Bimbingan Konseling Belajar
Bimbingan Konseling Belajar
Abstrak: Artikel ini bertujuan untuk melihat bagaimana peran konselor dalam
memahamkan arti penting belajar melalui bimbingan klasikal di SMAS Kolombo
Yogyakarta.
PENDAHULUAN
Bimbingan dan konseling merupakan kegiatan yang bersumber pada
kehidupan manusia. Kenyataan menunjukkan bahwa manusia di dalam
kehidupannya tidak terlepas dari segala persoalan yang silih berganti. Persoalan
yang satu dapat diatasi, persoalan yang lain muncul, demikian seterusnya.
Manusia perlu mengenal dirinya sendiri dengan sebaik mungkin. Dengan
mengenal dirinya sendiri, mereka akan dapat bertindak dengan tepat sesuai
dengan kemampuannya. Tetapi perlu ditekankan bahwa tidak semua manusia
dapat mengenal kemampuan yang ia miliki. Pada kenyataannya, bimbingan dan
konseling sangat diperlukan diberbagai strata masyarakat.
Bidang pendidikan telah mengawali masuknya konseling untuk pertama
kali di Indonesia. Adaptasi konseling dengan ilmu pendidikan diharapkan dapat
meningkatkan kualitas pendidikan secara umum. Kemajuan dunia pendidikan
sangat ditentukan oleh pihak-pihak yang mengenal pendidikan secara menyeluruh,
yaitu para guru dan instansi pemerintah yang menaunginya. Peserta didik sebagai
pihak yang akan diberi bekal pendidikan juga tidak kalah pentingnya
menyukseskan kemajuan pendidikan itu sendiri. Interaksi yang baik antara guru
dan peserta didik adalah dasar terbentuknya harapan peserta didik untuk lebih
berprestasi. Dalam hal ini, guru sebagai pendidik diupayakan dapat
mengembangkan potensi positif dalam segala aspek seperti intelektual, moral,
sosial dan emosional. Melalui teknik konseling guru dapat membantu
mengembangkan semua aspek tersebut agar lebih optimal.1
Selain Sekolah Dasar (SD) progam wajib belajar juga diberlakukan bagi
Sekolah Menengah Pertama (SMP) dan Sekolah Menengah Atas (SMA). Hal
tersebut merupakan salah satu perwujudan bahwa begitu penting peran pendidikan
di tengah keresahan masyarakat yang semakin kompleks. Oleh karena itu,
mengenalkan istilah belajar dan arti penting belajar sangat diperlukan
sebagaimana fungsi dan tujuan pendidikan yang tercantum dalam Bab II Pasal 3
Undang-Undang Republik Indonesia No. 20 tahun 2003 tentang Sistem
Pendidikan Nasional yang menjelaskan bahwa Pendidikan Nasional berfungsi
mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang
bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk
berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan
bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap,
kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung
jawab.2
Berdasarkan pemaparan di atas, diketahui bahwa komponen esensial
kepribadian manusia adalah nilai (values) dan kebajikan (virtues). Keduanya
harus menjadi dasar pengembangan kehidupan manusia yang memiliki peradaban,
kebaikan dan kebahagiaan secara individu maupun sosial.3 Hal tersebut yang
menjadi landasan guru Bimbingan Konseling (BK) di SMAS Kolombo
Namora Lumongga Lubis, Memahami Dasar-Dasar Konseling dalamTeori dan Praktik
1
4
Lexy J. Moleong, Metode Penelitian Kualitatif Edisi Revisi (Bandung: PT Remaja
Rosda Karya, 2006), h. 3.
5
Hadari Nawawi, Martini Hadari, Instrumen Penelitian Bidang Sosial (Cet. II;
Yogyakarta: Gadja Mada University Press, 1995), h. 67.
6
S. Nasution, Metode Naturalistik Kualitatif (Bandung: Tarsinto, 1996), h. 43.
disiplin ilmu yang berkaitan dengan upaya pendidikan karena pentingnya arti
belajar tersebut. Belajar merupakan riset dan eksperimen psikologi dalam
memahami proses perubahan manusia.7
Hakikat proses belajar secara pasti masih banyak perbedaan pandangan
dari para ahli psikologi, namun terdapat prinsip-prinsip belajar yang telah
disepakati seperti yang dikemukakan oleh Alvin C Eurich dari Ford Foundation
dalam buku Djamarah yang menyimpulkan hal-hal berikut ini sebagai prinsip-
prinsip belajar:
1. Hal apapun yang dipelajari oleh siswa, maka ia harus mempelajarinya sendiri,
tidak ada seorangpun dapat melakukan kegiatan belajar tersebut untuknya.
2. Setiap siswa belajar menurut temponya (kecepatan) sendiri, dan untuk setiap
kelompok umur terdapat variasi dalam kecepatan belajar.
3. Seorang siswa belajar lebih banyak bilamana setiap langkah segera diberikan
penguatan (reinforcement) .
4. Penguasan secara penuh dari setiap langkah memungkinkan belajar secara
keseluruhan lebih berarti.
5. Apabila siswa diberikan tanggung jawab untuk mempelajari sendiri, maka ia
lebih termotivasi untuk belajar untuk belajar. Ia akan belajar dan mengingat
secara lebih baik.8
Sehubungan dengan hal tersebut di atas, Djamarah juga
mengklasifikasikan prinsip-prinsip belajar menjadi 2, yaitu:
1. Prinsip-prinsip belajar yang bersifat psikologis
a) Motivasi, lazim diartikan sebagai sebagai hal yang mendidik seseorang untuk
berbuat sesuatu.
b) Pengalaman sendiri, atau apa yang dialami sendiri akan lebih menarik
dan berkesan dari pada mengetahui orang lain.
c) Keingintahuan, merupakan kodrat manusia yang menyebabkanb manusia itu
maju.
1999), h. 59.
Syaiful Bahri Djamarah, Psikologi Belajar (Banjarmasin : PT Rineka
8
Bimbingan dan Konseling dalam Pelaksanaan Layanan Peminatan (Penelitian pada Guru
Bimbingan dan Konseling di SMA Negeri dalam Wilayah Kota Banda Aceh), Jurnal Ilmiah
Mahasiswa Bimbingan dan Konseling (Vol. 3, No. 4, 2018), h. 35.
Berbeda dengan penelitian yang dilakukan oleh Novalina bahwa proses
belajar akan berbeda untuk setiap sistem pendidikan. Salah satu alternatif
pendidikan yang ditawarkan adalah sekolah berasrama (boarding school).
Lingkungan pada sekolah berasrama memacu peserta didik untuk menguasai ilmu
dan teknologi secara intensif dan menerapkan ajaran agama atau nilai-nilai
khusus. Disamping itu, sekolah berasrama juga mengisolasi siswa dari lingkungan
sosial dan membatasi pergaulan selama di dalam asrama. Tidak mudah bagi siswa
untuk menyesuaikan diri, peralihan dari lingkungan keluarga ke lingkungan
asrama akan menimbulkan perubahan yang signifikan. Keadaan di asrama dengan
peraturan dan kondisi yang berbeda dengan di rumah bisa menjadi sumber
tekanan (stressor) sehingga dapat menyebabkan stres. Siswa yang tidak mampu
menyesuaikan diri dengan kondisi lingkungan dapat mengalami stres dan
memiliki kecenderungan untuk melakukan aktivitas yang lebih menyenangkan
daripada belajar.12 Karena alasan itu, eksistensi bimbingan dan konseling
khususnya dalam lingkup belajar perlu ditingkatkan.
Kamaluddin dalam penelitiannya juga mengemukakan bahwa bimbingan
dan konseling bukanlah kegiatan pembelajaran dalam konteks adegan
mengajar yang layaknya dilakukan guru sebagai pembelajaran bidang studi,
13
melainkan layanan ahli dalam konteks memandirikan peserta didik. Konselor
senantiasa berupaya untuk menciptakan lingkungan belajar yang kondusif,
yang memfasilitasi perkembangan konseli. Konselor dan personel
Sekolah/Madrasah lainnya secara sinergi sebagai teamwork berkolaborasi atau
bekerjasama merencanakan dan melaksanakan program bimbingan secara
sistematis dan berkesinambungan dalam upaya membantu konseli mencapai
tugas-tugas perkembangannya. Teknik bimbingan yang dapat digunakan disini
adalah pelayanan informasi, tutorial, diskusi kelompok atau curah pendapat
(brain storming) dan home room.14
Solusi ...............