Anda di halaman 1dari 9

BAB III

VERTIKULTUR DAN BUDIDAYA TANAMAN DALAM POT

A. PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
Pertumbuhan penduduk dan meningkatnya urbanisasi merupakan
tantangan pada masa mendatang.Pada tahun 1994 diperkirakan 45%
penduduk dunia tinggal dikota dan diperkirakan pada tahun 2025
meningkat menjadi 65%. Keadaan ini akan menimbulkan permasalahan
tentang infrastruktur publik, tempat tinggal, tenang kerja, kerawanan
pangan serta permasalaha lingkungan dan sanitasi. Oleh karena itu
pertanian kota perlu dikebangkan yang ditujukan untuk peningkatan
ketahanan pangan, pengentasan kemiskinan, peningkatan kesehatan
masyarakat, pengendalian lingkungan.
Istilah vertikultur diserap dari bahasa Inggris yang berasal dari kata
vertical dan culture yang artinya teknik budidaya tanaman secara vertikal
sehingga penanamannya menggunakan sistem bertingkat. Dengan
demikian penanaman dengan sistem vertikultur dapat dijadikan alternatif
bagi masyarakat yang tinggal di kota, yang memiliki lahan sempit atau
bahkan tidak ada lahan yang tersisa untuk budidaya tanaman.vertikultur
merupakan cara budidaya tanaman yang dilakukan dengan menempatkan
media tanam dalam wadah - wadah (seperti paralon, bambu besar, talang,
ember besar dan lain-lain) disusun secara vertikal.
Ada beberapa jenis vertikultur. Yang pertama adalah vertikultur jenis
vertical, biasanya ditemui dalam bentuk wadah-wadah kokoh kokoh
berbentuk kolom yang tegak berdiri di lahan. Jenis yang kedua adalah
jenis horizontal, yang umumnya ditemui dalam bentuk rak-rak atau
tangga bertingkat. Selain itu ada pula jenis vertikultur yang bergantung.
Jenis ini umumnya dalam bentuk pot-pot atau wadah yang diikat oleh tali
atau kawat kemudian di gantung.
Penanaman dengan teknik vertikultur dapat memberikan aspek estetis
karena tanaman yang tampil berderet secara vertikal dapat menampilkan
nuansa keindahan. Oleh karena itu, umumnya budidaya dengan teknik
vertikultur banyak dilakukan oleh ibu rumah tangga, pensiunan atau
remaja untuk sekedar menyalurkan hobi. Bangunan vertikultur di halaman
rumah dengan aneka jenis tanaman yang berderet ke atas memang
sungguh memikat mata serta menimbulkan perasaan puas dan bangga
pada pemiliknya. Disamping dapat menampilkan keindahan, bukan berarti
penanaman dengan teknik vertikultur tidak dapat diterapkan untuk tujuan
komersial. Dengan dasar pemikiran bahwa vertikultur dapat
melipatgandakan jumlah tanaman dan produksi maka teknik ini secara
ekonomis dapat dipertanggungjawabkan untuk tujuan komersial. Investasi
yang dibutuhkan untuk penerapan teknik vertikultur ini jauh lebih tinggi
dibandingkan dengan cara konvensional. Namun, dengan produksi yang
lebih tinggi karena populasi tanaman lebih banyak maka investasi tersebut
dapat tertutupi.
2. Tujuan Praktikum
a. Mempraktekkan budidaya sayuran dengan system vertikultur dan
budidaya dalam pot.
b. Memanfaatkan limbah untuk budidaya vertikultur.

B. TINJAUAN PUSTAKA
Istilah vertikultur diserap dari bahasa Inggris yang berasal dari kata
vertical dan culture yang artinya teknik budidaya tanaman secara vertikal
sehingga penanamannya menggunakan sistem bertingkat. Pada awalnya,
teknik ini berasal dari gagasan vertical garden yang dilontarkan sebuah
perusahaan benih di Swiss sekitar tahun 1945 (Lukman, Liferdi. 2011).
Tujuan utama penerapan teknik vertikultur adalah memanfaatkan lahan
sempit seoptimal mungkin. Dimana dengan menerapkan teknik vertikultur ini
maka peningkatan jumlah tanaman pada suatu areal tertentu dapat berlipat 3–
10 kali, tergantung model yang digunakan. Vertikultur dapat diterapkan pada
daerah–daerah dengan lahan sempit, khususnya di daerah perkotaan yang kini
rata–rata menjadi pemukiman yang padat. Budidaya dengan teknik vertikultur
pada prinsipnya tidak jauh berbeda dengan budidaya di kebun atau di lahan
datar. Perbedaan paling mendasar terletak pada penggunaan lahan
produksi.Teknik vertikultur memungkinkan dilakukan pembudidayaan diatas
lahan seluas satu meter persegi dengan jumlah tanaman jauh lebih banyak
dibanding di lahan datar dengan luas yang sama. Media tanam yang
digunakan pada teknik vertikultur ini sama dengan media tanam di lahan
datar, tetapi jumlah penggunaan pada teknik vertikultur lebih sedikit
dibanding di lahan datar. (Ashari, Saptana, Bastuti PT. 2012).
Persyaratan vertikultur adalah kuat dan mudah dipindah-pindahkan.
Tanaman yang akan ditanam sebaiknya disesuaikan dengan kebutuhan dan
kepemilikan nilai ekonomis yang tinggi, berumur pendek dan berakar pendek.
Tanaman yang sering dibudidayakan secara vertikultur antara lain, selada,
kangkung, bayam, kangkung, bayam, pokcoy, caisim, katuk, kemangi, tomat,
pare, pace, kacang, panjang, mentimun dan tanaman sayuran daun lainya.
Untuk tujuan komersial, pengembangan vertikulur ini perlu dipertimbangan
aspek ekonominya agar biaya produksinya jangan sampai melebihi
pendapatan dari hasil penjualan tanaman. Sedangkan untuk hobi, vertikultur
dapat dijadikan sebagai media kreativitas dan memperoleh panenan yang
sehat dan berkualitas (Kartini, 2015) .
Jenis – jenis tanaman yang dibudidayakan biasanya adalah tanaman yang
memiliki nilai ekonomi tinggi, berumur pendek atau tanaman semusim
khususnya sayuran (seperti seledri, caisism, pack – choy, baby kalian, dan
selada), dan memiliki system perakaran yang tidak terlalu luas. Tanaman sawi
menjadi pilihan alternatif untuk dibudidayakan secara vertikultur karena sawi
termasuk tanaman yang berakar pendek dan umurnya juga pendek. Berikut
klasifikasi tanaman sawi:
Kingdom : Plantae
Divisi : Spermatophyta
Kelas : Dicotyledonae
Ordo : Rhoeadales
Famili : Cruciferae
Genus : Brassica
Spesies : Brassica juncea
Sawi adalah sayuran yang cukup di kenal di konsumen di Indonesia. Dengan
rasanya yang mudah dan cocok diterima lidah orang dari berbagai bangsa dan
memiliki khasiat dalam bidang kesehatan yang menjadikannya memiliki
peluang pasar yang besar.Daun sawi lebar, berwarna hijau. Memiliki batang
yang pendek tetapi tegap. Tangkai daunnya agak pipih dan berliku tetapi kuat.
Sawi cocok dibudidayakan di lahan yang kering, namun memiliki cukup
pengairan (Surtinah. 2006).
Adapun keunggulan teknik Vertikultur adalah hemat lahan dan air,
mendukung pertanian organik, wadah media tanam disesuaikan dengan
kondisi setempat, umur tanaman relative pendek, pemeliharaan tanaman
relative sederhana, dapat dilakukan oleh siapa saja yang berminat.
Kekurangan dari vertikultur membutuhkan keterampilan khusus dalam
pembuatan vertikultur,membutuhkan investasi yang cukup besar dalam
pembuatan awal,misalnya pembuatan bangunan rumah kaca dan lain-
lainnya,membutuhkan perawatan nyang cukup teratur dan kontiniu,bila
tanaman dipindahkan tidak hati-hati,maka tnaman mudah rusak,patah dan
bahkan tanaman akan mat (Saptono E, SS dan Agus A. 2005).
Pertanian vertikultur tidak hanya sebagai sumber pangan tetapi juga
menciptakan suasana alami yang menyenangkan. Model, bahan, ukuran,
wadah vertikultur yang banyak tinggal disesuaikan dengan kondisi dan
keinginan. Pada umumya adalah berbentuk segi panjang, atau mirip anak
tangga, dengan sejumlah rak. Bahan dapat berupa bamboo atau pipa
paralon,kaleng bekas,bahkan lebaran karung beraspun bisa,karena salah satu
filosofinya dari vertikultur adalah memanfaatkan benda-benda bekas di
sekitar kita (Ashari, Saptana, Bastuti PT. 2012).

C. ALAT, BAHAN, dan LANGKAH KERJA


1. Alat
a. Alat vertikultur
b. Cetok
c. Ember
d. Cangkul
e. Pot
2. Bahan
a. Pupuk kandang
b. Sekam bakar
c. Bibit sawi
3. Langkah kerja
a. Mencampur tanah, pupuk kandang, dan sekam dengan perbandingan
1:1:1.
b. Menyiapkan peralatan vertikultur yang akan digunakan.
c. Memindahkan tanah yang sudah dicampurkan pupuk dan sekam
tersebut ke dalam alat vertikultur menggunakan cetok.
d. Menanami setiap lubang wadah dengan bibit yang telah dipersiapkan.
e. Menyirami media tanam menggunakan ember setiap pagi dan sore
hari.
D. HASIL PENGAMATAN
Tabel 5.1 Hasil Pengamatan Pertumbuhan Tanaman Sawi pada Vertikultur
Tinggi Tanaman Minggu Ke- Jumlah Daun Minggu Ke-
Tanaman (cm) (helai)
Sampel
1 2 3 1 2 3
1 8,3 11,2 12,5 7 8 10
2 7,6 9,5 13,2 7 9 10
3 10 15 16,5 8 9 11
4 6,6 11,5 15 7 7 9
5 8 11,4 11,9 7 7 4
Rata-rata 8,1 11,72 13,82 7,2 8 8,8

E. PEMBAHASAN
Vertikultur merupakan sebuah cara bercocok tanaman dengan
susunan vertikal atau keatas menuju udara bebas, untuk tempat media
tumbuhnya sendiri biasanya disusun secara vertical juga. Perbanyakan
tanaman dengan teknik vertikultur bertujuan untuk memanfaatkan lahan
yang sempit menjadi lahan produktif, penghematan pemakaian pupuk dan
pestisida, dapat dipindahkan dengan mudah, dan praktis dalam
pemeliharaannya. Tanaman vertikultur dibuat bertingkat untuk
mendapatkan pencahayaan yang cukup dan merata, serta mengurangi
pertumbuhan gulma dan hama penyakit yang akan menyerang tanaman.
Penempatan media tanamnya biasanya bisa menggunakan kaleng, paralon,
riul, maupun papan kayu yang bisa digunakan sebagai alternative tempat
media tanam. Media tanam merupakan tempat tumbuhnya tanaman untuk
menunjang perkaran. Dari media tanam inilah tanaman menyerap makanan
berupa unsur hara melalui akarnya. Adapun media tanam yang digunakan
yaitu pupuk kandang dan sekam bakar dengan perbandingan 1 : 1. Pupuk
kandang berfungsi untuk menjamin tersedianya bahan penting yang akan
diuraikan menjadi unsur hara yang diperlukan tanaman. Sedangkan sekam
bertujuan untuk menampung air didalam tanah ataupun pupuk kandang,
karena melalui air unsur hara dapat diserap oleh akar tanaman.
Pada praktikum kali ini yaitu pertumbuhan tanaman sawi pada
vertikultur yang berada di pot. Kita menanam tanaman sawi sebanyak 9
tanaman, dimana dari 9 tersebut diambil 5 untuk sampel dari tanaman sawi
tersebut. Di pengamatan tersebut tanaman yang paling tinggi dari 5 sampel
tersebut adalah sampel ke 3 yaitu 10 cm pada minggu pertama, sedangkan
pada minggu kedua yaitu 15 cm dan minggu ketiga yaitu 16,5 cm. Adapun
pengamatan dari jumlah daun pada tanaman sawi yang memiliki jumlah
daun yang paling banyak yaitu sampel ke 3 yaitu minggu pertama
memiliki jumlah daun 8 helai, minggu kedua memilki jumlah daun 9 helai
dan pada minggu ketiga 11 helai. Pada sampel ke 5 jumlah daun
mengalami penurunan pada minggu ketiga dengan jumlah daun menjadi 4
helai. Hal ini disebabkan karena kekurangan air dalam tanaman,
kekurangan cahaya dan serangan hama. Tanda serangan hama yang dapat
dilihat pada sekitar daun terdapat hama yang berkumpul seperti kutu daun
yang menyebabkan daun menjadi menguning dan akhirnya busuk. Pada
beberapa helai daun juga terdapat beberapa ulat daun, yang mengakibatkan
daun menjadi bolong-bolong. Penyebab adanya hama dan ulat pada
tanaman vertikultur ini dikarenakan tanaman tidak pernah disemprot
dengan pestisida.
Jika dilihat dari rata-rata pertumbuhan dan perkembangan tinggi
tanaman, tanaman sawi mengalami peningkatan dimana rata-rata pada
minggu pertama 8,1 cm, pada minggu kedua 11,72 cm dan pada
pengamatan minggu ketiga 13,82 cm. Begitu juga dengan pertumbuhan
jumlah daun yang mengalami rata-rata pertumbuhan yang baik, dimana
pada minggu pertama dengan rata-rata jumlah daun 7,2, pada minggu
kedua 8, serta pada minggu ketiga 8,8. Dari data tersebut menunjukkan
bahwa praktikum ini mengalami pertumbuhan yang kurang baik karena
seharusnya tanaman yang ditanam pada pot memiliki tinggi tanaman dan
jumlah daun yang banyak, sedangkan pada pengamatan terdapat sampel
yang mengalami penurunan jumlah daun.

F. KESIMPULAN
Vertikultur ialah sistem budidaya pertanian yang dilakukan secara vertikal
atau bertingkat. Sistem vertikultur ini sangat cocok diterapkan bagi petani
atau perorangan yang mempunyai lahan sempit dengan menggunakan media
tanam berupa pupuk kandang dan sekam bakar. Sistem pertanian secara
vertikultur ini memiliki kelebihan terutama berupa efisiensi lahan, pupuk, air,
benih, serta tenaga kerja. Pemeliharaan tanaman vertikultur dapat dikatakan
mudah dengan pemakaian pupuk dan biopestisida yang hemat. Praktik dan
mudah dalam kontrol pertumbuhan gulma. Selain itu tanaman vertikultur
dapat dipindahkan dengan mudah. Pada sayuran vertikultur lebih bersih dan
sehat.
DAFTAR PUSTAKA

Ashari, Saptana, Bastuti PT. 2012. Potensi dan Prospek Pemanfaatan Lahan
Pekarangan Untuk Mendukung Ketahanan Pangan. Pusat Sosial Ekonomi
dan Kebijakan Pertanian, Bogor.

Kartini, 2015. Berkebun Sayur dan Buah Organik di Sekolah Dasar dengan
Teknik Vertikultur Sebagai Upaya Pemanfaatan Lahan Kosong dan
Menumbuhkan Kecintaan Siswa Pada Sayur dan Buah. Laporan
Pengabdian Kepada Masyarakat, Unsoed, Purwokerto.

Lukman, Liferdi. 2011. Teknologi Budidaya Tanaman Sayuran Secara


Vertikultur. Bandung : Balai Penelitian Tanaman Sayuran.

Saptono E, SS dan Agus A. 2005. Bertanam Sayuran Organik di Pekarangan. PT


AgroMedia Pustaka. Jakarta.

Surtinah. 2006. Peranan Plant Catalyst 2006 Dalam Meningkatkan Produksi


Sawi ( Bressica Juncea). Jurnal Ilmiah Pertanian. Volume. 3 No. 1.
Universitas Lancai Kuning.

Anda mungkin juga menyukai