Anda di halaman 1dari 9

Memahamkan Arti Penting Belajar Bagi Siswa Melalui

Bimbingan Konseling di SMA Swasta


Kolombo Yogyakarta
Iin Handayani

Program Magister Interdiciplinary Islamic Studies Konsentrasi Bimbingan Konseling Islam


Universitas Islam Negeri (UIN) Sunan Kalijaga Yogyakarta
Email: iinhandayani618@gmail.com

Abstrak: Artikel ini bertujuan untuk melihat bagaimana peran konselor dalam
memahamkan arti penting belajar melalui bimbingan klasikal di SMAS Kolombo
Yogyakarta.

PENDAHULUAN
Bimbingan dan konseling merupakan kegiatan yang bersumber pada
kehidupan manusia. Kenyataan menunjukkan bahwa manusia di dalam
kehidupannya tidak terlepas dari segala persoalan yang silih berganti. Persoalan
yang satu dapat diatasi, persoalan yang lain muncul, demikian seterusnya.
Manusia perlu mengenal dirinya sendiri dengan sebaik mungkin. Dengan
mengenal dirinya sendiri, mereka akan dapat bertindak dengan tepat sesuai
dengan kemampuannya. Tetapi perlu ditekankan bahwa tidak semua manusia
dapat mengenal kemampuan yang ia miliki. Pada kenyataannya, bimbingan dan
konseling sangat diperlukan diberbagai strata masyarakat.
Bidang pendidikan telah mengawali masuknya konseling untuk pertama
kali di Indonesia. Adaptasi konseling dengan ilmu pendidikan diharapkan dapat
meningkatkan kualitas pendidikan secara umum. Kemajuan dunia pendidikan
sangat ditentukan oleh pihak-pihak yang mengenal pendidikan secara menyeluruh,
yaitu para guru dan instansi pemerintah yang menaunginya. Peserta didik sebagai
pihak yang akan diberi bekal pendidikan juga tidak kalah pentingnya
menyukseskan kemajuan pendidikan itu sendiri. Interaksi yang baik antara guru
dan peserta didik adalah dasar terbentuknya harapan peserta didik untuk lebih
berprestasi. Dalam hal ini, guru sebagai pendidik diupayakan dapat
mengembangkan potensi positif dalam segala aspek seperti intelektual, moral,
sosial dan emosional. Melalui teknik konseling guru dapat membantu
mengembangkan semua aspek tersebut agar lebih optimal.1
Selain Sekolah Dasar (SD) progam wajib belajar juga diberlakukan bagi
Sekolah Menengah Pertama (SMP) dan Sekolah Menengah Atas (SMA). Hal
tersebut merupakan salah satu perwujudan bahwa begitu penting peran pendidikan
di tengah keresahan masyarakat yang semakin kompleks. Oleh karena itu,
mengenalkan istilah belajar dan arti penting belajar sangat diperlukan
sebagaimana fungsi dan tujuan pendidikan yang tercantum dalam Bab II Pasal 3
Undang-Undang Republik Indonesia No. 20 tahun 2003 tentang Sistem
Pendidikan Nasional yang menjelaskan bahwa Pendidikan Nasional berfungsi
mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang
bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk
berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan
bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap,
kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung
jawab.2
Berdasarkan pemaparan di atas, diketahui bahwa komponen esensial
kepribadian manusia adalah nilai (values) dan kebajikan (virtues). Keduanya
harus menjadi dasar pengembangan kehidupan manusia yang memiliki peradaban,
kebaikan dan kebahagiaan secara individu maupun sosial.3 Hal tersebut yang
menjadi landasan guru Bimbingan Konseling (BK) di SMAS Kolombo
Namora Lumongga Lubis, Memahami Dasar-Dasar Konseling dalamTeori dan Praktik
1

(Jakarta: Kencana, 2011), h. 16.


Pasal 3 Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang SIKDINAS.
2

Rohmat Mulyana, Mengartikulasikan Pendidikan Nilai, h. 104.


3
Yogyakarta untuk selalu menekankan kepada peserta didik mengenai arti penting
belajar khususnya bagi peserta didik di tingkat awal yaitu kelas VII (Tujuh)
melalui bimbingan klasikal yang dilaksanakan di kelas.
METODE PENELITIAN
Jenis penelitian ini menggunakan deskriptif kualitatif, yaitu prosedur
penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau dari
lisan orang-orang dan perilaku yang diamati, diarahkan pada latar belakang objek
dan individu secara holistik.4 Hal tersebut juga diartikan sebagai prosedur atau
cara memecahkan masalah penelitian dengan memaparkan keadaan objek yang
diselidiki (seseorang, lembaga, masyarakat dan lain-lain) sebagaimana adanya
berdasarkan fakta-fakta yang aktual.5
Ada tiga unsur penting yang harus dipertimbangkan dalam menetapkan
lokasi penelitian yaitu tempat, pelaku dan kegiatan. 6 Penelitian tentang
memahamkan arti penting belajar bagi siswa melalui bimbingan konseling di
SMAS Kolombo berlokasi di Jl. Rajawali, Demangan Baru No.10, Kecamatan
Depok, Kabupaten Sleman, DI Yogyakarta. Pendekatan penelitian ini diarahkan
sebagai pengungkapan pola pikir peneliti dalam menganalisis sasarannya, adapun
pendekatan yang digunakan yaitu pendekatan bimbingan dan konseling. Sumber
data primer dalam penelitian ini adalah Ibu Anisa Bhekti Pertiwi selaku guru BK.
Sumber data sekundernya yaitu buku, jurnal, internet dan dokumentasi. Metode
pengumpulan data berupa observasi, wawancara dan dokumentasi. Langkah-
langkah yang digunakan dalam menganalisis data pada penelitian melalui reduksi
data, penyajian data dan penarikan kesimpulan.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Belajar adalah istilah kunci (key trem) yang paling vital dalam rana
pendidikan, sehingga tanpa belajar sesunguhnya pendidikan tidak akan pernah
ada. Sebagai proses, belajar selalu mendapatkan tempat yang luas dalam berbagai

4
Lexy J. Moleong, Metode Penelitian Kualitatif Edisi Revisi (Bandung: PT Remaja
Rosda Karya, 2006), h. 3.
5
Hadari Nawawi, Martini Hadari, Instrumen Penelitian Bidang Sosial (Cet. II;
Yogyakarta: Gadja Mada University Press, 1995), h. 67.
6
S. Nasution, Metode Naturalistik Kualitatif (Bandung: Tarsinto, 1996), h. 43.
disiplin ilmu yang berkaitan dengan upaya pendidikan karena pentingnya arti
belajar tersebut. Belajar merupakan riset dan eksperimen psikologi dalam
memahami proses perubahan manusia.7
Hakikat proses belajar secara pasti masih banyak perbedaan pandangan
dari para ahli psikologi, namun terdapat prinsip-prinsip belajar yang telah
disepakati seperti yang dikemukakan oleh Alvin C Eurich dari Ford Foundation
dalam buku Djamarah yang menyimpulkan hal-hal berikut ini sebagai prinsip-
prinsip belajar:
1. Hal apapun yang dipelajari oleh siswa, maka ia harus mempelajarinya sendiri,
tidak ada seorangpun dapat melakukan kegiatan belajar tersebut untuknya.
2. Setiap siswa belajar menurut temponya (kecepatan) sendiri, dan untuk setiap
kelompok umur terdapat variasi dalam kecepatan belajar.
3. Seorang siswa belajar lebih banyak bilamana setiap langkah segera diberikan
penguatan (reinforcement) .
4. Penguasan secara penuh dari setiap langkah memungkinkan belajar secara
keseluruhan lebih berarti.
5. Apabila siswa diberikan tanggung jawab untuk mempelajari sendiri, maka ia
lebih termotivasi untuk belajar untuk belajar. Ia akan belajar dan mengingat
secara lebih baik.8
Sehubungan dengan hal tersebut di atas, Djamarah juga
mengklasifikasikan prinsip-prinsip belajar menjadi 2, yaitu:
1. Prinsip-prinsip belajar yang bersifat psikologis
a) Motivasi, lazim diartikan sebagai sebagai hal yang mendidik seseorang untuk
berbuat sesuatu.
b) Pengalaman sendiri, atau apa yang dialami sendiri akan lebih menarik
dan berkesan dari pada mengetahui orang lain.
c) Keingintahuan, merupakan kodrat manusia yang menyebabkanb manusia itu
maju.

Muhibin Syah , Psikologi Belajar (Jakarta : PT Raja Grafindo Persada,


7

1999), h. 59.
Syaiful Bahri Djamarah, Psikologi Belajar (Banjarmasin : PT Rineka
8

Cipta, 2000), h. 69.


d) Pemecahan masalah, seseorang yang belajar tidak dapat dipisahkan
denganberbagai macam masalah.
e) Berpikir analistis-sintesis. Berpikir secara analitis adalah berusaha mengenal
sesuatu dengan cara mengenali ciri-ciri atau unsur-unsur yang ada pada suatu
itu. Sedangkan berpikir secara sintesis adalah proses berpikir untuk
menemukan hubungan ciri-ciri yang disebutkan dalam jawaban-jawaban
sehingga terjadi rumusan.
f) Perbedaan individual, perbedaan individu meskipun sedikit pasti terdapat
antara seseorang dengan orang lain.
2. Prinsip-prinsip belajar yang bersifat linguistic
a) Mudah menuju sukar, pemberian materi harus mulai dari yang mudah
kemudian dikuti dengan yang sukar atau yang lebih sukar.
b) Sederhana menuju kompleks, pelajaran yang dimulai dari yang sederhana
baru diikuti dengan yang kompleks.
c) Dekat menuju jauh ,pemberian materi pelajaran harus dimulai dari yang ada
di dekat anak didik, baru kemudian secara berangsur-angsur menuju agak
jauh.
d) Pola menuju unsur, materi yang diberikan harus berupa satu kebulatan, baru
diberikan unsur-unsur dari kebulatan itu.
e) Penggunaan menuju pengetahuan.
f) Masalah bukan kebiasan.
g) Kenyataan bukan buatan, belajar adalah kenyataan yang harus dihadapi. 9
Prinsip-prinsip belajar sebagaimana diuraikan di atas adalah prinsip yang
harus menjadi perhatian dalam upaya menanamkan arti penting belajar bagi siswa.
Selain itu, di bawah ini adalah prinsip-prinsip belajar yang berkenaan dengan
perubahan tingkah laku sebagai bentuk hasil belajar seseorang. Hasil belajar
seseorang itu harus bersifat permanen, fungsional dan normatif. Permanen, artinya
perubahan tingkah laku sebagai hasil belajar harus tahan lama menjadi milik
individu dan dapat digunakan setiap saat. Fungsional, artinya perubahan tingkah

Syaiful Bahri Djamarah, Psikologi Belajar (Banjarmasin : PT Rineka


9

Cipta, 2000), h. 72.


laku sebagai hasil belajar harus memiliki manfaat atau berguna, baik untuk
kepentingan individu itu sendiri dalam menjalankan kehidupannya atau
bermanfaat untuk kepentingan individu lainnya serta masyarakat. Normatif,
artinya perubahan tingkah laku sebagai hasil belajar harus selaras dengan norma
dan sistem nilai yang dijunjung tinggi oleh individu dan masyarakat dimana
individu tersebut hidup dan menjalankan kehidupannya.10
Melihat prinsip dan arti penting yang telah dikemukakan di atas, penulis
merasa perlu menguraikan proses bimbingan dan konseling yang dilaksanakan
untuk menunjang pembelajaran yang lebih efektif. Setiawan, Nurhasanah dan
Nurdin dalam artikelnya mengemukakan bahwa untuk menunjang proses
bimbingan dan konseling belajar dalam pelaksanaan layanan khususnya
peminatan dibutuhkan penggunaan media pembelajaran yang memiliki beberapa
dampak positif, yaitu mengatasi hambatan-hambatan yang terjadi dalam proses
pembelajaran, meningkatkan minat belajar peserta didik, meningkatkan motivasi
belajar peserta didik, menciptakan suasana belajar yang interaktif dan
komunikatif, serta meningkatkan kualitas layanan peminatan. Pelaksanaan
layanan tersebut idealnya dapat memberi konstribusi yang signifikan bagi peserta
didik khususnya yang berkaitan dengan arah peminatan. Oleh karena itu
pelaksanaannya memerlukan kinerja guru BK yang kompeten dalam
menjalankan fungsi, tugas dan perannya. Saat ini di Sekolah masih terdapat guru
BK yang belum mampu menjalankan fungsi dan tugasnya secara optimal serta
tidak sedikit pula terdapat peserta didik yang salah atau kurang tepat dalam
memilih arah peminatan. Hal ini tentu ada kaitannya dengan pelaksanaan
layanan, di mana pada kenyataannya sering kali ditemui guru pembimbing
memberikan layanan peminatan kepada siswa hanya dengan mempergunakan
cara-cara yang tradisional sebatas menjelaskan atau memberi ceramah kepada
siswa.11
10
Didi Supriadie dan Deni Darmawan, Komunikasi Pembelajaran (Bandung: PT Remaja
Rosdakarya Offset, 2012), h. 30-31.
Putra Setiawan, Nurhasanah, Said Nurdin, Media Pembelajaran yang digunakan Guru
11

Bimbingan dan Konseling dalam Pelaksanaan Layanan Peminatan (Penelitian pada Guru
Bimbingan dan Konseling di SMA Negeri dalam Wilayah Kota Banda Aceh), Jurnal Ilmiah
Mahasiswa Bimbingan dan Konseling (Vol. 3, No. 4, 2018), h. 35.
Berbeda dengan penelitian yang dilakukan oleh Novalina bahwa proses
belajar akan berbeda untuk setiap sistem pendidikan. Salah satu alternatif
pendidikan yang ditawarkan adalah sekolah berasrama (boarding school).
Lingkungan pada sekolah berasrama memacu peserta didik untuk menguasai ilmu
dan teknologi secara intensif dan menerapkan ajaran agama atau nilai-nilai
khusus. Disamping itu, sekolah berasrama juga mengisolasi siswa dari lingkungan
sosial dan membatasi pergaulan selama di dalam asrama. Tidak mudah bagi siswa
untuk menyesuaikan diri, peralihan dari lingkungan keluarga ke lingkungan
asrama akan menimbulkan perubahan yang signifikan. Keadaan di asrama dengan
peraturan dan kondisi yang berbeda dengan di rumah bisa menjadi sumber
tekanan (stressor) sehingga dapat menyebabkan stres. Siswa yang tidak mampu
menyesuaikan diri dengan kondisi lingkungan dapat mengalami stres dan
memiliki kecenderungan untuk melakukan aktivitas yang lebih menyenangkan
daripada belajar.12 Karena alasan itu, eksistensi bimbingan dan konseling
khususnya dalam lingkup belajar perlu ditingkatkan.
Kamaluddin dalam penelitiannya juga mengemukakan bahwa bimbingan
dan konseling bukanlah kegiatan pembelajaran dalam konteks adegan
mengajar yang layaknya dilakukan guru sebagai pembelajaran bidang studi,
13
melainkan layanan ahli dalam konteks memandirikan peserta didik. Konselor
senantiasa berupaya untuk menciptakan lingkungan belajar yang kondusif,
yang memfasilitasi perkembangan konseli. Konselor dan personel
Sekolah/Madrasah lainnya secara sinergi sebagai teamwork berkolaborasi atau
bekerjasama merencanakan dan melaksanakan program bimbingan secara
sistematis dan berkesinambungan dalam upaya membantu konseli mencapai
tugas-tugas perkembangannya. Teknik bimbingan yang dapat digunakan disini
adalah pelayanan informasi, tutorial, diskusi kelompok atau curah pendapat
(brain storming) dan home room.14

Rumiani, Prokrastinasi Akademik ditinjau dari Motivasi Berprestasi dan


12
Stres
Mahasiswa, Jurnal Psikologi Universitas Diponegoro (Vol.3, No.2, 2006), h. 41.
13
Kamaluddin, Bimbingan dan Konseling Sekolah, Jurnal Pendidikan dan Kebudayaan,
Vol. 17, Nomor 4, Juli 2011, h. 448.
14
Kamaluddin, Bimbingan dan Konseling Sekolah, h. 489.
Setelah melihat hasil penelitian terdahulu, penulis mengemukakan hasil
penelitian yang dilakukan di SMAS Kolombo Yogyakarta yang hanya berfokus
pada peran guru Bimbingan dan Konseling dalam memahamkan arti penting
belajar bagi siswanya. Berdasarkan observasi dan wawancara menurut Anisa
Bhekti Pertiwi selaku guru BK bahwa bagi siswa yang baru memasuki fase
pendidikan lanjutan atau kelas X (Sepuluh) cenderung akan mengalami kesulitan
mengenai arah dari proses belajar itu sendiri, kadang mereka masih bingung
dalam memahami arti penting dari proses belajar. Oleh karena itu, guru BK lebih
mengutamakan dan menekankan pelaksanaan bimbingan klasikal siswa di kelas
X. Namun dalam hal ini, bukan berarti guru BK mengabaikan pelaksanaan siswa
kelas XI dan XII. Tetapi juga memberikan nasihat-nasihat tersirat dengan
beberapa kali menegur atau memberikan pencerahan terhadap mereka yang
mempunyai masalah dan mencurahkan isi hatinya di ruang BK.
Alasan guru BK lebih mengutamakan dan mengintensifkan bimbingan
konseling untuk kelas X karena mereka juga kesulitan membagi waktu belajar.
Hal ini dikarenakan adanya pertentangan antara belajar dan keinginan untuk ikut
aktif dalam kegiatan ekstra kurikuler dan sebagainya. Jadi sudah menjadi sebuah
keharusan dan tanggung jawab selaku guru BK untuk memberikan penerangan
bagi siswa khususnya kelas X dalam proses pemilihan peminatan, baik pada mata
pelajaran itu sendiri maupun pada pemilihan ekstra kulikuler yang tepat dan sesuia
dengan minat dan bakat yang dimiliki masing-masing siswa. Karena tidak dapat
dipungkiri bahwa setiap individu memiliki cara pandang berbeda yang akan
memengaruhi proses pembelajaran dan hasil belajarnya nanti.
Selain itu, adanya bimbingan klasikal yang dilaksanakan setelah jam mata
pelajaran berlangsung diberikan karena ada beberapa siswa yang cenderung
mengalami permasalahan penyesuaian diri dengan guru-guru, teman-teman dan
mata pelajaran. Oleh karena itu, guru BK berperan dalam proses memahamkan
dan memotivasi siswa untuk tetap terlibat aktif pada proses pembelajaran. Adapun
proses pelaksanaannya dengan menceritakan pengalaman-pengalaman dari tokoh
inspiratif yang sekiranya akan membangun semangat para siswa untuk tetap
konsisten dan tidak mudah berputus asa sebagai generasi penerus bangsa yang
berbobot.

Solusi ...............

Anda mungkin juga menyukai