cleh para pengekor havra natsu, schingga sekian banyak
sunnah Nabi 3% yang terhimpun. dalam ensiklopedi-
ensiklopedi hadits mereka mentahkan dan muntahkan tanpa
hujjah yang akurat, Tak hanya itu, mereka menuding para lama
ahli hadits dengan kata-kata keji seperti mengeelari mereka
sebagai manusia berpikiran marginal, cekak, dangkal, hanya
memuhami hadits Nabi 2 secara tekstual seraata dan tuduhan-
tuduhan menggelikan lainnya.
Tronisnya, para pengacau agama seperti im pada zaman.
kita sekarang malah yang banyak digemari orang dan dianggap
sebagai cendckiawan, intelektual, pemikir muslim yang
berwawasun luas, pemaham hadits secara kontekstual dan gelar-
gelar menipu lainnya.
Pembahasan kita kali ini tentang sebuah hadits yang
dijacilean ajang pergulatan wacana ilimiah antara abli hadits versus
«ahi kalam semenjak dulu hingga sekarang, kurena memang hadits
‘ini merupakn ujian dan cobaan akan keimanan seorang, Marilah
kita simak baik-baik dengan dada terbuka untuk menerima
kebenaran, Semoga Allah mencurabkan sinar hidayah kepada
‘kita semua. Amiin Ya Rabbal Alamin
Ss dan tikamnan tethadap sunnah terus dilancarkan
TEKS HADITS
Dari Abu Hurairch a berkata: “Malaikar maut" (pencabut
an yaw) pernah diutus kepada Nabi Musa $28. Taikla Malaikat
datang menemuinya, Musa menempelengnya thingga matarya
sercongkel), lalu Mataikar kemball kepada Rabb-nya seraya.
Malaikat Maut mengwakun: “Engkaw selah menguoesk kepada hambe yang
tidak mengingintan kematien". Lathe Allah mengembalikan
mmanc-nya, fale berfirman: “Kembalilah (kepada Musa) dan
katakan padanyo, supaya dia melerakkan tangan-nya ke
puhgautg hdpl faitin. Setiap hela’ bulu rambuit yang bisa
diturupt ofeh tangannya, maka hoginyd lambaham war
setahun”, Musa berkata; “Wahai Rabb-kue, kemudian apa tag
setelah itu?" Allah berfirman: “Kemudien kematian". Muse
dite. Adupun penaieaunay dengar ‘Eeail sehagaimana papuler
‘Liar Asks Js" bal. 195 ole NV-Abuns dan Major AD-Mamgh
Disusun
Abu Ubaidah Al Ats:
" Demakianéah waiia Masaka penyabue nyu yung shabih dafam Ab
alan mosyariiet, maka ini bapysladh (a'r yamp ta acs di
{afeiyyab ih 238 ole Sik Bake A Zanberkata: “Sekranglah (waktunya kematian|" Lal
Musa berdoa kepada Alleh agar mendekatkannya
dengan tanah sucl sejarak lemparan dengaw
menggunakan batu", (Abu Hurairak) berkintea:
Rasulullah #8 bersabda: “Seandeinya wakeu ftw ake
berada di sora, niscave akan alse tenpockkan kuburryer
pada katian di pinggir jaan di onggokan pasir
merah™,
TAKHRIJ HADITS
Sepanjang penelitian saya, ada empat orang yang
meriwayatkan hadits ini dari Abu Hurairah as:
1. Thawus
Riwayal Bukhari 1339, 3407, Muslim 6148, Nasa’i
2091, Abmad dalam Musnadnya 2/269, Ibnu Abi
Ashim dalam As-Sunnah 599 dan jalur Abdur Razzaq,
dari Ma’ mar dari Abdullah bin Thawus dari ayahnya
secara mavguf* pada Abu Hurairah ag.
Saya berkata; Sekalipun sanad hadirs ini mauguf
pada sahabat Abu Hurairah, tctapi dia termiunuk kategari
marfis' hudgnan' karena isinya berbieara tentang masa
lampau yang tidak mungkin dikarang dengan. akal,
Demikian ditegaskan oleh Al-Allamah Syaiih Abmad
Syakir dalam Syach Al-Musnad (7/376),
Apalagi ternyata memang ada sebuginn abli
hedits yang meriwayatkannya secaca marfi’* dari jalur
di alas juga seperti Abdur Razzaq dalam. Al-Mushannat
11/274/20530, Al-Ismaili dalam Al-Mustakhraj
sebagaimana dalam Fathul Bari 6/441 dan Tbnu Hibban:
dalam Shahihnya: 6223.
2. Hammam bin Munabbih
Riwayat Bukhari: 3407, Muslim: 6149, Abdur Razzaq
dalam Al-Mushannaf 11/275/20331, Abmad dalam
Musnadnya 2/315, Ibnn Hibban dalam Shahihnya:
6224, Ibnu Abi Ashim dalam As-Sunnah; 600, Al-
Baihagi dalam Al-Asma’ wa Sifat: 493 dari jalan Abdur
Razeay dari Ma’ mar dari Hammam bin Munabbih dari
Abu Hurairah ag secara mavfie'.
Fuedah:
Al-Hatizh Ibou Hajar berkata dalam Fathul Bari 6/441;
“tmam Bukhari membawakan hadits ini dari jalur
gu
‘Thawus dari Abu Hurairah ag secura mauguf,
kemudian beliau mengiringinya dengan riwayat
Hammamdari Abu Hurairah sg secara magpie’, Inilab
yang lebih masyhur dari Abdur Razzaq. Dan sungzuh
Muhammad bin Yahya telah memariu'kannya dalam
jalur Thawus juga scbagaimana dikeluarkan oleh Al-
Ismaili”,
3. Ammar bin Abu Ammar
Riwayat Ahmad gakim Musmadny« 2/533 dari Hammad
bin Salamah dari Ammar bin Abu Ammar dari Abu
Huruirah 22 secora mcf’
Syaikh Al-Albani berkata: “Sanadaya shahih menurut
syatat Muslim”. (Dzilalul Jannah bal, 276), Dalam kitab
lainnya, belian mengatakan: “Sunadnya jayyid”
(Mukhtashar Al-Uluw bul. 86).
4. Abu Yunus:
Riwayat Ahmad dalam Musnadnya 2/351 dari Hasan
dari fbnu Lahi’ah dari Abu Yunus dari Abu Huraira
secara maifi'.
Saya berkata; Seluruh perawi sanad hadits ini
tempercaya kecuali Ibnu Lahi'ah, ada pembicaraan
tentangnya.
KOMENTAR ULAMA AHLI HADITS.
Hadits ini tidak diragukan lagi akan
keabsahannya. Bagaimana tidak, la whong yang
meriwayatkan saja Limam Bukhari Muslim dalam
Shahihnya yang diakui dunia sebagai kitab hadits.
paling shahih setelah Al-Que'an. Ditambah lagi Imam
Tonu Hibban dalam shabihnya, Berikut ini komentar
sebagian abli hadits yang menegaskan
keshahihannya;
Imam Al-Asbahani berkala dalam Al-Hujjeh fi
Bayani Al-Mahajjah 2/436: “Hadits ini disepakati
keabsahanuya oleh abli haciits”. {
Imam Tbon Qayyim AlJauziyyah berkala dalam
Ijtima" Al-duyusy Ad-fslamiyyad hal. 37; "Hadits
shahih”’
Imam Adz-Daabahi berkata dalam Al-Utuw fil
Alivyil Aghim’ (hal. 85. -Mukhtashar Al-Albani):
“Disepakati akan keabsahannya"™
alah bad yang baa spa pod sahabet, bik berups weapon, perbuatan ama tari fpervetsjunn), Baik sensing beeing sap
tweput
Marfi’ Human yaitu hadits yang diocap&so sababus wcepl kumiya sacipad pale Nabi ge dalans bebernpn perkarn yung beh cummin dikagaag
blebs aks sepert beri tmtang. messisc-masolah lames, sth pasa Neby, Kejadian-Kejachnn akan satan seperti font an Samat pba an does.
* Marfa’ adalsh adits yas disdain pods Nabi a beik berupa Wage peyOUaN, agi persCrOjUANT HH ensearae FuNU, Nabi stan Aya
Sik bersarshung analogs ramp ida,
owihiae jdt Rab yng te Sebaainan dane Spaikh A-AIhan alien Momo Ce hu 10, Anetnya, ks in wg ereetak
Jeagan judul “Mukhtashae AML
ia aelae Lahyaikh Al-Allamah Rabi" bin Hadi Al-Madkhali
berkata dalam Kasyjv Maugif Al-Ghozzali Minas
, 3 af, poe Lamas pr i
Paraitama wnat islam telah menerima haditsinidlengan
penuh penghormatan, karena ie datcng kepada mereka
dari sumber yang terpercaya dan amanah, diriwayeckan
(para imam hadits, dicantumkan datant kisab-kitel shahih,
sunan den jawami’. Mereka menerima keshahthannya
dan mempercayal kandungar isinye. Tetapi sebagian
golongan ateis dan Jalmiyyah yang hina menghujat dan
mendustakan hadits ini, Maka para ulama Islam barghii
membantah dan mematahkas segaia kerancuan mereka.
SIKAP PARA ULAMA
Para wlama telah menerima hadits ini dengan
penuh penghormatan dan membelanya dari segala
hujatan seperti bnu Khuzaimah, Al-Maziri, Al-
Khaththabi, As-Suyuthi dll, Berikut komentar mereka:
1, imam fbou Khuzaimah berkata: “Sebagian ahi bid'ah
dan golongan Jabmiyyah mengingkuri hadlits ini seraya
berceloteh: “Tak peduli entah Musa mengenal Malaikat
maut tersebut ataukah tidak, Apabila mengenalnya,
berarti Musa telah melecebhkan kedutangannya, dan bila
tidak mengenalnya maka riwayat yang menyebutkan
bahwa Malaikat tersebut datang kepada Musa dalam
bentuk yang dapat dilihat muta, tidaklah berarti apa-apa
sedikitpun, Tambah lagi, Allah tidak menegakkan hukum
qishash bagi Maluikat tersebut, karena perilaku Musa,
padahal Allat-tidak permah menzhalimi seorangpun”,
Tbnu Khuzaimah mengatakan; “Ini adalah hujatan
‘orang yang telah dibutakan pandangannyu aleh Allah,
Makna hadits ini sudah benar, Allah tidak mengetis
Malaikat maut untuk mencabut nyawa Musa 30226 saat
jt juga, tetapi Allah mengutusnya sebagai ujian dan
‘cobaan sebagaimana Allah memerintahkan kekasihnya
"Buk ini tea dierjeenahkan dengan judul “Membela Surah Psi
(Nabi Ibrahim) untuk menyembelih puiranya, namun
tidak mewujudkannya. Seandainya Malail
betujuan mencabut nyawa saat itu, tentu dia akan
melaksanakannyatatkala Musa menempelengnya,
‘Tempelengan tersebut diperbolehkan bagi diri Nabi
Musa S420, karena beliau melihat orang asing yang
memasuki rumahnya, sementara waktu-ita belisu tidak
mengetahui kalau diaadalah Malaikat maut, Nabi sfjtelah
inemperbolehkan untuk mencongkel mala orang yang
mengintip rumah orang tanpa.izin, Sungguh mustihil kalan
Musa mengetahui bahwa dia adalah Malaikat maut lalu
menempelengnya hingga matanya keluar,
Sungguh telah datang heberapa Malaikat kepada
Nabi Ibrahim 22% sedang beliau awal kalinya tidak
mengenal mereka, seandainya tahu, tidak mungkin
beliau menyuguhkan daging pangeang kepada mereka,
karena Malaikat itu tidak makan. Demikian pula
seorang Malaikat pernah datang kepada Maryam dan
beliau tidak mengenalnya, seandainya tahu, tidak
mungkin Maryam berlindung darinya, Demikian pula
dua Malaikat pernah datang kepada Nahi Daud C35
dalam bentuk manusia yang sedang bersengketa di
sisinya, sedang beliau tak mengenalnya. Demiklan pula
telah datang Jibril kepada Nabi kita Muhammad #% dan
bertunya kepada belian tentang Iman, sedang beliau
tidak mengenalnya dan beliaw bersabda; “Jibril tidak
pernah datang dalam bentuk rupa apapun melainkan
uku mengetahuinya kecuali kali ini”. Dengan demikian
lantas kenapa dianggap mustahil bila Musa tidak
menegakkan hukum qishash bagi Malaikat, maka ini
menunjukkan kebodohannya, karena siapa yang
menginformasikan padanya bahwa antara Malaikat dan
manusia ditegakkan hukum gishash? Siapakah yang
mengkhabarkan padanya bahwa Malaikat meminta
qishash lala Allah tidak memenuhinya? Apa bukti dia
‘bahwa perilalu Nabi Musa tersebut didasari kesengajaan?
‘Nabi kita telah mengkhabarkan pada kita bahwa
Allah tidaklah mencabut nyawa seorang nabi-pun
sebelum Dia memperliharkan tempat duduknya di surga
lalumenyuruhnya untuk memilih, Sehingga Allah juga
tidak ingin mencabut nyawa Nabi Musa setelum
memperlihatkan tempat duduknya di surga dan
menyurnhnya untuk memiliti”,?
‘isan Techadap Buk: "Stud Kets Aces Hats Nab Poesjeenah: Kathu
sta Tint, Buku ini termasuic haku hamlahaw tehadapsALGhoeali yg
jab Al-Pargon eds T%, 111 fal, Hh
Hh Hajar dalam Fath! Rar 482, As-Suyuchi datum Syarab Suram2. Muridnya, Imam Tbnu Hibban dalam Shahihnya
membuat bab hadits ini “Bab hadits yang dijadikan alat
oleh orang-orang yang tidak faham artinyd untuk
mencela para pembela hadits Nabi #" lalu beliau
menyebutkan seperti ucapan gurunya yaitu Imam Inu
Khuzaimah di atas. Di akhir pembahasan, beliau
mengatakan: “Sendainya pada kali pertama Nabi Musa
tahu bahwa yang datang padanya ity adalah Malaikat
‘maut, tentu heliau tidak akan menempelengnya setelah
dia yakin dan tahu betul bahwa itu adalah Malaikat.
Hol ini tidak seperti anggupan sebagian kalangan bahwa
ahli hadits hanyalah pencari kayw bakar dan tukang
ronda malam, mereka menghimpun hadits-hadits yang
tidak bemanfaat dan tidak m@embuahkan pahala!
Merekamengatakan demikian karena kejahilan mereka.
terhadap maksud hadits-hadits Nabi #8 dan tidak
mempelajari atsar-atsur, mereka hanya mengandalkan
otaknya yang miring dan analisa-analisa yang
melenceng”, (Lihat Al-Ihsan bi Tartib Shabih Ibau
Hibban 6/38-40).
3. Imam Nuwawi berkata menukil ucapan Al-Maziri:
“Sebagian ateis mementahkun hadits imi serta
gambarunnya dengan berarguinen: Bagaimmana mungkin
Nabi Musa mencongke! mate Malaikat maut? Dia
berkata: Pura ulama telah menjawab syubhat ini dengan
beberapa jawaban:
Pertama: Tidak mustahil bila Allah mengizinkan
‘Nabi Musa S422 untuk melakukan tempelengan ini
sebagai ujian dan cobaan bagi yang ditempeleng,
karena Allah melakukan pada makhluknya
sekehendak-Nya dan menguji makhluk-Nya dengan
sekehendak-Nya juga.
Kedua: Hal ini adaluh majaz (kata kiasin). Maksudnya,
Musa mendebat Malaikat dan adu argumentasi
dengannya sebingga dia mengalahkannya, Dikawakan
o88 aye O40 Gi apabila dia mengalabkan argumen
lawunnya. Tetapi pendapat ini lemah, karena sabda
Nabi: “Lalu Allah mengembalikan matanya” Kalau
dibilang bahwa maksudnya adalah “mengembalikan
membantah hujjahnya’” ini sangat jauh sekali,
Ketiga: Musa tidak talm bahwa yang datang padanya
adalah Malaikat utusan Atlah. Musa mengira bahwa
dia adalah orang asing yang menginginkan nyawanya,
‘jranisnye, Syaikh Mubamroacl A-Ghovall mengomentariaya deagen woxpan Keji dalam kiewbny yong ke) pula “As-Sunnal Natinoyy
hema saya: pernbenan seperti army lerwa, Samu sekal ilk berami dm tiak dpa itera, Leb dar
sebingga Musa harus membela dirinya dan
menempelengnya. Pembelaan diri ini membuat dirinya
tunpa sengaja mencongkel matanya,
Inilah jawaban Imam Abu Bakar bin Khuzaimah dan
selainnya dari kalangan ulama terdahulu. Pendapat ini
jugadipilih oleh Al-Maziri dan Al-Qadhi lyadh®, (Lihat
‘Syarah Shabih Muslim 15/513-514).
4. Imam Ibnu Qudamah berkata dalam Lim ‘atul 'tigaed
Al-Hadi ila Sabil Rosyad hal. 101; “Dan wajib beriman
dengan setiap perkara yang dikhabarkan oleh Nabi ia
dan setiap hadits yang telah shahih dari beliau, kita yakin
bahwa itu pasti benar dun jujur, baik kita cema ataupun
tidak, masuk akal atanpun tidak, Kita tidak harus
meneliti tentang hakekat maknanya seperti hadits
tentang peristiva [sra’ Mi’raj ...dan juga kedatangan
‘Malaikat maut kepada Musa untuk mencabut nyawanya,
Jalu Musa menempelengnya hingga matanya keluar
kemudian dia kembali kepada Allah dan Dia
mengembalikan matanya”.
5, Syaikh AL-Allamah Muhammad bin Shalit. Al-Lisaimin
mengatakan dalam Syarh Lum'atul Lvigad hal. 103:
“adits ini shahih terhimpun dalam Shahih Bukhari dan
Muslim. Dan pengaraag (imam Ibnu Qudamah)
‘mencantuinkannya dalam masalah agidah karena sebagian
ahli bid’ah mengingkatiaya dengan beralosan bahwa
mustahil Musa menempeleng Malaikat. Kita bantah
mereka bahwasunya Malaikat tersebut mendatangi Musa
dalam fupa manusia yang tidak dikenal oleh Nabi Musa
dan meminta nyawanya, maka tabi'st manusia adalah
membela diri. Seandainya Musa tahu babwa dia adalah
Malaikat, niscaya dia tidak akan menempelengnys. Oleh
Karena itu, pada kali keduatatkala Malaika tersebut darang
dengan bal yang menunjukkan bahwa dirinya adalah
ulusan Allah -yaitu pemberian tenggang waktu beberapa
tahun sebanyak helai rambut yang ditutupi tngannya-,
maka dia tinduk dan pasrah”,
Dan masih banyak lagi para ulama lainnya yang
membela hadits ini dari hujatan abli bid'ah yang
mementabkannya, Saya akan sebutkan nama dan
referensiny® saja untuk meringkas:
1, Imam Ibnu Qutaibah dalam Ta’ wil Mukhtalif Hadits
hal. 167.
2. Imam Al-Ashbahani dalam Al-Hujjah fi Bayanil
Mahajjah 2/436,
9 "Mlemanst
supa raja Fang IMENUOON pengingar
edits ini sebsga: seoang'yang muthic (leis) make ia sesungyulinga telals boron ineibnggar Kehermasnn ken muslin... erdnswrian bal tereeb,
sip menolske atau mengrimu hadits seperti iu, ok lebsh dari suatu perbedaun pendapat
sap par ahh fig yong wensyaruh hadits ii, pada! salah sotu juan pena
h rocenbela pars cloma ublt fh. Lantus. seperci icikah ands mend generast mods umisk menghormat meteka™! Ya Allah sya
aida
Twukunj
‘berindung hepadirM cae Kejahitan dap orang-orang yang jail
mikiarlah ewe dia wna melancarkan seranga
sng basa. daw suena seikuli bukan perbedansn dalam hal
F3, Imam As-Suyuthi dalam Syarh Sunan Nusa'i 1/118-
LIS Eke
4. Syaikh Muhammad Hayah As-Sindi dalam Hasyivah
Nasa’ 1/118-119,
5. Syaikh Abdur Rahman bin Yahya Al-Mu'allimi
dalam Al-Anwar Al-Kasyifah hal. 219-220.
6. Syaikh ALAllamah Ahmad Syakir dalam Syarah
Musnad 7/376-378 dan 8/366,
DIALOG ANTARA AL-GHOZALI
DENGAN AL-MADKHALI
Setelah anda membaca penjetasan para ulama di
tas, anda mesti dapat menyimpulkan siapa penghujac
adits ini, ‘Tak lain dan tak bukan mereka adalah orang-
orang ateis dan ahli bid'ah dari kalangan Jahmiyyah
dan Mu'tazilah. Ironisnya, ekspresi dan gagasan mereka
masih diwarisi oleh sebagian kalangan masa kini
Diantaranya adalah seotang penulis produktif
kontemporer yang cukup populer yaitu Syaikh
Muhammad Al-Ghozali Al-Mishri’ dalam buku
‘hitamaya yang berjudul As-Suanak An-Nabawiyyth
Baina Ahi Figh wa Ahi Hadits"° (hal. 26-29), Buku
inipun telah mendapatkan sorotan sekaligus bantahan
dari para ulama, diantaranya adalah Syaikh Al-Allamah
Rabi’ bin Hadi AL-Madkhali!' dalam bukunya Kasyfiv
Maugif Al-Ghovali Minas Sunnah wa Abihaa (hal.
171-192). Mengingat pentingnya dialog mereka berdua,
maka saya merasa perlu untuk meukilkannya sekalipun
tidak seluruhnya agar kita dapat mengambil ibrah dan
pelajarandurinya”,
Al-Ghozali berkata: Ketika saya sedung berada
di Aljazair, seorang mahasisws menanyakan kepadaku:
“Shahihkah hadits yang menyebutkan bahwa Nabi
Musa pernah menonjok Malaikat maut schingga
matanya keluar. Yaitu ketika malaikat itu datang untuk
mencabut nyawanya?" Dengan perasaan sumpek saya
bulik bertanya kepadanya: “Apa gunanya hadits ini
bagimu't Hadits ini tidak berkaitan dengan suaty akidah,
dan tidak pula dengan suata kewajiban amaliah,
Sekarang ini umat Islam sedang mengalami pelbagai
‘kesulitan, sementara musuh-musubnya berambisi warak
mencekiknya sampai mati! Karena itu, sebaiknya anda.
ean. ini Derpemixiran Afu'azlah Sug
* Buki ini telah ditegemabkan dengun judul
AL-Bagir (Syiuh), Pergantar: Or M: Quist Shi
en gataha|
Ki
pt dikalakan oleh ali dies abo ini, Syaikt AI-Albar(
is stos Hadits Nbi Antara Pécualaman Teksiual dan Koorekstaa!” Peneriemal Muisnoad
Penerbit Al-Mizan Bandung (Penerbi buku-baku
menyibukkun diri dengan sesuaty yang lebih penting
dan lebih bermanfaat.” Mahasiswa in mendesak Lagi:
“Tapi saya ingin tabu, apakah hadits ini shahih atau
tidak?" Dengan bersungut aku katakan kepadanya:
*Hadits ini diriwayatkan oleh Abu Hurairah, Sebagian
orang meragukan keshahihannya”.
‘Al-Madkhali menjawab:
Pertama: Begitukah anda memberikan teaksi kepada
pelajar, jiku mereka menanyakan hadits-hadits
Rasululah #2? Seperti itukah anda mendidik mereka?
Apakah anda menjawabnya dengan kegusaran anda?
Apakah anda mendidik agar mereka meremehkan
sunnah Rasulullah? Na‘udzu billah,
Kedua: Anda katakan hodits ini tidak berhubungan dengan
musalah akidah dan suotu amalan? Lala apa komentar anda
tentang Kisah Musa dengan searang Bani Israil yang
dibunuhnya karena hendak niembelan ya dari orang Qibly
yang dikisahkan Allah dalam Al-Qur'an? Bukankah cara
yang anda lakukan ini akan menimbulkan sikap
tneremehkan sekian banyak kisab- kisah Al-Qur' an? Tidak
-mustahil jika ada orang ateis ‘yang menggunakan cara anda
ini, Lalu divahkan kepada para pernuda Muslimin, agar
meréka serba ragu-ragu terhadap agamanya, sehingga
mereka berkata: “Mengapa Allah mengisahkan sekian,
banyak nabi, padahal kisah-kisab itu tidak berhubungaa,
dengan akidah dun berkaitan dengan snatu amalan?”
Mengapa Allah menyebutkan kisah semut Sulaiman dan
burung Hud-hed? Bahkan mengapa Allah menyebutkan
kisah panjang tentang Yusuf?
‘Wahai Al-Ghozali, jangalah anda membuka celah, jika
anda tidak mampo membendungnyal
Allab berkisah tentang Musa:
sb pe ah is
Lalu Mase meninjunys, dan matilah mesuieye ine.
(QS. Al-Qashosh: 15},
Apakeh anda percaya terhadap ayae ini ataukith anda
meragukan kebenarannya? Apakah anda akan
mengatakan bahwa ayat ini tidak berkaitan dengan
agidah dan amulinh?!
Keempar: Perkataannya dengan jému “Hadits ini
diriwayatkan dari Abu Hurairah, Sebagian orang
menoluk keshahihannya.”
wa Al-Pargon eds $7Th, LIL Nl, 13),
fH Maka wjar bile a seocang penis
bahwa Quruish Shhal acialah agen Syiah oi Indonesia. Achal sekirany sebagian wesc wlan coudarn karl yong berilmu teen reluamgkan
i a ergy untuk weg
‘Syaikh AL-ADseni meme
‘oreng-onang yang mera
‘Sesunaguhess pengi
an pewyimpangan orang ini dan membukukenmys sebingge umat mengetahusi Kedoikwya!”
der ash 8 til pads eam ila sarang in) salah saliva Kika Doktor Rabs, Dam
luhlal basa paca itn saona sekal(Kavet “Manhaj Al biswszanat™ no, A)
" Da kaueio da kilo terscbot sodah dtcrjcmahkan Le edi Tmlomesa, maki uituk mewusdahkan perlis, xy maki dl seaman yang uh
adi sajn dengan veda pernbematan,Kam! katakan; Layakkah anda menampakan kejemuan
dalara menghadopi hadits Rasululah 4? Ataukah anda
jetau techadap perawi hadits Rasululah yang terpercaya
ini, Abu Hursirah® Siapakuh gecengan yang menolak
keshahihannya? Apakah mereka int para sahabat, tabiin,
para abli hadits, abli fiqih Islam ataukah yang lain?
Siapakah pendahulumu wahai Al-Ghazaly dalam
melecehkan hadits ini dan merasa jeu menghadapinya?
Mengaps anda tidak menyebut siapa mercka itu? Tak
perlu khawatir, Al-Maaziri telah menyebutkan siapa
mereka itu, yaitw orung-orang wweis. Adakah yang dapat
mengembalikan anda ke barisn ahlus-sunnah?!!
Katakanlah; Apa manfaatnya pemberontakan dan
serangan anda terhadap hadkits shahih yang diriwayatkan
Iam Bukhari dan Muslim dalam shahih-nya? Padahal
semua lapisan umat menerima dua kitub ini. Apa
manfiatnys bagimu dan bagi Islam?!
AL-Ghozali berkata: "Setelah itu saya berpikit
Hadits ini sanadnya shahih. Tetapi matannya fisinya)
menimbulkan keraguan, fa mengisyaratkan bahwa Musa
membeci kematian. Ia tidak menginginkan perjumpaan
dengan Allah setclah terpenuhi ajalnya. Sudah barangienta
pengertian seperti ini tidak dapat diterima apabila dikaitkan
dengan hamba-hamba Allah yang shaleh, sebagaimana
tersebut dalam suatu hadits Ininunya: “Barangsiapa
menginginkan perfunpaan dengem Alleh, make Allah pun
menginginkan perjumpaan dengannya.” Bagaimana
kiranya dengan nabi-nabi Allah? Apalagi seseorang dari
mereka yang terpolong ulul-‘azmai? Penolakannya tertuadap
mant setelah datang kepadanya malaikat yang. ditugesi
untuk itu, sungguh merupakan hal yang anch".
Al-Madkhali menjawab: Apakah keeageanan
Musa atau pun yang lainnya termasuk sesuatu yang
mustahil dan mengotori kenabian, sehingga di dalam
jiwamu muncu) keragu-raguan®! Kalau matun hadits
ini menimbulkan keragu-raguan, lalu apakah komentar
anda tentang ayat-ayat Al-Qur'an yang merupakan
firman Allah in?
ia WN Sh Ob IF Say ar Os ak SEE
wa yp il) sy JST ad Lala)
Dan lemparkanlah rongkatmc, Maka tatkala (tomghat
itu menjadi wlar dan) Musa melihainya bergerak-perak
seolah-olah dia seekor ular yang gesit, tarilal ia
berbalik ke belatang tanpo menolek. (Kemucian Musa
diseru): “Hat Musa daranglah kepada-Ku dan
Janganlah kan takut, Sesunggulmya kame termasiuk
orang-orany yung ime”. (QS, Al-Qashash: 30-31),
Begiw pula firman Allah tentang Keadaan Musa:
ft Ci eh Eh fi, ue
Musa berkata: "Ya Tuhanku sésungguhnya aku, telah
membunuh seorang manusia dari golongan mereka,
make aku taku mereka akan membunuhku", (QS. Al-
Qashash: 33).
Begitu pula firman Allah tentang Musa;
oe oy si ae a aan
Dan datangtah seorang laki-laki dari ujung kota
bergegas-gegas seraya berkata: “Hai Musa,
sesuigadinya pembesar negeri sedany berunding
rentang kamu untuk memiumuhemu, sebob tee kelwartch
{dari kote ini) sesengguhnye aku termasuk orang
orang yang memberi nasehat kepadamu™, Maka
kelugrlah Musa dart kota itu dengan rasa takut
menunggu-nunggu dengan khawatir, dia berdo'a: “Yo,
Tuharlue, selamatkantah aku dari orang-orang yong
zalim itu". (QS, Al-Qushash: 20-21),
Apa komentar anda tentang ayat-ayat ini? Kami
perlu mengajukan pertanyaan ini, karena alasan yang
anda pergunakan untuk menolak hadits ini juga
terkandung dalam ayat-ayat ini. Jadi, apakah anda juga
akan menolak ayat-ayat ini, atau apa yang akan anda
Jakukan?!
Andakata Al-Ghazali mau meningkatkan
perhatiannya terhadap lafuzh dun mukoa-makna Al-
Qur'an seperti yang dia anjurkan sendiri. lalu
mengaitkannya dengan makna-makna sunnah, tak akan
ada keragu-raguan seperti ini, tetapi sepertinya hawa
nafsu iu menulikan dan membutakan.
Keengganan untuk mati merupakan fithrah yang,
diberikan Allah kepada manusia. Allah telah
mensyuri‘atkan ugar membela diri dan melarang
menjerumuskan diri dalam kehancuran, Para Nabi
adalah orang yang paling berani. Meskipun demikian,
meveka tetap meneari fakktor-faktor untuk membela
dirinya dani bahays dan serangan musuh, Rasulullah
# sendiri pernuh bersembunyi dalam gua dan
berhijrah secara sembunyi-sembunyi sebagai langkah
dalam mencari faktorkeselimatandirinya, Pada waktu
perang Uhnd, Rasulullah 3 juga mengenakan dua
lapis baju besi. [cu semua termasuk faktor-faktor yang
logis, terhormat dan disyari'atkan, yang akan
dilakukan oleh setiap yang berakal, tanpa keewali para
Nabi juga, :Kecintaan untuk bertemu Allah bukan berarti harus
bunub diri atau menyerah kepada kejadian dan bahaya
Telapi orang muslim harus menolak bahaya, selagi dia
mendapatkan faktor pencukungnya,
Al-Ghozali berkata: “Di samping itu, adakah
para malaikut juga dapat mengalami cacat fisik seperti
kebutaan mata atau sebelabnya, sebagaimana yang
dialami oleh manusia? Tentunya hal itu sulit diterima!"
Al-Madkhali menjawab: Daiil apakah yang anda
gonaken untuk mendukung kemustahilan ini?! Ingatlah
‘bahwa Allah yang menciptakan para Malaikat dari tiada,
memberi mereka kehidupan, kemudian mematikan dan
membinasakan mereka. Sika mereka bisa madi dan binasa
dengan kekuasadn Allah, lalu apakah yang mencegah
kekuasan Allah dan kehendlsk-Nya, bila Dia menghendaki
‘untuk menimpakan eacar pada diri mereka?!
AL-Ghozall berkata: “Yang benar ialah balwa
‘matan hadits ini mengandung ‘illah qadihah"”. Cacac
yang terkandung dalam mayan suaty hadits hanya dapat
dimengerti oleh para abli yang teliti dan kuat ilmunya.
Sebuliknya ia, ia pasti tertutup bagi orang-orang yang
perpikiran dangkal”.
Al-Madkhali menjawab: “Macam apalah cacat
lerscbut? Siapakah para peneliti yang mengetahui cacat
itw? Tidak anch jika orang-orang yang berpikiran seperti
ini dianggap sebagai ateis oleh Al-Maziri, Al-Khaththabi
dan diknatkan Gleb para imam. Dun siapakah orang-orang
berpikiran dangkal yang tidak thu cacat itu? Jawaban
yang disembunyikun Al-Ghozali tentang siapa mereka
itw adalah Imam Bukhari, Muslim, Al-Maziri, Al
Khaththubi dan Jain-lain dari kalangan para pemimipin
Islam yang meriwayatkan hadits ini, mempelajarinya,
mempercaysinya dan nembelanya,
Tahukuh anda kenapa Al-Ghozali menuduh para
ulama tersebut sebagai orang-orang yang dangkal
pikiranaya’?! Sebab, Al-Maziri, Al-Kaththabi dan bau
Khuzaimah mensifati orang-orang yang mengingkari
hadits ini dan menyerangnya sebagai orang ateis.
Pensifatan ini juga dikuatkan oleh para ulacra urna Islam
seperti Al-Qadhi lyagh, An-Nawavi, Ibu Hajar, Al'Aini
dan lain sebagainya. Tentu saja semua itu membuat Al-
Ghozali menjadi sangat gusar, Oleh karena ito, dia merasir
perlu varuk melancarksin serungan balik dengan menuduh
mereka sebugai orang-oang yarlg berpikiran dangkal.
Al-Ghuzali menuduh para abli hadits sebagai
orang-oraig yang bertikiran marginal (dangkal).
Namun kermudian Allah membalikan anak panah yang
tepat mengenai dirinya sendiri, agar
ménjadi pelajaran bagi orang-orang yang ingin
mendapatkan pelajaran.
Serelah penjelasan di atas, kirunya sudah jelas
bagi pembaca, siapa orang yang layak disebut
berpikiran marginal, jelas pula bahwa Al-Bukhari
‘Muslim orang lain yang ikut merivayatkan hadits ini
adalah para ali figih yang handal ilmunya, tidak peraah
berfikiran linglung dalam memahami makna-makna Al-
Quran yang harus dikompromikan dengan sunnah,
Bahkan mereka mampu mengompromikannya dengan
sebaik-baiknya, itu merupakan karunia Allah yang
diberikan kepada siupa yang dikehendaki-Nya,
PENUTUP
Saya mengajuk saudura-siudara saya di manapun berada
untuk bersemangat alam mempelajari hadits-haits Nabi
‘Mubanunad dan membelanya dengan penuh keilchlasan
sebagai kelanjuran dari perjuangan para ulama kita.
Semoga Allah menjadikan kita termasuk pembela-
pembela sunnah dan melimpahkan pahala bagi kita
dengannya. Alangkah indahnya ucapan Al-Lmam Thru
ee aa she
Hub gibiy Sl IY
LagleaS” (oie Cage eid SU
Apatah engkau tidur dari kitab-kitab hadits nab yang
bevisi agama
Seperti Mustim dan Bukhart yang menguatkan ikagan
agama dengan penukilan dan penjelasan
Lebih wana ntemperoleh pahala, péngagingan dan
pujian
Daripada setiap pendapat yang campur aduk :
Wahat Dzat yang membert perunjuk kepada keduanya
(Bathart Mustin),
Jadikentah aku seperti kedwanya dalam membela
agama dengan keikhtasan tanpa terfitnah, C2
sembunyi yang dapat nena kes
Si has yang ourmpaknysshelh. Hal in tak dpa dead ui ecali ole
paca paar ahi hats yang hana (Lahwt Nuzharun Naar hol $3. 123 seh Hou Maja).
4