihan diri serta bayinya.
Menganjurkan ibu untuk selalu tepat waktu mengenai imunisasi bayinya.

Anda mungkin juga menyukai