KELOMPOK 3
DISUSUN OLEH :
Adela Febianti Kusma P27820317045
M Zidni ilman Nafia P27820317048
Muhammad Hidayatur R P27820317050
Ovia Devi Eka P P27820317060
Shakila Putri Ayuliana P27820317068
Saphira Melati Puspa P27820317079
(TINGKAT 2 REGULER B)
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena dengan rahmat,
karunia, serta taufik dan hidayah-Nya lah kami dapat menyelesaikan makalah tentang
kebersihan lingkungan yang berkaitan dengan konsep kebersihan lingkungan.
Dan juga kami berterima kasih pada bapak Yohanes K.Windi, Spd,M.Kes.MPH
selaku Dosen mata kuliah Promosi Keperawatan yang telah memberikan tugas ini kepada
kami.
Makalah ini di susun agar pembaca dapat memperluas ilmu tentang “sejarah
pendidikan dan promosi kesehatan indonesia”, yang kami sajikan berdasarkan pengamatan
dari berbagai sumber. Makalah ini di susun oleh penyusun dengan berbagai rintangan, baik
itu yang datang dari diri penyusun maupun yang datang dari luar. Namun dengan penuh
kesabaran dan terutama pertolongan dari Tuhan Yang Maha Esa akhirnya makalah ini dapat
terselesaikan.
Semoga makalah ini dapat memberikan pengetahuan yang lebih luas kepada pembaca.
Walaupun makalah ini memiliki kekurangan. Sebelumnya kami memohon maaf apabila
terdapat kesalahan kata-kata yang yang kurang berkenan dan kami memohon kritik dan saran
yang membangun demi perbaikan di makalah kami selanjutnya.
(Penulis)
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR............................................................................................................................i
DAFTAR ISI.........................................................................................................................................ii
BAB I....................................................................................................................................................1
PENDAHULUAN.................................................................................................................................1
1.3 Tujuan....................................................................................................................................2
- Umum....................................................................................................................................2
- Khusus...................................................................................................................................2
BAB II...................................................................................................................................................3
LATAR BELAKANG...........................................................................................................................3
2.5 Sasaran...................................................................................................................................7
BAB III................................................................................................................................................11
PEMBAHASAN.................................................................................................................................11
BAB IV...............................................................................................................................................19
PENUTUP...........................................................................................................................................19
4.1 Kesimpulan..........................................................................................................................19
4.2 Saran....................................................................................................................................19
DAFTAR PUSTAKA..........................................................................................................................20
BAB I
PENDAHULUAN
Dalam konstitusi Organisasi Kesehatan Dunia tahun 1948 disepakati antara lain
bahwa diperolehnya derajat kesehatan yang setınggi-tingginya adalah hak yang
fundamental bagi setiap orang tanpa membedakan ras, agama, politik yang dianut dan
tingkat sosial ekonominya. Diperlukan adanya reformasi di bidang kesehatan untuk
mengatasi ketimpangan hasil pembangunan kesehatan antar daerah dan antar golongan,
derajat kesehatan yang masih tetinggal dibandingkan dengan negara-negara tetangga
dan kurangnya kemandirian dalam pembangunan kesehatan. Reformasi di bidang
kesehatan perlu dilakukan mengingat lima fenomena yug berpengaruh terhadap
pembangunan keseharan. Pertama, perubahan pada dinamika kependudukan. Kedua,
temuan-temuan ilmu dan teknologi kedokteran. Ketiga, Tantangan global scbagai
akibat dari kebijakan perdagangan bebas, revolusi informasi, telekomunikasi dan
transportasi. Keempat, perubahan lingkungan. Kelima, demokratisasi.
- Umum
Untuk mengetahui sejarah pendidikan dan promosi kesehatan di Indonesia
- Khusus
Untuk memenuhi tugas mata kuliah Promosi kesehatan.
BAB II
LATAR BELAKANG
Advokasi adalah kegiatan untuk meyakinkan orang lain agar orang lain
tersebut membantu atau mendukung terhadap apa yang diinginkan. Dalam konteks
promosi kesehatan, advokasi adalah pendekatan kepada para pembuat keputusan
atau penentu kebijakan di berbagai sektor, dan di berbagai tingkat, sehingga para
pejabat tersebut mau mendukung program kesehatan yang kita inginkan.
Dukungan dari para pejabat pembuat keputusan tersebut dapat berupa
kebijakan-kebijakan yang dikeluarkan dalam bentuk undang-undang, peraturan
pemerintah, surat keputusan, surat instruksi, dan sebagainya.
2. Dukungan Sosial
2. Demonstrasi
Kerugian demonstrasi : tidak dapat dilihat oleh sasaran apabila alat yang
digunakan terlalu kecil atau penempatannya kurang pada tempatnya, uraian
atau.penjelasan yang disampaikan kurang jelas, waktu yang disediakan terbatas
sehingga sasaran tidak dapat diikutsertakan.
3. Praktik
Praktik adalah cara untuk melihat tindakan yang dilakukan seseorang apakah
sudah sesuai dengan yang diinstruksikan. Untuk mengetahui ketrampilan murid dalam
menyikat gigi yang baik dan benar dilakukan praktik menyikat gigi secara bersama-
sama.
Metode dan teknik promosi kesehatan adalah suatu kombinasi antara cara-cara
atau metode dan alat bantu atau media yang digunakan dalam setiap pelaksanaan
promosi kesehatan. Berdasarkan sasarannya, metode dan teknik promosi kesehatan
dibagi menjadi 3 yaitu:
Metode ini digunakan jika antara promotor kesehatan dan sasaran atau kliennya
dapat berkomunikasi langsung, baik bertatap muka face to face maupun melalui
sarana komunikasi lainnya, misalnya konseling.
Metode dan teknik promosi kesehatan yang sering digunakan untuk massal adalah
:
b. Penggunaan media massa elektronik, seperti radio dan televisi dengan bentuk
talkshow, dialog interaktif, dan simulasi.
c. Penggunaan media cetak, seperti koran, majalah, buku, leaflet, poster, dan
sebagainya. Bentuk sajian dalam media cetak juga bermacam-macam, antara
lain artikel, tanya jawab, komik, dan sebagainya.
a. Sistem nilai dan norma-norma sosial serta norma-norma hukum yang dapat
diciptakan/dikembangkan oleh para pemuka masyarakat, baik pemuka informal
maupun pemuka formal.
d. Sumber daya dan atau sarana yang diperlukan bagi terciptanya PHBS, yang
dapat diupayakan atau dibantu penyediaannya oleh mereka yang bertanggung
jawab dan berkepentingan (stakeholders), khususnya perangkat pemerintahan
dan dunia usaha.
2. Sasaran Sekunder
3. Sasaran Tersier
Sasaran tersier adalah para pembuat kebijakan publik yang berupa peraturan
perundang-undangan di bidang kesehatan dan bidang-bidang lain yang berkaitan
serta mereka yang dapat memfasilitasi atau menyediakan sumber daya. Mereka
diharapkan turut serta dalam upaya meningkatkan PHBS pasien, individu sehat
dan keluarga (rumah tangga) dengan cara:
b. Membantu menyediakan sumber daya (dana, sarana dan lain-lain) yang dapat
mempercepat terciptanya PHBS di kalangan pasien, individu sehat dan
keluarga (rumah tangga) pada khususnya serta masyarakat luas pada
umumnya.
f. Mengalihkan subsidi pemerintah pada bidang kuratif dan rehabilitatif pada bagian
promitif dan preventif.
h. Menciptakan SDM yang baik, karena sehat merupakan awal tiap individu untuk
beraktivitas (belajar, bekerja, dan berkreasi).
Khusus konvesi yang membahas tentang Promosi Kesehatan di mulai dari Konvesi
Promosi Kesehatan di Ottawa, Kanada dengan melahirkan The Ottawa Charter tahun
1986 sampai Konvesi Promosi Kesehatan yang dilaksanakan di Jakarta tahun 1997
dengan melahirkan The Jakrata Declaration. Selanjutnya perkembangan Promosi
Kesehatan di Indonesia adalah seperti berikut :
Pada priode ini mulai perhatiannya kepada masyarakat. Saat itu juga
dimulainya peningkatan profesional tenaga melalui program Health Educational
Service (HES). Tetapi intervensi program masih banyak yang bersifat individual
walau sudah mulai aktif ke masyarakat. Sasaran program adalah perubahan
pengetahuan masyarakat tentang kesehatan.
PEMBAHASAN
Pada tahun 1924 oleh pemerintah belanda dibentuk dinas hygiene. Kegistan
pertamanya berupa pemberantasan cacing tambang di daerah banten. Lambat laun
pemberantasan cacing tambang tumbuh menjadi apa yang dinamakan “Medisch
Hygienesche Propaganda”. Propaganda ini kemudian meluas pada penyakit perut
lainya, bahkan melangkah pula dengan penyuluhan di sekolah sekolah dan
pengobatan kepada anak anak sekolah yang sakit. Timbullah gerakan, untuk
mendirikan ”brigade sekolah” dimana mana. Hanya saja gerakan ini tidak lama
usianya.
Baru pada tahun 1933 dapat dimulai organisasi hygiene tersendiri, dalam
bentuk percontohan dinas kesehatan kabupaten di purwoketo. Dinas ini terpisah
dari dinas kuratif tetapi dalam pelaksanaannya bekerjasama erat.
Apa yang telah dirilis oleh Hydrick tersebut kemudian ternyata dilanjutkan
oleh pemeritah (Belanda). Perhatian pemerintah Belanda terhadap usaha preventif
dilaksanakan melalui berbagai kegiatan, tindakan dan peraturan (perundang-
undangan). Motto yang berbunyi “Prevention is better than cure” diwujudkan
dalam berbagai kegiatan antara lain :
Dalam periode revolusi fisik itu (agustus 1945-desember 1949), masih ada dua
system pemerintah, yaitu belanda yang berpusat dijakarta,dan republic Indonesia
yang berpusat di Yogyakarta. Dengan demikian, selama 8 tahun (1942-1949)
Indonesia mengalami masa yang sangat memprihatinkan. Banyak fasilitas
kesehatan yang rusak, bahkan para petugas kesehatanpun meninggalkan posnya
untuk turut bergabung dengan para gerilyawan. Obat-obatan didaerah Republik
juga sulit.
a. Pasal 1, menyatakan bahwa tiap tiap warga negara berhak memperoleh derajat
kesehatan setinggi-tingginya dan perlu diikuti sertakan dalam usaha-usaha
Kesehatan Pemerintah
3.3 Era PKMD, Posyandu dan Penyuluhan Kesehatan melalui media Eektronik
Usulan itu diterima oleh pimpinan Depkes (Menteri Kesehatan waktu itu Prof.
Dr. Suyudi).Kunjungan Dr.Kickbush itu ditindak lanjuti dengan kunjungan
pejabat Health Promotion WHO Geneva lainnya, yaitu Dr.Desmond O Byrne,
sampai beberapa kali, untuk mematangkan persiapan konferensi Jakarta.Sejak itu
khususnya Pusat Penyuluhan Kesehatan Depkes berupaya mengembangkan
konsep promosi kesehatan tersebut serta aplikasinya di Indonesia.Sebagai tuan
rumah konferensi internasional tentang promosi kesehatan, seharusnyalah kita
sendiri mempunyai kesamaan pemahaman tentang konsep dan prinsip-prinsipnya
serta dapat mengembangkannya paling tidak di beberapa daerah sebagai
percontohan.Dengan demikian penggunaa istilah promosi kesehatan di Indonesia
tersebut dipacu oleh perkembangan dunia internasional.
Konferensi ini bertema: ""New players for a new era: Leading Health
Promotion into the 21st century" dan menghasilkan Deklarasi Jakarta, yang diberi
nama "The Jakarta Declaration on Health Promotion into the 2st Century".
Selanjutnya Deklarasi Jakarta ini memuat berbagai hal, antara lain sebagai
berikut :
Untuk mengantisipasi hal ini Departemen Kesehatan dalam hal ini Promosi
Kesehatan menyelenggarakan pertemuan dengan Bupati dan Walikota seluruh
Indonesia pada bulan Juli 2000 yang menyepakati tentang perlunya perhatian
Daerah secara lebih sungguh-sungguh lerhadap program kesehatan, kelembagaan,
ketenagaan serta anggaran yang mendukungnya. Berbagai pertemuan khusus
untuk menjelaskan dan mendiskusikan tentang Paradigma Sehat dan Visi
Indonesia sehat 2010 juga diselenggarakan kepada partai-partai politik dan
anggota DPR kkhususnya komisi yang mengurusi bidang kesehatan.
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
4.2 Saran
Dalam melakukan pendidikan dan promosi kesehatan harus menjaga hubungan
dengan klien, agar apa yang disampaikan dapat diterima dan diterapkan oleh
masyarakat dan dapat menentukan keputusan untuk dirinya sendiri.
DAFTAR PUSTAKA
McKenzie, J., Neiger, B., Thackeray, R. (2009). Health Education and Health Promotion.
Planning, Implementing, & Evaluating Health Promotion Programs. (pp. 3-4). 5th edition.
San Francisco, CA: Pearson Education, Inc.
O'Donnell, Michael, MBA, MPH. "Definition of Health Promotion: Part III: Expanding the
Definition." American Journal of Health Promotion. Winter 1989, Vol. 3, No. 3 p. 5.
Soekidjo Notoatmodjo, 2005, Promosi Kesehatan, Teori dan Aplikasi, PT. Rineka Cipta,
Jakarta.