RADIOLOGI
Oleh :
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS WIJAYA KUSUMA SURABAYA
SURABAYA
2020
2
KATA PENGANTAR
Dengan mengucapkan puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Essa, yang
selalu melimpahkan berkah dan karunianya pada umatnya, sehingga saya selaku
penulis dari referat ini dapat menyelesaikan referat ini tepat pada waktunya.
Referat ini dibuat untuk melengkapi tugas dari mata kuliah radiologi.
Referat membahas tentang (Ileus Paralitik), yang nantinya akan membahas
tentang pendahuluan, pembahasan, kesimpulan. Pada kesempatan ini saya pribadi
selaku penulis referat ini mengucapkan banyak terimakasih terhadap seluruh
dokter pengajar mata kuliah radiologi di universitas wijaya kusuma Surabaya.
Saya menyadari bahwa referat ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh
karena itu, kritik dan saran yang sifatnya membagun, sangat saya perlukan untuk
membuat referat ini lebih sempurna.
DAFTAR ISI
Latar Belakang.................................................................................1
Definisi.............................................................................................3
Anatomi ...........................................................................................3
Fisiologi...........................................................................................6
Etiologi...........................................................................................14
Patofisiologi...................................................................................20
Manifestasi klinis...........................................................................22
Diagnosa........................................................................................26
Penatalaksanaan.............................................................................28
Diagnosa Banding..........................................................................28
Prognosis........................................................................................36
DAFTAR PUSTAKA……………………………………………………….38
4
BAB I
PENDAHULUAN
Ileus paralitik atau adynamic ileus adalah keadaan dimana usus gagal/
tidak mampu melakukan kontraksi peristaltik untuk menyalurkan isinya. Ileus
paralitik ini bukan suatu penyakit primer usus melainkan akibat dari berbagai
penyakit primer, tindakan (operasi) yang berhubungan dengan rongga perut,
toksin dan obat-obatan yang dapat mempengaruhi kontraksi otot polos usus.
Ileus paralitik dapat disebabkan oleh berbagai hal seperti ileus paralitik pasca
operasi, ileus akibat konsumsi obat, ileus metabolik, ileus vaskuler, juga pseudo
obstruksi. Penyebab yang paling sering ditemukan adalah ileus paralitik pasca
operasi.
Diagnosis ileus paralitik dapat ditegakkan jika pasien mengalami gejala seperti,
pasien tidak dapat defekasi selama beberapa hari, perut terasa tidak nyaman,
kembung, mual, dan muntah. Pada pemeriksaan fisik bisa didapatkan bising usus
yang menghilang.
BAB II
5
PEMBAHASAN
II.2.1 Vaskularisasi
Pada usus halus, arteri mesentericus superior dicabangkan dari aorta tepat
di bawah arteri seliaka. Arteri ini mendarahi seluruh usus halus kecuali duodenum
yang sebagian atas duodenum adalah arteri pancreotico duodenalis superior, suatu
cabang arteri gastroduoodenalis. Sedangkan separoh bawah duodenum
diperdarahi oleh arteri pancreoticoduodenalis inferior, suatu cabang
arteri mesenterica superior. Pembuluh-pembuluh darah yang memperdarahi
jejenum dan ileum ini beranastomosis satu sama lain untuk membentuk
serangkaian arkade. Bagian ileum yang terbawah juga diperdarahi oleh arteri
ileocolica. Darah dikembalikan lewat vena messentericus superior yang menyatu
dengan vena lienalis membentuk vena porta.
Pada usus besar, arteri mesenterika superior memperdarahi belahan
bagian kanan (sekum, kolon ascendens, dan dua pertiga proksimal kolon
transversum) : (1) ileokolika, (2) kolika dekstra, (3) kolika media, dan arteria
mesenterika inferior memperdarahi bagian kiri (sepertiga distal kolon
transversum, kolon descendens dan sigmoid, dan bagian proksimal rektum) : (1)
kolika sinistra, (2) sigmoidalis, (3) rektalis superior.
transversum dipersarafi oleh saraf simpatis nervus vagus dan saraf parasimpatis
nervus pelvikus. Serabut simpatis berjalan dari pleksus mesentericus superior dan
inferior. Serabut-serabut nervus vagus hanya mempersarafi dua pertiga proksimal
kolon transversum; sepertiga distal dipersarafi oleh saraf parasimpatis nervus
pelvikus. Sedangkan pada kolon descendens dipersarafi serabut-serabut simpatis
dari pleksus saraf mesentericus inferior dan saraf parasimpatis nervus pelvikus.
Perangsangan simpatis menyebabkan penghambatan sekresi dan kontraksi, serta
perangsangan sfingter rektum, sedangkan perangsangan parasimpatis mempunyai
efek berlawanan.
melalui saraf simpatis ke medulla spinalis dan yang lainnya berjalan melalui saraf
vagus ke batang otak. Saraf-saraf sensoris ini mengadakan refleks-refleks local di
dalam usus itu sendiri dan refleks-refleks lain yang disiarkan kembali ke usus baik
dari ganglia prevertebral maupun dari daerah basal sistem saraf pusat.
Isi usus digerakkan oleh peristalsis yang terdiri atas dua jenis gerakan,
yaitu segmental dan peristaltik yang diatur oleh sistem saraf autonom dan hormon.
Pergerakan segmental usus halus mencampur zat-zat yang dimakan dengan sekret
pankreas, hepatobiliar, dan sekresi usus, dan pergerakan peristaltik mendorong isi
dari salah satu ujung ke ujung lain dengan kecepatan yang sesuai untuk absorpsi
optimal dan suplai kontinu isi lambung.
lakteal. Asam lemak kecil dapat memasuki kapiler dan secara langsung menuju ke
vena porta. Garam empedu diabsorpsi ke dalam sirkulasi enterohepatik dalam
ileum distalis. Dari kumpulan 5 gram garam empedu yang memasuki kantung
empedu, sekitar 0,5 gram hilang setiap hari; kumpulan ini bersirkulasi ulang 6 kali
dalam 24 jam.
Protein oleh asam lambung di denaturasi, pepsin memulai proses
proteolisis. Enzim protease pankreas (tripsinogen yang diaktifkan oleh
enterokinase menjadi tripsin, dan endopeptidase, eksopeptidase) melanjutkan
proses pencernaan protein, menghasilkan asam amino dan 2 sampai 6 residu
peptida. Transport aktif membawa dipeptida dan tripeptida ke dalam sel untuk
diabsorpsi.
Karbohidrat, metabolisme awalnya dimulai dengan menghidrolisis pati
menjadi maltosa (atau isomaltosa), yang merupakan disakarida. Kemudian
disakarida ini, bersama dengan disakarida utama lain, laktosa dan sukrosa,
dihidrolisis menjadi monosakarida glukosa, galaktosa, dan fruktosa. Enzim
laktase, sukrase, maltase, dan isimaltase untuk pemecahan disakarida terletak di
dalam mikrovili ’brush border’ sel epitel. Disakarida ini dicerna menjadi
monosakarida sewaktu berkontak dengan mikrovili ini atau sewaktu mereka
berdifusi ke dalam mikrovili. Produk pencernaan, monosakarida, glukosa,
galaktosa, dan fruktosa, kemudian segera disbsorpsi ke dalam darah porta.
Air dan elektrolit, cairan empedu, cairan lambung, saliva, dan cairan
duodenum menyokong sekitar 8-10 L/hari cairan tubuh, kebanyakan diabsorpsi.
Air secara osmotik dan secara hidrostatik diabsorpsi atau melalui difusi pasif.
Natrium dan khlorida diabsorpsi dengan pemasangan zat telarut organik atau
secara transport aktif. Bikarbonat diabsorpsi secara pertukaran natrium/hidrogen.
Kalsium diabsorpsi melalui transport aktif dalam duodenum dan jejenum,
dipercepat oleh hormon parathormon (PTH) dan vitamin D. Kalium diabsorpsi
secara difusi pasif.
Usus besar mempunyai berbagai fungsi yang semuanya berkaitan dengan
proses akhir isi usus. Fungsi usus besar yang paling penting adalah mengabsorpsi
air dan elektrolit, yang sudah hampir lengkap pada kolon bagian kanan. Kolon
14
sigmoid berfungsi sebagai reservoir yang menampung massa feses yang sudah
dehidrasi sampai defekasi berlangsung.
Kolon mengabsorpsi air, natrium, khlorida, dan asam lemak rantai pendek
serta mengeluarkan kalium dan bikarbonat. Hal tersebut membantu menjaga
keseimbangan air dan elektrolit dan mencegah dehidrasi. Menerima 900-1500
ml/hari, semua, kecuali 100-200 ml diabsorpsi, paling banyak di proksimal.
Kapasitas sekitar 5 liter/hari.
Gerakan retrograd dari kolon memperlambat transit materi dari kolon
kanan, meningkatkan absorpsi. Kontraksi segmental merupakan pola yang paling
umum, mengisolasi segmen pendek dari kolon, kontraksi ini menurun oleh
antikolinergik, meningkat oleh makanan, kolinergik. Gerakan massa merupakan
pola yang kurang umum, pendorong antegrad melibatkan segmen panjang 0,5-1,0
cm/detik, 20-30 detik panjang, tekanan 100-200 mmHg, tiga sampai empat kali
sehari, terjadi dengan defekasi.
Sepertiga berat feses kering adalah bakterri; 10¹¹-10¹²/gram. Anaerob >
aerob. Bakteroides paling umum, Escherichia coli berikutnya. Sumber penting
vitamin K. Gas kolon berasal dari udara yang ditelan, difusi dari darah, produksi
intralumen. Nitrogen, oksigen, karbon dioksida, hidrogen, metan. Bakteri
membentuk hidrogen dan metan dari protein dan karbohidrat yang tidak tercerna.
Normalnya 600 ml/hari.(5)
Fungsi motorik pada saluran pencernaan tergantung pada kontraksi sel otot
polos dan integrasi dan modulasi oleh saraf enterik dan ekstrinsik. Kontraksi yang
terjadi sepanjang saluran pencernaan dikendalikan oleh myogenic, mekanisme
saraf dan kimia. Kekacauan mekanisme yang mengatur fungsi motorik
pencernaan ini dapat menyebabkan motilitas usus berubah.
pembedahan kolon. Laparoskopi reseksi usus dikaitkan dengan jangka waktu yang
lebih singkat daripada reseksi kolon ileus terbuka.
- Trauma abdomen
- Pembedahan perut (laparatomy)
- Serum elektrolit abnormalitas
1. Hipokalemia
2. Hiponatremia
3. Hipomagnesemia
4. Hipermagensemia
1. Intrathorak
1. Pneumonia
2. Lower lobus tulang rusuk patah
3. Infark miokard
2. Intrapelvic (misalnya penyakit radang panggul )
3. Rongga perut
1. Radang usus buntu
2. Divertikulitis
3. Nefrolisiasis
4. Kolesistitis
18
5. Pankreatitis
6. Perforasi ulkus duodenum
- Iskemia usus
1. Mesenterika emboli, trombosis iskemia
- Cedera tulang
1. Patah tulang rusuk
2. Vertebral Retak (misalnya kompresi lumbalis Retak )
- Pengobatan
1. Narkotika
2. Fenotiazin
3. Diltiazem atau verapamil
4. Clozapine
5. Obat Anticholinergic
II.5. Patofisiologi
Iskemia Usus.
Neurogenik
- Refleks inhibisi dari saraf afferent: incisi pada kulit dan usus pada
operasi abdominal.
- Refleks inhibisi dari saraf efferent: menghambat pelepasan
neurotransmitter asetilkolin.(8)
20
Hormonal
Kolesistokinin, disekresi oleh sel I dalam mukosa duodenum dan jejunum
terutama sebagai respons terhadap adanya pemecahan produk lemak, asam
lemak dan monogliserida di dalam usus. Kolesistokinin mempunyai efek
yang kuat dalam meningkatkan kontraktilitas kandung empedu, jadi
mengeluarkan empedu kedalam usus halus dimana empedu kemudian
memainkan peranan penting dalam mengemulsikan substansi lemak
sehingga mudah dicerna dan diabsorpsi. Kolesistokinin juga menghambat
motilitas lambung secara sedang. Oleh karena itu disaat bersamaan dimana
hormon ini menyebabkan pengosongan kandung empedu, hormon ini juga
menghambat pengosongan makanan dari lambung untuk memberi waktu
yang adekuat supaya terjadi pencernaan lemak di traktus gastrointestinal
bagian atas.
Hormon lainnya seperti sekretin dan peptide penghambat asam lambung
juga memiliki fungsi yang sama seperti kolesistokinin namun sekretin
berperan sebagai respons dari getah asam lambung dan petida penghambat
asam lambung sebagai respons terhadap asam lemak dan asam amino.
Inflamasi
- Makrofag: melepaskan proinflammatory cytokines (NO).
- prostaglandin inhibisi kontraksi otot polos usus.
Farmakologi
Opioid menurunkan aktivitas dari neuron eksitatorik dan inhibisi dari
pleksus mienterikus. Selain itu, opioid juga meningkatkan tonus otot polos
usus dan menghambat gerak peristaltik terkoordianasi yang diperlukan
untuk gerakan propulsi.
- Opioid: efek inhibitor, blockade excitatory neurons yang
mempersarafi otot polos usus.
21
II.7. Diagnosa
Pada ileus paralitik ditegakkan dengan auskultasi abdomen berupa silent abdomen
yaitu bising usus menghilang. Pada gambaran foto polos abdomen didapatkan
pelebaran udara usus halus atau besar.
Anamnesa
Pada anamnesa ileus paralitik sering ditemukan keluhan distensi dari usus,
rasa mual dan dapat disertai muntah. Pasien kadang juga mengeluhkan
tidak bisa BAB ataupun flatus, rasa tidak nyaman diperut tanpa disertai
nyeri.
22
Pemeriksaan fisik
Inspeksi
Dapat ditemukan tanda-tanda generalisata dehidrasi, yang mencakup
kehilangan turgor kulit maupun mulut dan lidah kering. Pada abdomen
harus dilihat adanya distensi, parut abdomen, hernia dan massa abdomen.
Pada pasien yang kurus tidak terlihat gerakan peristaltik.
Palpasi
Pada palpasi bertujuan mencari adanya tanda iritasi peritoneum
apapun atau nyeri tekan, yang mencakup ‘defence muscular’ involunter
atau rebound dan pembengkakan atau massa yang abnormal untuk
mengetahui penyebab ileus.
Perkusi
Hipertimpani
Auskultasi
Bising usus lemah atau tidak ada sama sekali (silent abdomen) dan
borborigmi
Pemeriksaan penunjang
II.8. Penatalaksanaan
23
1. Konservatif
b. Penderita dipuasakan
2. Farmakologis
3. Operatif
c. Operasi diawali dengan laparotomi kemudian disusul dengan teknik bedah yang
disesuaikan dengan hasil explorasi melalui laparotomi.o Pintas usus : ileostomi,
kolostomi.
umum untuk ileus adalah pseudo-obstruksi, juga disebut sebagai sindrom Ogilvie,
dan obstruksi usus mekanik.
berbeda. Pseudo-obstruksi ini jelas terbatas pada usus besar saja, sedangkan ileus
melibatkan baik usus kecil dan usus besar. Usus besar kanan terlibat dalam klasik
pseudo-obstruksi, yang biasanya terjadi pada pasien yang terbaring lama di tempat
tidur dengan gambaran penyakit ekstraintestinal serius atau pada pasien trauma.
Agen farmakologis, aerophagia, sepsis, dan perbedaan elektrolit juga dapat
berkontribusi untuk kondisi ini.Kondisi
Obstruksi Mekanik
II.10. Prognosis
29
Prognosis dari ileus bervariasi tergantung pada penyebab ileus itu sendiri.
Bila ileus hasil dari operasi perut, kondisi ini biasanya bersifat sementara dan
berlangsung sekitar 24-72 jam. Prognosis memburuk pada kasus-kasus tetentu
dimana kematian jaringan usus terjadi; operasi menjadi perlu untuk menghapus
jaringan nekrotik. Bila penyebab primer dari ileus cepat tertangani maka
prognosis menjadi lebih baik.
BAB III
30
KESIMPULAN
Ileus paralitik atau adynamic ileus adalah keadaan dimana usus gagal/
tidak mampu melakukan kontraksi peristaltik untuk menyalurkan isinya. Ileus
paralitik ini bukan suatu penyakit primer usus melainkan akibat dari berbagai
penyakit primer, tindakan (operasi) yang berhubungan dengan rongga perut,
toksin dan obat-obatan yang dapat mempengaruhi kontraksi otot polos usus.
DAFTAR PUSTAKA
31
TUGAS
32
RADIOLOGI
Oleh :
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS WIJAYA KUSUMA SURABAYA
SURABAYA
2020
KATA PENGANTAR
33
Dengan mengucapkan puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Essa, yang
selalu melimpahkan berkah dan karunianya pada umatnya, sehingga saya selaku
penulis dari referat ini dapat menyelesaikan referat ini tepat pada waktunya.
Referat ini dibuat untuk melengkapi tugas dari mata kuliah radiologi.
Referat membahas tentang (Gastritis), yang nantinya akan membahas tentang
pendahuluan, pembahasan, kesimpulan. Pada kesempatan ini saya pribadi selaku
penulis referat ini mengucapkan banyak terimakasih terhadap seluruh dokter
pengajar mata kuliah radiologi di universitas wijaya kusuma Surabaya.
Saya menyadari bahwa referat ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh
karena itu, kritik dan saran yang sifatnya membagun, sangat saya perlukan untuk
membuat referat ini lebih sempurna.
DAFTAR ISI
Latar Belakang...............................................................................35
Definisi...........................................................................................36
Anatomi .........................................................................................36
Fisiologi.........................................................................................37
Etiologi...........................................................................................38
Patofisiologi...................................................................................41
Manifestasi klinis...........................................................................43
Diagnosa........................................................................................43
Penatalaksanaan.............................................................................44
Diagnosa Banding..........................................................................45
Prognosis........................................................................................45
DAFTAR PUSTAKA……………………………………………………….47
BAB I
35
PENDAHULUAN
Gastritis dibagi menjadi dua, gastritis akut dan gastritis kronis. Gastritis
akut adalah kelainan klinis akut yang menyebabakan perubahan pada mukosa
lambung antara lain ditemukan sel inflamasi akut dan neutrofil, mukosa edema,
merah dan terjadi erosi kecil dan perdarahan. Semua tipe gastritis akut
mempunyai gejala yang sama episode berulang dari gastritis akut dapat
menyebabkan gastritis kronik.
Gambar 1. Gastritis
36
BAB II
PEMBAHASAN
jumlah makanan yang makin lama makin banyak sampai suatu batas saat gaster
berelaksasi sempurna, yaitu 0,8 sampai 1,5 liter.
Tekanan dalam gaster akan tetap rendah sampai batas ini dicapai. Sekresi
gaster dikendalikan oleh mekanisme neural dan humoral. Komponen saraf adalah
refleks otonom lokal yang melibatkan neuronneuron kolinergik dan impuls-impuls
dari susunan saraf pusat melalui saraf vagus. Aktivitas sekresi gaster sangat
ditingkatkan pada awal makan saat kemo dan mekanoreseptor dalam rongga
mulut dirangsang oleh pengunyahan dan pengecapan makanan.
Impuls aferen dan reseptor ini menuju ke otak dan diteruskan ke serat
eferen dalam saraf vagus yang bekerja langsung pada sel-sel oksintik untuk
meningkatkan sekresi asam. Bersamaan waktu neuron dalam pleksus saraf
intrinsik terangsang oleh eferen vagus, membangkitkan impuls yang menginduksi
sel-G untuk membebaskan gastrin, yang memiliki efek stimulasi kuat pada sel-sel
oksintik. Ada bukti bahwa pembebasan gastrin dapat distimulasi oleh peptida dan
produk asam amino dari pencernaan oleh kafein, dan oleh konsentrasi rendah
alkohol yang masuk bersama makanan.
Hormon-hormon dasar atau neurotransmitter yang secara langsung
merangsang sekresi kelenjar gaster adalah histamin, asetilkolin, dan gastrin.
Sekresi asam lambung dirangsang oleh histamin melalui reseptor H2, asetilkolin
melalui reseptor muskarinik M1 dan oleh gastrin melalui reseptor gastrin di
membran sel parietal. Reseptor H2 meningkatkan AMP siklik intrasel sedangkan
reseptor muskarinik dan reseptor gastrin menimbulkan efek melalui peningkatan
kadar Ca2+ bebas intrasel. Proses-proses intrasel saling berinteraksi sehingga
pengaktifan salah satu jenis resesptor akan memperkuat respon reseptor lain
terhadap rangsangan.
39
Gastritis terbagi menjadi etiologi umum, etiologi lain, dan etiologi yang jarang
terjadi dengan salah satu penyebab utama adalah infeksi Helicobacter pylori.
Penyebab umum
Penyebab umum gastritis adalah Helicobacter pylori, stres, dan beberapa jenis
obat.
Helicobacter pylori
Gastritis juga dapat terjadi karena rekasi karena stres. Stres yang dimaksud dapat
disebabkan oleh beberapa keadaan seperti:
Kortikosteroid
Penyebab Lain
Penyebab lain yang bisa menyebabkan gastritis adalah:
- Minuman beralkohol
- Penggunaan kokain
Alergi makanan, misalnya susu sapi, atau produk soya, terjadi biasanya pada
anak-anak. Infeksi virus (cytomegalovirus), parasit (anisakidosis), jamur
(candidiasis, histoplasmosis), dan bakteri lain, khususnya pada orang dengan
sistem imun yang lemah
41
- Tuberkulosis
- Sifilis
- Phlegmonous gastritis
- Helicobacter heilanniigastritis
- Iskemia
- Sindrom Zollinger-Ellison
Inflamasi Mukosa
Gastritis Akut
Gastritis fase akut dapat diklasifikasikan menjadi dua yaitu gastritis erosif akut
dan gastritis non-erosif.
Gastritis Kronik
Dalam hal respon imun penderita gagal untuk mengatasi infeksi, maka secara
perlahan tapi pasti dalam jangka waktu 3-4 minggu akan terjadi pembentukan dan
akumulasi sel-sel inflamasi yang bersifat kronik. Keadaan ini dapat menggantikan
istilah gastritis netrofilik akut dengan gastritik kronik aktif, yang umumnya
disebabkan oleh Helicobacter pylori.
43
Gastritis kronik dapat berlanjut menjadi berbagai tipe yang hanya dapat dibedakan
secara histologis, yaitu:
- Gastritis atrofik
- Gastritis kronis aktif
- Gastritis atrofik dengan stadium lanjut, berhubungan dengan
infeksi Helicobacter pylori kronik
- Gastritis atrofik autoimun
Gastritis akut
Gastritis akut nyeri epigastrium, mual, muntah, dan perdaraha tersclubung juga
nyata. Dengan endoskopi terlihat mukosa lambung hiperemia dan udiem,
mungkin juga ditemukan erosi dan pendarahan aktif.
Gastritis kronik
penurunan caiaran.
oksigen meningkat.
44
Gastritis akut
b. Bila pasien mampu makan melalui mulut diet memerlukan nutrisi yang
dikeluarkan.
pencernaan gastrointestinal.
e. Untuk menetralisir alkali gunakan jus lemon encer atau cuka encer.
atau perfonasi.
Gastritis kronis
a. Dapat diatasi dengan mengatur diet pasien, diet makanan gratis diberikan
b. Mengurangi stress
1. Tukak duodenum
3. Ulkus peptikum
Gambaran Gastritis :
II.10. Prognosis
kronis tipe A.
BAB III
KESIMPULAN
Gastritis adalah proses inflamasi pada lapisan mukosa dan sub mukosa
lambung. Secara histopologi dapat dibuktikan dengan adanya infiltrasi selsel
radang pada daerah tersebut. Mukosa barier lindungi umum dari lambung dari
pencemaan terhadap lambung itu sendiri, yang disebut proses autodigesti asam,
prostaglandin yang memberikan perlindungan ini.
Ketika mukosa barier ini rusak maka timbul gastritis. Salah satu penyebab
dari gastritis adalah infeksi dari bakteri Helicobacter pylori (H. pyłori) dan
merupakan satu-satunya bakteri yang hidup di lambung. Bakteri ini dapat
menginfeksi lambung sejak anak-anak dan menyebabkan penyakit lambung
kronis.
Terapi yang diberikan adalah terapi untuk mengurangi asam lambung dan
terapi terhadap Helicobacter pyłori. Cara mencegah risiko gastritis dengan cara
pola hidup sehat dan menghindari faktor risiko juga pencetus kekambuhan.
Prognosis sangat tergantung kondisi pasien saat datang.
47
DAFTAR PUSTAKA
1. Wendah H. Hubungan pola makan dan stres dengan kejadian gastritis pada
pasien yang berobat di Puskesmas Ramboken (buletin). Tomohon: Universitas
Sariputra. 2016.
TUGAS
RADIOLOGI
Oleh :
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS WIJAYA KUSUMA SURABAYA
SURABAYA
2020
49
KATA PENGANTAR
Dengan mengucapkan puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Essa, yang
selalu melimpahkan berkah dan karunianya pada umatnya, sehingga saya selaku
penulis dari referat ini dapat menyelesaikan referat ini tepat pada waktunya.
Referat ini dibuat untuk melengkapi tugas dari mata kuliah radiologi.
Referat membahas tentang (Urolitiasis), yang nantinya akan membahas tentang
pendahuluan, pembahasan, kesimpulan. Pada kesempatan ini saya pribadi selaku
penulis referat ini mengucapkan banyak terimakasih terhadap seluruh dokter
pengajar mata kuliah radiologi di universitas wijaya kusuma Surabaya.
Saya menyadari bahwa referat ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh
karena itu, kritik dan saran yang sifatnya membagun, sangat saya perlukan untuk
membuat referat ini lebih sempurna.
DAFTAR ISI
Latar Belakang...............................................................................35
Definisi...........................................................................................36
Anatomi .........................................................................................36
Fisiologi.........................................................................................37
Etiologi...........................................................................................38
Patofisiologi...................................................................................41
Manifestasi klinis...........................................................................43
Diagnosa........................................................................................43
Penatalaksanaan.............................................................................44
Diagnosa Banding..........................................................................45
Prognosis........................................................................................45
DAFTAR PUSTAKA……………………………………………………….47
51
BAB I
PENDAHULUAN
BAB II
PEMBAHASAN
II. 1. Definisi
a. Ureter
Ureter merupakan saluran sepanjang 25-30 cm yang membawa
hasil penyaringan ginjal (filtrasi, reabsorpsi, sekresi) dari pelvis renalis
menuju vesica urinaria. Terdapat sepasang ureter yang terletak
retroperitoneal, masing-masing satu untuk setiap ginjal.
Ureter setelah keluar dari ginjal (melalui pelvis) akan turun di
depan m.psoas major, lalu menyilangi pintu atas panggul dengan
a.iliaca communis. Ureter berjalan secara postero-inferior di dinding
lateral pelvis, lalu melengkung secara ventro-medial untuk mencapai
vesica urinaria. Adanya katup uretero-vesical mencegah aliran balik
urine setelah memasuki kandung kemih. Terdapat beberapa tempat di
55
c. Uretra
Uretra merupakan saluran yang membawa urine keluar dari vesica
urinaria menuju lingkungan luar. Terdapat beberapa perbedaan uretra
pada pria dan wanita. Uretra pada pria memiliki panjang sekitar 20 cm
dan juga berfungsi sebagai organ seksual (berhubungan dengan kelenjar
prostat), sedangkan uretra pada wanita panjangnya sekitar 3.5 cm.
selain itu, Pria memiliki dua otot sphincter yaitu m.sphincter interna
(otot polos terusan dari m.detrusor dan bersifat involunter) dan
m.sphincter externa (di uretra pars membranosa, bersifat volunter),
sedangkan pada wanita hanya memiliki m.sphincter externa (distal
inferior dari kandung kemih dan bersifat volunter).
Pada pria, uretra dapat dibagi atas pars pre-prostatika, pars
prostatika, pars membranosa dan pars spongiosa.
Pars pre-prostatika (1-1.5 cm), merupakan bagian dari collum
vesicae dan aspek superior kelenjar prostat. Pars pre-prostatika
dikelilingi otot m. sphincter urethrae internal yang berlanjut dengan
57
di bawah kendali somatis, namun tidak seperti uretra pria, uretra pada
wanita tidak memiliki fungsi reproduktif.
II. 3. Fisiologi
Fungsi ginjal selain mengatur keseimbangan biokimia tubuh dengan
cara mengatur keseimbangan air, konsentrasi garam dalam darah dan asam
basa ginjal juga berperan dalam produksi hormon seperti:
Eritropoietin: menstimulasi produksi eritrosit di sumsum tulang.
Eritropoietin disekresikan saat ginjal mengalami hipoksia. Hampir
semua hormon eritropoietin yang terdapat dalam darah disekresi
oleh ginjal.
1,25-Dihydroxyvitamin D3 (calcitriol): merupakan bahan aktif dari
vitamin D. Prekursor vitamin D terhidroksilasi di ginjal. Calcitriol
adalah vitamin esensial untuk meregulasi kalsium deposisi pada
tulang dan kalsium reabsorbsi dalam traktus digestivus. Calcitriol
juga mempunyai peran penting dalam refulasi kalsium dan fosfat.
Renin: berfungsi sebagai regulator tekanan arteri jangka pendek.
Renin bekerja pada jalur angiotensin untuk meningkatkan tekanan
vaskuler dan produksi aldosteron.
59
1) Filtrasi glomerular
2) Reabsorpsi
Zat-zat yang difilltrasi ginjal dibagi dalam 3 bagian yaitu : non
elektrolit, elektrolit dan air. Setelah filtrasi langkah kedua adalah
reabsorpsi selektif zat-zat tersebut kembali lagi zat-zat yang sudah
difiltrasi.Hasil sisa metabolisme seperti urea, kreatinin, asam urat sedikit
di reabsorbsi pada tubulus ginjal. Sebaliknya elektrolit seperti natrium,
klorida dan bikarbonat terreabsorbsi dalam jumlah banyak, hingga kadar
elektrolit dalam urin akan rendah. Beberapa zat hasil filtrasi akan
60
3) Sekresi
Sekresi tubular melibatkan transport aktif molekul-molekul dari
aliran darah melalui tubulus kedalam filtrat. Banyak substansi yang
disekresi tidak terjadi secara alamiah dalam tubuh (misalnya penisilin).
Substansi yang secara alamiah terjadi dalam tubuh termasuk asam urat dan
kalium serta ion-ion hidrogen.
Pada tubulus kontortus distal, transport aktif natrium sistem carier
yang juga telibat dalam sekresi hidrogen dan ion-ion kalium tubular.
Dalam hubungan ini, tiap kali carier membawa natrium keluar dari cairan
tubular, cariernya bisa hidrogen atau ion kalium kedalam cairan tubular
“perjalanannya kembali” jadi, untuk setiap ion natrium yang diabsorpsi,
hidrogen atau kalium harus disekresi dan sebaliknya. Pilihan kation yang
akan disekresi tergantung pada konsentrasi cairan ekstratubular (CES) dari
ion-ion ini (hidrogen dan kalium). Pengetahuan tentang pertukaran kation
dalam tubulus distalis ini membantu kita memahami beberapa hubungan
yang dimiliki elektrolit dengan lainnya. Sebagai contoh, kita dapat
mengerti mengapa bloker aldosteron dapat menyebabkan hiperkalemia
atau mengapa pada awalnya dapat terjadi penurunan kalium plasma ketika
asidosis berat dikoreksi secara teurapeutik.
II. 4. Etiologi
61
II. 5. Patofisiologi
A. Gejala klinis
Gejala klinis pada batu ginjal berbeda tergantung lokasi batu, ukuran dan
penyulit yang telah terjadi:
Nefrolithiasis : Nyeri pinggang non kolik akibat peregangan kapsul
ginjal karena hidronefrosis ataupun infeksi pada ginjal. Pemeriksaan
ketuk CVA positif. Jika ginjal telah mengalami hidronefrosis maka
ginjal akan teraba pada pemeriksaan ballottement. Jika ginjal
mengalami infeksi pasien, demam dapat ditemukan.
64
Nyeri Nyeri pada ginjal dapat menimbulkan dua jenis nyeri yaitu
nyeri kolik dan non kolik. Nyeri kolik terjadi karena adanya stagnansi
batu pada saluran kemih sehingga terjadi resistensi dan iritabilitas
pada jaringan sekitar. Nyeri kolik juga karena adanya aktivitas
peristaltik otot polos sistem kalises ataupun ureter meningkat dalam
usaha untuk mengeluarkan batu pada saluran kemih.
II. 7. Diagnosis
Anamnesis
Pasien dengan BSK mempunyai keluhan yang bervariasi mulai dari
tanpa keluhan, sakit pinggang ringan sampai dengan kolik, disuria,
hematuria,retensio urine, anuria. Keluhan ini dapat disertai dengan
penyulit seperti demam, dan tanda-tanda gagal ginjal. Setalah itu,
67
Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan fisik pasien dengan BSK dapat bervariasi mulai dari
tanpa kelainan fisik sampai tanda-tanda sakit berat, tergantung pada
letak batu dan penyulit yang ditimbulkan. Pada pemeriksaan fiisk
khusus urologi dapat dijumpai :
Pemeriksaan Laboratorium
Dilakukannya pemeriksaan urin rutin untuk melihat adanya
eritrosuria, leukosituria, bakteriuria, pH urin dan kultur urin. Pada
pemeriksaan darah dilakukan untuk melihat hemoglobin, leukosit,
ureum dan kreatinin. Pada hasil urinalisis bila pH >7,5 : lithiasis
disebabkan oleh infeksi dan bila pH <5,5 : lithiasis karena asam urat.
Pencitraan
Diagnosis klinis sebaiknya didukung dengan prosedur pencitraan
yang tepat. Pemeriksaan rutin yang dilakukan yaitu foto polos perut
dengan pemeriksaan ultrasonografi atau dengan intavenous
pyelography atau spiral CT.
berikut ini :
68
II. 8. Penatalaksanaan
Batu yang sudah menimbulkan masalah pada saluran kemih
secepatnya harus dikeluarkan agar tidak menimbulkan penyakit lebih
parah. Batu dapat dikeluarkan dengan cara medikamentosa dan non
medikamentosa :
Medikamentosa:
o Terapi ini ditujukan untuk batu yang ukurannya kurang dari 5
mm diharapkan dapat keluar dengan spontan dengan tujuan
untuk mengurangi nyeri saat proses pengeluaran batu dengan
cara miksi. Pemberian diuretik dapat digunakan untuk
memperlancar aliran urin. Edukasi pasien untuk minum banyak
juga dapat dilakukan untuk memperlancar aliran urin.
69
Non Medikamentosa
o ESWL (Extracorporeal Shockwave Lithotripsy) : alat ini
dapat memecah batu ginjal, ureter proksimal atau buli buli
tanpa melalui tindakan invasive dan tanpa pembiusan.
Menggunakan shockwave batu dapat dipecahkan. Pasien dapat
merasa nyeri kolik pada proses pemecahan batu. Kontraindikasi
pemecahan batu menggunakan ESWL adalah pasien hamil,
infeksi saluran kemih dan batu sistein.
o PNL (Percutaneus Nephro Litholapaxy): menggunakan alat
endoskopi ke sistem kalises melalui insisi pada kulit. Batu
kemudian dipecah menjadi ukuran yang lebih kecil.
o Litotripsi: menggunakan alat litotriptor dengan akses dari
uretra, batu dapat dipecahkan menjadi fragmen kecil. Pecahan
batu dapat dikeluarkan dengan evakuator Ellik.
o Ureteroskopi: dengan memasukkan alat ureteroskopi per
uretram guna melihat keadaan ureter atau sistem pielokaliks
ginjal.
o Bedah laparoskopi: cara ini banyak dipakai untuk mengambil
batu ureter.
o Bedah terbuka : terbagi atas :
• Nefrolitotomi merupakan operasi terbuka untuk mengambil
batu yang berada di dalam ginjal
• Ureterolitotomi merupakan operasi terbuka untuk mengambil
batu yang berada di ureter
• Vesikolitomi merupakan operasi terbuka untuk mengambil
70
Pielonefritis akut
Pielonefritis akut atau juga dikenal sebagai nefritis
tubulointerstisial infeksiosa akuta, merupakan keadaan inflamasi
mendadak oleh bakteri yang pada awalnya mengenai daerah interstisial
dan pelvis renalis. Pielonefritis lebih sering dijumpai pada wanita dan
kemungkinan hai ini terjadi karena uretra yang lebh pendek serta
kedekatan meatus uretra yang lebih pendek serta kedekatan meatus uretra
dengan vagina dan rectum, kedua kondisi ini menyebabkan bakteri lebih
mudah mencapai kandung kemih. Pielonefritis juga dapat terjadi pada laki-
laki karena berkurangnya secret prostat yang bersifat antibakteri.
71
Refluks Vesikoureter
Pada refluks vesikoureter, urine mengalir dari kandung kemih
kembali ke dalam ureter dan akhirnya ke dalam pelvis renalis. Ketika
kandung kemih hanya mengosongkan sebagan urine yang tersimpan maka
infeksi saluran kemih dapat terjadi. Gangguan ini paling sering terjadi
pada anak laki-laki dan dalam awal usia kanak-kanak (usia tiga hingga
tujuh tahun) pada anak perempuan. Refluks vesikoureter primer yang
terjadi karena anomaly congenital lebih sering ditemukan pada wanita
Gejala yang ditimbulkan adalah rasa terbakar dan nyeri saat urinasi,
hematuria, urine yang berbau busuk, demam tinggi dan menggigil akibat
infeksi saluran kencing, nyeri pada pinggang, muntah, perasaan tidak enak
badan, dan saat palpasi teraba keras dan menebal pada kandung kemih.
Tumor Ginjal
Tumor ginjal adalah massa abnormal yang berkembang di ginjal.
Tumor ginjal terbentuk ketika sel tumbuh terlalu cepat dalam ginjal.
Biasanya, sel yang lebih tua diganti oleh sel baru. Ketika proses ini
berjalan kacau, sel-sel tua tidak mati, dan sel-sel baru tumbuh ketika tidak
diperlukan, sehingga menyebabkan tumor. Ketika tumor jinak, tidak
menyebabkan kanker dan tidak menyebar ke bagian tubuh lainnya.
Namun, tumor dapat mengganggu fungsi organ sehingga harus diobati
melalui pembedahan.
Gejalanya adalah nyeri pinggang, nyeri perut jika terjadi infasi
tumor yang menembus ke ginjal, hematuria, demam yang terjadi sebagai
reaksi anafilaksis tubuh terdapat protein tumor, adanya massa dalam perut,
72
BAB III
KESIMPULAN
DAFTAR PUSTAKA
3. da Rosa Gomes, V, Ariza, PC, Borges, NC, et al. Risk factors associated with
feline urolithiasis. Vet Res Commun 2018; 42: 87–94.
TUGAS
RADIOLOGI
76
Oleh :
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS WIJAYA KUSUMA SURABAYA
SURABAYA
2020
KATA PENGANTAR
Dengan mengucapkan puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Essa, yang
selalu melimpahkan berkah dan karunianya pada umatnya, sehingga saya selaku
penulis dari referat ini dapat menyelesaikan referat ini tepat pada waktunya.
77
Referat ini dibuat untuk melengkapi tugas dari mata kuliah radiologi.
Referat membahas tentang (Ileus Obstruktif), yang nantinya akan membahas
tentang pendahuluan, pembahasan, kesimpulan. Pada kesempatan ini saya pribadi
selaku penulis referat ini mengucapkan banyak terimakasih terhadap seluruh
dokter pengajar mata kuliah radiologi di universitas wijaya kusuma Surabaya.
Saya menyadari bahwa referat ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh
karena itu, kritik dan saran yang sifatnya membagun, sangat saya perlukan untuk
membuat referat ini lebih sempurna.
DAFTAR ISI
Latar Belakang...............................................................................35
Definisi...........................................................................................36
Anatomi .........................................................................................36
Fisiologi.........................................................................................37
Etiologi...........................................................................................38
Patofisiologi...................................................................................41
Manifestasi klinis...........................................................................43
Diagnosa........................................................................................43
Penatalaksanaan.............................................................................44
Diagnosa Banding..........................................................................45
Prognosis........................................................................................45
DAFTAR PUSTAKA……………………………………………………….47
BAB I
PENDAHULUAN
Ileus adalah gangguan atau hambatan pasase isi usus yang merupakan
tanda adanya obstruksi usus akut yang segera membutuhkan pertolongan atau
tindakan. Ileus ada 2 macam yaitu ileus obstruktif dan ileus paralitik.
Ileus obstruktif atau disebut juga ileus mekanik adalah keadaan dimana isi
lumen saluran cerna tidak bisa disalurkan ke distal atau anus karena adanya
sumbatan/hambatan mekanik yang disebabkan kelainan dalam lumen usus,
dinding usus atau luar usus yang menekan atau kelainan vaskularisasi pada suatu
segmen usus yang menyebabkan nekrosis segmen usus tersebut.
Sedangkan ileus paralitik atau adynamic ileus adalah keadaan di mana
usus gagal atau tidak mampu melakukan kontraksi peristaltik untuk menyalurkan
isinya akibat kegagalan neurogenik atau hilangnya peristaltik usus tanpa adanya
obstruksi mekanik.
BAB II
PEMBAHASAN
80
II. 1. Definisi
Ileus obstruktif atau disebut juga ileus mekanik adalah keadaan
dimana isi lumen saluran cerna tidak bisa disalurkan ke distal atau anus
karena adanya sumbatan atau hambatan mekanik yang disebabkan
kelainan dalam lumen usus, dinding usus atau luar usus yang menekan
atau kelainan vaskularisasi pada suatu segmen usus yang menyebabkan
nekrosis segmen usus tersebut.
Kolon mengabsorpsi air, natrium, khlorida, dan asam lemak rantai pendek
serta mengeluarkan kalium dan bikarbonat. Hal tersebut membantu menjaga
keseimbangan air dan elektrolit dan mencegah dehidrasi. Menerima 900-1500
ml/hari, semua, kecuali 100-200 ml diabsorpsi, paling banyak di proksimal.
Kapasitas sekitar 5 l/hari.
Gerakan retrograd dari kolon memperlambat transit materi dari kolon
kanan,meningkatkan absorpsi. Kontraksi segmental merupakan pola yang paling
umum, mengisolasisegmen pendek dari kolon, kontraksi ini menurun oleh
antikolinergik, meningkat olehmakanan, kolinergik. Gerakan massa merupakan
pola yang kurang umum, pendorong antegrad melibatkan segmen panjang 0,5-1,0
cm/detik, 20-30 detik panjang, tekanan 100-200 mmHg,tiga sampai empat.
II. 4. Etiologi
1. Hernia inkarserata :
Usus masuk dan terjepit di dalam pintu hernia. Pada anak dapat dikelola
secara konservatif dengan posisi tidur Trendelenburg. Namun, jika percobaan
reduksi gaya berat ini tidak berhasil dalam waktu 8 jam, harus diadakan
herniotomi segera.
2. Non hernia inkarserata, antara lain :
Di mana pita fibrosis dari jaringan ikat menjepit usus. Dapat berupa
perlengketanmungkin dalam bentuk tunggal maupun multiple, bisa
setempat atau luas. Umunya berasal dari rangsangan peritoneum akibat
peritonitis setempat atau umum. Ileus karena adhesi biasanya tidak
disertai strangulasi.
b. Invaginasi
84
c . Askariasis
d. Volvulus
e. Tumor
85
II. 5. Patofisiologi
1. Obstruksi sederhana
86
penyumbatan usus meliputi nyeri kram pada perut, disertai kembung. Pada
obstruksi usus halus proksimal akan timbul gejala muntah yang banyak,
Nyeri bisa berat dan menetap. Nyeri abdomen sering dirasakan sebagai
perasaan tidak enak di perut bagian atas. Semakin distal sumbatan, maka
Tanda vital normal pada tahap awal, namun akan berlanjut dengan
dehidrasi akibat kehilangan cairan dan elektrolit. Suhu tubuh bisa normal
sampai demam. Distensi abdomendapat dapat minimal atau tidak ada pada
Bising usus yang meningkat dan “metallic sound” dapat didengar sesuai
dengan nyeri hebat.Hal yang perlu diperhatikan adalah adanya skar bekas
iskemik dimana nyeri yang sangat hebat, menetap dan tidak menyurut,
nekrosis usus.
keras dan timbul sesuai dengan nyeri. Konstipasi atau obstipasi adalah
penyumbatan usus besar. Muntah timbul kemudian dan tidak terjadi bila
katup ileosekal mampu mencegah refluks. Bila akibat refluks isi kolon
terdorong ke dalam usus halus, akan tampak gangguan pada usus halus.
Muntah feka lakan terjadi kemudian. Pada keadaan valvula Bauchini yang
gerakan usus akan tampak pada pasien yang kurus, dan akan terdengar
metallic sound pada auskultasi. Nyeri yang terlokasi, dan terabanya massa
II. 7. Diagnosa
misalnya berupa adhesi dalam perut karena pernah dioperasi atau terdapat
hiperperistaltis berkala berupa kolik yang disertai mual dan muntah. Kolik
tersebut terlihat pada inspeksi perut sebagai gerakan usus atau kejang usus
setelah satu dua kali defekasi tidak ada lagi flatus atau defekasi.
air besar terutama berupa obstipasi dan kembung yang kadang disertai
usus pada dinding perut. Biasanya distensi terjadi pada sekum dan kolon
(bising usus). Pada penyakit ini, bising usus mungkin terdengar sangat
keras dan bernada tinggi, atau tidak terdengar sama sekali. Nilai
adanya obstruksi mekanis dan letaknya. Pada ileus obstruktif letak rendah
II. 8. Penatalaksanaan
1. Persiapan
2. Operasi
90
3. Pasca Bedah
Pengobatan pasca bedah sangat penting terutama dalam hal cairan dan
Pada ileus paralitik nyeri yang timbul lebih ringan tetapi konstan
dan difus, dan terjadidistensi abdomen. Ileus paralitik, bising usus tidak
terdengar dan tidak terjadi ketegangan dinding perut. Bila ileus disebabkan
oleh proses inflamasi akut, akan ada tanda dan gejala dari penyebab
GAMBARAN RADIOLOGI
- Air fluid level yang pendek-pendek dan banyak (step ladder sign)
tepi abdomen
usus halus.
BAB III
KESIMPULAN
DAFTAR PUSTAKA
1. Bilderback PA, Massman JD 3rd, Smith RK, La Selva D, Helton WS. Small
bowel obstruction is a surgical disease: patients with adhesive small bowel
obstruction requiring operation have more cost-effective care when admitted to a
surgical service. J Am Coll Surg. 2015;221:7–13.