Anda di halaman 1dari 11

Hari, tanggal : Selasa, 25 Februari 2020

Golongan/Kelompok : P3 / 6
Dosen : Niken Ayu Permatasari, STP, Msi
Asisten Praktikum : 1. Jihan Suraya F34160086
2. Tamara Priska F34160110
3. Faisal Rifqi F34160129

LAPORAN PRAKTIKUM BIOPROSES

ISOLASI BAKTERI

GITHA SUSHANTI
F34180089

DEPARTEMEN TEKNOLOGI INDUSTRI PERTANIAN


FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2020
PENDAHULUAN

LATAR BELAKANG
Isolasi mikroba adalah kegiatan memisahkan mikroba dari lingkungannya
di alam dan menumbuhkannya sebagai biakan murni dalam medium buatan. Isolasi
harus diketahui cara-cara menanam dan menumbuhkan mikrobia pada medium
biakan serta syarat-syarat lain untuk pertumbuhannya. Memindahkan bakteri dari
medium lama kedalam medium yang baru diperlukan ketelitian dan pengsterilan
alat-alat yang digunakan, supaya dapat dihindari terjadinya kontaminasi. Pada
pemindahan bakteri dicawan petri setelah agar baru, maka cawan petri tersebut
harus dibalik, hal ini berfungsi untuk menghindari adanya tetesan air yang mungkin
melekat pada dinding tutup cawan petri (Alam et al. 2013)
Bakteri mudah ditemukan di air, udara dan tanah. Mereka hidup dalam suatu
koloni, baik bersimbiose, bebas ataupun parasit pada makhluk hidup. Jumlah
bakteri di alam sangat melimpah dengan keragaman yang sangat tinggi. Untuk
mempelajari kehidupan dan keragaman bakteri, diperlukan suatu usaha untuk
mengembakbiakkan mereka dalam skala laboratorium. Pengembangbiakan ini
dilakukan dengan menumbuhkan bakteri dari sumber isolat, seperti tanah, udara,
sisa makanan, dan lain-lain, dalam media yang mengandung nutrisi. Media
pertumbuhan bakteri sangat beragam, mulai dari media selektif, media penyubur,
media diferensial, dll. Masing-masing media memiliki fungsi berbeda dan
digunakan tergantung tujuan dari praktikan. Dalam mempelajari sifat pertumbuhan
dari masing-masing jenis mikroorganisme, maka mikroorganisme tersebut harus
dipisahkan satu dengan yang lainnya, sehingga didapatkan kultur murni yang
disebut isolat. Kultur murni merupakan suatu biakan yang terdiri dari sel-sel dari
satu species atau satu galur mikroorganisme. Kultur murni diperoleh dengan cara
isolasi menggunakan metode tuang maupun gores (Elfita 2010).
Pembuatan isolasi dilakukan dengan cara mengambil sampel mikroba dari
lingkungan yang ingin diteliti. Dari sampel tersebut kemudian dikultur/dibiakan
dengan menggunakan media universal atau media selektif, tergantung tujuan yang
ingin dicapai. Untuk mendapatkan atau menumbuhkan jenis mikroorganisme
tertentu, maka dilakukan isolasi. Dengan isolasi inilah dapat diidentifikasi jenis
bakteri tertentu baik dari kelimpahan maupun morfologinya. Isolasi bakteri
merupakan suatu cara untuk memisahkan atau memindahkan mikroba tertentu dari
lingkungannya sehingga diperoleh kultur murni atau biakan murni. Kultur murni
ialah kultur yang sel-sel mikrobanya berasal dari pembelahan dari satu sel tunggal.
Kultur murni atau biakan murni sangat berguna didalam mikrobiologi, yaitu untuk
menelaah dan mengidentifikasi mikroorganisme, termasuk penelaahan ciri-ciri
cultural, morfologis, fisiologis, maupun serologis, memerlukan suatu popolasi yang
terdiri dari satu macam mikroorganisme saja. Sebelum mengisolasi, harus diketahui
mikroba apa yang akan diisolasi dan habitatnya menentukan sampel dan media apa
yang akan digunakan. Pemilihan mikroba sebagai sumber enzim mempunyai
beberapa keuntungan bila dibandingkan yang diisolasi dari tanaman ataupun
hewan. Antara lain adalah sel mikroba relatif lebih mudah ditumbuhkan, kecepatan
pertumbuhan relatif lebih cepat, skala produksi sel lebih mudah ditingkatkan bila
dikehendaki produksi yang lebih besar, biaya produksinya relatif rendah, kondisi
selama produksi tidak tergantung oleh adanya pergantian musim dan waktu yang
dibutuhkan dalam proses produksi lebih pendek (Torben 2007).

TUJUAN
Praktikum ini bertujuan mengetahui dan memahami prinsip isolasi mikroba
dengan melakukan metode goresan kuadran dan metode penuangan.

METODOLOGI

ALAT DAN BAHAN


Alat yang digunakan pada praktikum ini berupa tabung reaksi, cawan petri,
mikroskop, batang kaca penyebar, dan ose. Bahan yang digunakan berupa larutan
garam fisiologis NA dan mikroba.

METODE

Mulai

1 gr Mikroba

dimasukkan ke 9 ml larutan garam fisiologis dan


dilakukan pengenceran sampai 10-4
Metode tuang: 0.5 ml larutan pengenceran paling
tinggi (10-4 ) diinokulasikan ke cawan petri berisi
media agar yang sesuai. Diratakan pada seluruh
permukaan agar. Diinkubasikan pada suhu dan
waktu yang sesuai.

Metode goresan: 1 loop hasil pengenceran


digoreskan ke cawan petri yang berisi medium
agar. Diinkubasikan pada waktu dan suhu yang
sesuai

Diamati pertumbuhan koloni pada cawan petri.


Koloni yang terpisah dan berbeda dipilih
kemudian digoreskan pada medium agar miring
yang sesuai. Diinkubasikan pada suhu dan waktu
yang sesuai.

Diamati biakan pada setiap agar miring di bawah


mikroskop dengan dibuat olesan pada preparat
basah. Hasil pengamatan dideskripsikan pada
tabel.

Hasil pengamatan

Selesai
HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL
[Terlampir]

PEMBAHASAN
Media yang digunakan pada praktikum ini berupa PDA, YMEA, dan
medium HS. PDA (Potato Dextrose Agar) adalah media yang umum untuk
pertumbuhan jamur di laboratorium karena memilki pH yang rendah (pH 4,5
sampai 5,6) sehingga menghambat pertumbuhan bakteri yang membutuhkan
lingkungan yang netral dengan pH 7,0 dan suhu optimum untuk pertumbuhan
antara 25-30° C (Cappucino 2014). Berdasarkan komposisinya PDA termasuk
dalam media semi sintetik karena tersusun atas bahan alami (kentang) dan bahan
sintesis (dextrose dan agar). Kentang merupakan sumber karbon (karbohidrat),
vitamin dan energi, dextrose sebagai sumber gula dan energi, selain itu komponen
agar berfungsi untuk memadatkan medium PDA. Masing-masing dari ketiga
komponen tersebut sangat diperlukan bagi pertumbuhan dan perkembangbiakkan
mikroorganisme terutama jamur (Octavia dan Wantini 2017).
Yeast Malt Extract Agar (YMEA) digunakan sebagai media kultivasi untuk
pemeliharaan koloni yeast pada media padat serta untuk mengkarakterisasi yeast
berdasarkan morfologi yang tampak pada medium padat, seperti; bentuk koloni,
tekstur koloni, warna, permukaan, tepi, dan elevasi. Media ini dibuat dengan
menambahkan 2% agar pada medium Yeast Malt Broth (YMB) dan disterilisasi
dengan autoklaf 121 oC, 1.5 atm selama 15 menit (Kurtzman dan Fell 1998).
Medium yang terbukti baik untuk mengisolasi mikroorganisme penghasil selulosa
adalah medium HS (Hestrin dan Schramm medium). Media Hestrin-Schramm (HS)
mengandung berbagai jenis bahan kimia seperti glukosa, ekstrak ragi, ammonium
sulfat, pepton dan nutrisi sintetis tambahan lainnya (Zahan et al. 2014).

Hasil pengamatan morfologi mikroorganisme terlampir pada Tabel 1. Jenis


mikroorganisme yang diamati berupa Bakteri, Khamir, dan Kapang. Hasil
pengamatan bakteri Acetobacter Xylinum menujukan bentuk yang irregular,
elevasi convex, serta margin undulate. Hasil pengamatan pada khamir menunjukkan
bentuk yang irregular, elevasi convex, dan margin lobate. Pengamatan pada kapang
Rhizopus oligosporus menunjukkan bentuk yang filamentous, elevasi flat, dan
margin entire. Hasil pengamatan pewarnaan mikrooganisme terlampir pada Tabel
2. Berdasarkan hasil pengamatan diketahui bahwa bakteri Acetobacter xylinum
merupakan bakteri gram negatif, khamir dan kapang Rhizopus oligosporus
tergolong gram positif. Menurut Zaar (1979), Acetobacter xylinum merupakan
bakteri berbentuk batang pendek, yang mempunyai panjang 2 mikron dan lebar,
micron, dengan permukaan dinding yang berlendir. Bersifat nonmotil dan dengan
pewarnaan gram menunjukkan gram negatif. Bakteri ini tidak membentuk
endospora maupun pigmen. Hasil pewarnaan gram sesuai dengan pernyataan Zaar
(1979), yaitu bakteri gram negatif menunjukkan warna merah pada pewarnaan
gram. Jika pada praktikum menunjukkan hasil positif, dapat dikarenakan bakteri
gram positif akan mempertahankan zat pewarna kristal violet dan karenanya akan
tampak berwarna ungu tua di bawah mikroskop. Adapun bakteri gram negatif akan
kehilangan zat pewarna kristal violet setelah dicuci dengan etanol 96%, dan
sewaktu diberi zat pewarna tandingannya yaitu dengan zat pewarna air fuchsin atau
safranin akan tampak berwarna merah. Acetobacter xylinum memiliki evelasi
cembung (convex), margin yang rata (flat), serta bentuk irregular. Hasil
pengamatan tidak sesuai karena marginnya berbeda.
Menurut Hidayat et al (2011), pada usia 2x24 jam bakteri Acetobacter
xylinum masih mengalami awal masa pertumbuhan sel. Pada masa ini bakteri tidak
langsung tumbuh, melainkan melakukan adaptasi terlebih dulu. Pada fase ini terjadi
aktivitas metabolisme dan perbesaran sel, meskipun belum mengalami
pertumbuhan. Fase adaptasi ini berlangsung pada usia 0-24 jam setelah inokulasi.
Hal ini sesuai dengan praktikum yang dilakukan yaitu membutuhkan waktu
pertumbuhan selama 2x24 jam.
Menurut Algus (2014), khamir memiliki elevasi convex dan margin entire serta
koloni yang irregular. Menurut Kurtzman & Fell (1998), morfologi makroskopis
khamir dapat diamati dari tekstur, warna, elevasi, bentuk, dan tepi koloni. Tekstur
terdiri atas cair atau kental, butyrous (krim), friable (rapuh), dan membranous
(berselaput). Bentuk koloni khamir dapat berupa bulat, irregular, filamentous, dan
rhizoid. Warna koloni khamir dapat berupa warna kuning, oranye, dan merah serta
warna krem dan putih yang dimiliki oleh kebanyakan khamir. Elevasi khamir dapat
berupa flat (datar), raised (sedikit menonjol), convex (cembung), dan umbonate
(bentuk cembung namun ditengah lebih menonjol). Tepi koloni khamir dapat
berupa entire (rata), undulate (bergelombang), dan filiform (tidak rata). Setiap
khamir memiliki karakteristik koloni masing masing dalam hal tepi, elevasi, warna,
bentuk, dan tekstur sehingga dapat dibedakan antara jenis khamir satu dengan yang
lainnya. Hasil pengamatan tidak sesuai dengan literatur karena margin berbentuk
lobate.
Kurva pertumbuhan mikroorganisme diamati dengan metode pengukuran
optical density. Kurva pertumbuhan yang dihasilkan menunjukkan bahwa khamir
memasuki fase lag pada waktu 0 sampai 6 jam. Pada kondisi awal ini, khamir
terlebih dahulu beradaptasi dengan lingkungan barunya dengan menggunakan sisa
cadangan energi dari lingkungan sebelumnya akibat adanya perubahan lingkungan
yang kaya nutrien ke lingkungan yang minim nutrien. Sedangkan pada waktu 12
sampai 24 jam, khamir memasuki fase logaritma, saat adaptasi sudah dimulai dan
terjadi peningkatan jumlah sel yang hidup. Pada waktu pertumbuhan khamir
memasuki 30 jam, merupakan fase stasioner, dimana jumlah sel yang hidup sama
dengan jumlah sel yang mati atau jumlah sel tetap dan cenderung tidak mengalami
perubahan (Riki 2008). Khamir termasuk dalam gran positif karena sesuai dengan
pernyataan Zaar (1979), mikroorganisme gram positif akan mempertahankan zat
pewarna kristal violet dan karenanya akan tampak berwarna ungu tua di bawah
mikroskop.
Menurut Hafsari dan Asterina (2013), kapang memiliki permukaan koloni
seperti tepung halus atau kering serbuk, bentuk koloni filamen, elevasi raised,
margin undulate. Hasil pengamatan tidak sesuai karena berbeda bentuk elevasi dan
margin. Kapang yang diinokulasikan pada suatu media mulamula akan mengalami
fase adaptasi. Tujuannya untuk menyesuaikan diri dengan media dan kondisi
lingkungan sekitarnya. Fase ini terlihat pada hari ke-1 untuk tiap isolat dan belum
terjadi pembelahan sel karena enzim belum disintesa. Fase pembelahan sel terjadi
pada hari ke-2, yang merupakan fase pertumbuhan awal. Pada fase ini, kecepatan
sel dalam membelah diri masih rendah karena sel masih menyesuaikan diri dengan
lingkungan. Spora terpadat pada hari ke-3 disebut sebagai fase logaritmik. Fase
logaritmik merupakan fase yang memiliki waktu reproduksi yang cepat (Madigan
et al. 2009). Kapang termasuk dalam gram positif karena sesuai dengan pernyataan
Zaar (1979), mikroorganisme gran positif akan mempertahankan zat pewarna
kristal violet dan karenanya akan tampak berwarna ungu tua di bawah mikroskop.
KESIMPULAN
SIMPULAN
Isolasi mikroba adalah kegiatan memisahkan mikroba dari lingkungannya
di alam dan menumbuhkannya sebagai biakan murni dalam medium buatan.
Pembuatan isolasi dilakukan dengan cara mengambil sampel mikroba dari
lingkungan yang ingin diteliti. Dari sampel tersebut kemudian dikultur/dibiakan
dengan menggunakan media universal atau media selektif, tergantung tujuan yang
ingin dicapai. PDA (Potato Dextrose Agar) adalah media yang umum untuk
pertumbuhan jamur di laboratorium karena memilki pH yang rendah (pH 4,5
sampai 5,6) sehingga menghambat pertumbuhan bakteri yang membutuhkan
lingkungan yang netral dengan pH 7,0 dan suhu optimum untuk pertumbuhan
antara 25-30° C. Yeast Malt Extract Agar (YMEA) digunakan sebagai media
kultivasi untuk pemeliharaan koloni yeast pada media padat. Medium yang terbukti
baik untuk mengisolasi mikroorganisme penghasil selulosa adalah medium HS
(Hestrin dan Schramm medium). Acetobacter xylinum xylinum memiliki evelasi
cembung (convex), margin yang rata (flat), serta bentuk koloni irregular. Khamir
memiliki morfologi yang beragam tergantung pada jenisnya. Kapang memiliki
permukaan koloni seperti tepung halus atau kering serbuk, bentuk koloni filamen,
elevasi raised, margin undulate.

SARAN
Praktikum berjalan dengan baik dan lancar. Terima kasih kakak dan abang
asprak selama setengah semester ini. Stay safe semuanya semoga selalu dilindungi
Tuhan YME #dirumahaja #janganlupacucitangan.
DAFTAR PUSTAKA

Alam MS, Sarjono PR, Aminin ALN. 2013. Isolasi bakteri selulolitik termofilik kompos
pertanian desa bayat, klaten, jawa tengah. Jurnal Chem Info. 1(1) :190-195.
Algus LF. 2014. Isolasi Khamir Dari Tetes Tebu (Molase) Dan Potensinya Dalam
Menghasilkan Etanol [skripsi]. Fakultas Sans dan Teknologi. Universitas Islam
Negeri Maulana Malik Ibrahim: Malang.
Cappuccino JG, Sherman N. 2014. Manual Laboratorium Mikrobiologi. Jakarta: EGC
Elfita, Muharni, Munawar, Salni, dan Ade O. 2010. Senyawa antimalaria dari jamur
endofitik tumbuhan sambiloto (andographis paniculata nees). Jurnal Natur
Indonesia. 13(2) : 123-129.
Hafsari AR dan Asterina I. 2013. Isolasi dan identifikasi kapang endofit dari tanaman
obat surian (Toona sinensis). Jurnal Istek. 7(2): 12-21.
Hestrin S dan Schramm M. 1954. Syntetic of cellulose by a. xylinum preparation
Kurtzman CP dan Fell JW. 1998. The Yeast A Taxonomy Study. New York (US):
Elvesier.
Madigan MT, Martinko JM, dan Parker J. 2009. Biology of Microorganisms. 12th ed.
New York(US): Prentice Hall International.
Nur H, Masdiana C dan Sri S. 2006. Mikrobiologi Industri. Yogyakarta(ID): ANDI.
of freeze dried cell capable of polymerizing glucose to cellulose biochem. Journal
of Microbiology.58(1) :345-352.
Riki. 2008. Seleksi Berbagai Spesies Khamir Untuk Menghasilkan Xilitol
Menggunakan Bahan Dasar D-Xilosa [skripsi]. Departemen Kimia, Universitas
Indonesia: Depok
Skou T dan Sogaard JG. 2007. Microbiologi. England (UK): Forfattern Og Systime.
Wantini S. dan Octavia A. 2018. Perbandingan pertumbuhan jamur aspergillus flavus
pada media pda (potato dextrose agar) dan media alternatif dari singkong (manihot
esculenta crantz). Jurnal analis Kesehatan. 6(2): 625-631.
Zahan KA, Pa’e N, Kok FS dan Muhamad II. 2014. Monitoring initial glucose
concentration for optimum ph control during fermentation of microbial cellulose in
rotary discs reactor. Journal Key Engineering Materials. 2(7): 594-595.
LAMPIRAN

Tabel 1. Hasil pengamatan morfologi mikroorganisme

Jenis Morfologi Perbesaran


Kelompok Gambar
mikroorganisme Form Elevasi Margin morfologi

1 Irregular Convex Undulate 40 x 10

Bakteri

2 Irregular Convex Undulate 40 x 10

3 Irregular Convex Lobate 100 x 10

Khamir

4 Irregular Convex Lobate 100 x 10

5 Filamentous Flat Entire 100 x 10

Kapang

6 Filamentous Flat Entire 100 x 10


Tabel 2. Hasil pengamatan pewarnaan mikroorganisme
Jenis Perbesaran
Kelompok Pewarnaan Gambar
mikroorganisme pewarnaan

Gram
1 10 x 10
negatif

Bakteri

Gram
2 100 x 10
negatif

Gram
3 100 x 10
positif

Khamir

Gram
4 100 x 10
positif

Gram
5 40 x 10
positif

Kapang

Gram
6 100 x 10
positif

Anda mungkin juga menyukai