PNEUMONIA
Disusun Oleh :
Nama : Riskawati
NIM :1802081
Pneumonia adalah proses inflamatori parenkim paru yang umumnya disebabkan oleh
agen infeksisus (Smeltzer & Bare, 2001: 571). Pneumonia adalah peradangan paru
yang disebabkan oleh infeksi bakteri, virus, maupun jamur (Medicastore).
Pneumonia adalah peradangan yang mengenai parenkim paru, distal dan bronkiolus
terminalis yang mencakup bronkiolus respiratorius, dan alveoli, serta menimbulkan
konsolidasi jaringan paru dan gangguan pertukaran gas setempat. Pada pemeriksaan
histologi terdapat pneumonitis atau reaksi inflamasi berupa alveolitis dan
pengumpulan eksudat yang dapat ditimbulkan oleh berbagai penyebab dan
berlangsung dalam jangka waktu yang bervariasi. Istilah pneumonia lazim dipakai
bila peradangan terjadi oleh proses infeksi akut yang merupakan penyebab tersering.
Sedangkan istilah pneumonitis sering dipakai untuk proses non infeksi. Bila proses
infeksi teratasi, terjadi resolusi dan biasanya struktur paru normal kembali. Namun
pada pneumonia nekrotikans yang disebabkan antara lain oleh staphylococcus atau
kuman Gram Negatif terbentuk jaringan perut dan fibrosis.
B. ETIOLOGI
Sebenarnya pada diri manusia sudah ada kuman yang dapat menimbulkan
pneumonia dan penyakit ini baru akan timbul apabila ada faktor- faktor prsesipitasi,
namun pneumonia juga sebagai komplikasi dari penyakit yang lain ataupun sebagai
penyakit yang terjadi karena etiologi di bawah ini :
Bakteri
Bakteri yang dapat menyebabkan pneumonia adalah : Diplococus pneumonia,
Pneumococcus, Streptococcus Hemoliticus aureus, Haemophilus influenza, Basilus
friendlander (Klebsial pneumonia), Mycobacterium tuberculosis. Bakteri gram positif
yang menyebabkan pneumonia bakteri adalah steprokokus pneumonia, streptococcus
aureus dan streptococcus pyogenis
Virus
Pneumonia virus merupakan tipe pneumonia yang paling umum disebabkan oleh virus
influenza yang menyebar melalui transmisi droplet. Cytomegalovirus merupakan
penyebab utama pneumonia virus. Virus lain yang dapat menyebabkan pneumonia
adalah Respiratory syntical virus dan virus stinomegalik.
Jamur
Infeksi yang disebabkan oleh jamur seperti histoplasmosis menyebar melalui
penghirupan udara yang mengandung spora dan biasanya ditemukan pada kotoran
burung. Jamur yang dapat menyebabkan pneumonia adalah : Citoplasma Capsulatum,
Criptococcus Nepromas, Blastomices Dermatides, Cocedirides Immitis, Aspergillus
Sp, Candinda Albicans, Mycoplasma Pneumonia.
Protozoa
Ini biasanya terjadi pada pasien yang mengalami imunosupresi seperti pada penderita
AIDS.
• Gizi kurang
Kesulitan dan sakit pada saat pernafasan akibat nyeri pleuritik, nafas dangkal dan
mendengkur, atau adanya takipnea
Bunyi nafas di atas area yang mengalami konsolidasi terdengar mengecil,
kemudian menjadi hilang. Bisa juga timbul krekels, ronki, egofoni
Gerakan dada tidak simetris
Menggigil dan demam 38,8 ° C sampai 41,1°C, delirium
Diafoesis
Anoreksia
Malaise
Batuk kental dan produktif
Sputum kuning kehijauan kemudian berubah menjadi kemerahan atau berkarat
Gelisah
Sianosis (area sirkumoral, dasar kuku kebiruan)
Muncul masalah-masalah psikososial seperti disorientasi, ansietas dan takut mati
D. PATOFISIOLOGI
Sinar X
Mengidentifikasikan distribusi strukstural (misal: Lobar, bronchial); dapat juga
menyatakan abses luas/infiltrat, empiema (stapilococcus); infiltrasi menyebar atau
terlokalisasi (bacterial); atau penyebaran/perluasan infiltrat nodul (lebih sering
virus). Pada pneumonia mikroplasma, sinar x dada mungkin bersih.
GDA (Gas Darah Arteri)
Tidak normal mungkin terjadi, tergantung pada luas paru yang terlibat dan
penyakit paru yang ada
Pemeriksaan darah.
Pada kasus pneumonia oleh bakteri akan terjadi leukositosis (meningkatnya
jumlah netrofil) (Sandra M. Nettina, 2001 : 684)
Secara laboratorik ditemukan leukositosis biasa 15.000-40.000/m dengan
pergeseran LED meninggi.
LED meningkat.
Fungsi paru hipoksemia, volume menurun, tekanan jalan nafas meningkat dan
komplain menurun, elektrolit Na dan Cl mungkin rendah, bilirubin meningkat,
aspirasi biopsi jaringan paru
Rontegen dada
Ketidak normalan mungkin terjadi, tergantung pada luas paru yang terlibat dan
penyakit paru yang ada. Foto thorax bronkopeumonia terdapat bercak-bercak
infiltrat pada satu atau beberapa lobus, jika pada pneumonia lobaris terlihat
adanya konsolidasi pada satu atau beberapa lobus.
Elektrolit
Natrium dan klorida mungkin rendah.
Aspirasi perkutan/biopsi jaringan paru terbuka
Dapat menyatakan intranuklear tipikal dan keterlibatan sitoplasmik (CMV),
karakteristik sel raksasa (rubella).
G. PENATALAKSANAAN MEDIS
Kepada penderita yang penyakitnya tidak terlalu berat, bisa diberikan antibiotik
per-oral (lewat mulut) dan tetap tinggal di rumah. Penderita yang lebih tua dan
penderita dengan sesak nafas atau dengan penyakit jantung atau paru-paru lainnya,
harus dirawat dan antibiotik diberikan melalui infus. Mungkin perlu diberikan oksigen
tambahan, cairan intravena dan alat bantu nafas mekanik. Kebanyakan penderita akan
memberikan respon terhadap pengobatan dan keadaannya membaik dalam waktu 2
minggu.
– Jumlah cairan sesuai berat badan, kenaikan suhu, dan status hidrasi.
– Jika sesak tidak terlalu berat, dapat dimulai makanan enteral bertahap melalui
selang nasogastrik dengan feeding drip.
– Jika sekresi lendir berlebihan dapat diberikan inhalasi dengan salin normal dan
beta agonis untuk memperbaiki transport mukosilier.
a. Keluhan utama
f. Imunisasi
h. Nutrisi
3) Pemeriksaan persistem
a. Sistem Kardiovaskuler
Takikardi, iritability.
b. Sistem pernapasan
Sesak napas, retraksi dada, melaporkan anak sulit bernapas,
pernapasan cuping hidung, ronchi, wheezing, takipneu,
batuk produktif, pergerakan dada asimetris, pernapasan tidak
teratur/ireguler, kemungkinan friction rub, perkusi redup
pada daerah terjadinya konsolidasi, ada sputum / sekret.
Orang tua cemas dengan keadaan anaknya yang bertambah
sesak dan pilek.
c. Sistem pencernaan
Anak malas minum atau makan, muntah, BB menurun,
lemah. Pada orang tua yang dengan tipe keluarga anak
pertama, mungkin belum memahami tentang tujuan dan cara
pemberian makanan / cairan personde.
d. Sistem eliminasi
Anak atau bayi menderita diare, atau dehidrasi, orang tua
mungkin belum memahami alasan anak menderita diare
sampai terjadi dehidrasi (ringan sampai berat)
e. Sistem saraf
Demam , kejang, sakit kepala yang ditandai dengan
menangis terus pada anak-anak atau malas minum, ubun-
ubun cekung
f. Sistem locomotor / musculoskeletal
Tonus otot menurun, lemah secara umum
g. Sistem endokrin
Tidak ada kelainan
h. Sistem integumen
Turgor kulit menurun, membran mukosa kering, sianosi,
pucat, akral hangat, kulit kering
i. Sistem penginderaan
Tidak ada kelainan.
I. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan adanya eksudat pada
2. Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan proses inflamasi dalam alveoli.
Tujuan & Kriteria hasil : Setelah dilakukan asuhan keperawatan selama (3x24
jam) diharapkan jalan nafas pasien efektif dengan kriteria hasil :
Jalan nafas paten, RR normal (16-20 x/menit), Irama pernapasn normal, Klien
mampu mengeluarkan sputum secara efektif
INTERVENSI RASIONAL
1. Pantau rate, irama, kedalaman, 1. mengetahui tingkat gangguan
diberikan.
udara.
4. bradypnea, tachypnea,
4. mengetahui permasalahan jalan
hyperventilasi, napas kussmaul,
napas yang dialami dan
napas cheyne-stokes, apnea, napas
keefektifan pola napas klien untuk
biot’s dan pola ataxic
memenuhi kebutuhan oksigen
tubuh.
alveoli.
Tujuan & Kriteria hasil : Setelah dilakukan asuhan keperawatan selama (3x24
jam) diharapkan pola nafas pasien efektif dengan kriteria hasil :
Kedalaman pernapasan normal , tidak tampak penggunaan otot bantu pernapasan,
Tidak tampak retraksi dinding dada
Tanda-tanda vital : Frekuensi pernapasan dalam batas normal (16-20x/mnt) (skala 5 =
no deviation from normal range)
INTERVENSI RASIONAL
1. Pantau RR, irama dan kedalaman 1. Ketidakefektifan pola napas dapat
pernapasan
K. EVALUASI
DAFTAR PUSTAKA
1. Soedarsono. Pneumonia. Dalam (wibisonomj, winariani, hariadi s, eds) buku
ajar IlmuPenyakitParu 2010. DepartemenIlmuPenyakitparu FK Unair-RSUD Dr.
soetomo.Surabaya:2010.
2. Watkins RR, lemonovich TL. Diagnosis and management of community
acquired pneumonia in adults. American family physician 2011;(83):1299-306.
3. Muttaqin, Arif. 2008. Buku Ajar Asuhan Keperawatan Klien Dengan Gangguan
Sistem Pernafasan. Jakarta : Salemba Medika
4. Rahajoe, Nastiti, et al 2008. Buku Ajar Respirologi Anak. Edisi 1 Jakarta :
Badan Penerbit IDAI
5. Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI). (2014). Pedoman Imunisasi di
Indonesia (Edisi kelima). Satgas Imunisasi Ikatan Dokter Anak Indonesia.