KESEIMBANGAN EKOLOGI
( Studi Komparatif Penafsiran Thantāwī Jauhārī dan Zaghlul Al-Najjār)
Skripsi :
Oleh:
NANI
NIM: 1110034000025
Dewasa ini krisis ekologi merupakan tantangan global umat manusia pada
awal abad 21 yang belakangan telah marak diperbicangkan. Pemerintah dan
masyarakat dunia, dimanapun berada, merasakan keprihatinan mendalam
mengenai krisis lingkungan ini. Karena krisis tersebut meliputi seluruh sistem
ekologi alami di bumi, termasuk hal-hal yang berkaitan dengan manusia; seperti
udara yang kita hirup, makanan yang kita makan, air yang kita minum, termasuk
sistem organ di dalam tubuh kita.
Krisis lingkungan yang secara ilmiah-filosofis disebut krisis ekologi ini
merupakan refleksi krisis spiritual manusia modern yang telah
menghilangkanTuhan dalam hubungannya terhadap alam. Kesalahpahaman dan
kegagalan manusia dalam memahami hakikat serta realitas alam menyebabkan
sikap eksploitatif terhadapnya. Manusia telah mereduksi makna alam. Alam
dipahami sebagai sesuatu yang tidak memiliki nilai intrinsik dan spiritual kecuali
semata-mata nilai yang dilekatkan oleh manusia terhadapnya. Alam hanya
dipandang sebagai obyek pemuas nafsu yang tidak berkesadaran, pelayan nafsu
syahwat eksploitatif manusia. Sehingga alam telah menjadi layaknya pelacur yang
dimanfaatkan tanpa rasa kewajiban dan tanggung jawab terhadapnya.
Dalam penelitian ini penulis mengambil dua tokoh tafsir yang bercorak
ilmy Syaikh Thantāwī Jauharī dan Zaghlul al-najjār. Dengan nama Kitab al-
jawahīr fī tafsīr al-quran al-karim karya Thantawi Jauhari dan āyātul Kaunīyah fī
tafsir al-qurān al-karīm karya Zaghlul al-najjār. Tafsir ini memberi warna baru
dalam sejarah penafsiran al-quran Pendapat yang dikemukakanya adalah bahwa al-
quran mengandung lebih dari 750 ayat yang berhubungan dengan sains dan hanya
150 ayat yang berkenaan dengan fiqh. Namun kebanyakan ulama membuat karya
tafsir yang berhubungan dengan ilmu fiqh. Ia berkeyakina bahwa jika al-quran di
jadikan petunjuk dan pendorong perkembangan ilmu pengetahuan maka orang
Islam dapat memperbaiki nasibnya.
Penulis merumuskan dalam penelitian ini pertama; bagaimana penafsiran
Thantāwī Jauharī dan Zaghlul al-najjār dalam menafsirkan ayat-ayat kauniyah
tentang keseimbangan ekologi dan perbedaan penafsiran keduanya. Dan penelitian
ini merupakan penelitian kepustakaan ( library research ) dengan menggunakan
metode komparasi. Sebuah metode memperbandingkan atau memeriksa dua hal
baik untuk mengetahui persamaan dan perbedaan
Hasil dari penelitian ini mengatakan bahwa berdasarkan penafsiran kedua
tokoh tersebut terhadap ayat kauniyah tentang keseimbangan ekologi terlihat jelas
keduanya dipengaruhi oleh pemikiran ilmu pengetahuan dan sains modern.
Didalam penafsiranya beliau kedua toko tersebut menyandingkan dengan teori-
teori ilmiah yang telah berkembang sampai saat ini
v
KATA PENGANTAR
Segala puji saya panjatkan hanya kepada Allah swt. Tuhan semesta alam.
Dialah yang Maha Pengasih kepada seluruh makhluk di dunia. Dialah yang Maha
Penyayang kepada umat Islam kelak di akhirat. Salawat dan salam kami haturkan
kepada junjungan Nabi Muhammad saw. Rasa syukur atas rahmat yang Allah
Selesainya penulisan skripsi ini tidak luput dari kesalahan dan kekurangan.
manusia. Penelitian ini juga tidak lepas dari peran beberapa pihak seperti
keluarga, dosen, kerabat dekat dan teman baik berupa bantuan pikiran, motivasi,
materil serta moral baik batin atau pun zikir. Oleh karena itu, saya ucapkan terima
1. Segenap civitas Akademika UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Prof Dr. Dede
masukan pada karya ini secara cermat demi kesempurnaan skripsi ini.
3. Terima kasih kepada Ibu Dr. Lilik Ummi Kaltsum, MA selaku Ketua Jurusan
Ilmu al-Qur’an dan Tafsir dan Ibu Dra. Banun Binaningrum, M.Pd selaku
vi
4. Terima kasih juga kepada segenap dosen yang telah mengajarkan penulis
5. Kedua orang tua Penulis, yang telah memberikan dukungan, Motivasi kepada
penulis dalam proses belajar, baik berupa materil atau pun non-materil. Serta,
keterbatasan ruang. Oleh karena itu, penulis ucapkan banyak terima kasih kepada
semua pihak yang terlibat dalam penulisan skripsi ini. Semoga Allah membalas
Nani
vii
PEDOMAN TRANSLITERASI ARAB LATIN
Penulisan transliterasi aksara Arab dan padanannya dalam aksara Latin merujuk
viii
Short: a = ´ ; i = ِ◌ ; u = ُ◌
Diphthong: ay = ; ا يaw = ا و
Ta’ Marbutah
dalam bahasa Indonesia, seperti shalat, zakat, dan sebagainya, kecuali bila
Bila diikuti dengan kata sandang “al” serta bacaan kedua itu terpisah,
2. Bila ta’ marbutah hidup atau dengan harkat, fathah, kasrah dan dammah
ditulis t.
ix
DAFTAR ISI
ASBSRAK...............................................................................................................v
PEDOMAN TRANSLITERASI.........................................................................viii
BAB I PENDAHULUAN.
A. Latar Belakang......................................................................................1
C. Tujuan Penelitian.................................................................................10
D. Tinjauan Pustaka.................................................................................11
E. Metode Penelitian................................................................................15
F. Sistematika Penulisan..........................................................................17
3. Perspektif Tasawuf.............................................................................27
x
BAB III. PROFIL, DAN KARYA THANTHĀWĪ JAUHARI DAN
ZAGHLUL AN-NAJJĀR
1. Biografi .......................................................................................34
Qur’ān al-Karīm..........................................................................40
al-Karīm......................................................................................44
Qurān al-Karīm.........................................................................50
xi
BAB IV PENAFSIRAN THANTHĀWĪ JAUHARĪ DAN ZAGHLUL AL-
KESEIMBANGAN EKOLOGI
Zaghlul Al-Najjār
1. Perbedaan penafsiran................................................................85
2. Persamaan penafsiran................................................................89
BAB V Penutup
A. Kesimpulan...................................................................................91
B. Saran-saran...................................................................................92
xii
BAB I
PENDAHULUAN
manusia. Artinya, bumi merupakan lingkungan yang disediakan oleh Allah untuk
telah ditentukan. Di sisi lain, bumi sebagai lingkungan hidup untuk manusia juga
satu kesatuan dari jalinan alam raya yang jauh lebih besar, yang dinyatakan oleh
Al-Quran tercipta atas asas keseimbangan. Oleh karena itu, posisi manusia
menjadi cukup penting dan strategis dalam rangka memelihara lingkun hidupnya
demi kepentingan yang lebih besar, yaitu menjaga dan memelihara keseimbangan
dimuka bumi telah menjadi suatu hal yang menakutkan terhadap keberlanjutan
kepada manusia, pengelolaan dalam pendayaan sumber daya alam selain untuk
1
Kementerian Agama RI, Tafsir al-Quran tematik, (Jakarta: Lajnah Pentashihan Mushaf
Al-Qur’an, 2012 ),h. 209
2
Kementrian agama RI, Tafsir IlmiPenciptaan Jagat Raya, (Jakarta: Lajnah Pentashihan
Mushaf Al-Qur’an, 2012 ),h.122
1
2
semesta ini termasuk bumi diciptakan oleh Allah SWT untuk manusia, agar ia
Krisis lingkungan hidup yang melanda dunia dewasa ini bukan hanya
sebuah negara. Maraknya berbagai bencana alam, banjir, tanah longsor, limbah,
hanya basa-basi politik. Faktanya, sejumlah peraturan dari tingkat UU, PP,
ekologi manusia4
Di sisi lain, sistem nilai dan kepercayaan sebagai basis perilaku ekologi
kehidupan masa depan. Ada problem keyakinan, cara pandang, dan cara perlakuan
3
Syukri Hamzah,Pendidikan Lingkungan, Cet ke 1, (Bandung:Refika Aditama,
2013),h.4
4
Erwin Usman, Gerakan Lingkungan Hidup: Jangan Hilang Perspektif Politik-
Kerakyatannya”, Makalah Seminar “Membangun Gerakan Sosial Lingkungan Hidup untuk
Penyelamatan Sumber-sumber Kehidupan Rakyat Demi Terwujudnya Perdamaian di Kalimantan
Barat” yang diselenggarakan oleh Walhi Kalimantan Barat di Gedung PSE Pontianak, 4 Oktober
2011. hal. 3.
5
Daniel B, Batkin. dan Edward A, Keller.Environmental Studies: The Earth as Living
Planet. Columbus Ohio: Charles E. Marriel Publishing Company 1982. h. 97.
3
menjadi dasar seseorang dalam memandang dan bersikap, termasuk pada alam.
Ada problem internal rakyat Indonesia, baik problem pengaruh agama, budaya,
struktur dan budaya. Pada ranah struktural, krisis ekologi yang terjadi di belahan
bumi pertiwi disebabkan oleh negara, pemilik modal, dan sistem pengetahuan
modern yang telah mereduksi alam menjadi komoditas yang bisa direkayasa dan
nilai dan pemahaman masyarakat tentang hak atas lingkungan hidup yang masih
minim.
dan teknologi (IPTEK), dan bahkan kehampaan spiritual Selain itu, pengaruh
oleh negara, pada faktanya telah menjadi pintu masuk kerusakan-demi kerusakan
yang sedang dibangun bangsa Indonesia merupakan jeratan dari skenario global
dari tiga faktor produksi yang utama, selain human resources (manusia) dan
Berawal dari eksploitasi alam demi memenuhi kebutuhan masyarakat yang tidak
Indonesia secara pelan dan pasti. Demi memenuhi kebutuhan industri, perusahaan
keseimbangan alam terganggu, hutan alam tropis beralih fungsi menjadi hutan
8
Mansour, Fakih. Refleksi Gerakan Lingkunga dalam pengantar Ton Dietz, Pengakuan
Hak atas Sumberdaya Alam: Kontur Geografi Lingkungan Politik .( Yogyakarta: Insist Press.
2005,) h.7.
9
Abū Zahw, al-Ḥadīts wa al-Muḥadditsūn, h. 364
5
Jika dicermati, setiap tahun tak kurang dari 4,1 juta hektar hutan di
industri. Hutan yang selama ini menjadi tempat berburu, sumber obat-obatan dan
sumber kehidupan bagi komunitas lokal semakin banyak yang dikuasai oleh
pemodal. Sungai-sungai yang selama ini menjadi pemasok air bagi pertanian dan
kebutuhan hidup harian rakyat sudah semakin banyak yang tercemar, bahkan
beberapa telah mengering.11 Udara negeri ini semakin panas dan tak sehat untuk
memiliki andil cukup besar dalam memicu perubahan iklim dan pemanasan global
karena payung ozonnya bocor. Payungnya yang berupa pepohonan di hutan tropis
negeri yang dilalui garis khatulistiwa ini memiliki 126,8 juta hektar hutan.
Sayangnya, sampai detik ini, perilaku destruktif terhadap hutan belum juga
manusia itu sendiri. Eksploitasi yang dilakukan oleh manusia terhadap alam tanpa
11
Nūr al-Dīn ‘Itr, Manhāj al-Naqd fī ‘Ulūm al-Ḥadīts, (Damaskus : Dar al-Fikr, 1979), cet.
II, h. 201
11
M. Syuhudi Ismail, Kaedah Kesahihan Sanad Hadis; Telaah Kritis dan Tinjauan dengan
Pendekatan Ilmu Sejarah, (Jakarta: Bulan Bintang, 2005), cet. III, h. 119
6
hidup serta hanya menguntungkan sekelompok kecil orang saja. Akan berbalik
keteraturan yang ada pada alam akan terganggu dan dapat berakibat munculnya
berkepanjangan. Dan bencana dapat terjadi dari krisis ekologis yang sangat akut.
Padahal, kerusakan atas alam sangat kontras dengan ajaran Islam. Sebagai salah
satu agama samawi, Islam memiliki peran besar dalam rangka mencegah dan
Rum ayat 41
tangan manusi, supay Allah merasakan kepada mereka sebahagian dari (akibat)
13
Nadjamuddin Ramly, Islam Ramah Lingkungan, h. 13-14.
14
Agus Indiyanto dan Arqom Kuswanjono, Agama, Budaya, dan Bencana, h. 8.
15
Ahmad Suhendra, “Ajaran Nabi SAW. tentang Menjaga Keseimbangan Ekologis”
dalam Jurnal Studi Ilmu-Ilmu Al-Qur’an dan Hadis, Vol. 12, No. 1, Januari 2011, hlm. 134.
7
Di dalam ayat tersebut di atas, sangat jelas bahwa berbagai kerusakan yang
terjadi di muka bumi adalah akibat ulah tangan manusia yang tidak bertanggung
jawab. Allah swt. telah memperingatkan tentang kerusakan yang terjadi di alam
dunia ini, baik di darat, laut maupun udara, bukan semata-mata bersifat alami.
tempat penyerapan air, sehingga ketika musim hujan tiba menyebabkan terjadinya
air, penebangan pohon secara liar, pembakaran hutan dan lain sebagainya, itu
minyak, dan lain sebagainya. Allah telah menghamparkan bumi beserta seluruh
yang cocok untuk pertanian, laut dijadikan sebagai sumber pencarian bagi para
nelayan. Begitu pula dengan sungai-sungai yang mengalir, udara yang segar,
Manusia tidak bisa lepas dari udara, tanah dan air. Ketika udara, tanah dan
air yang dijadikan sebagai tumpuan hidup makhluk hidup di bumi telah
mengalami polusi, sehingga tidak dapat dikendalikan lagi, maka unsur-unsur yang
16
Hernedi Ma’ruf, Bencana Alam dan Kehidupan Manusia dalam Perspektif al-Qur’an,
(Yogyakarta: ElsaQ Press, 2011), hlm. 203.
8
mengkonsumsinya. Sehingga akan terikat di dalam aliran darah dan inilah yang
mengambil Tokoh Thantâwȋ Jauhari dan Zaghlul an-Najar. Kedua toko tersebut
ada di langit dan bumi, sebagaimana ayat-ayat al-Qur’an juga berbicara tentang
yang berbicara tentang berbagai ilmu pengetahuan dan hanya 150 ayat yang
berbicara tentang fiqih secara jelas. Bahkan, menurut Zaghlul al-Najjar terdapat
1000 ayat yang sarih dan ratusan lainnya yang secara tidak langsung terkait
terhadap ilmu pengetahuan seperti yang ditunjukkan dalam ayat- ayat yang
berbicara tentang hewan, tumbuh-tumbuhan, langit dan bumi juga tidak bisa
bercorak ilmi, sedangkan Zaglul an-Najar seorang Ahli Sains dalam bidang
Geologi namun beliau punya banyak tafsir salah satunya adalah tafsir Tafsīr
17
Awang Jauharul Fuad, Global Warming dalam Pandangan Islam, (Yogyakarta:
eLSAQ Press, 2001), hlm. 224.
9
tentang ekologi
terbatas pada masalah-masalah Fiqih dan tauhid saja, melainkan juga masalah
kerusakan lingkungan.
yang telah mengkaji,baik dikaji dari sudut etika, hukum hingga Agama, namun
masih minim yang membahas masalah keseimbangan ekologi dari seorang Ahli
Sains dan tafsir. Penulis belum menemukan kajian keseimbangan ekologi dari
seorang ahli tafsir yang mempuni dalam bidang tafsir dan sains. Banyak penulis
temukan kajian karya ilmiah yang membahas ayat tentang keseimbangan ekologi
namun kajiannya hanya terbatas pada tafsiran al-Quran itu sendiri, dan ahli tafsir
yang bukan bercorak Ilmi, Sehingga kajiannya tidak sampai pada isi kandungan
Penulis membatasi pada pada tiga surat yaitu surat al-Rum, surat al-Hijr dan surat
10
An-Nahl. Dan Untuk mencari ayat al-Quran yang akan penulis kaji dalam
penelitian ini penulis merujuk pada kitab Al-Mu’jam Al-Mufahras Li Alfāz Al-
kerusakan, dan kata Assamâwât yang artinyalangitdan kata Ardhi yang artinya
bumi dan penulis menemukan ayat Qur’an : QS. al-Rūm : 41, dan 48, QS. al-
Nahl : 68-69
(Alam) yang asri dan ramah, kini berubah menjadi sumber bencana. maka penulis
Keduanya ?
C. . Tujuan Penelitian
Zaghlul an-Najjar
alam
18
Muhammad Fuad Abdul baqi Al-Mu’jam Al-Mufahras Li Alfâz Al-Qurân, (al-Azhar :
Maktabah Wahbah, 1996,) h. 630
11
Manfaat Penelitian
keseimbangan ekologi
2. Bagi pihak akademis dan masyarakat luas, hasil penelitian ini diharapkan
keseimbngan ekologi
D. Kajian Pustaka
referensi tentang ekologis juga tidak sedikit jumlahnya, mulai dari melihat ekologi
dalam bentuk skripsi yang sekiranya memiliki signifikansi dalam tema besar
yang penulis kaji. Buku-buku atau karya ilmiah tersebut diantaranya, skripsi yang
yang ditulis oleh Nurul inayah19 dengan judul Nilai-nilai Pendidikan ekologi
19
Nurul inayah, Nilai-nilai pendidikan dalam al-quran Skripsi Mahasisiwi UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta fakultas Ushuluudin , 2001.
12
adalah hal penting bagi manusia dari proses mengarahkan atau mendidik manusia
mengenai hubungan timbal balik mahluk dengan lingkungan agar tercapai tujuan
yang dicita-citakan.20
alam semesta dengan segala isinya saling berkaitan satu sama lain bagaikan satu
badan dalam keterkaitanya pada rasa sakit jika manusia merusak Alam maka tidak
mungkin kalo kita sendiri yang menerima akibat kerusakan itu. Skripsi yang
menjeaskan bahwa akar krisis ekologi bersifat aksiomatik dan multi dimensi,
yakni terletak pada kepercayaan dan struktur Nilai yang membentuk hubungan
manusia dengan alam, dengan yang lain, dan dengan gaya hidup manusia.
hidup dalam al-Qur’an, seperti term langit dan bumi dan sebagainya. Tesis ini
juga membahas pengertian etika dan lingkungan serta persepsi al-Qur’an yang
20
Widuri, Rachma Tri dan Moehayat, Praminto. “Perubahan Iklim dan Restorasi
Ekosistem” dalam Kompas, 27 September 2007. h. 35
21
Nasrullah, Konsep Keseimbangan Alam Dalam Perspektif Al-Qur’an Skripsi
Mahasiswa UIN Syarif HidayatullahJakarta Fakultas Ushuluddin, 1998.
22
Muhammad Muhtar, Kerusakkan Lingkungan Perspektif Al-Quran. (Studi tentang
Pemanasan Global), Mahasisiwa UIN Syarif Hidayatullah Jakarta fakultas Ushuluudin, 2010.
13
yang disebut dengan ekologi, lingkungan hidup dan yang berhubungan dengan
dialami oleh dunia dewasa ini telah dijelaskan secara tuntas oleh wisnu Arya
terjadi pada alam disebabkan oleh penggunaan manusia terhadap zat-zat kimiadan
perilaku disiplin, mengelolah limbah dan menambah alat bantu seperti filter udara.
14
Syaiful bahri,23 yang menjadi titik fokus kajian agus syaiful Bahri adalah pada
yang telah diterjemahkan kedalam bahasa indonesia oleh Abdullah Hakam Syah,
Yakni pemeliharaan lingkungan dari segala sesuatu yang nerusak dan mencemari
dilakukan oleh ahmad Ali Fauzi. Pembahasanya mengenai Etika Lingkungan Dari
dia juga menguraikan dengan gamblang bahwa persoalan lingkungan dewasa ini
pada akhirnya terkait erat dengan kesadaran moral dan etika kebudayaan.
23
Agus syaiful Bahri, Manusia dan lingkungan dalam al-quran ( Studi tematik terhadap
ayat-ayat taskhir)’ Skripsi Fakultas Ushuluddin, UIN sunan kalijaga, yogyakarta, 2000.
24
Ahmad Ali Fauzi studi Komparatif antara pandangan etis filosofis dalam etika
lingkungan. Skripsi, fakultas Ushuluddin UIN Sunan kalijaga, yogyakarta. 2006.
15
E. Metodologi Penelitian
Ada bebrapa metode yang penulis gunakan dalam penulisan Skripsi ini
baik yang berkaitan dengan jenis penelitian, pendekatan yang dipakai dalam
1. Jenis penelitian
2. Pendekatan
3. Sumber Data
Literatur –litertur yang dijadikan sebagi data dalam penulisann skripsi ini
ini terbagi pada dua sumber, sumber primer dan sekunder. Yang menjadi
data-data primer dala penelitian ini adalah karya thantawi Jauhari dan
25
Mardalis Meode Penelitian. Suatu Pendekatan proposal( Jakarta : Bumi aksara Persada,
1999), h.28
16
diharapakan bisa mendapatkan sebuah data yang akurat dan jelas. Untuk
a. Metode Deskripsi.
teratur dari kedua toko tersebut yakni Thantawi Jauhari dan Zaghlul an-
sitematis
b. Metode Interpretasi.
F. Sistematika Penulisan
Agar penulisan Skripsi lebih terarah dan sistematis, di sini penulis akan
ekologi, Pandangan terhadap keseimbangan ekologi perspektif ahli sains, dan ahli
Bab III Profil, dan Karya Thantawi Jauhari dan Zaghlul an-Najjār,biografi
dikenalkan oleh Ernst Haeckel pada tahun 1866, seorang Biolog Jerman.1 Namun,
versi lain menyebutkan bahwa Reiter adalah orang yang pertama kali
mengemukakan istilah tersebut. Pada tahun 1865 Reiter menggabungkan dua kata
dari bahasa Yunani yakni kata oikos dan logos. Kata pertama dari asal kata
ekologi, yakni kata oikos,2 berarti rumah tangga atau tempat tinggal3 dan kata
etimologi adalah ilmu tentang kerumah tanggaan atau tempat tinggal dan yang
1
Di antaranya yaitu dalam, Stephen Croall dan William Rankin, Ecology for Beginners,
terj. Zulfahmi Andri dan Nelly Nurlaeli Hambali, (Bandung: Mizan, 1997), hlm. 16, bandingkan
dengan N. Daldjoeni, “Ekologi dan gama” dalam Amin Abdullah, dkk, Restrukturisasi Metodologi
Islamic Studies Mazhab Yogyakarta (Yogyakarta: SUKA-Press, 2007), hlm. 151. D.
Dwidjoseputro, Ekologi Manusia dengan Lingkungannya (Jakarta: Erlangga, 1990), hlm. 1. Dan
Otto soemarwoto, Ekologi, Lingkungan Hidup dan Pembangunan (Jakarta: Djambatan, 1994),
hlm. 19
2
Dari kata oikos ini, ekologi satu rumpun dengan kata ekonomi. Ekonomi membicarakan
hubungan antara orang, tetapi terbatas pada hubungan mereka demi pemenuhan kebutuhan-
kebutuhan praktis, dan demi pertukaran dan pembagian ‘barangbenda’ di dalam masyarakat. Oleh
karena itu, akhirnya, ekologi berusaha melindungi dan melestarikan alam dunia ini sebagai
lingkungan manusia. Lebih lanjutnya baca, Anton Bakker, Kosmologi & Ekologi; Filsafat Tentang
Kosmos Sebagai Rumahtangga Manusia(Yogyakarta: Kanisisus, 1995), hlm, 34.
3
Dalam bahasa ilmu biologi dikenal dengan istilah habitat
4
Dikutip oleh S.J. Mcnaughton & Larry. L, Ekologi Umum, terj. Sunaryono
Pringgoseputro, (Yogyakarta: Universitas Gadjah Mada Press, 1992), hlm. 1.
18
19
suatu ilmu yang mempelajari tentang beberapa hal, yaitu: (1) seluk beluk
organisme atau makhluk hidup di habitatnya, (2) proses dan pelaksanaan fungsi
makhluk hidup dan habitatnya, dan (3) hubungan antar komponen secara
keseluruhan.
Sejalan dengan waktu yang terus berubah istilah ekologi ini pun
pakar dan pemerhati lingkungan begitu banyak dan beragam. Misalnya, Eugene P.
Odum yang mendefinisikan ekologi sebagai ilmu yang mengkaji tentang proses
interelasi dan interpedensi antar organisme dalam satu wadah lingkungan tertentu
hubungan antara satu organisme dengan yang lainnya dan antara organisme
5
Dikutip oleh Mujiyono Abdillah, Agama Ramah Lingkungan: Perspektif al-Qur’an
(Jakarta: Paramadina, 2001), hlm. 1. Koesnadi Hadjosoemantri menuliskan beberapa argument
perihal ekologi yang diambil dari beberapa tokoh ekolog Barat, yakni ekolog DeBel, William H.
Matthews et. Al. dan Joseph Van Bieck. Ketiga tokoh tersebut memberikan perumusan yang
berbeda terhadap ekologi. Perbedaan itu dapat dilihat dalam aspekpenekanan yang diberikan tokoh
tersebut. De Bel, misalnya, menfokuskan aspek keseimbangan alam, William H. Matthews et. Al.
yang lebih terfokus pada hubungan makhluk hidup dan Joseph Van Bieck yang merumuskan
ekologi pada penekanan isi danaktivitas hubungan makhluk hidup.Untuk lebih jelas mengenai
pembahasan ini, lihat Koesnadi Hadjosoemantri, Hukum Tata Lingkungan (Yogyakarta: Gadjah
Mada University
Press, 1993), hlm. 2
20
Dari beberapa definisi yang telah disebutkan, terdapat tiga kata kunci
ilmu yang sistematik dan tersetruktur, ekologi berkembang pesat setelah tahun
1900-an, kemudian lebih pesat lagi dalam dua dasawarsa terakhir ini. 7
Setelah melihat paparan dan uraian dari para tokoh di atas, ekologi secara
lingkungannya.
sesama makhluk hidup dan makhluk hidup dengan lingkungannya. Sementara itu,
6
Dikutip oleh Koesnadi Hadjosoemantri, Hukum Tata Lingkungan, hlm. 1 – 2.
7
Soedjiran Resosoedarmo, dkk., Pengantar Ekologi (Bandung: Rosda, 1993), hlm. 1.
8
Ekosistem secara etimologis berasal dari bahasa Yunani oikos dan system, yangberarti
tatanan dan aturan. Secara terminologis ekosistem berarti hubungan timbal-balik antar komponen
hidup (organik) dan tak hidup (anorganik) dala m suatu tempat yang bekerja secara teratur sebagai
satu kesatuan. Dapat juga diartikan sebagai unit fungsional antara komunitas dengan lingkungan
abiotiknya. Lihat Pius A. Partanto & M. Dahlan al Barry, Kamus Ilmiah Populer (Surabaya:
Arkola, t.th.t), hlm. 131.
21
Lingkungan berarti semua faktor eksternal yang bersifat biologis dan fisika yang
organisme. Habitat dalam arti luas, berarti tempat di mana organisme berada, serta
lainnya.11
ditempati manusia bersama tumbuhan, hewan dan jasad renik. Selain makhluk
hidup, dalam ruang itu terdapat juga benda takhidup, seperti misalnya udara yang
terdiri atas bermacam gas, air dalam bentuk uap, cair dan padat, tanah dan batu.12
Salah satu tokoh lingkungan Indonesia, Emil Salim, menyatakan bahwa secara
umum, lingkungan hidup diartikan sebagai segala benda, kondisi dan keadaan
9
Istilah ekosistem awalnya diperkenalkan oleh pakar lingkungan Inggris, A.G. Tansley
(1935). Selanjutnya dirumuskan secara konseptual oleh pakar lingkungan Bertanfy (1950). Dikutip
oleh Mujiyono Abdillah, Agama Ramah Lingkungan, hlm. 2
10
S.J. Mcnaughton & Larry. L, Ekologi Umum, hlm. 1 – 2.
11
Tim penyusun, Kamus Besar Bahasa, hlm. 675.
12
Dengan kata lain, ruang yang ditempati suatu makhluk hidup bersama dengan benda
hidup dan takhidup di dalamnya disebut lingkungan hidup makhluk tersebut. Otto Soemarwoto,
Ekologi, Lingkungan Hidup dan Pembangunan, hlm. 51 – 52.
22
serta pengaruh yang terdapat dalam ruang yang ditempati dan mempengaruhi
Jadi, lingkungan adalah suatu wadah bagi makhluk hidup, baik berbentuk
benda, kondisi atau keadaan, yang menjadi tempat makhluk hidup berproses dan
berinteraksi. Di samping itu, lingkungan merupakan objek ekologi dan bagian dari
Ada dua bentuk ekosistem yang penting, yaitu ekosistem alamiah (natural
kosistem buatan akan mempunyai ciri kurang sifat heterogenitasnya, hal ini
menjadikan ekosistem buatan bersifat labil dan untuk membuat ekosistem tersebut
tetap stabil, perlu diberikan bantan energy dari luar yang juga harus diusahakan
13
Harun M. Husein, Lingkungan Hidup, hlm. 7.
14
Otto Soemarwoto, Ekologi, Lingkungan Hidup, hlm. 24.
15
Koesnadi Hadjosoemantri, Hukum Tata Lingkungan, hlm. 3.
23
Perlu diusahakannya untuk menjaga ekosistem agar menjadi stabil, hal ini
ke generasi. Di samping itu perlu disadari pula, bahwa manusia harus berfungsi
lingkungan (alam) yang asri dan ramah, kini berubah menjadi sumber bencana
Krisis ekologi ini tidak dapat dikatakan sebagai sebuah peristiwa alami
yang terjadi di alam ini, karena manusia tidak bisa melepaskan diri dari saling
16
Penjelasan lebih lanjut perihal pembagian ekosistem, lihat KoesnadiHadjosoemantri,
Hukum Tata Lingkungan, hlm. 3 – 4.
17
Dikutip oleh Koesnadi Hadjosoemantri, Hukum Tata Lingkungan, hlm. 4.
18
Nadjamuddin Ramly, Islam Ramah Lingkungan: Konsep dan Strategi dalam
Pengelolaan, Pemeliharaan, dan Penyelamatan Lingkungan (Jakarta: Grasindo, 2007), hlm.
92
24
manusia atau hewan melulu, melainkan keseluruhan kehidupan itu sendiri. Hal ini
sejalan dengan teori para filosof seperti al-Farābī, Ibn Sīnā, Khawājah Nasīruddin
semua fenomena di alam semesta merupakan akibat dari serangkaian sebab akibat.
Dengan kata lain, bencana-bencana ekologi yang terjadi di bumi ini berkorelasi
ini tidak dapat dipisahkan dari pandangan manusia modern. Hal ini dapat
lingkungan dewasa ini adalah pengabaian modernitas terhadap visi spiritual alam
tanggung jawab, alam, bagi manusia modern, telah menjadi seperti seorang
pelacur – dimanfaatkan namun tanpa ada arti kewajiban dan tanggung jawab
19
Lihat Seyyed Hossein Nasr, Islamic Life and Thought, (London: George Allen, dan
Unwin Ltd, 1981), 97
25
semesta, bahkan sikap dan pandangan manusia modern terhadap alam, telah
jelas bagi banyak orang bahwa banyak bahaya mengerikan telah tumbuh dari
humanisme, dan saintisme yang mengisi ruang hampa yang telah ditinggalkan
juga krisis nilai dan pemaknaan dari manusia itu sendiri mengenai perayaan hidup
secara menyeluruh. Dengan demikian, krisis tersebut juga tidak bisa dilepaskan
melengkapi, maka krisis ekologis lebih tepat disebut sebagai krisis keseimbangan
20
Langdon Gilkey, Nature, Reality and the Sacred the Nexus of Science and Religion,
(Minneapolis: Augsburg Fortress, 1993), 79
21
Mehdi Ghulsyani, Filsafat Sains menurut Al Qur’an, (Jakarta: Mizan), 7
22
Fritjof Capra, Jaring-Jaring Kehidupan: Visi Baru Epistemologi dan Kehidupan, di
iterjemahkan oleh Saut Pasaribu, (Yogyakarta: Fajar Pustaka, 2001), 32
26
bencana alam yang terjadi tidak hanya menjadi sebuah takdir Ilahi semata,
tetapi hal itu lebih banyak disebabkan hukum keseimbangan alam yang tidak
terjaga. Jika alam tidak dijaga keharmonisan dan keseimbangannya, maka secara
hukum alam (sunnatullah) keteraturan yang ada pada alam akan terganggu dan
berkepanjangan. Dan bencana dapat terjadi dari krisis ekologis yang sangat akut.
Padahal, kerusakan atas alam sangat kontras dengan ajaran Islam. Sebagai salah
satu agama samawi, Islam memiliki peran besar dalam rangka mencegah dan
Misalnya, Ibnu Katsir, dalam Tafsir Ibn Katsir, dan Abu Bakr al-Jaza`iri, dalam
maksiat, dan segala pelanggaran terhadap Allah. Hal ini disebabkan, pada saat itu
23
Fitria Sari Yunianti “Wawasan al-Qur`an Tentang Ekologi; Arti Penting Kajian,
Asumsi Pengelolaan, dan Prinsip-prinsip dalam Pengelolaan Lingkungan”, dalam Jurnal Studi
Ilmu-Ilmu al-Qur`an dan Hadis, Vol. 10, No. 1, Januari 2009, hlm. 94 – 95.
27
Sedikit berbeda dari kedua ahli tafsir di atas, Quraish Shihab memaknai
bahwa terjadinya kerusakan merupakan akibat dari dosa dan pelanggaran yang
3. Perspektif tasawuf
Tasawuf secara keseluruhan adalah ajaran tentang akhlak atau etika, baik
etika terhadap sang Pencipta maupun terhadap manusia dan alam semesta.
Kedalaman reflektif tradisi tasawuf akan mendorong seseorang untuk lebih arif
terhadap semua hal, termasuk terhadap lingkungan. Dalam pandangan Ibnu al-
Qayyim, etika bahkan menjadi esensi agama. Ia mengatakan bahwa semua isi
agama adalah etika dan barangsiapa bertambah etikanya, maka bertambah pula
agamanya. Hal ini memperoleh legitimasi dari hadis Nabi yang menegaskan
Allah, dalam genggaman Allah, dan akan kembali kepada-Nya, segala sesuatu
25
Nadjamuddin Ramly, Islam Ramah Lingkungan, hlm. 20-21..
26
M. Quraish Shihab, Tafsir al-Misbah, hlm. 78.
27
Hadis dari Abi Hurairah terdapat dalam Sunan al-Kubra li al-Baihaqi, Juz 10 (al-
Maktabah asy-Syamilah, Vol. 2, 2000), hlm. 192.
28
dengan berbuat baik kepada Tuhan dan berbuat baik kepada dirinya sendiri,
sebaliknya setiap tindakan destruktif terhadap alam sama dengan berbuat zalim
kepada Tuhan dan kepada dirinya sendiri. Term kufr dengan berbagai kata
turunannya yang tersebar dalam banyak ayat Al-Qur’an sama dengan tidak
hidup. Dari sinilah titik- titik tauhid memandang relasi antara manusia dan Tuhan.
Dimensi ekologi dalam teologi dalam perspektif yang lebih ekstrim dapat
dilihat dalam pemikiran Ibnu Arabi. Ibnu Arabi mengatakan bahwa alam adalah
sikap kufur atau syirik, tetapi pengejawantahan dari paham dan sikap tauhid.28
Terlepas dari keabsahan panteisme Ibnu Arabi dalam teologi konvensional, faham
ini dapat dijadikan sebagai pijakan etik untuk keharusan melindungi alam, karena
rasa hormat kepada alam sebagai bagian dari diri sendiri dan Tuhan. Dengan
sebagai agama ramah lingkungan berpijak pada konsep al-ihsan. Istilah ini
dengan sempurna. Definisi tersebut berdasarkan hadis Jibril, yaitu bahwa al-ihsan
28
Lihat Kautsar Azhari Nur, “Wahdatul Wujud Ibn al-„Arabi dan Pan Teisme” Disertasi
Program Pascasarjana IAIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 1993, hlm. 31 – 36.
29
Wisnu Arya Wardhana, Al-Qur’an dan Nuklir, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2004), h.
54
29
dan sekiranya engkau tidak melihat-Nya maka Dia melihatmu. Pengertian pertama
ini bisa dipahami dalam konteks ibadah. Kedua, al-ihsan berarti menyayangi,
Allah dalam surat al-Nisa ayat 30.31 Menurut Yûsuf al- Qardâwȋ kedua definisi
lingkungan. Oleh karena itu, wajib bagi setiap Muslim untuk memperlakukan
lingkungan dengan cara melindungi dan menjaganya dengan ramah dan penuh
perhatian.
dengan lingkungannya, Yûsuf al- Qardâwȋ juga berdasar pada hadis sahih yang
mewajibkan untuk berbuat baik terhadap segala sesuatu”. Berdasarkan hadis ini,
Yûsuf al- Qardâwȋ berpendapat bahwa konsep berbuat baik (al-ihsan) berlaku bagi
semua komponen lingkungan, baik makhluk hidup maupun makhluk tidak hidup,
serta yang berakal maupun yang tidak berakal. Atau, dengan kata lain, prinsip
Islam agama ramah lingkungan, Yûsuf al- Qardâwȋ memandang perlu adanya
30
Yûsuf al- Qardâwȋ, Islam Agama Ramah Lingkungan, hlm 184-185.
31
Dan berbuat baiklah kepada kedua orang tuamu (ibu dan bapak), karibkerabat,anak-
anak yatim, dan orang-orang miskin”.
32
Yusuf al-Qaradawi, Islam Agama Ramah Lingkungan, hlm. 185.
30
mencakup empat hal pokok yang merupakan proposisi bagi konsepsi Islam agama
ramah lingkungan.
adalah tuntutan Islam dari setiap Muslim agar setiap hari yang dijalani tidak luput
dari mengerjakan kebaikan serta melakukan amal sosial dengan ikhlas tanpa
tingkatannya dari berlaku adil. Jika berlaku adil adalah memberikan sesuatu
sesuai dengan hakhaknya, maka berbuat baik adalah menambah dari sekedar hak
menurutnya, dapat dilakukan kepada siapa saja, baik kepada Muslim maupun non-
Muslim, terlebih lagi kepada kaum yang lemah, termasuk anak yatim, fakir
usia buahbuahan yang segar, tempat bernaung yang teduh, pemandangan yang
indah, dan manfaat-manfaat lain yang dapat dinikmati. Itulah nikmat Allah yang
mengutip hadis yang diriwayatkan oleh Abu Dawud yang berisi konsep tentang
33
Yûsuf al- Qardâwȋ, Islam Agama Ramah Lingkungan, hlm. 186.
31
larangan penebangan pohon, yaitu: “Barang siapa yang menebang pohon sidrah,
maka Allah akan mencelupkan kepalanya ke dalam Neraka” berteduh dan diambil
buahnya jika mereka sedang dalam perjalanan atau ketika mencari rerumputan
tersebut secara eksplisit merupakan upaya untuk menjaga kelestarian pohon. Baik
pohon yang ada di sepanjang jalan, hutan atau di mana saja. Memang keberadaan
dengan cara menanam pepohonan baru dan merawatnya agar bisa mengganti
Dalam hal ini, Yûsuf al- Qardâwȋ berpendapat bahwa alasan perhatian Islam
hewan merupakan makhluk hidup yang dapat merasakan sakit dan perih. Hewan
memiliki kebutuhan, keperluan dan hajat hidup yang harus dipenuhi. Oleh karena
itu, tidak selayaknya bagi siapa pun untuk mengurangi atau menghalang-halangi
34
Isnati, Siaga Menghadapi Bencana Gunung Api, (Klaten: CV Sahabat, 2008), h. 28
35
Yûsuf al- Qardâwȋ, Islam Agama Ramah Lingkungan,.hlm. 149.
32
pun, niat dasarnya haruslah semata-mata demi memperoleh ridla dan pahala dari
Allah. Kedua, hewan harus tetap dipandang sebagai aset kekayaan umat manusia,
serta salah satu produksi alam atau lingkungan yang penting, terutama yang
berasal dari berbagai jenis hewan yang jinak dan perlu dilindungi. Jadi,
seandainya jenis-jenis hewan tersebut punah, berarti punah pula sebagian dari
asetkekayaan manusia.36
semua makhluk hidup.37 Pada hakikatnya, air adalah kekayaan yang mahal dan
berharga. Akan tetapi, karena Allah menyediakannya di laut, sungai, bahkan hujan
secara gratis, dan kondisi air dapat terjadi secara tetap karena adanya siklus
Kondisi krisis air mulai terasa di zaman sekarang, disebabkan jumlah penduduk
36
Nicholas Harris, (terj. Hilda Kitti), Atlas Lautan,( Gelora Pratama Aksara, 2007), h. 17
37
Lihat Q.S. al-Anbiya: 30.
33
Konsep ihyâ al-mawât yang merupakan salah satu ajaran Islam dalam
usaha menghidupkan lahan mati dipandang tepat oleh Yûsuf al- Qardâwȋ sebagai
salah satu cara memperlakukan tanah atau lahan. Menurutnya, tanah mati adalah
tanah yang rusak dan tidak diolah, tidak ada bangunan ataupun tanaman
berdasarkan hadis yang diriwayatkan oleh Abu Dawud; “Barang siapa yang
dikatakan bahwa termasuk lahan atau tanah mati di sini adalah lahan kritis yang
hilang kesuburan tanahnya, mungkin akibat erosi yang merubah lapisan tanah atau
akibat pencemaran tanah yang menurunkan kualitas tanah. Adapun cara untuk
menghidupkan lahan mati tersebut menurut Yûsuf al- Qardâwȋ dapat dilakukan
dengan bertani, bercocok tanam, serta penghijauan. Usaha ini tidak akan
terlaksana kecuali setelah dialiri air dari sungai, danau, sumber mata air atau
keindahan yang merupakan jawaban bagi sebagian orang yang mengatakan bahwa
38
Yusuf al-Qaradawi, Islam Agama Ramah Lingkungan, hlm. 154.
39
Al-Qur’an menuturkan: “Kemudian Kami tumbuhkan biji-bijian di bumi itu, anggur
dan sayur-sayuran, zaitun dan pohon kurma, kebun-kebun (yang) lebat, dan buah-buahan serta
rerumputan untuk kesenanganmu dan untuk binatang-binatang ternakmu” (QS. ‘Abasa: 27-32).
BAB III
1. Biografi
Syeikh Thantāwī bin Jauhārī al-Misri lahir pada tahun 1287 H/ 1862 M, di
tersebut berjalan sebagaimana layaknya desa di sekitar kota Mesir, begitu juga
antara mata pencarian yang menonjol pada saat itu adalah profesi sebagai petani.
masa kecilnya sering membantu oaring tuanya sebagai petani. dan wafat pada
tahun 1358/1940 M, ia adalah salah seorang pemikir dan cendekiawan Mesir ada
Dalam kehidupannya, sejak kecil beliau dikenal sebagai sosok yang sangat
rajin dan juga mencintai agamanya. Meskipun dilahirkan dari kalangan keluarga
di Desa al-Ghar, dan bahkan semangat untuk belajarnya dari waktu ke waktu
semakin menggebu. Di sisi lain beliau juga turut membantu orang tuanya sebagai
1
Shohibul Adib dkk, Profil Para Mufassir Al-Qur’an dan Para Pengkajinya, (Tangerang
Selatan: Pustaka Dunia, 2001), h. 169
2
Dewan Redaksi, Ensiklopedia Islam di Indonesia, (Jakarta: Anda Utama, 1992/1993),
hlm. 1187
34
35
juga belajar kepada orang tuanya sendiri beserta pamannya, yakni Syaikh
Muhammad Syalabi3
ditempuh anaknya. Tidak cukup sampai di situ, orang tuanya juga sangat
mendorong anaknya agar menjadi orang yang terdidik dan terpelajar. Sehingga
kepribadiannya adalah Muhammad Abduh, atau yang dikenal sebagai salah satu
dianggap sekedar guru saja, melainkan juga sebagai mitra dialog. Sebab,
dengan menggunakan cara yang beragam, mulai dari membaca buku, menelaah
artikel di media massa, sampai menghadiri berbagai seminar keilmuan pada masa
3
Zaghlul an-Najjar, Tafsīr Al-āyātul Kauniyyah fīl Qur’ānil Karīm, (al-Qāthirah:
Maktabah as-Syarqiyyah ad-Dauliyyah, 2007), jil. 3, h. 467.
36
itu. Dari sekian banyak jenis keilmuan yang dipelajari, Thanthawi Jauhari lebih
Oleh sebab itu, ia terus belajar ilmu tafsir dengan sangat cermat dan teliti.
Dan pada gilirannya, bentuk kecintaan dan kepeduliannya terhadap ilmu tafsir
tersebut kemudian dibuktikan dengan memunculkan sebuah karya tafsir, yaitu Al-
bidang sains atau ilmu pengetahuan, tafsir yang dihasilkannya pun lebih bercorak
1311 H atau 1893 M. Atas bimbingan Muhammad Abduh, yang telah membuka
al-Mishriyyah dalam mata kuliah filsafat Islam. Selain itu, dia juga aktif menulis
4
Zaghlul an-Najjar (terj. Zainal Abidin, dkk), Sains dalam hadits, Mengungkap Fakta
Ilmiah dan Kemukjizatan Hadits Nabi, (Jakarata: Amzah, 2011), h. 288.
5
Andi Rosadisastra, Metode Tafsir Ayat-Ayat Sains dan Sosial, (Jakarta: Amzah, 2007),
h. 152-157
37
di Koran Al-Liwa.6
majalah dan artikel di media massa, serta mengikuti berbagai seminar dan
pertemuan ilmu pengetahuan. Dalam hal ini, yang menjadi fokus utama
Thanthawi Jauhari adalah dalam ilmu tafsir. Di sisi lain, dia juga belajar tentang
ilmu fisika. Hal ini dilakukan sebagai upaya Thanthawi untuk memberikan
yang kerap kali menuding Islam sebagai agama dan ajaran yang menentang ilmu
Karena kecerdasannya tentang dua fokus disiplin ilmu yang dipelajari dan
6
Shohibul Adib dkk, Profil Para Mufassir Al-Qur‟an dan Para Pengkajinya, (Tangerang
Selatan: Pustaka Dunia, 2001), h. 169
7
Mochammad Nor Ichwan, Tafsir ‘Ilmiy; Memahami Al-Qur’an Melalui Pendekatan
Sains Modern, (Yogyakartra: Menara Kudus Jogja, 2004), h. 137-138
38
sumber daya manusia dengan cara menguasai ilmu pengetahuan. Dan lambat laun,
salah satu jajaran pemikir Islam terkemuka. Karena kepandaiannya itu, setidaknya
terdapat tiga hal mendasar yang perlu dicatat dari pemikiran Thanthawi Jauhari.
Pertama, obsesinya untuk memajukan daya pikir umat. Kedua, pentingnya ilmu
menghasilkan kitab tafsir yang luar biasa yaitu Al-Jawāhir Fī Tafsīr Al-Qur‟an
a. Jawāhir al-Ulūm.
b. Al-Nidhām wa al-Islam.
c. Al-Tāj wa al-Marsha.
e. Aina al-Insān.
8
Departemen Agama RI, Ensiklopedi Islam di Indonesia, (Jakarta; CV Anda Utama,
1993), h. 1187
39
f. Ashlu al-Ālam.
g. Al-Hikmah wa al-Hukamā.
Ashriyyah.
paling fenomenal adalah kitab tafsir yang diberi nama “Al-Jawāhir Fī Tafsīr Al-
juga cara yang digunakan oleh Thanhthawi Jauhari dalam menafsirkan al-Qur‘an.
Jika kita mencermati secara detail, semua yang digunakan oleh Thanthawi dalam
(tafsir bi al-ra’y). Kita tahu bahwa cara beliau dalam menafsirkan al-Qur‘an
9
Sayyid Muhammad Ali Iyazi, Al-Mufassirun Hayatuhum wa Manhajuhum, (Beirut: Dar
al-Fikr, 1373 H), h. 429
40
pendapat para ulama. Selain sebagai mufassir, beliau juga ahli dalam ilmu
ijtihad. Bentuk tafsir ini banyak berkembang pesat dan muncul di kalangan ulama-
ulama mutaakhkhirin, sehingga abad modern ini lahir tafsir menurut tinjauan
sosiologis dan sains, di antaranya adalah tafsir al-Manār dan al-Jawāhir. Berbeda
Jauhārī beliau memberi nama dengan istilah ‘’mutiara’’ (Jawahir). 11Kitab al-
Jawāhīr fī Tafsīr al-Qur’an al- Karīm. adalah sebuah karya tafsir yang disusun
oleh Thanthawi Jauhari pada abad ke 20, di mana kecanggihan teknologi semakin
10
Nashruddin Baidan, Wawasan Baru Ilmu Tafsir, (Yogyakarta:Pustaka
Pelajar, 2005), h. 376
11
Abdul Majid Abd as -salam al Muhtasim, hlm. 273-274
41
pembahasan, dan tentunya sangat logis jika kandungan isi kitab ini mempunyai
3. Dalam al-Qur’an terdapat ayat-ayat tentang sains lebih dari 750 ayat sementara
ilmu-ilmu yang berkaitan dengan hukum fiqih tidak lebih dari 150 ayat.14
umat Islam dari ilmu pengetahuan serta mendorong agar umat Islam bangkit dan
Dalam isi kitab tafsir ini terkandung pembahasan - pembahasan unik yang
12
Thanthawi Jauahari, op.cit., hlm. 2
13
Q.S. Al-An’am (6): 38.
14
Thanthawi Jauahari, op.cit., hlm. 3
42
pembaca seolah fakta tersebut benar-benar riil di depanya layaknya fakta empiris
dari cara penafsirannya, tafsir ini dijelaskan oleh Thanthawi dengan sangat runtut
dan secara detail. Maka dapat disimpulkan bahwa Thanthawi dalam tafsirnya ini
tafsirnya, penafsir mengikuti runtutan ayat sebagaimana yang telah tersusun rapi
maksud ayat-ayat tersebut satu sama lain. Pada intinya, segala hal yang bertautan
dengan al-Qur‘an bisa dimasukkan dalam tafsir, dan penafsirannya runtut dan
rinci.15
dalam analisisnya sebagai orang mufassir sekaligus seorang yang menguasai dan
15
Thanthawi Jauhari, Al-Jawāhir fī Tafsīr Al-Qur’an Al-Karīm, Jilid I, Juz I ,lampiran,
(Beirut: Dar al-Fikr, 1350 H), h. 2
43
Dilihat dari isinya, tafsir ini tergolong sebagai tafsir ilmy. Sebab, di dalam
Pada awalnya, tafsir ini muncul karena ajakan al- Qur‘an adalah ajakan
ilmiah, yang berdiri di atas prinsip pembebasan akal dari tahayul dan
secara tegas dan khusus ditujukan kepada para ilmuan, namun pada hakikatnya
mereka itulah yang diharapkan mampu memahami dan meneliti ayat-ayat kauniah
tersebut.
sebagaimana kitab-kitab ilmiah yang ada selama ini. Namun, al-Qur‘an adalah
kitab petunjuk bagi umat untuk kebahagiaan dunia dan akhirat. Maka tidak khayal
jika di dalamnya terdapat petunjuk tersirat dari Allah yang berkaitan dengan ilmu
dengan corak ini bertujuan baik bagi semua umat, agar mampu memahami ilmu
16
Thanthawi Jauhari, Al-Jawāhir fī Tafsīr Al-Qur’an Al-Karīm, Jilid I, Juz I ,lampiran,
(Beirut: Dar al-Fikr, 1350 H), h. . 22.
44
berbicara tentang ilmu pengetahuan. Karena memang di dalam al- Qur‘an terdapat
semua ilmu yang berkembang hari ini sampai hari kiamat telah diungkap di dalam
metode yang dipergunakan oleh Tantawi Jauhari di dalam tafsîr annya adalah
kajian-kajian yang bersifat ilmiah yang lazim disebutnya sebagai latâ’if atau
akumulasi dari pendapat para pemikir Barat dan Timur zaman modern.18 Kajian-
kajian yang bersifat keilmuan menurut al-Zahabi juga ditransfer oleh Tantawi
Jauhari dari Injil Barnabas yang dianggap sebagai injil yang paling sahih, juga
dari Plato dan Ikhwan al-Safa dalam risalahnya. Tantawi Jauhari juga
Qur’an, dimana teori-teori tersebut belum pernah ada di Arab pada masa
sebelumnya.
17
Abdul Hayy Al-Farmawi, Metode Tafsir Maudhui, terj. Suryan A. Jamran, (Jakarta:
PT. Raja Grafindo Persada, 1996), h. 22
18
Al-Zahabi, al-Tafsîr wa al-Mufassirûn, hal. 508-509.
45
modern, ada sebagian mufasir yang cenderung menulis tafsir dengan corak ilmiah
atau tafsîr bi al-ilmi. Dari beberapa corak penafsiran ini Syaltut memberi catatan
penting yang sekaligus dapat dilihat sebagai sikapnya dalam menafsirkan Al-
Qur’an.
Al-Qur’an menurut pendirian berbagai aliran, karena hal ini menurut Syaltut akan
masing-masing.
19
Mahmud Syaltut, Tafsîr Al-Qur’ân al-Karîm al-Ajzâ’ al-Asyarah al-‘Ulâ, (Beirut: Dar
al-Syuruq,1974), hal. 9-10.
46
1. Biografi
Muhammad an-Najjar adalah seorang pakar geologi asal Mesir yang lahir pada
Beliau lahir dari keluarga muslim yang taat. kakeknya menjadi imam tetap di
itulah Zaghlul cilik ikut ayah hijrah ke Cairo, dan masuk sekolah dasar di ibukota
University dan lulus pada 1955 dengan yudisium Summa Cum Laude. sebagai
kemudian meraih gelar Ph.D bidang geologi dari Walles University of England
47
pada 1963. Pada 1972, ia dikukuhkan sebagai guru besar geologi. pada 2000-
England dan sejak tahun 2001 menjadi ketua Komisi Kemukjizatan Sains al-
menulis artikel tetap rubric “Min Asrar al-Qur’an” (Rahasia al-Qur‟an) setiap
Senin di Harian Al-Ahram Mesir yang bertiras 3 juta eksemplar setiap harinya.
Hingga kini, telah dimuat lebih dari 250 artikelnya tentang kemukjizatan sains dan
al-Qur’an.20
Kemampuan beliau tidak terhenti disitu itu, pada tahun 1963 beliau telah
menamatkan pengajian dalam bidang PhD Kajian Bumi dan Geologi di Universiti
Walse England dan memperolehi gelaran Professor pada tahun 1972 dari
Universiti Kuwait. Sehing beliau telah menghasilkan lebih daripada 150 artikel
dan lebih dari pada 50 buah buku yang meliputi berbagai kajian ilmu antaranya
ilmu saintifik Islam, al-Quran sains, sains dalam hadith, I’jaz ‘Ilmi dan banyak
lagi. Namun kajian yang telah meningkatkan autoriti sebagai saintis Islam pada
abad moderen ini ialah kajian yangmeliputi asimilasi penemuan saintifik dalam
Zaghlul Al-Najjar telah memiliki karya lebih dari 150 artikel dan lebih
dari 50 buah buku yang meliputi berbagai kajian ilmu diantaranya ilmu
20
Zaghlul an-Najjar, (Terj, Yodi Indrayadi dkk,) Buku Induk Mukjizat Ilmiah Hadits Nabi
Jakarta: Zaman, 2013), h. 9-10.
48
saintifik Islam, al-Quran sains, sains dalam hadits, i’jaz „ilmi dan banyak lagi.
Namun kajian yang telah meningkatkan autoritas Zaghlul sebagai pakar sains
Islam pada abad modern ini ialah kajian yang meliputi penemuan ilmiah
berhasil melalui kajian ini bukan saja ditulis dalam Bahasa Arab, bahkan juga
d. Haqā'iq `Ilmiyah fil Qur'ānil Karim: Namāzij min Ishāratil Qur'āniyah ilā`
Ulumil Ard..
sebagai:
m. Pengurus Badan „Ijaz Ilmi Qur‟an, Majlis Tertinggi Hal Ihwal Islam Mesir
Hasil usaha gigih Zaghlul dalam menterjemahkan al-Quran dan hadits melalui
tertinggi dari kerajaan Sudan pada tahun 2005 dan anugerah sebagai Ikon
Islam di Dubai pada tahun 2006. Usaha dakwah beliau bukan hanya melalui
21
Ishak Sulaiman et.all, Metodologi Penulisan Zaghlul Al-Najjar Dalam Menganalisis
Teks Hadith Nabawi Melalui Data-Data Saintifik, (Malaysia: Akademi Pengajian Islam Universiti
Malaya Kuala Lumpur, 2001), hal. 280.
50
al-Karīm
Sebagaimana Zaghlul an-Najjar, seorang yang ahli dalam bidang ilmu alam
dalam al-Qur‟an terdapat ayat-ayat yang berisi tentang ajakan ilmiah yang
Menurut Zaghlul an-Najjar, tidak kurang ada 1000 ayat yang secara tegas
(shārih) dan ratusan lainnya yang tidak langsung terkait dengan fenomena
itu tidak akan mungkin dapat kita pahami secara sempurna jika hanya
dipahami dari sudut pandang bahasa arab saja. Untuk mengetahui secara
informasi kesejarahannya, dan tak kalah pentingnya adalah dari sudut aspek
22
Zaghlul an-Najjar, Tafsīr Al-āyātul Kauniyyah fil Qur’ānil Karīm, (al-Qāhirah:
Maktabah as-Syarqiyyah ad-Dauliyyah, 2007), Jil. 1. h. 6.
51
dan ilmu terapan belum sampai hakikat itu kecuali setelah berabad-abad
juta eksemplar setiap harinya. Hingga kini telah dimuat lebih dari 250 artikel
tentang kemukjizatan sains dalam Al-Qur'an, yang semua itu terangkum dalam
Dari hasil penyelidikan Penulis, Kitab Tafsir ini telah diperkenalkan oleh
Zaghlul dengan kitab Tafsīr Al-āyātul Kauniyyah fīl Qur’ānil Karīm terbitan
pada metode penulisan klasikal dan modern. Metode dari segi penyusunan
klasikal yang digunakan oleh beliau ialah menyusun ayat atau surat mengikut
susunan seperti yang terdapat di dalam al-Qur‟an, yaitu dimulai dari Surat al-
Baqarah (juz 1) hingga Surat al-Qāriah (juz 30). Namun kitab ini
yang tidak berkaitan sama sekali dengan sains natural. Maka tidak
23
Zaghlul an-Najjar, Tafsīr Al-āyātul Kauniyyah fil Qur’ānil Karīm, (al-Qāhirah:
Maktabah as-Syarqiyyah ad-Dauliyyah, 2007), Jil. 1. h. 26.
24
Zaghlul an-Najjar, Tafsīr Al-āyātul Kauniyyah fil Qur’ānil Karīm,h.34
52
Kitab Tafsīr Al-āyātul Kauniyyah fīl Qur’ānil Karīm yang terdiri dari 4
jilid ini terdiri dari: Jilid pertama, yang dimulai dari surat al-Baqarah hingga
surat al-Isra yang terdiri dari 56 pembahasan ayat. Jilid kedua, dimulai dari
surat al-Kahfi hingga Surat Luqman yang terdiri dari 42 pembahasan, Jilid
ketiga, dimulai dari Surat al-Sajadah hingga Surat al-Qamar yang terdiri 38
pembahasan, dan pada jilid keempat dimulai dari Surat ar-Rahman hingga
pembahasan yang terdapat dalam kitab ini adalah 176 dalam 66 surat.
tersebut berisi 4 pokok pembahasan, yaitu: (1) definisi literal I‟jaz serta
menafsirkan ayat yang berdimensi saintifik,7 (3) ajakan Zaghlul kepada para
ilmuwan islam khususnya para ahli tafsir untuk menafsirkan al-Qur‟an sesuai
terdapat dalam surat dan yang berkaitan dengan ayat yang akan dibahas.
pandangan secara umum yang berdasarkan tafsir lafdzi atau yang berkaitan
memahaminya
menggunakan penalaran atau pemikiran (bir ra’y) 27 kita ketahui bahwa cara
yang berkaitan dengan ilmu pengetahuan. Selain itu, Zaghlul juga menyuguhkan
modern.
tertentu berdasarkan tema dalam setiap surat. Tafsir ini disusun sesuai dengan
susunan seperti yang terdapat di dalam al-Qur‟an yang di awali dari surat al-
27
Tafsir bi al-ra’yi adalah jenis penafsiran al-Qur’an melalui pemikiran atau ijtihad.
Bentuk tafsir ini banyak berkembang pesat dan muncul di kalangan ulama-ulama
mutaakhkhirin, sehingga abad modern ini lahir tafsir menurut tinjauan sosiologi dansains,
di antaranya adalah tafsir al-Manār dan al-Jawāhir. Berbeda dengan penafsiran al-Qur‟an
dengan bentuk al-ma’tsur, karena bentuk penafsiran al-ma’tsur sangat bergantung dengan
riwayat. Lihat Nashruddin Baidan, Wawasan Baru Ilmu Tafsir, (Yogyakarta: Pustaka
Pelajar, 2005), h. 376
54
Baqarah (juz 1) hingga surat al-Qāriah (juz 30). Pemilihan ayat dalam tafsir ini
ilmiah. Hal ini karena, berdasarkan latar belakang Zaghlul dalam bidang saintifik
Adapun corak tafsir ini tergolong sebagai tafsir ilmi, sebab di dalam tafsir ini
kehendak itu di bidang akidah dan hukum-hukum syar'i yang dikandungnya, serta
nilai-nilai etis dan keadaban yang dibawa oleh Al-Qur'an untuk perbaikan dan
karya klasik dari peradaban pra-Islam seperti Yunani, Persia, dan India. Pada fase
peradaban inilah, muncul pelbagai metode dan aliran tafsir Al-Qur'an. Selain
ditemukan corak-corak tafsir yang berorientasi seperti: fiqhi, kalami, balaghi, dan
isyari/shufi, bahkan falsafi, maka ditemukan pula metode tafsir 'ilmi yang
berbagai kebenaran fakta ilmiah yang pernah disebutkan oleh Al-Qur'an. Tokoh-
55
tokoh seperti Fakhr al-Din al-Razi (w 606 H), Hanafi Ahmad, Ibnu Abi al-Fadl
diperkuat dalam literatur 'Ulum Al-Qur'an, terutama dua karya yang fenomenal
yaitu 'al-Burhan fi 'Ulum al-Qur'an' yang disusun oleh Badr al-Din al-Zarkasyi (w
794 H) dan 'al-Itqan fi 'Ulum al-Qur'an' yang ditulis oleh Jalal al-Din al-Suyuthi
(w 911 H).28
Maksud dari pada sains di sini adalah ilmu-ilmu pengetahuan tentang alam
sosial, flora-fauna, geologi dan lain sebagainya. Ada beberapa definisi yang
diberikan beberapa pakar tentang tafsir ilmi atau saintifik ini, diantaranya:
Definisi yang diajukan oleh Prof. Amin al-Khuli adalah: "Tafsir yang
Definisi yang diajukan oleh Dr. 'Abdul Majid 'Abdul Muhtasib adalah:
pelbagai masalah keilmuan dan pandangan filosofis dari redaksi Al-Qur'an itu
28
Ibnu Manẓur, Tafsir Saintifik Isyarat-Isyarat Ilmiah Dalam Al-Quran, ( al-Qahirah:
Dar al-Ma‟arif, 1119 H), h. 42.
56
Kedua definisi diatas tampak mirip, dan dapat kita berikan catatan dalam
dua hal yaitu: yang pertama, kedua definisi tersebut mendiskreditkan model tafsir
saintifik, sebab memberi kesan bagi orang awam yang membaca definisi itu
bahwa corak tafsir itu agar dihindari karena dinilai telah "menundukkan redaksi
Al-Qur'an" ke dalam teori-teori sains yang kerap berubah-ubah. Lagi pula sosok
Amin Khuli dan Abdul Muhtasib ini dikenal berada di barisan ulama yang kontra
dan tak merestui corak tafsir ini. Kedua, definisi tersebut tak mampu
itu kepada teori-teori sains yang selalu berubah. Apa yang dimaksudkan para
ulama pendukung corak tafsir ini adalah berupaya menjelaskan salah satu aspek
saat rasa dan cita kebahasaan Arab sudah sangat melemah, di kalangan orang
Arab sekalipun. Apalagi kini, ilmu dan sains telah menyerbu seluruh sendi
29
Sujiat Zaubaidi Saleh, “Epistimologi Penafsiran Ilmiah Al-Qur‟an”, Jurnal Tsaqofah,
VII 1 (April, 2011), h. 111
BAB IV
KESEIMBANGAN EKOLOGI
kerusakan lingkungan adalah term Fasad. Dalam bahasa, kata ﻓﺴﺪyang berarti
terjadinya ketidak seimbangan atau disharmoni, Term fasad dengan segala kata
pengertian fasad itu mencakup semua kerusakan berupa hilangnya tatanan yang
baik di dunia ini, baik yang dikaitkan dengan kehendak manusia maupun yang
tidak. Karena pada perinsipnya segala bentuk instabilitas serta disharmoni yang
langsung atau tidak langsung.2 Sedangkan menurut Ahmad Syakir, kata Al-Fasad
1
Ahmad Warson Munawwir, Kamus Al-Munawir Arab Indonesia Terlengkap, Cet ke 14,
Surabaya: Pustaka Progressif, 1997),p. 1055.
2
Ahsin W. Al-Hafidz, Kamus Ilmu Al-Qur’an, (Jakarta: Amzah, 2008),p.72.
57
58
menyia-nyiakan kewajiban, merasa ragu terhadap agama Allah yang mana amalan
dakwaan yang tidak sebenarnya, mereka tetap dalam keraguan dan kebimbangan.
Itulah kerusakan yang dilakukan oleh kaum munafikin dimuka bumi, namun
kerusakan dalam dua bentuk pertama Kerusakan yang berasal dari manusia.Yang
kerusakan akibat hawa nafsu manusia. Bagi Thanthawi manusia sebagai khalaifah
makhluk lainnya, adil yang bagaimana yang dimaksud? Adil maksudnya seperti
3
Ahmad Syakir, Mukhtasar Tafsir Ibnu Katsir, Jilid 1, Cet ke 2, (Jakarta:Darus
Sunnah),2014),p. 117.
59
sesungguhnya antara manusia dan makhluk lain serta alam ini sama-sama saling
membutuhkan. Jika keadilan tersebut sudah dapat tercapai maka manusia baru
Kedua Kerusakan yang berasal dari alam Yakni hewan kecil seperti
mikroba dan virus yang membawa penyakit. Oleh karena itulah, dalam
harus bersabar, akan tetapi sabar yang bagaimana yang dimaksud? Sabar yang
dimaksud adalah sabar yang berarti menahan hawa nafsu. Dan dengan bersabar
berarti telah mencegah banyaknya kerusakan yang terjadi. Akan tetapi sabar
khalifah untuk selalu menjaga dan melestarikan alam dan bukan berarti
menggunakan rudal torpedo. yang dilakukan oleh manusia di bumi yang justru
menjadi bencana bagi manusia itu sendiri dan menjadi kerugian bagi mansuia itu
4
Thantawi jauhari Tafsir al-Jawahir fi Tafsir al-Qur’an al-Karim, (Yogyakarta, 2008).h.
37
5
Thanthawi Jauhari, Al-Jawahir fi Tafsir al-Qur’an, (Kairo: Mathba’ah al-Bab al-Halabi,
thn), juz 14, h. 77
60
sendiri dan di akhirat nanti akan mendapat balasan apa yang telah diperbuatnya.
perusahaan tanpa penyaringan terlebih dahulu. Selain itu, pengambilan ikan yang
mengambil ikan dengan cara yang kasar sekali, yakni dengan menggunakan bom
ikan. Hal ini akan berimbas pada pengrusakan ekosistem di dalam laut, yakni
Ayat di atas menyebut darat dan laut sebagai tempat terjadinya fasad atau
kerusakan .Ini berarti daratan dan laut menjadi arena kerusakan, misalnya dengan
juga bahwa darat dan laut sendiri telah mengalami kerusakan, ketidakseimbangan
serta kekurangan manfaat.Laut telah tercemar, sehingga ikan mati dan hasil laut
menjadi gundul dan bila hujan tiba, tanah tidak mampu menyerap air. Sehingga
terjadi banjir yang berimbas pula pada orang lain. Selain itu, penebangan hutan
6
Tafsir al-Jawahir fi Tafsir al-Qur’an al-Karim, (Yogyakarta, 2008).h. 78
61
karena tidak ada pepohonan untuk dijadikan tempat tinggal sekaligus sumber
Kadang kita termenung kagum memikirkan ayat ini. Sebab ia bisa saja
kerusakan yang terjadi di darat karena bekas perbuatan manusia, ialah asap dari
zat-zat pembakar, minyak tanah, bensin, solar dan sebagainya. Bagaimana bahaya
dari asap-asap pabrik yang besar bersama asap kendaraan yang digunakan
manusia untuk bepergian kemana-mana. Udara kotor yang telah dihisap setiap
yang rusak karena air tangki yang besar membawa bahan bakar (minyak tanah
ataupun bensin) pecah di laut.Demikian pula air dari pabrik-pabirk kimia yang
mengalir melalui sungai menuju lautan, lama kelamaan kian banyak.Hingga air
terhadap surat Ar-Rum ayat 41, bahwa ayat itu menjadi isyarat bahwa telah
muncul berbagai kerusakan di dunia ini sebagai akibat dari peperangan dan
kapal-kapal selam. Hal itu tiada lain karena akibat dari apa yang dilakukan oleh
7
Ahmad Mahmud Sulaiman, Tuhan dan Sains (Jakarta: PT. Serambi Ilmu Semesta,
2001), Hal. 30.
8
Achmad Baichuni, Al-Quran dan Ilmu Pengetahuan Kealaman (Yogyakarta : PT. Dana
Bhakti Prima Yasa, 1997), hal. 273.
62
Yang Maha Pencipta. Mereka melupakan sama sekali akan hari hisab, hawa nafsu
muka bumi. Karena tidak ada lagi kesadaran yang timbul dari dalam diri mereka,
dan agama tidak dapat berfungsi lagi untuk mengekang kebinalan hawa nafsunya
balasan dari sebagian apa yang telah mereka kerjakan berupa kemaksiatan dan
kesesatannya lalu bertaubat dan kembali kepada jalan petunjuk. Mereka kembali
ingat bahwa setelah kehidupan ini ada hari yang pada hari itu semua manusia akan
masyarakat semuanya, orang kuat merasa kasih sayang kepada orang yang lemah,
dan adalah manusia mempunyai hak yang sama di dalam menggunakan fasilitas
Misalnya, Ibnu Katsir, dalam Tafsir Ibn Katsir, dan Abu Bakr al-Jaza`iri, dalam
maksiat, dan segala pelanggaran terhadap Allah. Hal ini disebabkan, pada saat itu
9
Ahmad Mustafâ Al-Marâgî, Tafsîr al-Marâgî, jilid 21, (Mesir: Mustafa Al-Babi
Al-Halabi, 1394 H/1974 M), hlm. 101
10
al-Kutub al-Tis'ah, Global Islamic Software, 1997. Jilid II, hlm. 237.
63
bahwa terjadinya kerusakan merupakan akibat dari dosa dan pelanggaran yang
Setelah melakukan rilis pada gas cair dan padat ilmuan menemukan
perbedaan berbeda dengan yang ada di tanah dan udara. zat padat adalah beberapa
jenis logam, seperti besi, emas, dan seng. Sedangkan Air, minyak dan bensin
merupakan contoh wujud cair. Contoh zat berwujud gas adalah udara, asap dan
uap air gas dioksida nitrogen dan sulfur. Gas ini bereaksi cepat dalam sel darah
merah dan mengnai paru-paru sehingga senyawa kimia ini menghambat darah
merah dan merusak kesehatan tubuh akibatnya sesak nafas, dan lebih bahaya lagi
11
Nadjamuddin Ramly, Islam Ramah Lingkungan, hlm. 20-21..
12
M. Quraish Shihab, Tafsir al-Misbah, hlm. 78.
64
Gas cair yang menyebabkan kerusan pada tanah yang disebabkan oleh
pembuangan limbah deterjen industri yang berwarna-warni dan lainnya, Hal ini
seperti penggunaan berlebihan dari air limbah yang diolah secara kimia untuk
mengairi tanaman, Sebagai hasil dari pabrik-pabrik ekstrusi, rumah sakit dan air
limbah lainnya ke sungai, yang mengakbat danau dan limbah laut, sehingga
menyerap sinar matahari yang datang untuk meningkatkan suhu gas di permukaan
bumi. Gas ini sangat mengganggu pernafasan manusia dan hewan. gass oksida ini
memeiliki kerentatan yang tinggi dan cepat larut dalam sulfat. Dan asam inilah
yang sangat kuat dan memiliki kemampuan besar untuk memecahkan gas organik
dan anorganik yang bisa merusak jaringan organ manusia. jika terpapar oleh gas
ini pada tubuh akan mengakibatkan Aerosal reaksi senyawa kimia yang
berbahaya. Hal ini secara ilmia bahwa gas polutan meneyebar langsung
memiliki kebisingan mempunyai efek negatif. Dan Ulama tidak mengukur tingkat
tahun 1952 dimana kabut asap indusrti mengganggu lingkungan dan manusia
akibat dari asap pabrik industri. Akibat dari kabut asap ini menyebabkan banyak
13
Zaghlul an-Najjar Tafsir ayatul kauniyah fi tafsir al-quran al-karim (Jakarta:
AMZAH, 2006), hal. 453
14
Zaghlul an-Najjar Tafsir ayatul kauniyah fi tafsir al-quran al-karim , hal. 454
65
kematian lebih dari empat ribu orang. Hal yang yang sama juga terjadi pada
Polusi gas yang terdapat pada AC dan gas pada kaleng bekas pun berbeda.
Bahaya gas yang terdapat pada kaleng mempunya pengaruh pengurangan pada
ozon tanah yang akan nampak pada pada kerusakan tanah itu sendir. Kebocoran
bahan kimia yang sama dari pabrik seperti yang terjadi pada bencana popal di
Jutaan ton batu bara minyak dan gas alam perhari di berbagai Negara
menghasilkan gas beracun dan uap polutan padat,cair gas tersebut mempengaruhi
hektar lahan pertanian setiap tahun sejak di mulainya revolusi indusrti di eropa
barat dan menghancurkan lebih dari sepuluh juta hektar lahan hutan petani
menjadi miskin16
15
Zaghlul an-Najjar Tafsir ayatul kauniyah fi tafsir al-quran al-karim, hal. 454
16
Zaghlul an-Najjar Tafsir ayatul kauniyah fi tafsir al-quran al-karim (Jakarta: AMZAH,
2006), hal. 457
66
makhluk di alam semesta. Tetesan air yang turun dari langit menjadi sumber
kehidupan bagi semua makhluk hidup. Berkat kekuasaan Sang Khalik, setiap saat
miliaran liter air berpindah dari lautan menuju atmosfer lalu kembali lagi menuju
Hujan merupakan proses alam yang mendapat perhatian dari para ilmuan selama
sulit dipecahkan karena kurangnya tehnologi mutakhir pada saat itu. Barulah
setelah radar cuaca ditemukan, para ilmuan menemukan titik terang tentang proses
pembentukan hujan. 18
Temuan tentang proses turunya hujan ini menjadi hal yang mengagumkan
bagi ilmu pengetahuan modern. Selain karena waktu yang panjang dalam proses
penelitian ini. Namun penelitian ini begitu sederhana dimata Allah SWT.
Pasalnya proses terjadinya hujan tertulis jelas dalam Al-Qur'an sejak 1400 tahun
17
Manna Basunni, Tafsir-Tafsir al-Qur’an, Bandung, 1997, h. 80
18
Manna Khalil al-Qaththan, StudiIlmu al- Qur’an, terj.Mudzakir. AS., LiteraAntar Nusa, Jakarta,
1992, 529.
67
ﷲُ اﻟﱠﺬِي ﯾُﺮْ ﺳِ ُﻞ اﻟ ﱢﺮﯾَﺎ َح ﻓَﺘُﺜِﯿ ُﺮ َﺳ َﺤﺎﺑًﺎ ﻓَﯿَ ْﺒ ُﺴﻄُﮫُ ﻓِﻲ اﻟ ﱠﺴﻤَﺎ ِء َﻛﯿْﻒَ ﯾَﺸَﺎ ُء وَ ﯾَﺠْ َﻌﻠُﮫُ ِﻛ َﺴﻔًﺎ
ﱠ
ﺻﺎبَ ﺑِ ِﮫ ﻣَﻦْ ﯾَﺸَﺎ ُء ﻣِﻦْ ِﻋﺒَﺎ ِد ِه إِذَا ھُ ْﻢ
َ َق ﯾَﺨْ ُﺮ ُج ﻣِﻦْ ﺧ َِﻼﻟِ ِﮫ ﻓَﺈ ِ َذا أ
َ ﻓَﺘَﺮَى ا ْﻟ َﻮ ْد
َﯾَ ْﺴﺘَ ْﺒ ِﺸﺮُون
Allah, Dialah yang mengirim angin, lalu angin itu menggerakkan awan dan Allah
membentangkannya di langit menurut yang dikehendaki-Nya, dan menjadikannya
bergumpal-gumpal; lalu kamu Lihat hujan keluar dari celah-celahnya, Maka
apabila hujan itu turun mengenai hamba-hamba- Nya yang dikehendaki-Nya,
tiba-tiba mereka menjadi gembira.(Q.S. Ar- Ruum: 48)
Kemudian sesudah itu antara yang satu dengan yang lainnya bersambung satu
sama lain, dan berkumpul satu sama lain kemudian Dia “menjadikannya betindih
tindih” antara satu sama lain layaknya pasir yang saling bertindih maksudnya
terkumpul. Imam al qurtubi berkata dalam makna kata “al wadqu” ada dua
pendapat ; salah satunya bermakna ‘ gemuruh’ dan yang kedua bermakna ‘hujan’.
Dan dia ini merupakan pendapat yang jumhur atau masyhur; dan dimisalkan‘
Allah menurunkan hujan dari awan raksasa ini untuk member kehidupan
bagi bumi.Dengan demikian setiap sudut bumi dapat menerima cukup air.Selain
itu, hujan yang turun dari langit murni dan bersih.Ia juga mengandung sejumlah
19
Thantawi Jauhary, Al-Jawaahir fi Tafsir Al-Qur’anil Kariim (Dar al-Fikr: Beirut, tt.),
hal. 214
68
kecil garam dan mineral-mineral. Hal ini sungguh merupakan rahmat dari Allah
Swt., karena tanah menerima garam dan mineral yang ia perlukan dari air hujan.
sombongnya orang-orang musyrik yang tidak mau menerima kebenaran. Lalu jika
mereka melihat ada bagian dari langit yang jatuh, mereka hanya berkatasemua itu
Setelah awan yang bergerak itu terkumpul, timbullah mega yang mendung
dan hitamlah dia karena mengandung hujan, maka keluarlah hujan dari celah-
menaiki kapal udara dalam perjalanan yang jauh, awan-awan yang besar dan
tinggi tersebut memang terlihat seperti gunung, bahkan lebih besar dari gunung,
hingga 260 m² dan memiliki ketebalan antara 9.000 hingga 12.000 m. Akibat
dimensi yang luar biasa ini, bagian bawah awan hujan gelap. Sinarmatahari tidak
20
Thantawi Jauhary, tafsirAl-Jawaahir fi Tafsir Al-Qur’anil Kariim (Dar al-Fikr: Beirut,
tt.), hal 276
69
rapat.Akibatnya, sangat sedikit energi surya yang mencapai bumi melalui awan-
awan tampak gelap bagi orang yang memandang dari bawah.Muatan listrik
kontak terjadi. Kenaikan tiba-tiba dalam muatan listrik di sepanjang garis kilat
menggelegar yang kita kenal sebagai petir (halilintar), guntur atau geledek.10
Dalam ayat di atas, Allah Swt. memberi peringatan kepada orangorang munafik
dengan perantaraan suara menggelegar dari petir.Ini merupakan salah satu ayat al-
sebagian ahli nahwu mengatakan kata min yang pertama untuk menunjukkan
permulaan, sedang min yang kedua untuk menunjukkan bagian, sementara min
yang ketiga untuk menunjukkan jenis. Pendapat ini berdasarkan kepada pendapat
sebagian ahli tafsir, bahwa firman Allah min jibaalin fiiha min barodin maknanya
di atas langit terdapat gunung-gunung es, dari situlah Allah menurunkan butiran
21
Agus Purwanto, Ayat-ayat semesta Sisi Al-Qur’an yang Terlupakan (Bandung: PT.
Mizan Pustaka, 2008), cet. I, hal. 193 Mizan Pustaka, 2008), cet. I, hal. 193
70
awan, maka min yang kedua untuk menunjukkan permulaan, dan kedudukannya
butiran) es itu kepada siapa yang dikehendaki-Nya dan dipalingkan-Nya dari siapa
menurunkan dua jenis hujan dari langit, yakni hujan es dan hujan salju.
Menurut Thantawi Jauhari, “Dan Kami turunkan air dari langit menurut
suatu ukuran; lalu Kami jadikan air itu menetap di bumi, dan sesungguhnya Kami
kamu – wahai sekalian manusia – dengan kekuasaan kami dan kasih sayang kami,
air menurut satu ukuran. Maksudnya kami turunkan dengan ukuran tertentu, yang
mana dia bukan berupa banjir bandang yang menenggelamkan kamu, dan bukan
pula sedikit yang membuat kamu gersang, kelaparan dan kehausan. Hanya saja
kami menurunkannya dengan ukuran yang sesuai untuk memberikan manfa’at dan
“Dan kami tidak menurunkannya kecuali dengan ukuran yang tertentu ; dan
firmannya “Dan kami jadikan air itu menetap di bumi” maksudnya air yang turun
dari langit ini dengan ukuran tertentu sebagai nikmat yang kami berikan, kami
mengeluarkannya dari berbagai sumur dan mata air dan lain lain.23
22
Abdullah bin Muhammad, Jil. VI, hal. 70-71
23
Thantawi Jauhari, .,hal.187
71
Bumi” dikatakan bahwa maknanya kami menjadikannya tetap di bumi. Ibn Abbas
RA berkata “ Allah menurunkan dari surga itu lima sungai yaitu sungai Sihun,
Wajihun, Dajlah, Al Farat dan Nil) kemudian akan mengangkatnya ketika Ya’juj
turun yang sudah Allah tetapkan di dalam bumi, dan Allah jadikan air tersebut itu
meresap kedalam lapisan bumi yang paling rendah yang mana mereka tidak
sanggup untuk sampai kesana ataukami hilangkan ia dari bumi secara total.
dan menghilangkannya. Akan tetapi kami tidak melakukan itu karena sayangnya
Allah kepada kalian dan karena kemurahan bagi kalian, maka oleh sebab itu
bersyukurlah kalian atas nikmat nikmat kami, dan pergunakanlah nikmat itu di
tempatnya singgah menjadi gundul, lalu menjadi padang pasir dan tidak dapat
24
Thantawi Jauhari,ayat-ayat kauniyah hal.187
25
Thantowi Jauhari, ayat-ayat kauniyah hal. 321
72
ditanami lagi, airnya terus mengalir dengan deras ke hilir, tidak ada yang
menahan.26
tumbuhlah disana apa yang dinamai hidup itu. Hiduplah tumbuh-tumbuhan karena
binatang-binatang hidup pula disana, sejak dari cacing dan ulat, jangkrik dan
sendiri.
itu turun darilangit. Dan maknanya jelas dalam lafadznya, dan ini dikuatkan
dengan firman Allah“Dan dilangit ada rezkimu dan apa yang dijanjikan
Hujan adalah anugerah dan karunia dari Allah sebagaimana yang telah
26
Abdul Malik Abdul Karim, tafsir al-Azhar jakarta : Gema Insani ,Jilid. VI, hal. 4775
27
Fakhruddin Ar-Razi, Mafaatih al-Ghaib (Beirut: Dar el-Fikr, t.t), Jil. XII, hal. 80
73
yang baru diketahui oleh manusia setelah ditemukan berbagai alat dan teknologi
terjadinya hujan, hal ini telah diungkapkan oleh al-Qur’an dan Hadis Nabi.
Siklus hujan yang di dalam kajian ilmiah sering disebut proses hidrologi
senantiasa tetap dan tidak berubah. Air di permukaan bumi yang menguap
ternyata jumlahnya sama dengan air yang diturunkan ke bumi melalui hujan.
Peristiwa alam ini membuktikan bahwa tidak ada seorangpun yang bisa
menciptakan hujan buatan sebagai hasil dari proses berpikir tentang alam ini.
Proses hujan menajadi inspirasi bagi manusia untuk bisa berkarya demi
kepentingan manusia juga. Berdasarkan hadis dan penjelasan sains di atas, tidak
diragukan lagi bahwa hujan membawa manfaat yang besar bagi manusia. Hujan
menyebabkannya pun termasuk hal-hal yang tidak dapat dikontrol oleh makhluk,
dan hujan terjadi melalui sejumlah reaksi ilmiah dan kimia yang belum diketahui
kemudian pengumpulan uap air yang dari berbagai aktivitas kehidupan. Juga
lapisan gas bumi. Angin terus-menerus menyuplainya dengan uap air yang
28
Syukri Hamzah,” Pendidikan Lingkungan”, Cet ke 1, (Bandung:Refika Aditama,
2013),p.4
74
pada volume yang sesuai untuk menimbulkan hujan deras atau es. Selama proses
berlangsung, awan terus bergerak sehingga tidak ada yang bisa diketahui dimana
hujan akan turun, berapa kadarnya, dan kapan hujan ini turun kecuali hanya Allah
SWT29
ﷲُ اﻟﱠﺬِي ﯾُﺮْ ﺳِ ُﻞ اﻟ ﱢﺮﯾَﺎ َح ﻓَﺘُﺜِﯿ ُﺮ َﺳ َﺤﺎﺑًﺎ ﻓَﯿَ ْﺒ ُﺴﻄُﮫُ ﻓِﻲ اﻟ ﱠﺴﻤَﺎ ِء َﻛﯿْﻒَ ﯾَﺸَﺎ ُء وَ ﯾَﺠْ َﻌﻠُﮫُ ِﻛ َﺴﻔًﺎ
ﱠ
ﺻﺎبَ ﺑِ ِﮫ ﻣَﻦْ ﯾَﺸَﺎ ُء ﻣِﻦْ ِﻋﺒَﺎ ِد ِه إِذَا ھُ ْﻢ
َ َق ﯾَﺨْ ُﺮ ُج ﻣِﻦْ ﺧ َِﻼﻟِ ِﮫ ﻓَﺈِذَا أ
َ ﻓَﺘَﺮَى ا ْﻟ َﻮ ْد
َﯾَ ْﺴﺘَ ْﺒ ِﺸﺮُون
Allah, Dialah yang mengirim angin, lalu angin itu menggerakkan awan dan Allah
membentangkannya di langit menurut yang dikehendaki-Nya, dan menjadikannya
bergumpal-gumpal; lalu kamu lihat hujan keluar dari celah-celahnya, maka
apabila hujan itu turun mengenai hamba-hamba-Nya yang dikehendaki-Nya, tiba-
tiba mereka menjadi gembira
lautan. Konveksi merupakan sebuah proses pemindahan panas oleh gerak massa
suatu fluida dari suatu daerah ke daerah yang lainnya. Massa atmosfer bagian
bawah dihangatkan oleh radiasi matahari dan oleh panas yang diradiasikan dari
bumi. Air akan menjadi uap melalui penguapan (evaporasi). Uap air juga bisa
berasal dari transpirasi tumbuhan, dan respirasi hewan dan manusia. Uap air di
atmosfer dibawa oleh angin dalam jarak yang jauh. Uap air yang naik terkumpul
29
Andi Rosadisastra, “Tafsir Kauniyah”Relasi Metode Saintifik dengan Tafsir Al-
Qur’an”, Cet ke ,(Serang; Dinas Pendidikan Provinsi Banten, 2014),p. 211-212
75
tempat yang berbeda dengan bantuan hembusan angin baik secara vertikal,
bersuhu lebih dingin. Di sinilah butiran-butiran air dan es mulai terbentuk. Karena
terlalu berat dan tidak mampu lagi ditopang oleh angin dan akhirnya awan yang
sudah berisi air ini mengalami presipitasi (proses jatuhnya air kepermukaan
bumi). Karena semakin rendah, mengakibatkan suhu semakin naik maka es/salju
akan mencair, namun jika suhunya sangat rendah, maka akan turun tetap menjadi
salju. hubungan antara angin dan hujan yang diketahui bahwa angin yang
Di atas permukaan laut dan samudera, gelembung udara yang tak terhitung
ini pecah ribuan partikel kecil terlempar ke udara. Partikel-partikel ini yang
dikenal sebagai aerosol, bercampur dengan debu-debu daratan yang terbawa oleh
dibawa naik lebih tinggi oleh angin dan bertemu dengan uap air disana. Uap air
mengembun disekitar partikel ini dan berubah menjadi butiran air. Butiran air ini
30
Zaghlul an-Najjar Tafsir ayatul kauniyah fi tafsir al-quran al-karim,h.464
31
Zaghlul an-Najjar Tafsir ayatul kauniyah fi tafsir al-quran al-karim ,466
76
hujan. Jadi angin berperan mengawinkan uap air yang melayang di udara dengan
hujan32.
Pemanasan air laut oleh sinar matahari merupakan kunci proses siklus
hujan, salju, hujan batu, hujan es dan salju (sleet), hujan gerimis atau kabut. Air
hujan berasal dari air dari bumi seperti air laut, air sungai, air danau, air waduk.
tersembur menuju langit. Partikel-partikel ini, yang kaya akan garam, lalu
diangkut oleh angin dan bergerak ke atas di atmosfir. Partikel-partikel ini, yang
sekelilingnya, yang naik lagi dari laut, sebagai titik-titik kecil dengan mekanisme
adanya bantuan panas matahari. Air yang menguap atau menjadi uap melayang
ke udara dan akhirnya terus bergerak menuju langit yang tinggi bersama uap-uap
air yang lain. Di langit yang tinggi uap tersebut mengalami proses pemadatan atau
32
Zaghlul an-Najjar Tafsir ayatul kauniyah fi tafsir al-quran al-karim (Jakarta: amzah,
2006), hal. 464
77
ﻓَﺘُﺜِﯿ ُﺮ َﺳ َﺤﺎﺑًﺎ ﻓَﯿَ ْﺒ ُﺴﻄُﮫُ ﻓِﻲ اﻟ ﱠﺴﻤَﺎ ِء َﻛﯿْﻒَ ﯾَﺸَﺎ ُء َوﯾَﺠْ َﻌﻠُﮫُ ِﻛ َﺴﻔًﺎ
garam atau partikel-partikel debu di udara. Karena air hujan dalam hal ini sangat
kecil (dengan diamter antara 0,01 dan 0,02 mm), awan-awan itu bergantungan di
baik vertikal, horizontal dan diagonal. Akibat angin atau udara yang bergerak pula
awan-awan saling bertemu dan membesar menuju langit atau atmosfer bumi yang
suhunya rendah atau dingin dan akhirnya membentuk butiran es dan air.
Karena berat dan tidak mampu ditopang angin akhirnya butiran-butiran air
atau es tersebut jatuh ke permukaan bumi (proses presipitasi). Karena suhu udara
semakin tinggi maka es atau salju yang terbentuk mencair menjadi air, namun jika
Air yang ada di laut, di daratan, di sungai, di tanaman, dsb. kemudian akan
menguap ke angkasa atmosfer dan kemudian akan menjadi awan. Pada keadaan
jenuh uap air (awan) itu akan menjadi bintik-bintik air yang selanjutnya akan
ََوأَوْ ﺣَ ﻰ رَ ﺑﱡﻚَ إِﻟَﻰ اﻟﻨﱠﺤْ ﻞِ أَ ِن اﺗﱠ ِﺨﺬِي ﻣِﻦَ ا ْﻟ ِﺠﺒَﺎلِ ﺑُﯿُﻮﺗًﺎ َوﻣِﻦَ اﻟ ﱠﺸ َﺠ ِﺮ وَ ِﻣﻤﱠﺎ ﯾَ ْﻌ ِﺮﺷُﻮن
ٌت ﻓَﺎ ْﺳﻠُﻜِﻲ ُﺳﺒُ َﻞ َرﺑﱢﻚِ ُذﻟ ًُﻼ ﯾَﺨْ ُﺮ ُج ﻣِﻦْ ﺑُﻄُﻮﻧِﮭَﺎ َﺷ َﺮاب
ِ ( ﺛُ ﱠﻢ ُﻛﻠِﻲ ﻣِﻦْ ﻛُﻞﱢ اﻟﺜﱠ َﻤ َﺮا68)
69) َﻵﯾَﺔً ﻟِﻘَﻮْ مٍ ﯾَﺘَﻔَ ﱠﻜﺮُون
ََ ﻚ
َ ِس إِنﱠ ﻓِﻲ َذﻟ
ِ )ﻣُﺨْ ﺘَﻠِﻒٌ أَ ْﻟ َﻮاﻧُﮫُ ﻓِﯿ ِﮫ ِﺷﻔَﺎ ٌء ﻟِﻠﻨﱠﺎ
jalan Tuhanmu yang telah dimudahkan (bagimu). Dari perut lebah itu keluar
terdapat tanda kebesaran Tuhan bagi orang yang memikirkan. Maka lihatlah
33
Al-Qur’an terjemah perkata, hal. 274
79
Tantowi jauhari menyatakan lebah adalah hewan yang sangat gigih dalam
membangun rumah mereka dengan susunan yang sangat rapi dan menakjubkan.
persegi enam, supaya tidak rusak dan tidak berlubang. Para pekerja itu juga
yang disebut dengan “ ”اﻟﻤﺮﺑﻊyakni potongan kayu yang berbentuk segi empat
tingkat.
Beliau mengatakan bahwa dalam sarang lebah atau “ ”اﻟﺸﻜﻞitu ada yang namanya
lebah adalah garis dari atas kebawah yang mengambil berbetuk segi enam, dan
material lengket berwarna gelap tedapat pada sarang lebah. Ia dibuat oleh lebah
dari hasil pencarian dan usaha mereka dalam mengumpulkan intisari/getah dari
semua tumbuhan. Propolis ini berguna untuk membangun sarang lebah. Dengan
34
Tantowi Jauhari, tafsir al-jawahir Jilid 4. Hal 147
35
Tantowi Jauhari, tafsir al-jawahir Jilid 4. Hal 148
80
bangunan yang bersegi enam dan bertingkat-tingkat, Sarang lebah ini dapat di
qiyaskan kepada hal yang lebih besar yakni susunan langit dan bumi.
dan berkumpul dalam sebuah kantong yang ada di dalam perutnya. Disanalah
serbuk itu bercampur dengan cairan khusus, lalu berubah menjadi madu. Lebah
memetik nektar lalu mengeluarkannya melalui air liurnya sebagai madu murni
(yang belum diperas dari lilinnya). Kemudian lebah kembali kerumahnya untuk
yang dikhususkan untuk menyimpan madu. Setiap kali rumah itu penuh, lebah
Penjelasan " "ﺧﻨﺎﺛﻰ اﻟﻨﺤﻞyaitu lebah yang tidak perempuan dan juga tidak
laki-laki. Jumlah mereka sangat banyak dari 20.000-30.000 dalam satu qobilah
atau sarang. Tugasnya adalah menjaga telur, menetaskannya, dan memetik intisari
adalah kelompok yang jumlahnya paling banyak dalam koloni atau dalam sarang.
Lebah pekerja juga berasal dari sel telur yang dibuahi. Ovariumnya tidak
pekerjaan pada koloni lebah madu sepenuhnya dilakukan oleh lebah pekerja.
Tugas lebah pekerja sesuai dengan perkembangan umur. Dari mulai menetas
81
sampai umur tiga hari sebagai petugas kebersihan. Umur 3-12 hari bertugas
sebagai perawat larva. Sejak hari ke 13-18 bertugas membuat dan memoles sisiran
kesegaran udara di dalam sarang. Mulai hari ke-20 sampai datangnya kematian
lebah bertugas mengumpulkan nektar, polen, propolis dan air. Dimasa tuanya
lebah pekerja berperan sebagai pemandu bagi lebah muda untuk mencari lokasi
memakan intisari dari segala bunga dari pohon-pohon. Apa yang disimpan
didalam perutnya itu menghasilkan minuman yang sangat manis dan didalamnya
terdapat obat bagi manusia sebagaimana firman Allah diatas. bentuknya, berbadan
sedang, dan mempunyai dua sayap agak pendek.36 Lebah ratu merupakan
yang telur itu menghasilkan “ ”اﻟﺸﻐﺎﻟﺔatau “"اﻟﻌﺎﻣﻠﺔ. Di dalam satu koloni hanya ada
seekor ratu yang mampu yang mana ia bertelur setiap 3 minggu sekali, jumlah
telurnya 6000-12000 telur. Pada satu musim kawin, ratu kawin dengan beberapa
lebah jantan. Perkawinan terjadi beberapa kali dengan lebah jantan yang lain
spermateka (kantong sperma pada serangga). Dua sampai tiga hari kemudian ratu
mulai bertelur secara terus menerus sampai umur 3 - 5 tahun atau sampai habisnya
simpanan sperma.
36
Thantawi Jauhary, tafsirAl-Jawaahir fi Tafsir Al-Qur’anil Kariim (Dar al-Fikr: Beirut,
tt.), hal 150
82
yang tidak dibuahi. Lebah ini berfungsi sebagai lebah pemacek, yakni mengawini
ratu muda. Jika beruntung, seekor lebah jantan hanya dapat kawin sekali selama
hidupnya, karena setelah berhasil mengawini ratu, lebah ini akan mati. Karena
sifatnya yang pemalas, pada saat krisis makanan, banyak lebah jantan dibunuh
oleh lebah pekerja. Jumlah mereka dalam satu qobilah sekitar 500-1.000 ekor
tidak lebih.37
2. Penafsiran Zaghlul-al-Najjār
ََوأَوْ ﺣَ ﻰ رَ ﺑﱡﻚَ إِﻟَﻰ اﻟﻨﱠﺤْ ﻞِ أَ ِن اﺗﱠ ِﺨﺬِي ﻣِﻦَ ا ْﻟ ِﺠﺒَﺎلِ ﺑُﯿُﻮﺗًﺎ َوﻣِﻦَ اﻟ ﱠﺸ َﺠ ِﺮ وَ ِﻣﻤﱠﺎ ﯾَ ْﻌ ِﺮﺷُﻮن
ٌت ﻓَﺎ ْﺳﻠُﻜِﻲ ُﺳﺒُ َﻞ َرﺑﱢﻚِ ُذﻟ ًُﻼ ﯾَﺨْ ُﺮ ُج ﻣِﻦْ ﺑُﻄُﻮﻧِﮭَﺎ َﺷ َﺮاب
ِ ( ﺛُ ﱠﻢ ُﻛﻠِﻲ ﻣِﻦْ ﻛُﻞﱢ اﻟﺜﱠ َﻤ َﺮا68)
69) َﻵﯾَﺔً ﻟِﻘَﻮْ مٍ ﯾَﺘَﻔَ ﱠﻜﺮُون
ََ ﻚ
َ ِس إِنﱠ ﻓِﻲ َذﻟ
ِ )ﻣُﺨْ ﺘَﻠِﻒٌ أَ ْﻟ َﻮاﻧُﮫُ ﻓِﯿ ِﮫ ِﺷﻔَﺎ ٌء ﻟِﻠﻨﱠﺎ
Artinya:
tempuhlah jalan Tuhanmu yang telah dimudahkan (bagimu). dari perut lebah itu
37
Thantawi jauhari ayat-ayat kauniyah ,h 145
83
obat yang menyembuhkan bagi manusia. Sesungguhnya pada yang demikian itu
wahyu memiliki dua makna yang asli, yaitu tersembunyi dan cepat. Karena itu,
ada yang mengatakan bahwa wahyu adalah memberi petunjuk secara tersembunyi
dan cepat, yang khusus kepada penerima wahyu itu, tanpa diketahui oleh yang
semua hewan pun mendapat ilham daripada Allah S.W.T. supaya mereka dapat
danmenjauhi sesuatu yang akan memudaratkannya dengan kata lain agar mereka
dapat mempertahankan hidupnya. Selain itu, benda yang tidak bernyawa pun
mendapat ilham dari Allah S.W.T., sebagaimana yang berlaku kepada bumi. Jadi
perkataan wahyu dalam ayat 68 surah al-Nahl, bermakna ilham, petunjuk atau
bimbingan, maksudnya Allah S.W.T. memberi ilham dan petunjuk kepada lebah
madu dan menetapkan dalam dirinya, supaya membuat sarang di sebagian bukit-
38
Zaghlul an-Najjar Tafsir ayatul kauniyah fi tafsir al-quran al-karim (Jakarta:
AMZAH, 2006), hal. 495
84
manusia. Selain itu, diilhamkan juga untuk memakan semua al- Thamarat (buah-
buahan) sesuai dengan yang dikehendakinya, dan menghasilkan madu yang dapat
Allah S.W.T. telah memberikan ilham kepada lebah dengan cara menetapkan
dalam hatinya dan mengajarkannya dalam bentuk yang hanya Allah S.W.T. saja
yan lebih mengetahuinya, tidak ada seseorang pun yang dapat melakukannya
sehingga lebah sangat cermat dalam binaannya dan sangat cerdas dalam mengurus
urusannya serta melakukan apa yang menjadi masalah baginya, sebagai bukti
yang sangat jelas bahwa Allah S.W.T. yang telah memberikan ilmu dan
itu bekerja secara fitrah sesuai dengan ilham yang diberikan oleh Allah S.W.T.
Ilham itu mendorong lebah bekerja mengikut perintahNya. Proses kerjanya yang
sistematis dan berkualitas tinggi, melemahkan akal yang berfikir untuk bekerja
Dalam kamus Lisan Arab, kata al-Nahl (bentuk mufradnya al-Nahlah) adalah
serangga penghasil madu. Abu Ishaq al-Zajjaj mengatakan, dinamakan dengan al-
Nahl (lebah madu), karna Allah S.W.T. telah mengkurniakan madu kepada
manusia yang keluar dari perutnya. Sedangkan yang lain mengatakan bahwa al-
bahasa Hijaz, kerana itu ia dimu`annathkan oleh Allah S.W.T.Lebah madu yang
39
Zaghlul an-Najjar, Tafsīr Al-āyātul Kauniyyah fīl Qur’ānil Karīm, (al-Qāthirah:
Maktabah as-Syarqiyyah ad-Dauliyyah, 2007), jil. 3, h. 467.
85
berdisiplin, rapi dan tertib. Kerana itu, nama surat tersebut yakni al-Nahl, dengan
penduduk yang banyak, bahkan kadangkala di dalam satu koloni dapat mencapai
40,000 hingga 80,000 lebah madu betina, lebih kurang 200 lebah madu jantan dan
seekor lebah ratu. Jadi kehidupan lebah dan aktivitasnya mengandung hikmah dan
maka akan ditemukan lebih banyak lagi keajaiban yang terungkap dan diketahui
sifat-sifat yang yang dimiliki oleh lebah yang dapat dijadikan sebagai pengajaran
Al-Najjār
1 . Perbedaan Penafsiran
Salah satu nama besar ahli tafsir di era modern yang menggunakan corak
ilmu pengetahuan dan sains ialah syaikh Thantawi Jauhari dan Zaghlul al-Najjar
pendekatan menjurus pada sains modern. Hal ini terbukti pada karyakaryanya
yaitu al-jawahir fi tafsir al-quran al-karim dan tafsir ayatul kauniyah fi tafsir al-
quran al-karim karya zaghlul al-najar. Dalam kitab tafsirnya beliau menunjukkan
40
Zaghlul an-Najjar Tafsir ayatul kauniyah fi tafsir al-quran al-karim (Jakarta:
AMZAH, 2006), hal. 498
86
keduanya mempunyai perbedaan penafsiran masing masing. Hal ini terlihat pada
Perbedaan penafsiran thantawi jauhari pada surat al-rum ayat 41. Beliau
membagi bentuk kerusakan yang berasal dari manusia dan alam lalu menguraikan
kerusan alam. Lebih lanjut thantawi Jauhari menjelaskan akibat kerusakan yang
cenderung terlihat kajian ilmu sainsya . hal ini terlihat ketika menjelaskan Gas
yang ada di darat, laut dan udara lalu menjelaskan bahaya gas dari masing –
masing tempat.
dengan pendekatan sains hal ini terlihat Setelah awan yang bergerak itu
terkumpul, timbullah mega yang mendung dan hitamlah dia karena mengandung
hujan, maka keluarlah hujan dari celah-celah awan itu. Turunlah segumpalan
yang Dia kehendaki. hujan merupakan gumpalan besar yang luasnya bisa berkisar
87
20 hingga 260 m² dan memiliki ketebalan antara 9.000 hingga 12.000 m. Akibat
dimensi yang luar biasa ini, bagian bawah awan hujan gelap. Sinar matahari tidak
bisa menembusnya karena kandungan air dan partikel es di dalamnya sangat rapat.
Akibatnya, sangat sedikit energi surya yang mencapai bumi melalui awan-awan
Zaghlul al-najar sebelum menafsirka ayat ﷲُ اﻟﱠﺬِي ﯾُﺮْ ِﺳ ُﻞ اﻟ ﱢﺮﯾَﺎ َح
ﱠterlebih dahulu
menjelaskan proses turunya hujan dengan pendekatan sains. Hujan terjadi akibat
sebuah proses pemindahan panas oleh gerak massa suatu fluida dari suatu daerah
ke daerah yang lainnya. Massa atmosfer bagian bawah dihangatkan oleh radiasi
matahari dan oleh panas yang diradiasikan dari bumi. Air akan menjadi uap
melalui penguapan (evaporasi). Uap air juga bisa berasal dari transpirasi
tumbuhan, dan respirasi hewan dan manusia. Uap air di atmosfer dibawa oleh
angin dalam jarak yang jauh. Uap air yang naik terkumpul di udara menjadi
dingin dan mengalami proses pemadatan (kondensasi). Dari hasil kondensasi akan
horizontal
yang jumlahnya tak terhitung yang dibentuk dengan pembuihan di lautan, pecah
Partikel-partikel ini, yang kaya akan garam, lalu diangkut oleh angin dan bergerak
dengan mengumpulkan uap air di sekelilingnya, yang naik lagi dari laut, sebagai
Thantawi Jauhari dalam menafsirkan ayat tentang sarang ini sangat detail
sekali yang dimulai dengan pembentukan sarang lebah dalam segi enam yang
pembagian tugas lebah masing masing sesuai umur. Umur 3-12 hari bertugas
sebagai perawat larva. Sejak hari ke 13-18 bertugas membuat dan memoles sisiran
kesegaran udara di dalam sarang. Mulai hari ke-20 sampai datangnya kematian
lebah bertugas mengumpulkan nektar, polen, propolis dan air.. Ada yang mencari
atau mengumpulkan intisari atau getah dari tumbuhan lalu dikumpulkanlah. Lebih
lanjut thantawi menjelaskan bahwa dalam satu sarang lebah terdapat 20.000-
S.W.T. telah memberikan ilham kepada lebah dengan cara menetapkan dalam
hatinya dan mengajarkannya dalam bentuk yang hanya Allah S.W.T. saja yan
lebih mengetahuinya, tidak ada seseorang pun yang dapat melakukannya sehingga
lebah sangat cermat dalam binaannya dan sangat cerdas dalam mengurus
89
urusannya serta melakukan apa yang menjadi maslahah baginya, sebagai bukti
yang sangat jelas bahwa Allah S.W.T. yang telah memberikan ilmu dan
dalam satu koloni dapat mencapai 40,000 hingga 80,000 lebah madu betina, lebih
kurang 200 lebah madu jantan dan seekor lebah ratu. Jadi kehidupan lebah dan
2. Persamaan
sebuah ayat, pertama kali yang di jelaskan adalah dari segi kebahasaan. Dalam
bahasa, kata ﻓﺴﺪyang berarti rusak. Dan اﻟﻤﻔﺴﺪisim fail ﻻﻓﺴﺪyaitu sumber, sebab
kerusakan.
terdapat dalam surat dan yang berkaitan dengan ayat yang akan dibahas.
secara umum yang berdasarkan tafsir lafdzi atau yang berkaitan dengan
PENUTUP
A. Kesimpulan
mereka dan mereka mengingkari petunjuk Allah swt dalam mengelola bumi ini.
Sehingga terjadilah bencana alam dan kerusakan di bumi karena ulah tangan
al-Najjār dalam menafsirkan ayat-ayat tentang ekologi yang penulis jadikan objek
ilmu sains, baik dalam satu ayat tertentu maupun gabungan antar ayat yang
timbulkan, sehingga menekankan satu hal yang penting, bagaimana manusia bisa
menjaga dan melestarikan alam. Begitu juga ketika keduanya menafsirkan ayat
tentang proses terjadinya turun hujan. Kedua tokoh tersebut terlihat menggunakan
91
92
pendekatan sains nya untuk menafsirkan ayat. Namun Zaglul al-Najjar lebih
di bumi untuk menjaga dan melestarikan alam, bahwa setiap manusia diharuskan
menjaga dan melestarikan alam supaya tidak terjadi kerusan alam dan
B. Saran-saran
di bidang tafsir ilmy di masa mendatang, maka perlu kiranya diperbanyak kajian-
kajian tentang naskah kitab-kitab tafsir baik yang klasik maupun yang
–ayat kauniyah tentang lingkungan tersebut dapat di pahami dengan muda dan di
buktikan dengan ilmu sains dengan sebaik-baiknya, dan menjadi sumber kajian
sangat banyak, akan tetapi sumber bacaan atau informasi yang membahas tentang
mereka sangat sedikit. Pada gilirannya hal ini akan memberikan motivasi yang
sangat besar terhadap para pelajar dan mahasiswa lokal yang menekuni bidang ini.
93
DAFTAR PUSTAKA
------------. Kifayah al-Mustafīd Lima ‘Alā min al-Asānīd. Beirut: Dār al-Basyā`ir
al-Islāmiyah, 1987.
Al-Falimbani, Mukhtāruddin. Bulūgh al-Amānī. Beirut: Dār al-Qutaybah, 1988.
Rahmadi dan Husaini Abbas, Islam Banjar Genealogi dan Referensi Intelektual
Dalam Lintasan Sejarah, Banjarmasin: IAIN Antasari Press, 2012.
Riduwan, Belajar Mudah Penelitian untuk Guru-Karyawan dan Peneliti Pemula.
Bandung: Alfabeta, 2008.
Rosyad, Sabilur, “Syaykh Yasin Al-Fadani.”(Online), http://sabilurrosyad.
blogspot.com, diakses 21 Januari 2009.
Sachrony, “Syech Yasin Al-Fadani Ulama Mekkah Keturunan Indonesia,”
(Online) http://sachrony.wordress.com, diakses 05 Agustus 2009.
Sumantri, Jujun Suria. Penelitian Ilmiah, Kefilsafatan dan Keagamaan: Mencari
Paradigma Kebersamaan. Jakarta: 1992.
Suparta, Munzir & Ranuwijaya, Utang. Ilmu Hadis. Jakarta: Rajawali Pers, 1993.