Anda di halaman 1dari 24

MAKALAH PROMOSI KESEHATAN

SEJARAH PENDIDIKAN DAN PROMOSI KESEHATAN INDONESIA

Dosen : Yohanes K.Windi, Spd,M.Kes.MPH

KELOMPOK 3

DISUSUN OLEH :
Adela Febianti Kusma P27820317045
M Zidni ilman Nafia P27820317048
Muhammad Hidayatur R P27820317050
Ovia Devi Eka P P27820317060
Shakila Putri Ayuliana P27820317068
Saphira Melati Puspa P27820317079

(TINGKAT 2 REGULER B)

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES SURABAYA


PRODI DIII KEPERAWATAN KAMPUS SUTOPO
2018/2019
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena dengan rahmat,
karunia, serta taufik dan hidayah-Nya lah kami dapat menyelesaikan makalah tentang
kebersihan lingkungan yang berkaitan dengan konsep kebersihan lingkungan.
Dan juga kami berterima kasih pada bapak Yohanes K.Windi, Spd,M.Kes.MPH
selaku Dosen mata kuliah Promosi Keperawatan yang telah memberikan tugas ini kepada
kami.
Makalah ini di susun agar pembaca dapat memperluas ilmu tentang “sejarah
pendidikan dan promosi kesehatan indonesia”, yang kami sajikan berdasarkan pengamatan
dari berbagai sumber. Makalah ini di susun oleh penyusun dengan berbagai rintangan, baik
itu yang datang dari diri penyusun maupun yang datang dari luar. Namun dengan penuh
kesabaran dan terutama pertolongan dari Tuhan Yang Maha Esa akhirnya makalah ini dapat
terselesaikan.
Semoga makalah ini dapat memberikan pengetahuan yang lebih luas kepada pembaca.
Walaupun makalah ini memiliki kekurangan. Sebelumnya kami memohon maaf apabila
terdapat kesalahan kata-kata yang yang kurang berkenan dan kami memohon kritik dan saran
yang membangun demi perbaikan di makalah kami selanjutnya.

Surabaya, 5 Februari 2019

(Penulis)
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR............................................................................................................................i

DAFTAR ISI.........................................................................................................................................ii

BAB I....................................................................................................................................................1

PENDAHULUAN.................................................................................................................................1

1.1 Latar Belakang.......................................................................................................................1

1.2 Rumusan Masalah..................................................................................................................1

1.3 Tujuan....................................................................................................................................2

- Umum....................................................................................................................................2

- Khusus...................................................................................................................................2

BAB II...................................................................................................................................................3

LATAR BELAKANG...........................................................................................................................3

2.2 Definisi Promosi kesehatan....................................................................................................3

2.3 Strategi promosi kesehatan....................................................................................................3

2.4 Metode dan teknik promosi kesehatan...................................................................................5

2.5 Sasaran...................................................................................................................................7

2.6 Peran Promosi kesehatan.......................................................................................................8

2.7 Perkembangan Konsep Dasar Promosi Kesehatan.................................................................8

BAB III................................................................................................................................................11

PEMBAHASAN.................................................................................................................................11

3.1 Era Propaganda dan Pendidikan Kesehatan Rakyat.............................................................11

3.1.1 Masa Penjajahan..........................................................................................................11

3.1.2 Masa Pendudukan Jepan dan Awal Kemerdekaan.......................................................12

3.2 Era Pendidikan dan Penyuluhan Kesehatan.........................................................................13

3.2.1 Istilah Pendidikan Kesehatan dan UU Kesehatan 1960................................................13

3.2.2 Penetapan hari Kesehatan Nasional.............................................................................14


3.3 Era PKMD, Posyandu dan Penyuluhan Kesehatan melalui media Eektronik......................15

3.3.1 Peran Serta dan Pemberdayaan Masyarakat Bidang Kesehatan...................................15

3.3.2 Munculnya PKMD.......................................................................................................15

3.3.3 PKMD dan Deklarasi Alma Ata...................................................................................15

3.4 Era Promosi Kesehatan........................................................................................................15

3.4.1 Munculnya Istilah Promosi Kesehatan.........................................................................15

3.4.2 Konferensi Internasional Health Promotion IV dan Deklarasi Jakarta.........................16

3.4.3 Era Paradigma Sehat: Visi dan Misi Promosi Kesehatan.............................................17

3.4.4 Promosi Kesehatan di Era Reformasi Dan Desentralisasi............................................18

BAB IV...............................................................................................................................................19

PENUTUP...........................................................................................................................................19

4.1 Kesimpulan..........................................................................................................................19

4.2 Saran....................................................................................................................................19

DAFTAR PUSTAKA..........................................................................................................................20
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Pendidikan kesehatan yang dikenal dengan promosi kesehatan adalah suatu
pendekatan untuk meningkatkan kemauan (Willingness) dan kemampuan (ability)
masyarakat untuk memelihara dan meningkakan kesehatan. Tujuan promosi kesehatan
bukan sekedar meyampaikan pesan-pesan atau informasi-informasi kesehatan agar
masyarakat mengetahui dan berperilaku hidup sehat,tetapi juga bagaimana mampu
memelihara dan meningkatkan kesehatannya.

Upaya memecahkan masalah kesehatan ditujukan atau diarahkan kepada faktor


perilaku dan faktor non perilaku (lingkungan dan pelayanan). Pendekata terhadap faktor
perilaku adalah promosi atau pendidikan kesehatan. Sedangkan, Pendekatan terhadap
faktor non perilaku adalah dengan perbaikan lingkungan fisik dan peningkatan
lingkungan Sosial Budaya, serta peningkatan pelayanan kesehatan.

Paradigma pembangunan kesehatan yang baru yaitu Paradigma Sehat. Paradigma


sehat merupakan upaya untuk lebih meningkatkan kesehatan masyarakat yang proaktif.
Paradigma sehat sebagai model pembungunan keseludan yung dalam junku punung
diharapkau mampukung masyarnknt kmandiri dalam menjapa kesehman melalui
kesadaran vang lcbih tinggi pada kesinambungan kesehatan yang berfungsi promotif
dan preventif.

Dalam konstitusi Organisasi Kesehatan Dunia tahun 1948 disepakati antara lain
bahwa diperolehnya derajat kesehatan yang setınggi-tingginya adalah hak yang
fundamental bagi setiap orang tanpa membedakan ras, agama, politik yang dianut dan
tingkat sosial ekonominya. Diperlukan adanya reformasi di bidang kesehatan untuk
mengatasi ketimpangan hasil pembangunan kesehatan antar daerah dan antar golongan,
derajat kesehatan yang masih tetinggal dibandingkan dengan negara-negara tetangga
dan kurangnya kemandirian dalam pembangunan kesehatan. Reformasi di bidang
kesehatan perlu dilakukan mengingat lima fenomena yug berpengaruh terhadap
pembangunan keseharan. Pertama, perubahan pada dinamika kependudukan. Kedua,
temuan-temuan ilmu dan teknologi kedokteran. Ketiga, Tantangan global scbagai
akibat dari kebijakan perdagangan bebas, revolusi informasi, telekomunikasi dan
transportasi. Keempat, perubahan lingkungan. Kelima, demokratisasi.

1.2 Rumusan Masalah


1. Bagaimana Sejarah Pendidikan dan Promosi Kesehatan di Indonesia?
1.3 Tujuan

- Umum
Untuk mengetahui sejarah pendidikan dan promosi kesehatan di Indonesia

- Khusus
Untuk memenuhi tugas mata kuliah Promosi kesehatan.
BAB II

LATAR BELAKANG

2.1 Definisi Pendidikan Kesehatan

Pendidikan kesehatan adalah profesi yang mendidik masyarakat tentang kesehatan.


Wilayah di dalam profesi ini meliputi kesehatan lingkungan, kesehatan fisik, kesehatan
sosial, kesehatan emosional, kesehatan intelektual, dan kesehatan rohani. Hal ini dapat
didefinisikan sebagai prinsip dengan mana individu dan kelompok orang belajar untuk
berperilaku dengan cara yang kondusif untuk promosi, pemeliharaan, atau restorasi
kesehatan. Namun, karena ada beberapa definisi dari kesehatan, ada juga beberapa
definisi pendidikan kesehatan. Komite Bersama Pendidikan Kesehatan dan Promosi
Terminologi Tahun 2001 mendefinisikan Pendidikan Kesehatan sebagai "kombinasi
dari pengalaman belajar yang direncanakan berdasarkan teori suara yang memberikan
individu, kelompok, dan masyarakat kesempatan untuk memperoleh informasi dan
keterampilan yang dibutuhkan untuk membuat keputusan kesehatan yang berkualitas."

Organisasi Kesehatan Dunia mendefinisikan Pendidikan Kesehatan sebagai "yang


terdiri dari peluang sadar yang dibangun untuk pembelajaran yang melibatkan beberapa
bentuk komunikasi yang dirancang untuk meningkatkan melek kesehatan, termasuk
meningkatkan pengetahuan, dan mengembangkan keterampilan hidup yang kondusif
untuk kesehatan individu dan masyarakat.

2.2 Definisi Promosi kesehatan


Promosi kesehatan adalah ilmu dan seni membantu masyarakat menjadikan gaya
hidup mereka sehat optimal. Kesehatan yang optimal didefinisikan sebagai
keseimbangan kesehatan fisik, emosi, sosial, spiritual, dan intelektual. Ini bukan
sekadar pengubahan gaya hidup saja, namun berkairan dengan pengubahan lingkungan
yang diharapkan dapat lebih mendukung dalam membuat keputusan yang sehat

2.3 Strategi promosi kesehatan


1. Advokasi

Advokasi adalah kegiatan untuk meyakinkan orang lain agar orang lain
tersebut membantu atau mendukung terhadap apa yang diinginkan. Dalam konteks
promosi kesehatan, advokasi adalah pendekatan kepada para pembuat keputusan
atau penentu kebijakan di berbagai sektor, dan di berbagai tingkat, sehingga para
pejabat tersebut mau mendukung program kesehatan yang kita inginkan.
Dukungan dari para pejabat pembuat keputusan tersebut dapat berupa
kebijakan-kebijakan yang dikeluarkan dalam bentuk undang-undang, peraturan
pemerintah, surat keputusan, surat instruksi, dan sebagainya.

Kegiatan advokasi ini ada bermacam-macam bentuk, baik secara formal


maupun informal. Secara formal misalnya, penyajian atau presentasi dan seminar
tentang issu atau usulan program yang ingin dimintakan dukungan dari para
pejabat yang terkait. Kegiatan advokasi informal misalnya bertemu pejabat yang
relevan dengan program yang diusulkan, untuk secara informal minta dukungan,
baik dalam bentuk kebijakan, atau mungkin dalam bentuk dana atau fasilitas lain.

2. Dukungan Sosial

Dukungan Sosial adalah kegiatan untuk mencari dukungan sosial melalui


tokoh masyarakat, baik tokoh masyarakat formal maupun informal. Tujuan
kegiatan ini adalah agar para tokoh masyarakat adalah sebagai jembatan antara
pelaksana program kesehatan dengan masyarakat atau penerima program
kesehatan.

Dengan kegiatan mencari dukungan sosial melalui tokoh masyarakat pada


dasarnya adalah mensosialisasikan program-program kesehatan, agar masyarakat
mau menerima dan mau berpartisipasi terhadap program kesehatan tersebut.

3. Pemberdayaan Masyarakat (Empowerment)

Pemberdayaan adalah strategi promosi kesehatan yang ditujukan kepada


masyarakat langsung. Tujuan pemberdayaan masyarakat adalah mewujudkan
kemampuan masyarakat dalam memelihara dan meningkatkan kesehatan mereka
sendiri.

Bentuk kegiatan pemberdayaan ini dapat diwujudkan dengan berbagai


kegiatan, antara lain : penyuluhan kesehatan, pelatihan masyarakat, dan pelatihan
peningkatan pendapatan keluarga. Dengan meningkatnya kemampuan ekonomi
keluarga maka akan berdampak terhadap kemampuan dalam pemeliharaan
kesehatan mereka.

2.4 Metode dan teknik promosi kesehatan


1. Ceramah
Ceramah merupakan suatu cara dalam menerangkan dan menjelaskan suatu
ide, pengertian atau pesan secara lisan kepada sekelompok sasaran disertai tanya
jawab sehingga memperoleh informasi tentang kesehatan.

Ciri-ciri ceramah : Ada sekelompok sasaran yang telah dipersiapkan


sebelumnya, ada ide, pengertian dan pesan tentang kesehatan yang akan
disampaikan, tidak adanya kesempatan bertanya bagi sasaran, bila ada jumlahnya
sangat dibatasi dan menggunakan alat peraga untuk mempermudah pengertian.

Keuntungan metode ceramah : murah dan mudah menggunakannya, waktu


yang diperlukan dapat dikendalikan oleh penyuluh, dapat diterima oleh sasaran
yang tidak dapat membaca dan menulis, penyuluh dapat menjelaskan dengan
menekankan bagian yang penting.

Kerugian metode ceramah : tidak dapat memberikan kesempatan kepada


sasaran untuk berpartisipasi secara proaktif sasaran bersifat pasif, cepat
membosankan jika ceramah yang disampaikan kurang menarik sasaran, pesan yang
disampaikan mudah untuk dilupakan oleh sasaran, sering menimbulkan pengertian
lain apabila sasaran kurang memperhatikan.

2. Demonstrasi

Demonstrasi adalah suatu cara untuk menujukkan pengertian, ide, dan


prosedur tentang sesuatu hal yang telah dipersiapkan dengan teliti untuk
memperlihatkan bagaimana cara melaksanakan suatu tindakan, adegan dengan
menggunakan alat peraga. Metode ini dipergunakan pada kelompok yang tidak terlalu
besar jumlahnya.

Ciri-ciri demonstrasi : memperlihatkan pada kelompok bagaimana prosedur


untuk membuat sesuatu, dapat meyakinkan peserta bahwa mereka dapat
melakukannya dan dapat meningkatkan minat sasaran untuk belajar.

Keuntungan demonstrasi : kegiatan ini dapat memberikan suatu keterampilan


tertentu kepada kelompok sasaran, dapat memudahkan berbagai jenis penjelasan
karena penggunaan bahasa yang lebih terbatas, membantu sasaran untuk memahami
dengan jelas jalannya suatu proses prosedur yang dilakukan.

Kerugian demonstrasi : tidak dapat dilihat oleh sasaran apabila alat yang
digunakan terlalu kecil atau penempatannya kurang pada tempatnya, uraian
atau.penjelasan yang disampaikan kurang jelas, waktu yang disediakan terbatas
sehingga sasaran tidak dapat diikutsertakan.

3. Praktik

Praktik adalah cara untuk melihat tindakan yang dilakukan seseorang apakah
sudah sesuai dengan yang diinstruksikan. Untuk mengetahui ketrampilan murid dalam
menyikat gigi yang baik dan benar dilakukan praktik menyikat gigi secara bersama-
sama.

Metode dan teknik promosi kesehatan adalah suatu kombinasi antara cara-cara
atau metode dan alat bantu atau media yang digunakan dalam setiap pelaksanaan
promosi kesehatan. Berdasarkan sasarannya, metode dan teknik promosi kesehatan
dibagi menjadi 3 yaitu:

1. Metode Promosi Kesehatan Individual

Metode ini digunakan jika antara promotor kesehatan dan sasaran atau kliennya
dapat berkomunikasi langsung, baik bertatap muka face to face maupun melalui
sarana komunikasi lainnya, misalnya konseling.

2. Metode Promosi Kesehatan Kelompok

Metode promosi kesehatan kelompok digunakan untuk sasaran kelompok. Metode


ini dibedakan menjadi 2 yaitu :

a. Metode dan teknik promosi kesehatan untuk kelompok kecil, misalnya :


diskusi kelompok, bermain peran role play, dan sebagainya. Untuk
mengaktifkan metode ini perlu dibantu dengan alat bantu atau media, misalnya
lembar balik flip chart, alat peraga, slide, dan sebagainya.

b. Metode dan teknik promosi kesehatan untuk kelompok besar, misalnya


metode ceramah yang diikuti atau tanpa diikuti dengan tanya jawab seminar,
loka karya, dan sebagainya. Untuk memperkuat metode ini perlu dibantu
dengan alat bantu misalnya, overhead projector, slide projector, film, sound
system, dan sebagainya.

3. Metode Promosi Kesehatan Massal

Metode dan teknik promosi kesehatan yang sering digunakan untuk massal adalah
:

a. Ceramah umum public speaking, misalnya di lapangan terbuka dan tempat-


tempat umum public place.

b. Penggunaan media massa elektronik, seperti radio dan televisi dengan bentuk
talkshow, dialog interaktif, dan simulasi.

c. Penggunaan media cetak, seperti koran, majalah, buku, leaflet, poster, dan
sebagainya. Bentuk sajian dalam media cetak juga bermacam-macam, antara
lain artikel, tanya jawab, komik, dan sebagainya.

d. Penggunaan media luar ruang, misalnya billboard, spanduk, umbul-umbul dan


sebagainya. Notoatmodjo, 2005.
2.5 Sasaran
1. Sasaran Primer

Sasaran primer (utama) upaya promosi kesehatan sesungguhnya adalah pasien,


individu sehat dan keluarga (rumah tangga) sebagai komponen dari masyarakat.
Mereka ini diharapkan mengubah perilaku hidup mereka yang tidak bersih dan
tidak sehat menjadi perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS). Akan tetapi disadari
bahwa mengubah perilaku bukanlah sesuatu yang mudah. Perubahan perilaku
pasien, individu sehat dan keluarga (rumah tangga) akan sulit dicapai jika tidak
didukung oleh:

a. Sistem nilai dan norma-norma sosial serta norma-norma hukum yang dapat
diciptakan/dikembangkan oleh para pemuka masyarakat, baik pemuka informal
maupun pemuka formal.

b. Keteladanan dari para pemuka masyarakat, baik pemuka informal maupun


pemuka formal, dalam mempraktikkan PHBS.

c. Suasana lingkungan sosial yang kondusif (social pressure) dari kelompok-


kelompok masyarakat dan pendapat umum (public opinion).

d. Sumber daya dan atau sarana yang diperlukan bagi terciptanya PHBS, yang
dapat diupayakan atau dibantu penyediaannya oleh mereka yang bertanggung
jawab dan berkepentingan (stakeholders), khususnya perangkat pemerintahan
dan dunia usaha.

2. Sasaran Sekunder

Sasaran sekunder adalah para pemuka masyarakat, baik pemuka informal


(misalnya pemuka adat, pemuka agama dan lain-lain) maupun pemuka formal
(misalnya petugas kesehatan, pejabat pemerintahan dan lain-lain), organisasi
kemasyarakatan dan media massa. Mereka diharapkan dapat turut serta dalam
upaya meningkatkan PHBS pasien, individu sehat dan keluarga (rumah tangga)
dengan cara:

a. Berperan sebagai panutan dalam mempraktikkan PHBS.

b. Turut menyebarluaskan informasi tentang PHBS dan menciptakan suasana


yang kondusif bagi PHBS.

c. Berperan sebagai kelompok penekan (pressure group) guna mempercepat


terbentuknya PHBS.

3. Sasaran Tersier

Sasaran tersier adalah para pembuat kebijakan publik yang berupa peraturan
perundang-undangan di bidang kesehatan dan bidang-bidang lain yang berkaitan
serta mereka yang dapat memfasilitasi atau menyediakan sumber daya. Mereka
diharapkan turut serta dalam upaya meningkatkan PHBS pasien, individu sehat
dan keluarga (rumah tangga) dengan cara:

a. Memberlakukan kebijakan/peraturan perundang - undangan yang tidak


merugikan kesehatan masyarakat dan bahkan mendukung terciptanya PHBS
dan kesehatan masyarakat.

b. Membantu menyediakan sumber daya (dana, sarana dan lain-lain) yang dapat
mempercepat terciptanya PHBS di kalangan pasien, individu sehat dan
keluarga (rumah tangga) pada khususnya serta masyarakat luas pada
umumnya.

2.6 Peran Promosi kesehatan


a. Menjaga dan mendukung hak asasi masyarakat untuk hidup sehat.

b. Landasan awal untuk mencapai visi Indonesia Sehat 2010.

c. Meningkatkan derajat kesehatan masyarakat Indonesia, termasuk menurunkan


angka kematian, meningkatkan sikap/ perilaku hidup sehat masyarakat melalui
program-program pelayanan kesaehatan.

d. Meningkatkan kesadaran masyarakat akan pentingnya kesehatan.

e. Meningkatkan kewaspadaan masyarakat terhadap penyakit termasuk pencegahan


(tindakan preventif) terhadap ancaman penyakit baru.

f. Mengalihkan subsidi pemerintah pada bidang kuratif dan rehabilitatif pada bagian
promitif dan preventif.

g. Menambah wawasan masyarakat melalui penyuluhan, pendidikan, pelatihan.

h. Menciptakan SDM yang baik, karena sehat merupakan awal tiap individu untuk
beraktivitas (belajar, bekerja, dan berkreasi).

2.7 Perkembangan Konsep Dasar Promosi Kesehatan


Perkembangan Promosi Kesehatan tidak terlepas dari perkembangan sejarah
Kesehatan Masyarakat di Indonesia dan dipengaruhi juga oleh perkembangan Promosi
Kesehatan International, yaitu secara seremonial di Indonesia di mulai program
Pembangunan Kesehatan Masyarakat Desa (PKMD) pada tahun 1975, dan tingkat
Internasional Deklarasi Alma Ata tahun 1978 tentang Primary Health Care
(Departemen Kesehatan, 1994). Kegiatan Primary Helath Care tersebut sebagai tonggak
sejarah cika-lbakal Promosi Kesehatan.

Khusus konvesi yang membahas tentang Promosi Kesehatan di mulai dari Konvesi
Promosi Kesehatan di Ottawa, Kanada dengan melahirkan The Ottawa Charter tahun
1986 sampai Konvesi Promosi Kesehatan yang dilaksanakan di Jakarta tahun 1997
dengan melahirkan The Jakrata Declaration. Selanjutnya perkembangan Promosi
Kesehatan di Indonesia adalah seperti berikut :

a. Sebelum Tahun 1965 (sebelum sampai awal kemerdekaan).

Pada saat itu istilahnya adalah Pendidikan Kesehatan. Dalam program-


program kesehatan Pendidikan Kesehatan hanya sebagai pelengkap pelayanan
kesehatan, terutama pada saat terjadi keadaab kritis seperti wabah penyaki,
bencana, dsb. Sasarannya perseorangan (individu), dengan sasaran program lebih
kepada perubahan pengetahuan seseorang.

b. Periode Tahun 1965-1975.

Pada priode ini mulai perhatiannya kepada masyarakat. Saat itu juga
dimulainya peningkatan profesional tenaga melalui program Health Educational
Service (HES). Tetapi intervensi program masih banyak yang bersifat individual
walau sudah mulai aktif ke masyarakat. Sasaran program adalah perubahan
pengetahuan masyarakat tentang kesehatan.

c. Periode Tahun 1975-1985.

Istilahnya mulai berubah menjadi Penyuluh Kesehatan. Di Tingkat


Departemen Kesehatan ada Diterektorat PKM. PKMD menjadi andalan program
sebagai pendekatan Community Development. Saat itu program UKS di SD
diperkenalkannya Dokter Kecil. Sudah mulai aktif membina dan mem-
berdayakan masyarakat. Saat itulah Posyandu lahir sebagai pusat pemberdayaan
dan mobilisasi masyarakat. Sasaran program adalah perubahan perilaku masyarakat
tentang kesehatan. Misi dipengaruhi oleh Deklarasai Alma Ata.

d. Periode Tahun 1985-1995.

Dibentuklah Direktoral Peran Serta Masyarakat (PSM), yang diberi tugas


memberdayakan masyarakat. Sirektoral PMK berubah menjadi Pusat PKM, yang
tugasnya penyebaran informasi, komunikasi, kampanye dan pemasaran sosial
bidang kesehatan. Saat itu pula PKMD menjadi Posyandu. Tujuan dari PKM dan
PSM saat itu adalah perubahan perilaku. Pandangan (Visi) mulai dipengaruhi oleh
’Ottawa Charter’ tentang Promosi Kesehatan.
e. Periode Tahun 1995-Sekarang.

Istilah PKM menjadi Promosi Kesehatan. Bukan saja pemberdayaan kearah


mobilisasi massa yang menjadi tujuan, tetapi juga kemitraan dan politik kesehatan
(termasuk advokasi). Sehingga sasaran Promosi Kesehatan bukan saja perubahan
perilaku tetapi perubahan kebijakan atau perubahan menuju perubahan sistem atau
faktor lingkungan kesehatan. Pada Tahun 1997 diadakan konvensi internasional
Promosi Kesehatan dengan tema ”Health Promotion Towards The 21’stCentury,
Indonesian Policy for The Future” dengan melahirkan ‘The Jakarta Declaration’.
BAB III

PEMBAHASAN

3.1 Era Propaganda dan Pendidikan Kesehatan Rakyat


(Masa Penjajahan dan Awal Kemerdekaan sampai sekitar Tahun 1960 an)

3.1.1 Masa Penjajahan


Mula-mula Belanda, untuk kepentingan mereka sendiri, membentuk Jawatan
Kesehatan(Militer Geneeskundige Dienst) pada tahun 1808. Itu terjadi pada waktu
pemerintah Gubenur Jendral H.W Daendels, yang terkenal dengan pembuatan
jalan dari Anyer sampai Banyuwangi, yang membawa banyak korban jiwa
penduduk. Pada waktu itu ada tiga RS Tentara yang besar, yaitu di Batavia
(Jakarta), semarang dan Surabaya. Usaha kesehatan sipil mulai diadakan pada
tahun 1809, dan peraturan pemerintah tentang jawatan kesehatan sipil dikeluarkan
pada tahun 1820. Pada tahun 1827 kedua jawatan digabungkan dan baru pada
tahun 1911 ada pemisahan nyata antara kedua jawatan tersebut. Pada
permulaanya, perhatian hanya ditunjukan kepada kelompok masyarakat penjajah
(belanda) sendiri, beserta para anggota tentaranya yang juga meliputi orang
pribumi. Sedangkan usaha untuk mempertinggi kesehatan rakyat secara
keseluruhan baru dinyatakan dengan tegas dengan dibentuknya jawatan/dinas
kesehatan rakyat pada tahun 1925. Sedangkan pelayanan kesehatan yang mula
mula dilakukan adalah pengobatan dan perawatan (upaya kuratif), melalui RS
tentara.

Dengan adanya wabah kolera,pada tahun 1991 di Batavia dibentuk badan


yang diberi nama “Hygiene Commissie” yang kegiatanya berupa memberikan
vaksinasi, adalah Dr. W Th. De Vogel. Selanjutnya pada tahun 1920 diadakan
jabatan “propagandist” (juru penyiar berita) yang meletakan usaha pendidikan
keshatan kepada rakyat melalui penerbitan, penyebar luasan gambar dinding, dan
pemutaran film kesehatan. Usaha ini karena penghematan dihentikan pada tahun
1923.

“Medisch Hygienische Proganda”

Pada tahun 1924 oleh pemerintah belanda dibentuk dinas hygiene. Kegistan
pertamanya berupa pemberantasan cacing tambang di daerah banten. Lambat laun
pemberantasan cacing tambang tumbuh menjadi apa yang dinamakan “Medisch
Hygienesche Propaganda”. Propaganda ini kemudian meluas pada penyakit perut
lainya, bahkan melangkah pula dengan penyuluhan di sekolah sekolah dan
pengobatan kepada anak anak sekolah yang sakit. Timbullah gerakan, untuk
mendirikan ”brigade sekolah” dimana mana. Hanya saja gerakan ini tidak lama
usianya.
Baru pada tahun 1933 dapat dimulai organisasi hygiene tersendiri, dalam
bentuk percontohan dinas kesehatan kabupaten di purwoketo. Dinas ini terpisah
dari dinas kuratif tetapi dalam pelaksanaannya bekerjasama erat.

Sebagai pelaksanaan kegiatan pendidikan kesehatan dalam bidang hygiene dan


sanitasi, seorang dokter pribumi bernama Dr. Soemedi, kemudian mendirikan
sekolah juru hygiene di puerwoketo. Usaha ini kemudian dilanjutkan oleh Dr. R.
Mochtar yang kemudian menjabat sebagai kepala bagian pendidikan kesehatan
rakyat (Medisch Hygienische Propaganfa Dients).

“Prevention is better than cure”

Apa yang telah dirilis oleh Hydrick tersebut kemudian ternyata dilanjutkan
oleh pemeritah (Belanda). Perhatian pemerintah Belanda terhadap usaha preventif
dilaksanakan melalui berbagai kegiatan, tindakan dan peraturan (perundang-
undangan). Motto yang berbunyi “Prevention is better than cure” diwujudkan
dalam berbagai kegiatan antara lain :

a. Vaksinasi cacar, typus, desentri, pes.

b. Pendaftaran kelahiran, kematian.

c. Pelaporan tentang penyakit menular, sakit jiwa.

d. Pengawasan : air minum, pabrik, tempat pembuatan makanan dan minuman,


saluran limbah, pembuangan sampah perumahan.

e. Termasuk upaya pendidikan kepada rakyat tentang peraturan dalam


pemeliharaan kesehatan diri dan lingkungan.

Upaya pencegahan dipandang sebagai upaya yang penting demikian pula


upaya pendidikan kesehatan kepada masyarakat.

3.1.2 Masa Pendudukan Jepan dan Awal Kemerdekaan


Disorganisasi usaha kesehatan masyarakat yang sejak zaman pendudukan
jepang sudah kacau, berlangsung terus dalam periode revolusi fisik (1945-1949).
Banyak fasilitas kesehatan tidak dapat dipergunakan karena rusak, bahkan para
petugas kesehatan pun banyak yang meninggalkan posnya, bergabung dalam
barisan gerilyawan melawan belanda, amerika dan inggris. Dalam kaitan itu perlu
dicatat bahwa banyak tenaga dokter dan tenaga kesehatan lainya yang menjadi
pejuang dan diantaranya ada yang gugur di medan perang, atau menjadi korban
perang.

Dalam periode revolusi fisik itu (agustus 1945-desember 1949), masih ada dua
system pemerintah, yaitu belanda yang berpusat dijakarta,dan republic Indonesia
yang berpusat di Yogyakarta. Dengan demikian, selama 8 tahun (1942-1949)
Indonesia mengalami masa yang sangat memprihatinkan. Banyak fasilitas
kesehatan yang rusak, bahkan para petugas kesehatanpun meninggalkan posnya
untuk turut bergabung dengan para gerilyawan. Obat-obatan didaerah Republik
juga sulit.

Baru setelah penyerahan kedaulatan (27 desember 1949), pemerintah


memberikan perhatian pada kesehatan rakyat. Pemerintah (RI) juga memberikan
perhatian pada kesehatan masyarakat didesa. Pada waktu itu dikembangkan Usaha
Pembangunan Masyarakat Desa yang antara lain melakukan pendidikan kesehatan
kepada masyarakat. Pada waktu itu ada yang disebut gerakan kebersihan, pecan
kerja bakti, dll. Diadakan pula usaha kesehatan disekolah sekolah, yang berkaitan
dengan kebersihan diri dan lingkungan,perbaikan gizi, dll. Bahkan dimasa masih
bergolak (1948) sudah didirikan sekolah untul penyuluhan kesehatan di Magelang
dan dibuat dua daerah percontohan yaitu di Magelang dan Yogyakarta.

3.2 Era Pendidikan dan Penyuluhan Kesehatan

3.2.1 Istilah Pendidikan Kesehatan dan UU Kesehatan 1960


Paling tidak ada dua hal penting dalam Undang undang tersebut perlu
dikemukakan dan di jadikan landasan dalam penyelenggaran Pendidikan
Kesehatan yaitu:

a. Pasal 1, menyatakan bahwa tiap tiap warga negara berhak memperoleh derajat
kesehatan setinggi-tingginya dan perlu diikuti sertakan dalam usaha-usaha
Kesehatan Pemerintah

b. Pasal 4, yang menetapkan tugas Pemerintah untuk memelihara dan


mempertinggi derajat kesehatan rakyat dengan menyelenggarakan dan
menggiatkan usaha-usaha dalam lapangan….. butir C. Penerangan dan
pendidikan kesehatan rakyak…dst

Dengan demikian pada saat itu, istilah Pendidikan kesehatan telah


dipergunakan secara resmi.

Tentang apa yang disebut dengan Pendidikan Kesehatan (Health Education)


banyak ahli memberikan definisi ( seperti: Dorothy Neswander, Guy steuart, Paul
Mico, Helen Ross, Iwan Sutjahja, dll). Dari berbagai definisi tersebut dapat
disimpulkan bahwa Pendidikan kesehatan merupakan upaya yang ditekankan
pada terjadinya perubahan perilaku, baik pada individu maupun masyarakat.
Bahkan dalam salah satu jargonnya, yang bermula dari Ruskin sebagaimana
dikutib pada awal bab ini,ditegaskan bahwa fokus health education adalah pada
perubahan perilaku itu, bukan hanya pada peningkatan pengetahuan saja. Oleh
karena itu area Pendidikan Kesehatan adalah pada Knowledge ( pengetahuan ),
Attitude ( Sikap ) dan Practice ( Perilaku ), yang disingkat menjadi K.A.P.

Mengenai metode yang dipergunakan dalam Pendidikan Kesehatan dapat


bervariasi, sesuai dengan keadaan, masalah dan potensi setempat. Namun metode
tersebut harus dikembangkan dari, oleh, untuk dan bersama masyarakat.
3.2.2 Penetapan hari Kesehatan Nasional
Pada sekitar tahun 1960-an malaria merupakan salah satu penyakit rakyat yang
berkembang dengan subur. Ratusan ribu jiwa mati akibat malaria. Berdasarkan
penyelidikan dan pengalaman, sebenarnya penyakit malaria di indonesia dapat di
lenyapkan. Untuk itu cara kerja harus dirubah dan diperbaharui. Maka pada
September 1959 dibentuk Dinas Pembasmi Malaria ( DPM ) yang kemudian
pada Januari 1963 dirubah menjadi Komando Operasi Pembasmian Malaria
(KOPEM). Pembasmian malaria tersebut ditangani secara serius oleh pemerintah
dengan dibantu oleh USAID dan WHO. Direncakan bahwa pada tahun 1970
malaria hilang dari bumi Indonesia.
Pada akhir tahun 1963, dalam rangka pembasmian malaria dengan racun
serangga DDT, telah ddijalankan penyeprotan dari rumah ke rumah di seluruh
Jawa, Bali dan Lampung, sehingga l.k 64,5 juta penduduk telah mendapat
perlindungan dari kemungkinan serangan malaria, usaha itu juga dilanjutkan
dengan usaha surveilans yang berhasil menurunkan “ parasite index” dengan
cepat yaitu dari 15% menjadi hanya 2%.
Pada saat itulah, tepatnya pada tanggal 12 November 1964, peristiwa
penyemprotan nyamuk malaria secara simbolis dilakukan oleh Bung Karno
selaku Presiden RI di desa Kalasan, sekitar 10 km disebelah timur kota
Yogyakarta. Meskipun peristiwanya sendiri merupakan upaya simbolis
penyemprotan nyamuk, tetapi kegiatan tersebut harus dibarengi dengan kegiatan
pendidikan atau penyuluhan kepada masyarakat.

3.3 Era PKMD, Posyandu dan Penyuluhan Kesehatan melalui media Eektronik

3.3.1 Peran Serta dan Pemberdayaan Masyarakat Bidang Kesehatan

3.3.2 Munculnya PKMD

3.3.3 PKMD dan Deklarasi Alma Ata

3.4 Era Promosi Kesehatan

3.4.1 Munculnya Istilah Promosi Kesehatan


Suatu ketika pada sekitar akhir tahun 1994, Dr. Ilona Kickbush, yang baru saja
menjabat sebagai Direktur Health Promotion WHO Headquarter Geneva, datang
ke Indonesia. Sebagai direktur baru ia mengunjungi beberapa negara, termasuk
Indonesia. Kebetulan pada waktu itu Kepala Pusat Penyuluhan Kesehatan
Depkes juga baru saja diangkat, yaitu Drs. Dachroni MPH, yang menggantikan
Dr. IB Mantra yang purna bakti (pensiun). Dengan kedatangan Dr. Kickbush,
diadakanlah pertemuan dengan pimpinan Depkes dan pertemuan lainnya baik
internal penyuluhan kesehatan maupun external dengan lintas program dan lintas
sektor, termasuk FKM UI. Bahkan sempat pula mengadakan kunjungan lapangan
ke Bandung, yang diterima dengan baik oleh lbu Neni Surachni (kepala Sub
Dinas PKM Jabar waktu itu) dan teman- teman lain di Bandung. Dari
serangkaian pertemuan itu serta perbincangan selama kunjungan lapangan ke
Bandung, kita banyak belajar tentang Health Promotion (Promosi Kesehatan).
Barangkali karena terkesan dengan kunjungannya ke Indonesia, ia kemudian
menyampaikan usulan agar Indonesia dapat menjadi tuan rumah Konferensi
International Health Promotion yang keempat, yang sebenarnya memang sudah
waktunya diselenggarakan.

Usulan itu diterima oleh pimpinan Depkes (Menteri Kesehatan waktu itu Prof.
Dr. Suyudi).Kunjungan Dr.Kickbush itu ditindak lanjuti dengan kunjungan
pejabat Health Promotion WHO Geneva lainnya, yaitu Dr.Desmond O Byrne,
sampai beberapa kali, untuk mematangkan persiapan konferensi Jakarta.Sejak itu
khususnya Pusat Penyuluhan Kesehatan Depkes berupaya mengembangkan
konsep promosi kesehatan tersebut serta aplikasinya di Indonesia.Sebagai tuan
rumah konferensi internasional tentang promosi kesehatan, seharusnyalah kita
sendiri mempunyai kesamaan pemahaman tentang konsep dan prinsip-prinsipnya
serta dapat mengembangkannya paling tidak di beberapa daerah sebagai
percontohan.Dengan demikian penggunaa istilah promosi kesehatan di Indonesia
tersebut dipacu oleh perkembangan dunia internasional.

3.4.2 Konferensi Internasional Health Promotion IV dan Deklarasi Jakarta


Konferensi ke IV di jakarta ini dihadiri oleh sekitar 500 orang dari 78 negara,
termasuk sekitar 150 orang Indonesia, khususnya dari daerah. Ini karena
Konferensi tersebut juga merupakan konferensi nasional promosi kesehatan yang
pertama (Selanjutnya nanti ada konferensi nasional kedua di Hotel Bidakara,
Jakarta, tahun 2000, dan konferensi nasional ketiga di Yogyakarta, tahun 2003).
Konferensi dibuka oleh Presiden RI, Bapak Soeharto, di Istana Negara. Selain
pembicara-pembicara internasional, juga tampil pembicara Indonesia, yaitu Prof
Dr. Suyudi selaku Menteri Kesehatan, dan Prof. Dr. Haryono Suyono, selain
selaku Menteri Kependudukan juga sebagai pakar komunikasi. Pada acara
Indonesia Day, tampil pembicara-pembicara dari berbagai program, sektor dan
daerah, menyampaikan pengalamannya dalam berbagai kegiatan promosi daerah
masing-masing (diselenggarakan dalam sidang-sidang yang berjalan secara
serentak/pararel)

Konferensi ini bertema: ""New players for a new era: Leading Health
Promotion into the 21st century" dan menghasilkan Deklarasi Jakarta, yang diberi
nama "The Jakarta Declaration on Health Promotion into the 2st Century".
Selanjutnya Deklarasi Jakarta ini memuat berbagai hal, antara lain sebagai
berikut :

1. Bahwa Konferensi Promosi Kesehatan di Jakarta ini diselenggarakan hampir


20 tahun setelah Deklarasi Alma Ata dan sekitar 10 tahun setelah Ottawa
Charter, serta yang pertama kali diselenggarakan di negara sedang
berkembang dan untuk pertama kalinya pihak swasta ikut memberikan
dukungan penuh dalam konferensi.

2. Bahwa Promosi Kesehatan merupakan investasi yang berharga , yang di


bidang kesehatan guna mencapai mempengaruhi faktor-faktor penentu kualitas
sehat yang setinggi-tingginya.

3. Bahwa Promosi Kesehatan sangat diperlukan untuk menghadapi berbagai


tantangan dan perubahan faktor penentu kesehatan. Berbagai tantangan
tersebut seperti: adanya perdamaian, perumahan, pendidikan, perlindungan
sosial, hubungan kemasyarakatan, pangan, pendapatan, pemberdayaan
perempuan, ekosistem yang mantap, pemanfaatan sumber daya yang
berkelanjutan, keadilan sosial, penghormatan terhadap hak-hak asasi manusia,
dan persamaan, serta kemiskinan yang merupakan ancaman terbesar terhadap
kesehatan, selain masih banyak ancaman lainnya.

4. Bahwa untuk menghadapi berbagai tantangan yang muncul terhadap kesehatan


diperlukan kerjasama yang lebih erat menghilangkan sekat-sekat penghambat,
serta mengembangkan mitra baru antara berhagai sektor, di semua tingkatan
pemerintahan dan lapisan masyarakat.

5. Bahwa prioritas Promosi Kesehatan abad 21 adalah:

a. Meningkatkan tanggungjawab sosial dalam kesehatan;

b. Meningkatkan investasi untuk pembangunan kesehatan,

c. Meningkatkan kemitraan untuk kesehatan,

d. Meningkatkan kemampuan perorangan dan memberdayakan masyarakat

e. Mengembangkan infrastruktur promosi kesehatan.

6. Selanjutnya menyampaikan himbauan untuk bertindak, dengan menyusun


rencana aksi serta membentuk atau memperkuat aliansi promosi kesehatan di
berbagai tingkatan, mencakup:

a. Membangkitkan kesadaran akan adanya perubahan faktor penentu


kesehatan

b. Mendukung pengembangan kerjasama dan jaringan kerja untuk


pembangunan kesehatan

c. Mendorong keterbukaan dan tanggungjawab sosial dalam promosi


kesehatan.
3.4.3 Era Paradigma Sehat: Visi dan Misi Promosi Kesehatan
Pada tahun 1993 Presiden Soeharto digantikan oleh Presiden Habibie. Sebagai
Menteri Kesehatan ditetapkan Prof Dr. Farid Anfasa Moeloek. Setelah melalui
persiapan antara lain pertemuan dengan para pakar, pertemuan nasional dengan
daerah-daerah, pertemuan lintas sektor dan dengar pendapat dengan DPR, pada 1
Maret 1999 oleh Presiden Habibie dicanangkan: "Gerakan Pembangunan yang
Berwawasan Kesehatan" atau dikenal dengan "Paradigma sehat". Sebagai
konsekwensinya adalah bahwa semua pembangunan dari semua sektor harus
mempertimbangkan dampaknya di bidang kesehatan, minimal harus memberi
kontribusi dan tidak merugikan pertumbuhan lingkungan dan perilaku sehat.
Disebutkan bahwa visi pembangunan kesehatan adalah: Indonesia Sehat 2010,
dengan misi:

1) Menggerakkan pemhangunan nasional yang berwawasan kesehatan.

2) Mendorong kamandirian masyarakat untuk hidup sehat,

3) Meningkatkan pelayanan kesehatan yang bermutu, dan

4) Meningkatkan kesehatan individu, keluarga dan masyarakat termasuk


lingkungannya. Salah satu pilar Indonesia Sehat 2010 tersebut adalah perilaku
sehat, disamping dua pilar lainnya yaitu lingkungan schat dan pelayanan
kesehatan yang bermu adil da merata.

Ditetapkan pula strategi pembangunan kesehatan beserta program-progranm


pokoknya. Dalam Program Pembangunan Nasional (PROPENAS) disebutkan
bahwa salah satu program pokok pembangunan kesehatan adalah peningkatan
perilaku sehat dan pemberdayaan masyarakat, yang karenanya menempatkan
promosi kesehatan sebagai salah satu program unggulan. Dalam Rencana
Pembangunan Jangka Menengah Nasional 2004-2009 dan Rencana Strategis
(Renstra) Depkes 2005-2009 juga disebutkan bahwa Promosi Kesehatan
merupakan program tersendiri dan diposisikan pada urutan pertama. Ini
menegaskan bahwa Paradigma Schat dengan Visi Indonesia Sehat-nya tersebut
sangat sesuai dengan Deklarasi Jakarta, dan dengan demikian promosi kesehatan
(termasuk PHBS), yang berorientasi pada perilaku hidup sehat, semakin
memperoleh pijakan yang kuat.

3.4.4 Promosi Kesehatan di Era Reformasi Dan Desentralisasi


Salah satu perubahan yang mendasar adalah bergantinya sistem pemerintahan
sentralisasi menjadi desentralisasi, atau otonomi daerah. Semangat inilah yang
mengilhami diundangkannya UU No. 22 tahun 1999 dan UU No. 32 tahun 2004
tentang Pemerintahan Daerah serta UU No. 25 tahun 1999 tentang Perimbangan
Keuangan Pusat dan Dacrah yang diberlakukan pada tahun 2001. Sesuai dengan
UU tersebut, maka Gubemur, Bupati dan Walikota kini dipilih langsung oleh
rakyat dan karenanya mempunyai kewenangan yang sangat menentukan, termasuk
dalam penentuan organisasi daerah, jabatan dan personilnya.

Untuk mengantisipasi hal ini Departemen Kesehatan dalam hal ini Promosi
Kesehatan menyelenggarakan pertemuan dengan Bupati dan Walikota seluruh
Indonesia pada bulan Juli 2000 yang menyepakati tentang perlunya perhatian
Daerah secara lebih sungguh-sungguh lerhadap program kesehatan, kelembagaan,
ketenagaan serta anggaran yang mendukungnya. Berbagai pertemuan khusus
untuk menjelaskan dan mendiskusikan tentang Paradigma Sehat dan Visi
Indonesia sehat 2010 juga diselenggarakan kepada partai-partai politik dan
anggota DPR kkhususnya komisi yang mengurusi bidang kesehatan.
BAB IV

PENUTUP

4.1 Kesimpulan

4.2 Saran
Dalam melakukan pendidikan dan promosi kesehatan harus menjaga hubungan
dengan klien, agar apa yang disampaikan dapat diterima dan diterapkan oleh
masyarakat dan dapat menentukan keputusan untuk dirinya sendiri.
DAFTAR PUSTAKA

McKenzie, J., Neiger, B., Thackeray, R. (2009). Health Education and Health Promotion.
Planning, Implementing, & Evaluating Health Promotion Programs. (pp. 3-4). 5th edition.
San Francisco, CA: Pearson Education, Inc.

O'Donnell, Michael, MBA, MPH. "Definition of Health Promotion: Part III: Expanding the
Definition." American Journal of Health Promotion. Winter 1989, Vol. 3, No. 3 p. 5.

Soekidjo Notoatmodjo, 2005, Promosi Kesehatan, Teori dan Aplikasi, PT. Rineka Cipta,
Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai