PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Rumah sakit adalah salah satu sarana kesehatan dan digunakan sebagai rujukan
bersifat penyembuhan dan pemulihan pasien. Kesehatan adalah salah satu kebutuhan
pokok hidup manusia yang bersifat mutlak. Menurut UU No. 36 Tahun 2009, kesehatan
adalah keadaan sehat, baik secara fisik, mental, spritual maupun sosial yang
memungkinkan setiap orang untuk hidup produktif secara sosial dan ekonomis.
memperoleh derajat kesehatan yang setinggi- tingginya adalah suatu hak asasi bagi setiap
orang.
mewujudkan derajat kesehatan masyarakat yang optimal antara lain meliputi pendekatan
kesehatan baik secara mental ataupun fisik (rehabilitasi) yang dilaksanakan secara
kesehatan yang meliputi segala bentuk dana, tenaga, perbekalan kesehatan, sediaan
farmasi dan alat kesehatan serta fasilitas pelayanan teknologi harus dimanfaatkan dalam
Pelayanan kesehatan yang bermutu tentunya tidak terlepas dari pelayanan farmasi
rumah sakit. Tuntutan pasien dan masyarakat tentang mutu pelayanan farmasi di era
1
sekarang ini mengharuskan adanya perubahan pelayanan dari paradigma lama (drug
Nomor 72 Tahun 2016 tentang Standar Pelayanan Kefarmasian di Rumah Sakit yang
sediaan farmasi, alat kesehatan dan bahan medis habis pakai serta pelayanan farmasi
ketersediaan sediaan farmasi, alat kesehatan, dan bahan medis habis pakai yang aman,
bermutu, bermanfaat, dan terjangkau bagi semua lapisan masyarakat termasuk pelayanan
farmasi klinik.
mutu adalah mekanisme kegiatan pemantauan dan penilaian terhadap pelayanan yang
diberikan, secara terencana dan sistematis, sehingga dapat diidentifikasi peluang untuk
ditinjau dari dua aspek, yaitu aspek pelayanan kefarmasian yang profesional dan aspek
manajerial yang berkaitan dengan pengelolaan obat sebagai suatu komoditas. Sebagai
proaktif. Dua aspek tersebut terangkum dalam lingkar sepuluh kegiatan PPOSR
2
(Pengelolaan dan Penggunaan Obat Secara Rasional) yang meliputi pemilihan,
Farmasi perlu melakukan Praktek Kerja Profesi Lapangan (PKL) di rumah sakit. Praktek
Kerja Lapangan ini dilakukan di Rumah Sakit Angkatan Laut Jala Ammari terhitung dari
3 Februari – 29 Februari. Pelaksanaan PKL ini dapat memberikan bekal yang cukup
Selain itu mahasiswa juga dapat melihat secara langsung alur proses pelayanan
medik dan penunjang yang meliputi input, proses dan output. Sehingga mahasiswa
3
B. Tujuan Praktek Kerja Rumah Sakit
1. Bagi institusi
masing-masing institusi.
b. Mendapat alternatif calon tenaga kerja yang telah dikenal mutu dan
kredibiltanya
perguruan tinggi
4
a. pengajaran.
rumah sakit
3. Mahasiswa
masyarakat.
sakit.
5
4. Sistematika Penulisan
HALAMAN JUDUL
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
pengantar, bab-bab dan sub bab, daftar pustaka, daftar gambar dan tabel, dan
lampiran.
BAB I : PENDAHULUAN
BAB IV : PENUTUP
6
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
7
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Tinjauan Pustaka
rawat inap, rawat jalan, dan gawat darurat (Peraturan Menteri Kesehatan No. 72
Tahun 2016 Tentang Standar Pelayanan Kefarmasian di Rumah Sakit Pasal 1 Ayat
1).
Pemerintah Daerah, atau swasta. Rumah Sakit yang didirikan dan diselenggarakan
oleh Pemerintah merupakan unit pelaksana teknis dari instansi Pemerintah yang
lainnya (Peraturan Menteri Kesehatan N0. 56 Tahun 2014 Tentang Klasifikasi dan
Menteri Kesehatan N0. 56 Tahun 2014 Tentang Klasifikasi dan Perizinan Rumsh
8
Sakit Pasal 5)
dengan
kesehatan yang paripurna tingkat kedua dan ketiga sesuai kebutuhan medis;
rangka
memperhatikan
dalam Rumah Sakit Umum dan Rumah Sakit Khusus (Peraturan Menteri
Kesehatan N0. 56 Tahun 2014 Tentang Klasifikasi dan Perizinan Rumsh Sakit
Pasal 11).
56 Tahun 2014 Tentang Klasifikasi dan Perizinan Rumsh Sakit Pasal 12).
9
Rumah Sakit Umum Kelas D diklasifikasikan menjadi:
diklasifikasikan menjadi:
Pelayanan yang diberikan oleh Rumah Sakit Umum kelas C paling sedikit
a. Pelayanan medik;
b. Pelayanan kefarmasian;
jawab kepada pasien yang berkaitan dengan sediaan farmasi dengan maksud
10
Pengaturan Standar Pelayanan Kefarmasian di Rumah Sakit bertujuan untuk:
c. melindungi pasien dan masyarakat dari penggunaan obat yang tidak rasional
a. Pengelolaan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai;
dan
Pengelolaan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai
meliputi :
a. Pemilihan;
b. Perencanaan kebutuhan;
c. Pengadaan;
d. Penerimaan;
e. Penyimpanan;
f. Pendistribusian;
h. Pengendalian; dan
i. Administrasi.
Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai dan kegiatan pelayanan farmasi klinik.
11
Kegiatan tersebut harus didukung oleh sumber daya manusia, sarana, dan peralatan
proses yang efektif untuk menjamin kendali mutu dan kendali biaya. Dalam
ketentuan Pasal 15 ayat (3) Undang-Undang Nomor 44 Tahun 2009 tentang Rumah
Sakit menyatakan bahwa Pengelolaan Alat Kesehatan, Sediaan Farmasi, dan Bahan
Medis Habis Pakai di Rumah Sakit harus dilakukan oleh Instalasi Farmasi sistem
satu pintu. Alat Kesehatan yang dikelola oleh Instalasi Farmasi sistem satu pintu
berupa alat medis habis pakai/peralatan non elektromedik, antara lain alat
kontrasepsi (IUD), alat pacu jantung, implan, dan stent (Peraturan Menteri
Saki).
dan Bahan Medis Habis Pakai yang bertujuan untuk mengutamakan kepentingan
12
pasien melalui Instalasi Farmasi. Dengan demikian semua Sediaan Farmasi, Alat
Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai yang beredar di Rumah Sakit merupakan
Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai di Rumah Sakit yang
2. standarisasi Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai;
3. penjaminan mutu Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis
Pakai;
4. pengendalian harga Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis
Pakai;
7. kemudahan akses data Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis
8. peningkatan mutu pelayanan Rumah Sakit dan citra Rumah Sakit; dan
13
Rumah Sakit harus menyusun kebijakan terkait manajemen pengunaan
Obat yang efektif. Kebijakan tersebut harus ditinjau ulang sekurang- kurangnya
yang berisiko tinggi menyebabkan Reaksi Obat yang Tidak Diinginkan (ROTD).
1. Obat yang terlihat mirip dan kedengarannya mirip (Nama Obat Rupa dan
lebih pekat, kalium fosfat, natrium klorida lebih pekat dari 0,9%, dan
3. Obat-Obat sitostatika.
1. Pemilihan
Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai sesuai dengan kebutuhan. Pemilihan
Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai ini
14
berdasarkan (Peraturan Menteri Kesehatan No. 72 Tahun 2016 Tentang
b. Standar sediaan farmasi, alat kesehatan, dan bahan medis habis pakai yang
telah ditetapkan;
c. Pola penyakit;
f. Mutu;
g. Harga; dan
h. Ketersediaan di pasaran.
staf medis, disusun oleh Komite/Tim Farmasi dan Terapi yang ditetapkan oleh
Formularium Rumah Sakit harus secara rutin dan dilakukan revisi sesuai
15
Tahapan proses penyusunan Formularium Rumah Sakit:
medik;
balik;
melakukan monitoring.
menguntungkan penderita;
16
e. Memiliki rasio manfaat-biaya (benefit-cost ratio) yang tertinggi
f. Obat lain yang terbukti paling efektif secara ilmiah dan aman (evidence
yang terjangkau.
2. Perencanaan
dan periode pengadaan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis
terpenuhinya kriteria tepat jenis, tepat jumlah, tepat waktu dan efisien.
yang tersedia.
17
b. Penetapan prioritas;
c. Sisa persediaan;
f. Rencana pengembangan.
jika dilakukan oleh personel yang tepat dalam setiap proses, mulai dari
pengumpulan data, analisis dan pemanfaatan hasil. Personel yang terlibat dalam
b. Unit pengguna.
direncanakan yang bisa saja spesifik untuk jenis pelayanan dan jenis
18
Berikut ini tahapan dalam proses perencanaan kebutuhan obat di rumah
sakit,yaitu:
a. Persiapan
obat,adalah:
perencanaannya.
morbiditas terkini.
leadtime.
b. Pengumpulan data
periode sebelumnya (data konsumsi), sisa stok, data morbiditas dan usulan
19
c. Analisa terhadap usulan kebutuhan meliputi:
2. Kuantitas kebutuhan
yang sesuai.
koordinasi dan proses perencanaan untuk pengadaan obat secara terpadu dan
satu pintu, maka diharapkan obat yang direncanakan dapat tepat jenis, jumlah
dan yang memiliki pendekatan yang paling baik secara analisis efektivitas
20
ulang yang berkurang, dan membandingkan konsumsi/permintaan obat saat ini
lain.
sumber daya dan data yang ada. Metode tersebut adalah metode konsumsi,
metode.
a. Metode Konsumsi
(buffer stock), stok waktu tunggu (lead time) dan memperhatikan sisa stok.
Biasa). Jumlah buffer stock bervariasi antara 10% sampai 20% dari
time adalah stok Obat yang dibutuhkan selama waktu tunggu sejak Obat
21
dibutuhkan berdasarkan metode konsumsi, perlu diperhatikan hal-hal
sebagai berikut:
adalah:
b) Stok awal
c) Penerimaan
d) Pengeluaran
e) Sisa stok
g) Kekosongan obat
k) Pola kunjungan
Rumus :
A = (B+C+D) - E
A = Rencana Kebutuhan
22
C = Buffer stock
E = Sisa stok
Keterangan :
Lead time stock adalah lamanya waktu antara pemesanan obat sampai
Lead stock adalah jumlah obat yang dibutuhkan selama waktu tunggu
(lead time).
b. Metode Morbiditas
(scaling up). Metode ini merupakan metode yang paling rumit dan
fasyankes khusus, atau untuk program baru yang belum ada riwayat
23
penggunaan obat sebelumnya. Faktor yangperlu diperhatikan adalah
morbiditas:
morbiditas adalah:
• 0 s.d. 4 tahun
• 4 s.d. 14 tahun
• 15 s.d. 44 tahun
• >45 tahun
anak (1 – 12 tahun)
24
c) Standar pengobatan
pengadaan di Rumah Sakit baru yang tidak memiliki data konsumsi di tahun
sebelumnya. Selain itu, metode ini juga dapat digunakan di Rumah Sakit
yang sudah berdiri lama apabila data metode konsumsi dan atau metode
penggunaan, dan atau pengeluaran obat dari Rumah Sakit yang telah
25
Untuk menjamin ketersediaan obat dan efisiensi anggaran perlu
cara berikut:
a. Analisis ABC
yaitu:
1) Kelompok A:
2) Kelompok B:
3) Kelompok C:
diwakili oleh relatif sejumlah kecil item. Sebagai contoh, dari pengamatan
terhadap pengadaan obat dijumpai bahwa sebagian besar dana obat (70%)
26
digunakan untuk pengadaan 10% dari jenis atau item obat yang paling
banyak digunakan, sedangkan sisanya sekitar 90% jenis atau item obat
alternatif sediaan lain yang lebih efesiensi biaya (misalnya nama dagang
lain, bentuk sediaan lain, dsb). Evaluasi terhadap jenis-jenis obat yang
terkecil.
70%)
dana± 20%)
27
7) Obat kelompok C termasuk dalam akumulasi >90% s/d 100%
b. Analisis VEN
obat terhadap kesehatan. Semua jenis obat yang tercantum dalam daftar obat
1) Kelompok V (Vital):
2) Kelompok E (Esensial) :
28
c. Analisis Kombinasi
Jenis obat yang termasuk kategori A dari analisis ABC adalah benar-
Dengan kata lain, statusnya harus E dan sebagian V dari VEN. Sebaliknya,
menetapkan prioritas untuk pengadaan obat dimana anggaran yang ada tidak
3. Pengadaan
jumlah, dan waktu yang tepat dengan harga yang terjangkau dan sesuai standar
Habis Pakai sesuai dengan mutu dan spesifikasi yang dipersyaratkan maka jika
proses pengadaan dilaksanakan oleh bagian lain di luar Instalasi Farmasi harus
pengadaan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai
antara lain:
29
c. Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai harus
Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai tertentu
(vaksin, reagensia, dan lain-lain), atau pada kondisi tertentu yang dapat
dipertanggung jawabkan.
stok Obat yang secara normal tersedia di Rumah Sakit dan mendapatkan Obat
a. Pembelian
Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai harus sesuai dengan ketentuan
pengadaan barang dan jasa yang berlaku. Hal-hal yang perlu diperhatikan
2) Persyaratan pemasok.
30
2) Sediaan Farmasi lebih murah jika diproduksi sendiri;
(recenter paratus).
tersebut.
c. Sumbangan/Dropping/Hibah
administrasi yang lengkap dan jelas. Agar penyediaan Sediaan Farmasi, Alat
kesehatan, maka jenis Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis
Habis Pakai harus sesuai dengan kebutuhan pasien di Rumah Sakit. Instalasi
Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai yang tidak
31
4. Penerimaan
pengadaan agar obat yang diterima sesuai dengan jenis, jumlah dan mutunya
yang salah satu anggotanya adalah tenaga farmasi. Pemeriksaan mutu obat
atau tenaga teknis kefarmasian. Petugas yang dilibatkan dalam penerimaan harus
terlatih baik dalam tanggung jawab dan tugas mereka, serta harus mengerti sifat
penting dari sediaan farmasi dan BMHP. Dalam tim penerimaan harus ada
dan BMHP harus ditempatkan dalam tempat persediaan, segera setelah diterima,
sediaan farmasi dan BMHP harus segera disimpan dalam tempat penyimpanan
sesuai standar. Sediaan farmasi dan BMHP yang diterima harus sesuai dengan
berbahaya.
32
d. Khusus vaksin dan enzim harus diperiksa cool box dan catatan pemantauan
5. Penyimpanan
menjamin kualitas dan keamanan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan
a. Obat dan bahan kimia yang digunakan untuk mempersiapkan Obat diberi
label yang secara jelas terbaca memuat nama, tanggal pertama kemasan
dilengkapi dengan pengaman, harus diberi label yang jelas dan disimpan
d. Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai yang
dibawa oleh pasien harus disimpan secara khusus dan dapat diidentifikasi.
33
e. Tempat penyimpanan obat tidak dipergunakan untuk penyimpanan barang
benar dan diinspeksi secara periodik. Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan
a. Bahan yang mudah terbakar, disimpan dalam ruang tahan api dan diberi
b. Gas medis disimpan dengan posisi berdiri, terikat, dan diberi penandaaan
tabung gas medis kosong terpisah dari tabung gas medis yang ada isinya.
keselamatan.
sediaan, dan jenis Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis
Pakai dan disusun secara alfabetis dengan menerapkan prinsip First Expired
First Out (FEFO) dan First In First Out (FIFO) disertai sistem informasi
Habis Pakai yang penampilan dan penamaan yang mirip (LASA, Look Alike
Sound Alike) tidak ditempatkan berdekatan dan harus diberi penandaan khusus
34
terhindar dari penyalahgunaan dan pencurian. Pengelolaan Obat emergensi harus
menjamin:
a. Jumlah dan jenis Obat sesuai dengan daftar Obat emergensi yang telah
ditetapkan;
6. Pendistribusian
dengan tetap menjamin mutu, stabilitas, jenis, jumlah, dan ketepatan waktu.
dan Bahan Medis Habis Pakai di unit pelayanan. Sistem distribusi di unit
Habis Pakai untuk persediaan di ruang rawat disiapkan dan dikelola oleh
Instalasi Farmasi.
35
2) Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai yang
disimpan di ruang rawat harus dalam jenis dan jumlah yang sangat
dibutuhkan.
4) Setiap hari dilakukan serah terima kembali pengelolaan obat floor stock
interaksi Obat pada setiap jenis Obat yang disediakan di floor stock.
Habis Pakai berdasarkan Resep perorangan/pasien rawat jalan dan rawat inap
Habis Pakai berdasarkan Resep perorangan yang disiapkan dalam unit dosis
tunggal atau ganda, untuk penggunaan satu kali dosis/pasien. Sistem unit
d. Sistem Kombinasi
Medis Habis Pakai bagi pasien rawat inap dengan menggunakan kombinasi a
36
sangat dianjurkan untuk pasien rawat inap mengingat dengan sistem ini
7. Pemusnahan dan Penarikan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis
Habis Pakai
Medis Habis Pakai yang tidak dapat digunakan harus dilaksanakan dengan cara
sukarela oleh pemilik izin edar (voluntary recall) dengan tetap memberikan
b. Telah kadaluwarsa;
37
c. Tidak memenuhi syarat untuk dipergunakan dalam pelayanan kesehatan
a. Membuat daftar Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis
terkait;
8. Pengendalian
Medis Habis Pakai dapat dilakukan oleh Instalasi Farmasi harus bersama dengan
38
c. Memastikan persediaan efektif dan efisien atau tidak terjadi kelebihan dan
Habis Pakai.
9. Administrasi
terdiri dari:
Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai yang meliputi
Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai. Pelaporan
39
Jenis-jenis pelaporan yang dibuat menyesuaikan dengan peraturan
4) Dokumentasi farmasi.
3) Laporan tahunan.
b. Administrasi Keuangan
tahunan.
c. Administrasi Penghapusan
terhadap Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai
40
standar dengan cara membuat usulan penghapusan Sediaan Farmasi, Alat
Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai kepada pihak terkait sesuai
41
BAB III
PEMBAHASAN
Keberadaan rumah sakit angkatan laut (Rumkital) Jala Ammari diawali dari
pada tahun 1960. Ketika terjadi perubahan organisasi kodamar menjadi Komando
Daerah Angkatan Laut (Kodaeral) VII. Sesuai surat keputusan sakal no, 5401.172
tahun 1970 pada tanggal 28 juli 1970, balai kesehatan yang semula merupakan
sementara, khusus untuk pelayanan kebidanan dan kandungan, pada masa itu telah
ada rumah sakit bersaling rahayu yang berada di komplek perumahan maciniayu
yang menggunakan salah satu bangunan yang saat ini dipergunakan sebagai rumah
Provost dan Dinas Kesehatan didalam lingkungan Mako Daerah VII, dalam rangka
TNI AL di Makassar ditetapkan menjadi Rumah Sakit (Rumkit) Tingkat IV. Pada
42
hari sabtu tanggal 31 juli 1977, Kepala staff Kodaeral VII, Kolonel Laut Nunung
Subandi atas nama Pangdaeral VII meremiskan nama Jala Ammari sebagai identitas
integrasi BK, TPS, dan Rumah Bersalin yang semula terpisah, menjadi satu lokasi
Pencetus ide nama Jala Ammari adalah Mayor Laut (K) dr. Tito Sulaksito
yang saat itu menjabat sebagai Kepala Rumah Sakit yang pertama pada periode
1977-1980. Jala Ammari adalah gabungan kata Jala dari bahasa sansekerta yang
berarti sesuatu tentang lau dan Ammari dari bahasa Makassar yang berarti selesai
atau merdeka. Terkait dengan kondisi penyakit penderita, maka arti dari kata Jala
Pada tahun 1996, status Rumah Sakit dari TK IV berubah menjadi TK III B
Lingkungan TNI AL. Pada tahun 2006, status RUMKITAL Jala Ammari di
tetapkan menjadi Rumah Sakit TNI Tingkat III berdasarkan keputusan Kasal
dislokasi fasilitas kesehatan TNI AL. Di tegaskan bahwa RUMKITAL Jala Ammari
43
2. Struktur Organisasi
44
3. Tugas Pokok serta Fungsi Instalasi Farmasi dan Gudang Obat
a) Kewenangan :
hari
c) Pertanggungjawaban :
berpangkat Mayor
2. Kaur Dalfar
a) Kewenangan :
45
b) Tugas dan Kewenangan :
hari
c) Pertanggungjawaban :
Kapten
Serma.
46
2) Ur Distribusi. Dengan uraian tugas sebagai berikut :
poliklinik
3) Kaur Apotek
a) Kewenangan :
c) Pertanggungjawaban :
47
d) Kaur Apotik dijabat oleh seorang Perwira Pertama TNI AL berpangkat
Kapten
a) Kewenangan :
dokter
oleh dokter
c) Pertanggungjawaban :
iii. Asisten Apoteker Pelaksana Lanjutan dijabat oleh PNS Gol III/B.
48
Pelaksana Lanjutan dibantu oleh :
berikut :
diterima apotik.
yang berlaku
berpangkat Serma.
49
4. Tempat dan Waktu PKL
Adapun metode yang penulis gunakan dalam menyusun laporan ini adalah:
1. Metode Diskusi
2. Metode Praktek
3. Metode Lapangan
4. Metode Wawancara
a. Pemilihan
efektivitas dan keamanan, pengobatan berbasis bukti, mutu harga, dan ketersediaan
di pasaran.
Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai sesuai dengan kebutuhan.
Pemilihan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai ini
berdasarkan:
50
b. Standar sediaan farmasi, alat kesehatan, dan bahan medis habis pakai yang
telah ditetapkan;
c. Pola penyakit;
f. Mutu;
g. Harga; dan
h. Ketersediaan di pasaran
b. Perencanaan
periode pengadaan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis
tersedia.
Adapaun pada Instalasi Farmasi Rumah Sakit Angkatan Laut Jala Ammari
sediaan farmasi. Metode ini sering dijadikan perkiraan yang paling tepat dalam
51
menggunakan metode konsumsi. Metode konsumsi menggunakan data dari
c. Pengadaan
Pengadaan dilakukan oleh pejabat pengadaan yang ditunjuk oleh rumah sakit
1. Pembelian
2. Produksi
d. Penerimaan
pengadaan agar obat yang diterima sesuai dengan jenis, jumlah dan mutunya
salah satu anggotanya adalah tenaga farmasi. Pemeriksaan mutu obat dilakukan
pengecekan terhadap tanggal kedaluwarsa, dan nomor batch terhadap obat yang
diterima.
52
e. Penyimpanan
yaitu berdasarkan jenis sediaan, bentuk sediaan, alat kesehatan dan bahan medis
habis pakai dengan menerapkan prinsip FEFO (First Expired First Out) prinsip ini
untuk obat narkotika dan psikotropika disimpan pada lemari narkotika dan
f. Pendistribusian
Pada Rumkital Jala Ammari pendistribusiannya yaitu untuk pasien rawat inap
membawa kartu kontrol beserta resepnya kemudian dilayani, sedangkan rawat jalan
Untuk obat biasa dimusnahkan sendiri didampingi oleh Anggota Sintel, Dinas
Kesehatan Lantamal VI, Anggota Rumkit Lantamal VI, Anggota Ponmal Lantamal
VI, Anggota Dinas Perbekalan. Adapun alat yang digunakan yaitu Incenerator
(dibakar).
h. Pengendalian
1) Pengendalian Ketersediaan
a) Melakukan substitusi obat dengan obat lain yang memiliki zat aktif yang
sama
53
b) Melakukan substitusi obat dalam satu kelas terapi dengan persetujuan
2) Pengendalian Penggunaan
b) Menentukan :
ii. Stok pengaman adalah jumlah stok yang disediakan untuk mencegah
keterlambatan pengiriman.
iii. Waktu tunggu (leadtime) adalah waktu yang diperlukan dari mulai
i. Administrasi
1) Pencacatan
transaksi sediaan farmasi dan BMHP yang keluar dan masuk di lingkungan
penelusuran bila terjadi adanya mutu obat yang substandar dan harus ditarik
54
digital maupun manual. Kartu yang umum digunakan untuk melakukan
2) Pelaporan
sediaan farmasi dan BMHP, tenaga dan perlengkapan kesehatan yang disajikan
Jenis laporan yang wajib dibuat oleh IFRS meliputi laporan penggunaan
55
BAB IV
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Setelah melakukan praktek kerja lapangan di Rumah Sakit Angkatan Laut Jala
3. Pengadaan;
4. Penerimaan;
5. Penyimpanan;
6. Pendistribusian;
8. Pengendalian; dan
9. Administrasi.
B. SARAN
Pembimbing PKL agar lebih giat untuk mengontrol mahasiswa selama PKL
berlangsung.
56
DAFTAR PUSTAKA
57
LAMPIRAN
58
GAMBAR 3 : PENYIMPANAN SEDIAAN INJEKSI
59
GAMBAR 5: PENYIMPANAN SEDIAAN BMHP
60
GAMBAR 7 : PENYIMPANAN SEDIAAN YANG
TERGOLONG HIGH ALERT
61
GAMBAR 9 : PENYIMPANAN OBAT NARKOTIKA
DAN PSIKOTROPIKA
62
GAMBAR 11 : TEMPAT PENGINPUTAN RESEP
63
GAMBAR 13 : RESEP RAWAT INAP
64
GAMBAR 15: PENARIKAN PKL RUMAH SAKIT
65