Anda di halaman 1dari 20

Bab I

Pendahuluan

1.1 Pengertian Sengketa Bisnis


Dalam kamus bahasa Indonesia sengketa adalah pertentangan atau konflik.
Konflik berarti adanya oposisi, atau pertentangan antara kelompok atau organisasi
terhadap satu objek permasalahan.
Menurut Winardi, Pertentangan atau konflik yang terjadi antara individu –
individu atau kelompok – kelompok yang mempunyai hubungan atau kepentingan
yang sama atas suatu objek kepemilikan, yang menimbulkan akibat hukum antara
satu dengan yang lain.
Menurut Ali Achmad, sengketa adalah pertentangan antara dua pihak atau
lebih yang berawal dari persepsi yang berbeda tentang suatu kepemilikan atau hak
milik yang dapat menimbulkan akibat hukum antara keduanya.
Dari pendapat tersebut dapat di simpulkan bahwa Sengketa adalah
perilaku pertentangan antara kedua orang atua lembaga atau lebih yang
menimbulkan suatu akibat hukum dan karenanya dapat diberikan sanksi hukum
bagi salah satu diantara keduanya.

1
Bab II
Pembahasan

2.1 Pengertian dan Urgensi Alternatif Penyelesaian Sengketa


Penyelesaian sengketa secara konvensional dilakukan melalui sebuah
badan yang disebut dengan pengadilan. Sudah sejak ratusan bahkan ribuan
tahun badan-badan pengadilan ini telah berkiprah. Akan tetapi, lama kelamaan
badan pengadilan ini semakin terpasung dalam tembok-tembok yuridis yang
sukar ditembusi oleh para pencari keadilan, khususnya jika pencari keadilan
tersebut adalah pelaku bisnis dengan sengketa yang menyangkut dengan
bisnis. Maka mulailah dipikirkan alternatif-alternatif lain untuk
menyelesaikan sengketa, diantaranya adalah lewat badan arbitrase.
Yang dimaksud dengan arbitrase adalah cara penyelesaian sengketa
perdata yang bersifat swasta di luar pengadilan umum yang didasarkan pada
kontrak arbitrase yang dibuat secara tertulis oleh para pihak yang bersengketa,
di mana pihak penyelesai sengketa (arbiter) tersebut dipilih oleh para pihak
yang bersangkutan. Yang terdiri dari orang-orang yang tidak berkepentingan
dengan perkara yang bersangkutan, orang-orang mana akan memeriksa dan
memberi putusan terhadap sengketa tersebut.
Orang yang bertindak untuk menjadi penyelesai sengketa dalam
arbitrase disebut dengan “arbiter” =. Arbiter ini, baik tunggal mauoun majelis
yang jika majelis biasanya terdiri dari 3 (tiga) orang. Di Indonesia syarat-
syarat untuk menjadi arbiter adalah sebagai berikut :
         Cakap dalam melakukan tindakan hukum.
         Berumur minimal 35 (tiga puluh lima) tahun.
         Tidak mempunyai hubungan sedarah atau semenda sampai dengan
derajat kedua dengan salah satu pihak yang bersengketa.

2
         Tidak mempunyai kepentingan finansial atau kepentingan lain
atas putusan arbitrase.
         Mempunyai pengalaman atau mengusai secara aktif dalam
bidangnya paling sedikit selama 15 (lima belas) tahun.
         Hakim, jaksa, paniteran, dan pejabat peradilan lainnya tidak boleh
menjadi arbiter.
Arbitrase (nasional maupun internasional) menggunakan prinsip-
prinsip hukum sebagai berikut :
         efisien.
         Accessibility (terjangkau dalam arti biaya, waktu dan tempat)
         Proteksi hak para pihak.
         Final and binding.
         Adil (fair and just)
         Sesuai dengan sense of justice dalam masyarakat.
         Kredibilitas. Jika arbiter mempunyai kredibilitas, maka
putusannya akan dihormati orang.

2.2 Model-model Alternatif Penyelesaian Sengketa


Pertumbuhan ekonomi yang pesat dan kompleks melahirkan berbagai
macam bentuk kerjasama bisnis, yang meningkat dari hari ke hari. Semakin
meningkatnya kerjasama bisnis, menyebabkan semakin tinggi pula tingkat
sengketa diantara para pihak yang terlibat didalamnya.
Sebab-sebab terjadinya sengketa diantaranya :
1) Wanprestasi.
2) Perbuatan melawan hukum.
3) Kerugian salah satu pihak.
Berikut ini beberapa model penyelesaian sengketa selain pengadilan, yaitu
sebagai berikut :

3
2.2.1 Arbitrase
Seperti telah disebutkan bahwa yang dimaksud dengan arbitrase
adalah cara penyelesaian sengketa perdata swasta di luar pengadilan umum
yang didasarkan pada kontrak arbitrase yang dibuat secara tertulis oleh para
pihak yang bersengketa, dimana pihak penyelesai sengketa tersebut dipilih
oleh para pihak yang bersangkutan, yang terdiri dari orang-orang yang tidak
berkepentingan dengan perkara yang bersangkutan, orang-orang mana akan
memeriksa dan memberi putusan terhadap sengketa tersebut.

2.2.2 Negoisiasi
 Pengertian Negosiasi :
1) Negosiasi adalah suatu bentuk pertemuan antara dua pihak: pihak
kita dan pihal lawan dimana kedua belah pihak bersama-sama
mencari hasil yang baik, demi kepentingan kedua pihak.
2) Proses yang melibatkan upaya seseorang untuk mengubah (atau
tak mengubah) sikap dan perilaku orang lain.
3) Proses untuk mencapai kesepakatan yang menyangkut kepentingan
timbal balik dari pihak-pihak tertentu dengan sikap, sudut
pandang, dan kepentingan-kepentingan yang berbeda satu dengan
yang lain.

 Pola Perilaku dalam Negosiasi :


1) Moving against (pushing): menjelaskan, menghakimi, menantang,
tak menyetujui, menunjukkan kelemahan pihak lain.
2) Moving with (pulling): memperhatikan, mengajukan gagasan, 
menyetujui, membangkitkan motivasi, mengembangkan interaksi.

4
3) Moving away (with drawing): menghindari konfrontasi, menarik
kembali isi pembicaraan, berdiam diri, tak menanggapi pertanyaan.
4) Not moving (letting be): mengamati, memperhatikan, memusatkan
perhatian pada “here and now”, mengikuti arus, fleksibel,
beradaptasi dengan situasi.

 Ketrampilan Negosiasi :
1) Mampu melakukan empati dan mengambil kejadian seperti pihak
lain mengamatinya.
2) Mampu menunjukkan faedah dari usulan pihak lain sehingga
pihak-pihak yang terlibat dalam negosiasi bersedia mengubah
pendiriannya.
3) Mampu mengatasi stres dan menyesuaikan diri dengan situasi yang
tak pasti dan tuntutan di luar perhitungan.
4) Mampu mengungkapkan gagasan sedemikian rupa  sehingga pihak
lain akan memahami sepenuhnya gagasan yang diajukan.
5) Cepat memahami latar belakang budaya pihak lain dan berusaha
menyesuaikan diri dengan keinginan pihak lain untuk mengurangi
kendala.

 Negosiasi dan Hiden Agenda :


Dalam negosiasi tak tertutup kemungkinan masing-masing
pihak memiliki hiden agenda. Hiden agenda adalah gagasan
tersembunyi/ niat terselubung yang tak diungkapkan (tak eksplisit)
tetapi justru hakikatnya merupakan hal yang sesungguhnya ingin
dicapai oleh pihak yang bersangkutan.

 Negosiasi dan Gaya Kerja :

5
1) Cara bernegosiasi yang dilakukan oleh seseorang sangat
dipengaruhi oleh gaya kerjanya.
2) Kesuksesan bernegosiasi seseorang didukung oleh kecermatannya
dalam memahami gaya kerja dan latar belakang budaya pihak lain.

 Fungsi Informasi dan Lobi dalam Negosiasi :


1) Informasi memegang peran sangat penting. Pihak yang lebih
banyak memiliki informasi biasanya berada dalam posisi yang
lebih menguntungkan.
2) Dampak dari gagasan yang disepakati dan yang akan ditawarkan
sebaiknya dipertimbangkan lebih dulu.
3) Jika proses negosiasi terhambat karena adanya hiden agenda dari
salah satu/ keduapihak, maka lobying dapat dipilih untuk
menggali hiden agenda yang ada sehingga negosiasi dapat berjalan
lagi dengan gagasan yang lebih terbuka.

2.2.3 Mediasi
Mediasi adalah proses penyelesaian sengketa melalui proses
perundingan atau mufakat para pihak dengan dibantu oleh mediator yang
tidak memiliki kewenangan memutus atau memaksakan sebuah penyelesaian.
Ciri utama proses mediasi adalah perundingan yang esensinya sama dengan
proses musyawarah atau konsensus. Sesuai dengan hakikat perundingan atau
musyawarah atau konsensus, maka tidak boleh ada paksaan untuk menerima
atau menolak sesuatu gagasan atau penyelesaian selama proses mediasi
berlangsung. Segala sesuatunya harus memperoleh persetujuan dari para
pihak.
Prosedur Untuk Mediasi :

6
1) Setelah perkara dinomori, dan telah ditunjuk majelis hakim oleh ketua,
kemudian majelis hakim membuat penetapan untuk mediator supaya
dilaksanakan mediasi.
2) Setelah pihak-pihak hadir, majelis menyerahkan penetapan mediasi
kepada mediator berikut pihak-pihak yang berperkara tersebut.
3) Selanjutnya mediator menyarankan kepada pihak-pihak yang berperkara
supaya perkara ini diakhiri dengan jalan damai dengan berusaha
mengurangi kerugian masing-masing pihak yang berperkara.
4) Mediator bertugas selama 21 hari kalender, berhasil perdamaian atau tidak
pada hari ke 22 harus menyerahkan kembali kepada majelis yang
memberikan penetapan.
Jika terdapat perdamaian, penetapan perdamaian tetap dibuat oleh majelis.

Mediator
Mediator adalah pihak netral yang membantu para pihak dalam proses
perundingan guna mencari berbagai kemungkinan penyelesaian sengketa
tanpa menggunakan cara memutus atau memaksakan sebuah penyelesaian.
Tugas pokok dari mediator adalah sebagai berikut :
a) Menciptakan forum-forum, seperti mengundang rapat dan lain-lain.
b) Mengumpulkan dan membagi-bagi informasi.
c) c.       Memecahkan masalah.
d) Mengusulkan keputusan/solusi (jika belum ditemukan solusi).

2.2.4 Konsiliasi
Konsiliasi mirip dengan mediasi, yakni juga merupakan suatu proses
penyelesaian sengketa berupa negosiasi untuk memecahkan masalah melalui
pihak luar yang netral dan tidak memihak yang akan bekerja dengan pihak
bersengketa untuk membantu menemukan solusi dalam menyelesaikan
sengketa tersebut secara memuaskan kedua belah pihak. Pihak ketiga yang

7
netral tersebut dengan konsiliator. Karena antara mediasi dengan konsiliasi
banyak persamaannya, maka dalam praktek kedua istilah tersebut sering
dicampuradukkan.

2.2.5 Pencari Fakta


Penyelidikan dilakukan oleh pihak ketiga yang tidak memihak
keduanya dimaksud untuk mencari fakta.Hal ini bisa kita sebut misalnya
melalui kepolisian, dimana akan dikupas tuntas, diselidiki hingga ketemu akar
masalahnya. Dan fakta yang benar itulah yang benar dan harus diterima oleh
kedua belah pihak.
Selain itu, contoh yang bisa kita ambil adalah dalam sengketa
perebutan anak. Dimana siapa yang menjadi orang tua kandungnya. Hal ini
bisa meminta pihak ketiga(pihak rumah sakit) untuk melakukan tes DNA.
Dimana hasil yang keluar dari pihak rumah sakit menjadi bukti dari sengketa
tersebut yang kemudian untuk dijadikan penyelesaiannya.

2.2.6 Minitrial
Minitrial adalah alternatif penyelesaian sengketa (ADR) prosedur yang
digunakan oleh bisnis dan pemerintah federal untuk menyelesaikan masalah
hukum tanpa menimbulkan beban dan menunda terkait dengan litigasi
pengadilan. Mini-sidang tidak menghasilkan ajudikasi formal, tetapi
merupakan kendaraan bagi para pihak untuk mencapai solusi melalui proses
penyelesaian terstruktur. Hal ini digunakan paling efektif ketika isu-isu
kompleks dipertaruhkan dan pihak perlu atau ingin mempertahankan
hubungan damai.
Meskipun minitrials dapat diatur di bawah aturan dinegosiasikan oleh
para pihak, mereka biasanya sesuai dengan prosedur yang digunakan oleh
fasilitator dari ADR. Para pihak menandatangani perjanjian menyetujui
minitrial dan kemudian masing-masing memilih perwakilan manajemen untuk

8
duduk di panel. Ini perwakilan memiliki kewenangan untuk menegosiasikan
penyelesaian. Para pihak juga memilih "penasehat netral" untuk duduk di
panel. Penasihat harus independen dan tidak memihak, karena orang ini akan
moderat minitrial tersebut. Apabila para pihak tidak bisa menyepakati
penasihat netral, badan ADR memfasilitasi dapat membuat seleksi. Para pihak
membayar bagian yang sama dari biaya penasihat dan menanggung biaya
mereka sendiri minitrial.
Sebelum minitrial pihak memilih dan kemudian menyediakan
penasihat netral dengan bahan latar belakang. Para pihak juga mengajukan
makalah hukum dan pameran dengan penasehat yang berisi informasi yang
mereka berniat untuk hadir pada apa yang disebut sebagai "pertukaran
informasi." Pertukaran ini adalah, pada dasarnya, minitrial tersebut. Para
pihak harus menyepakati panjang celana dan tanggal jatuh tempo untuk
dokumen.

2.2.7  Ombudsman
Ombudsman (jamak bahasa Inggris konvensional: ombudsman) adalah
orang yang bertindak sebagai perantara terpercaya antara baik negara (atau
unsur-unsur itu) atau organisasi, dan beberapa konstituen internal atau
eksternal, sementara mewakili tidak hanya tapi kebanyakan lingkup yang luas
dari konstituen kepentingan. Sebuah Swedia, Denmark dan Norwegia adat
istilah, Ombudsman secara etimologis berakar pada umboðsmaðr kata Norse
Lama, pada dasarnya berarti "perwakilan".
Dalam paling sering penggunaan modern, ombudsman adalah seorang
pejabat, biasanya ditunjuk oleh pemerintah atau oleh parlemen, tetapi dengan
tingkat signifikan kemerdekaan, yang dituduh mewakili kepentingan publik
dengan menyelidiki dan menangani pengaduan yang dilaporkan oleh individu.
Variasi modern dari istilah ini termasuk "ombud", "Ombudsman",
"ombudsman", atau "ombudswoman".

9
2.2.8. Penilaian Ahli
Tanggapa ahli adalah segala sesuatu yang merupakan,dasar pemikiran
dan indikator dan penyelesain sengketa bisnis,karena dalam penyelesaian
sengketa harus melihat aspek – aspek hukum , sosial dan budaya.Bagaimana
Ahli Hukum dapat memberikan kontribusi yang positif dalam penyelesaian
sengketa bisnis.
Penyelesian sengketa pada umumnya harus menggunakan prinsip
keadilan dalam penyelesaian,tidak menggunakan pendapat sesorang saja,harus
melibatkan beberapa pihak yang betul – betul kompeten dalam hukum bisnis.

2.2.9.Pengadilan kasus kecil (small Claim Court)


Keberadaan Badan Penyelesaian Sengketa Konsumen (BPSK) diatur
dalam UU No. 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen bab XI pasal
49 sampai dengan pasal 58. Pada pasal 49 ayat (1) disebutkan bahwa
Pemerintah membentuk badan penyelesaian sengketa konsumen di Daerah
Tingkat II untuk penyelesaian sengketa konsumen di luar pengadilan. Badan
ini merupakan peradilan kecil (small claim court) yang melakukan
persidangan dengan menghasilkan keputusan secara cepat, sederhana dan
dengan biaya murah sesuai dengan asas peradilan. Disebut cepat karena harus
memberikan keputusan dalam waktu maksimal 21 hari kerja ( lihat pasal 55
UU. No. 8 tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen ), dan tanpa ada
penawaran banding yang dapat memperlama proses pelaksanaan keputusan
( lihat pasal 56 dan 58 UU. No. 8 tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen
), sederhana karena proses penyelesaiannya dapat dilakukan sendiri oleh para
pihak yang bersengketa, dan murah karena biaya yang dikeluarkan untuk
menjalani proses persidangan sangat ringan.

10
Keanggotaan BPSK terdiri atas unsur pemerintah, unsur konsumen,
dan unsur pelaku usaha, yang masing-masing unsur diwakili oleh 3-5 orang,
yang diangkat dan diberhentikan oleh Menteri (Pasal 49 ayat (3) dan ayat (5)).

Tugas dan wewenang

Tugas dan wewenang BPSK berdasarkan ketentuan Pasal 52 meliputi:

a) melaksanakan penanganan dan penyelesaian sengketa konsumen,


dengan cara melalui mediasi atau arbitrase atau konsiliasi;
b) memberikan konsultasi perlindungan konsumen;
c) melakukan pengawasan terhadap pencantuman klausula baku;
d) melaporkan kepada penyidik umum apabila terjadi pelanggaran
ketentuan dalam undang-undang ini;
e) menerima pengaduan baik tertulis maupun tidak tertulis, dari
konsumen tentang terjadinya pelanggaran terhadap perlindungan
konsumen;
f) melakukan penelitian dan pemeriksaan sengketa perlindungan
konsumen;
g) memanggil pelaku usaha yang diduga telah melakukan pelanggaran
terhadap perlindungan konsumen; memanggil dan menghadirkan
saksi, saksi ahli dan/atau setiap orang yang dianggap mengetahui
pelanggaran terhadap undang-undang ini;
h) meminta bantuan penyidik untuk menghadirkan pelaku usaha, saksi,
saksi ahli, atau setiap orang yang tidak bersedia memenuhi panggilan
BPSK;
i) mendapatkan, meneliti dan/atau menilai surat, dokumen, atau alat
bukti lain guna penyelidikan dan/atau pemeriksaan;
j) memutuskan dan menetapkan ada atau tidak adanya kerugian di pihak
konsumen;

11
k) memberitahukan putusan kepada pelaku usaha yang melakukan
pelanggaran terhadap perlindungan konsumen;
l) menjatuhkan sanksi administratif kepada pelaku usaha yang melanggar
ketentuan undang-undang ini.

2.2.10 Peradilan Adat

Peradilan adat merupakan salah satu alat penyelesian sengketa bisnis


menurut adat yang berlaku di daerah tersebut.

2.3 Berbagai macam Arbitrase

Berbagai macam arbitrase berbagai sengketa bisnis, arbitrase adalah


penyelesaian sengketa alternatif yang sering dipergunakan. Akan tetapi, dalam
praktek terdapat berbagai macam arbitrase, yaitu :

1) Arbitrase mengikat, berkaitan dengan putusan pengadilan yang sudah


inkracht.
2) Arbitrase tidak mengikat, berkaitan dengan putusannya boleh diikuti dan
boleh titidak diikuti.
3) Arbitrase kepentingan, merupakan arbitrase yang tidak memutuskan untuk
suatu sengketa, tetapi para pihak memakai jasa mereka untuk menciptakan
provisi-provisi dalam kontrak yang oleh para pihak telah mengalami jalan
buntu.
4) Arbitrase hak, merupakan arbitrase yang bukan hanya sekedar membuat
provisi dalam kontrak.
5) Arbitrase sukarela, merupakan arbitrase yang dimintakan sendiri oleh para
pihak baik dalam kontrak yang bersangkutan ataupun dalam kontrak
tersendiri.

12
6) Arbitrase wajib, arbitrase yang oleh undang-undang diwajibkan untuk
dilakukan.
7) Arbitrase ad hoc, arbitrase yang tidak ada badannya.
8) Arbitrase Lembaga, merupakan model arbitrase yang sudah ada
lembaga/badannya, serta sudah ada juga aturan mainnya, sehingga para
pihak tinggal memilih mereka atau badan tersebut memilih arbiter untuk
mereka.
9) Arbitrase nasional, Arbitrase dimana pihak yang bersengketa adalah para
pihak dalam 1 (satu) negara.
10) Arbitrase internasional, arbitrase di mana para pihak yang bersengketa
adalah berasal dari negara-negara yang berbeda.
11) Arbitrase kualitas, berkaitan dengan fakta-fakta dilapangan.
12) Arbitrase teknis, berkaitan dengan penyusunan dan penafsiran kontrak.
13) Arbitrase umum, berkaitan dengan fakta dan penerapan hukum.
14) Arbitrase bidang khusus, dalam bidang muamalat, perdagangan,
ketenagakerjaan, lingkungan hidup.

2.4 Kelebihan dan Kekurangan Arbitrase

Adapun kelebihan dari tingkat penyelesaian sengketa melalui arbitrase :

1) Prosedur tidak berbelit sehingga putusan akan cepat didapat.


2) biaya yang lebih murah.
3) Putusan yang tidak diekspos di depan umum.
4) Hukum terhadap pembuktian dan prosedur lebih luwes.
5) Para pihak dapat mamilih hukum mana yang diberlakukan oleh arbitrase.
6) Para pihak dapat memilih sendiri para arbiter.
7) Dapat dipilih arbiter dari kalangan ahli dalam bidangnnya.
8) Putusan akan lebih terkait dengan situasi dan kondisi.

13
9) Putusan umumnya inkracht (final binding).
10) Putusan arbitrase juga dapat dieksekusi oleh pengadilan, tanpa atau
dengan sedikir review.
11) Prosedur arbitrase lebih mudah dimengerti oleh masyarakat banyak.
12) Menutup kemungkinan forum shopping (mencoba-coba untuk memilih
atau menghindari peengadilan).

Disamping kelebihannya tentu ada kelemahannya dari penyelesaian


sengketa melalui arbitrase ialah sebagai, berikut :

1) Tersedia dengan baik untuk perusahaan besar, tetapi tidak untuk


perusahaan kecil.
2) Due process kurang terpenuhi.
3) Kurangnya unsur finality.
4) Kurangnya power untuk mengiringi para pihak ke settlement.
5) Kurangnnya power dalam hal law enforcement dan eksekusi.
6) Kurangnya power untuk menghadirkan barang bukti atau saksi.
7) Dapat menyembunyikan dispute dari public scrunity.
8) Tidak dapat menghasilkan solusi yang bersifat preventif.
9) Putusan tidak dapat diprediksi dan ada kemungkinan timbulnya putusan
yang saling bertentangan.
10) Kualitas putusan sangat bergantung pada kualitas arbiter (an arbittation ia
as good as arbitrators).
11) Berakibat kurangnya semnagat dan upaya untuk memperbaiki pengadilan
konvensional.
12) Berakibat semakin tinggi rasa permusuhan dan hujatan terhadap badan-
badan pengadilan konvensional.

2.5 Prosedur Arbitrase

14
Arbitrase masih dianggap sebagai satu-satunya yang paling tepat untuk
menyelesaikan sengketa transaksi internasional. Bahwa arbitrase itu lebih
murah dan cepat disebabkan oleh berbagai faktor. Misalnya jangka waktu
kerja majelis arbitrase dibatasi oleh undang-undang seperti di Indonesia oleh
pasal 48 UU No. 30 / 1999 yang memberi waktu penyelesaian sidang 6 bulan
untuk sampai pada putusan final dan mengikat. Badan Arbitrase Nasional
Indonesia (BANI) memberi 3 bulan dengan kesempatan perpanjangan sampai
3 bulan tambahan. Sedangkan peradilan biasa bisa memakan waktu sampai
puluhan tahun, bahkan sampai 20 tahun lebih.

Pokok dari prosedur beracara diarbitrase adalah sebagai berikut :

1) Permohonan arbitrase oleh pemohon.


2) Pengangkatan arbiter.
3) Pengajuan surat tuntutan oleh pemohon.
4) Penyampaian 1 (satu) salinan putusan kepada termohon.
5) Jawaban tertulis diserahkan kepada arbiter.
6) Salinan jawaban diserahkan kepada termohon atas perintah arbiter.
7) Perintah arbiter agar para pihak menhadap arbitrase.
8) para pihak menghadap arbitrase.
9) Tuntutan balan dari termohon.
10) Pemanggilan lagi jika termohon tidak menghadap tanpa alasan yang jelas.
11) Jika termohon tidak juga manghadap sidang, pemeriksaan diteruskan
tanpa kehadiran termohon (verstek) dan tuntutan dikabulkan jika cukup
alasan untuk itu.
12) Jika termohon hadir, diusahakan perdamaian oleh arbiter.
13) proses pembuktian.
14) Pemeriksaan selesai dan ditutup (maksimum 180 hari sejak arbitrase
terbentuk).
15) Pengucapan putusan.

15
16) Keputusan diserahkan kepada para pihak.
17) Putusan diterima oleh para pihak.
18) Koreksi, tambahan, pengurangan terhdap putusan.
19) Penyerahan dan pendaftaran putusan ke Pengadilan Negeri yang
berwenang.
20) Permohonan eksekusi didaftarkan di panitera Pengadilan Negeri.
21) Putusan pelaksanaan dijatuhkan.
22) Perintah ketua Pengadilan Negeri jika putusan tidak dilaksanakan.

2.6 Eksekusi Putusan Arbitrase

Agar suatu putusan arbitrase benar-benar bermanfaat bagi para pihak


maka putusan tersebut mestilah dapat dieksekusi. Eksekusi tersebut dapat
dilakukan oleh badan pengadilan yang berwenang. Cara melakukan eksekusi
terhadap suatu putusan arbitrase adalah sebagai berikut :

1) Eksekusi putusan arbitrase secara sukarela dimaksudkan sebagai


pelaksanaan putusan yang tidak memerlukan campur tangan dari ketua
PN, melainkan para pihak yang berkewajiban melaksanakan sendiri
putusan.
2) Eksekusi secara paksa dimaksudkan jika pihak yang berkewajiban
melaksankan kewajiban beradasarkan isi putusan arbitrase tidak mau
melaksanakan kewajibannya, maka diperlukan campur tangan Pengadilan
Negeri.
Agar putusan bisa dieksekusi harus ada “akta pendaftaran” yaitu
pencatatan dan penanda tanganan pada bagian akhir atau di pinggir dari
putusan arbitrase asli atau salinan otentik yang ditandatangani bersamasama
oleh panitera Pengadilan Negeri dan arbiter

16
2.7 Kontrak Arbitrase

Dengan kontrak arbitrase ini yang dimaksudkan adalah suatu


kesepakatan (sebelum atau setelah terjadinya sengketa) diantara para pihak
yang bersengketa untuk membawa ke arbitrase setiap sengketa yang timbul
dari suatu bisnis yang terbit dari transaksi tertentu.

2.8 Arbitrase Internasional

Yang dimaksud dengan arbitrase internasional adalah arbitrase


lembaga maupun arbitrase ad-hoc, yang melibatkan pihak dari 2 (dua) negara
yang berbeda. Jika arbitrase Internasional tersebut merupakan suatu arbitrase
lembaga, maka terdapat banyak arbitrase lembaga seperti itu di dunia ini,
yakni arbitrase yang mengkhususkan diri untuk masalah-masalah
Internasional.

BAB III

KESIMPULAN

Mengamati kegiatan bisnis yang jumlah transaksinya ratusan setiap hari, tidak
mungkin dihindari terjadinya sengketa (dispute/ difference) antar pihak yang terlibat.
Setiap jenis sengketa yang terjadi selalu menuntut pemecahan dan penyelesaian yang
cepat. Makin banyak dan  luas kegiatan perdagangan, frekuensi terjadi sengketa

17
makin tinggi, hal ini berarti  sangat  mungkin makin banyak sengketa yang harus
diselesaikan.

Membiarkan sengketa dagang  terlambat diselesaikan akan mengakibatkan


perkembangan pembangunan tidak efesien, produktifitas menurun, dunia bisnis
mengalami kemunduran dan biaya produksi meningkat. Konsumen adalah pihak yang
paling dirugikan di samping itu, peningkatan kesejahteraan dan kemajuan sosial kaum
pekerja juga terhambat. Kalaupun akhirnya hubungan bisnis ternyata menimbulkan
sengketa diantara para pihak yang terlibat, peranan penasihat hukum, konsultan
dalam menyelesaikan sengketa itu dihadapkan pada alternatif penyelesaian yang
dirasakan paling menguntungkan kepentingan kliennya.

            Secara konvensional, penyelesaian sengketa biasanya  dilakukan secara


Litigasi atau penyelesaian sengketa di muka pengadilan. Dalam keadaan demikian,
posisi para pihak yang bersengketa sangat antagonistis (saling berlawanan satu sama
lain)  Penyelesaian sengketa bisnis model tidak direkomendasaikan. Saat ini,
Arbitrase masih dianggap sebagai satu-satunya yang paling tepat untuk
menyelesaikan sengketa transaksi internasional. Kini belum kita dapati peradilan
yang dapat memeriksa sengketa komersial internasional. Adanya kekhawatiran dan
keengganan para pengusaha internasional yang bersengketa melawan pengusaha
nasional karena kekhawatiran hakimnya akan memihak. Oleh karena itu sering kita
lihat bahwa dalam perjanjian dagang internasional, selalu memilih forum hukum
asing. Kalaupun akhirnya ditempuh, penyelesaian itu semata-mata hanya sebagai
jalan yang terakhir (ultimatum remedium) setelah alternatif lain dinilai tidak
membuahkan hasil.

18
Daftar Pustaka

Fuadi, Munir. Pengantar Hukum Bisnis – Menata Bisnis Modern di Era Globalisasi.
Bandung: PT Citra Aditya Bakti, 2008.
http://id.wikipedia.org/wiki/Badan_Arbitrase_Nasional_Indonesia
http://maspurba.wordpress.com/2008/05/10/penyelesaian-sengketa-bisnis-melalui-
arbitrase-internasional/
https://suwarnatha.files.wordpress.com/2012/05/permohonan-pembatalan-putusan-
arbitrase.pdf
http://wonkdermayu.wordpress.com/artikel/arbitrase-dan-arbiter/

19
20

Anda mungkin juga menyukai