Anda di halaman 1dari 11

ACARA IV

APLIKASI PEMUPUKAN PADA OKRA

A. PENDAHULUAN\
1. Latar belakang
Tanaman okra (Abelmoschus esculentus (L.) Moench) atau yang
lebih dikenal dengan kacang bendi adalah sayuran yang berasal dari
Benua Afrika. Okra termasuk famili Malvaceae (kapas-kapasan) yang
tersebar di daerah tropik dan subtropik seperti India, Afrika Barat dan
Brazil. Tanaman ini sangat popular di negara-negara Eropa dan Australia.
Masyarakat Thailand menyebut tanaman ini dengan sebutan lady’s finger
karena bentuknya yang silindris berujung runcing seperti jari wanita
bangsawan. Di Jawa, tanaman ini disebut dengan “okro atau gumbo” dan
di Jogjakarta disebut dengan “termemes”. Buah okra yang masih muda
biasa dikonsumsi sebagai sayur. Buah okra juga dapat digoreng atau
dikeringkan dan dibuat tepung untuk digunakan sebagai penyedap rasa.
Okra juga bisa dihidangkan sebagai sup atau asinan di restoran dan hotel.
Di Jepang okra dijadikan makanan pelengkap dengan sebutan okura,
sedangkan di India, okra dimasak menjadi makanan kebangsaan yang
disebut dengan kari.
Permasalahan utama dalam meningkatkan mutu benih adalah
penentuan waktu panen yang tepat terutama waktu masak fisiologis benih.
Masak fisiologis adalah saat benih memiliki bobot kering yang
maksimum, daya tumbuh maksimum, daya kecambah maksimum dan
ukuran benih yang maksimum. Benih akan memiliki viabilitas dan vigor
yang maksimum jika pemanenan dilakukan pada saat matang fisiologis.
Waktu panen benih okra adalah 100-105 hari setelah semai atau 50 hari
setelah bunga mekar. Oleh karena itu, penetuan waktu panen yang tepat
perlu diketahui untuk menghindari rendahnya viabilitas dan vigor benih
serta hilangnya produksi benih.
Untuk meningkatkan hasil tanaman sayuran dan efisiensi biaya
produksi serta meningkatkan nilai tambah maka salah satu alternatif
dengan menggunakan pupuk yang tepat serta sesuai dengan kebutuhan
optimal tanaman. Pupuk yang digunakan adalah perpaduan pupuk organik
dan an organik. Kompos dan humus merupakan pupuk organik dari hasil
pelapukan jaringan atau bahan-bahan tanaman atau limbah organik.
Kompos didefinisikan sebagai campuran pupuk dari bahan organik yang
berasal dari tanaman, hewan atau campuran keduanya yang telah terlapuk
sebagian dan dapat berisi senyawa-senyawa lain seperti abu, kapur dan
bahan kimia lainnya sebagai bahan tambahan.
2. Tujuan praktikum
a. Mempraktekkan aplikasi pemupukan pada tanaman okra
b. Menghitung kebutuhan pupuk bagi tanaman okra

B. TINJAUAN PUSTAKA
Tanaman okra merupakan tanaman terna tahunan dengan batang yang
tegak. Daun tanaman okra tersusun spiral, panjang tangkai daun mencapai 50
cm, daun membentang dengan pajang hingga 20 mm dan seringkali terbelang
hingga kebagian pangkalnya. Bunga tanaman okra merupakan bunga tunggal
yang terletak diketiak daun atau dalam tandan semu, berwarna kuning,
dengan panjangtangkai bunga mencapai 7 cm. Buah membentuk silinder
hingga kapsul berbentuk pyramid, dengan panjang sekitar 5-35 cm, diameter
1-5 cm, membentuk rongga, setengah rongga, atau tidak berongga. Buah
mudaberwarna hijau, ungu kehijauan, atau berwarna ungu, dan berwarna
kecoklatan saat sudah matang. Biji berbentuk bundar dan berwarna
kehitaman, dengan diameter 3-6 mm (Benchasri. S. 2012).
Adapun taksonomi tanaman okra adalah sebagai berikut:
Kingdom : Plantae
Divisi : Magnoliophyta
Kelas : Magnoliopsida
Ordo : Malvales
Famili : Malvaceae
Genus : Abelmoschus
Spesies : Abelmoschus esculentus
Okra menghendaki tempat terbuka yang mendapat sinar matahari secara
penuh agar dapat berbuah banyak. Okra yang ditanam di tempat yang ternaungi
pada umumnya akan sukar berbuah banyak, karena pembentukan polong okra
memerlukan fotosintesis yang sempurna. Tanaman okra dapat ditanam pada
segala musim, baik pada musim hujan maupun kemarau, namun okra tidak
tahan terhadap genangan air, sebaliknya okra tahan terhadap kekeringan. Okra
diperbanyak secara generatif yaitu melalui perkecambahan benih. Okra tidak
memerlukan syarat khusus untuk pertumbuhannya. Faktor iklim perlu
diperhatikan untuk memperoleh hasil yang maksimal. Okra dapat tumbuh baik
pada ketinggian 1-800 m dpl dengan rata-rata curah hujan 1700-3000
mm/tahun dan temperatur udara di atas 200C. Okra yang dibudidayakan pada
ketinggian di bawah 600 m dpl akan berumur lebih pendek yaitu sekitar 3
bulan, sedangkan pada ketinggian di atas 600 m dpl akan berumur lebih dari 4
bulan (Anonim, 2016).
Tanaman okra memerlukan suhu hangat untuk dapat tumbuh dengan baik
dan sebaliknya tidak dapat tumbuh dengan baik pada suhu rendah dalam
jangka waktu yang lama. Temperatur optimum yang diperlukan adalah 21-
30°C, dengan minimum temperatur 18°C dan maksimum 35°C. Okra berperan
penting dalam menyediakan karbohidrat, protein, lemak, mineral, dan vitamin.
Pentingnya gizi yang terkandung dalam buah okra menjadikan tanaman
tersebut banyak diproduksi secara komersial. Namun, di beberapa negara tropis
belum dapat dicapai hasil produksi okra yang optimum (2-3 ton/ha) dan
kualitas yang tinggi, karena terus terjadi penurunan kesuburan tanah. Tanaman
okra dapat tumbuh dengan baik pada tanah yang gembur dan kaya unsur hara.
Untuk itu lahan harus digemburkan terlebih dahulu dengan cara dibajak atau
dicangkul. Bersihkan lahan dari sisa-sisa gulma dan sisa-sisa tanaman
sebelumnya. Kemudian buat bedengan dengan lebar 90 – 100 cm, tinggi
bedengan 20 – 30 cm dan panjang bedengan disesuaikan dengan lahan. Jarak
antar bedengan 50 atau 70 cm. Selanjutnya adalah mengecek pH tanah, jika pH
dibawah 5,5 maka harus diberikan kapur pertanian atau dolomit. Dolomit
ditaburkan secara merata diatas bedengan dan biarkan tersiram air hujan agar
dolomit meresap kedalam tanah.( Adetuyi. 2011).
Adapun kelebihan penggunaan aplikasi pemupukan yang dirasakan petani
adalah meningkatnya produktifitas dari lahan pertanian. Karena dengan
meningkatnya kadar kandungan bahan organik dan unsur hara dalam tanah.
Maka dengan dengan sendirinya akan memperbaiki sifat, kimia, dan biologi
dari tanah atau lahan pertanian. Manfaat lain yang dirasaka yaitu semakin
mudahnya pengolahan lahan karena tanah semakin baik. Pemamfaatan pupuk
organik, memiliki kemampuan dalam memobilisasi atau menjembati hara
dalam tanah sehingga akan membentuk ion yang muda diserap oleh tanaman,
mampu meningkatkan kelembaban tanah sehingga akan membantu mengurangi
tekanan atau tegangan struktur tanah pada tanaman. Kelemahan lain akibat
penggunaan aplikasi pemupukan adalah unsur haranya mudah hilang, baik itu
akibat penguapan, tercuci oleh air hujan, maupun diserap tanaman lain yang
tidak diinginkan. Dalam penggunaan pupuk organik, sering menjadi faktor
pembawa hama penyakit karena mengandung larva atau telur serangga
sehingga tanaman dapat diserang, respon tanaman terhadap pupuk organik juga
lambat karena pupuk organik bersifat slow release. Karena itu, pupuk harus
diberikan dalam jumlah banyak agar ketersediaannya cukup untuk memenuhi
kebutuhan tanaman (Djajakirana, G. 2002).
Pupuk yang baik bagi tanaman okra adalah pupuk organik, misalnya
pupuk kandang atau kompos. Kompos merupakan pupuk organik yang berasal
dari sisa tanaman dan kotoran hewan yang telah mengalami proses
dekomposisi atau pelapukan sehingga dapat dimanfaatkan untuk memperbaiki
sifat-sifat tanah karena perannya yang sangat penting terhadap perbaikan sifat
fisik, kimia dan biologi tanah, namun sisa hasil tanaman dan kotoran hewan
tidak dikelola dengan baik maka akan berdampak negatif terhadap lingkungan,
seperti mengakibatkan rendahnya keberhasilan pertumbuhan sebagai tempat
berkembang biaknya patogen tanaman. Bahan-bahan ini menjadi lapuk dan
busuk bila berada dalam keadaan basah dan lembab, seperti halnya daun-daun
menjadi lapuk bila jatuh ke tanah dan menyatu dengan tanah (Peni, W. P. &
Teguh, P. 2007).
Menurut cara aplikasinya, pupuk buatan dibedakan menjadi dua yaitu
pupuk daun dan pupuk akar. Pupuk daun diberikan lewat penyemprotan pada
daun tanaman. Contoh pupuk daun adalah Gandasil B dan D, Grow More, dan
Vitabloom. Pupuk akar diserap tanaman lewat akar dengan cara penebaran di
tanah. Contoh pupuk akar adalah urea, NPK, dan Dolomit. Pemberian pupuk
harus diselesaikan dengan takaran yang telah ditetapkan. Tujuannya untuk
mengisi tanah dengan hara yang dibutuhkan oleh tanaman, supaya tanaman
yang ditanam diatasnya tumbuh subur dan memberikan hasil yang
memuaskan.Pupuk yang disebarkan merata pada tanah-tanah di sekitar
pertanaman atau pada waktu pembajakan/penggaruan terakhir, sehari sebelum
tanam, kemudian diinjak-injak agar pupuk masuk ke dalam tanah. Pupuk
ditaburkan di antarkan larikan tanaman dan kemudian ditutup kembali
dengan tanah. Untuk tanaman tahunan ditaburkan melingkari tanaman dengan
jarak tegak lurus daun terjauh (tajuk daun) dan ditutup kembali dengan tanah.
Pupuk dibenamkan kedalam lubang di samping batang sejauh kurang lebih 10
cm dan ditutup dengan tanah. Untuk tanaman tahunan pupuk dibenamkan ke
dalam lubang pupuk yang melingkari tanaman dengan jarak tegak lurus dan
terjauh (tajuk daun) dan ditutup kembali dengan tanah. Cara ini dilakukan
dengan pertimbangan sama dengan cara larikan/barisan (Situmeang, Y. P.
2017).

C. ALAT, BAHAN, dan LANGKAH KERJA


1. Alat
a. Tugal
b. Garu
c. Cangkul
d. Cetok
e. Mal jarak tanam
2. Bahan
a. Benih okra
b. Baglog
c. Furadan
d. Pupuk ZA
3. Langkah kerja
a. Membersihkan lahan terlebih dahulu dari gulma yang tumbuh di areal
yang akan ditanami. Setelah lahan bebas dari tumbuhan pengganggu,
dilakukan pengolahan tanah dengan mencampurkan tanah dengan
baglog, diikuti dengan garu serta perataan lahan siap ditanami.
b. Membuat lubang dengan cara ditugal sedalam 5 cm. Jarak tanam
diajukan yaitu jarak tanam 70 x 80 cm.
c. Memasukkan furadan kedalam lubang, lalu tutup dengan sedikit tanah.
Kemudian masukkan benih kedalam lubang yang telah diberi furadan,
lalu tutup dengan tanah lalu ratakan.
d. Lakukan pemupukan dengan dosis pemupukan okra adalah 150 kg/ha
SP, kg/ha ZA.
e. Pemupukan dilakukan ketika tanaman okra berusia 10-15 hari setelah
ditanam.
D. HASIL PENGAMATAN
Tabel 4.1 Hasil Pengamatan Pemupukan Okra dengan Cara Kocor
Jumlah Daun
Tinggi Tanaman Pengamatan Persentase
Tanaman Pengamatan Ke-
Ke- (cm) Hidup %
Sampel (helai)
1 2 3 1 2 3
1 7 13,5 22 6 6 9
2 11,5 18,5 29 6 14 16
3 8,5 19 32 6 13 19 45%
4 9 18 31 7 7 16
5 9,5 18,5 32 6 7 11
Rata-rata 9,1 17,5 29,2 6,2 9,4 14,2
Tabel 4.2 Hasil Pengamatan Pemupukan Okra dengan Cara Tugal

Jumlah Daun
Tinggi Tanaman Pengamatan Persentase Hidup
Tanaman Pengamatan Ke-
Ke- (cm) %
Sampel (helai)
1 2 3 1 2 3
1 15,5 27,2 43 5 8 10
2 15 26,5 45 6 8 12
3 18 25,3 46 6 8 10 65%
4 17 27,5 47 6 8 11
5 15 26,4 47 5 8 14
Rata-rata 16,1 26,58 45,6 5,6 8 11,4

Tabel 4.1 Hasil Pengamatan Pemupukan Okra dengan Cara Larikan


E. Tanaman Tinggi Tanaman Pengamatan Jumlah Daun
Persentase
Pengamatan Ke-
Sampel Ke- (cm) Hidup %
(helai)
1 2 3 1 2 3
1 6 9 14 6 6 24
2 3 3,5 16 4 4 27
70%
3 4 3,5 11,1 7 5 16
4 5 15,2 32,1 9 22 48
5 6 8,1 23,2 8 13 30
Rata-rata 4,8 7,86 19,3 6,8 10 29

PEMBAHASAN
Pemberian pupuk sangat penting untuk penambahan unsur hara pada
tanah. Pemberian pupuk harus disesuai dengan takaran yang telah ditetapkan.
Pemberian pupuk yang tidak sesuai dengan takaran dapat menyebabkan
gangguan pada tanah dan tanaman. Media tanam yang digunakan pada
tumbuhan okra yaitu baglog, furadan, dan pupuk ZA. Fungsi dari baglog
untuk mempertahankan struktur fisik tanah sehingga akar tanaman dapat
tumbuh dengan baik, dan memberikan nutrisi bagi tanaman. Sedangkan
furadan berguna untuk mengendalikan berbagai jenis hama dan nematoda
pada tanaman. Penggunaan pupuk ZA bertujuan untuk memberikan suatu
tambahan unsur hara nitrogen maupun belerang dalam tanaman, tanaman
akan lebih tahan terhadap hama, mampu meningkatkan produksi dan juga
kualitas bahkan nilai gizi dari panen. Aplikasi pemupukan pada okra terdiri
dari tiga, yaitu dengan cara ditugal, dengan cara dikocor, dan dengan larikan.
Pemupukan dengan cara dikocor yaitu pupuk yang dilarutkan ke dalam air
dengan konsentrasi sangat rendah kemudian disemprotkan langsung kepada
daun dengan alat penyemprotan atau disiram. Hasil pengamatan pemupukan
okra dengan cara dikocor rata-rata tinggi batang pada minggu pertama adalah
9,1 cm dan jumlah daun 6,2. Pada minggu kedua rata-rata tinggi tanaman
17,5 cm dan jumlah daun 9,4. Pada minggu ketiga rata-rata tinggi tanaman
adalah 29,2 cm dan jumlah daun 14,2. Persentase hidup tanaman okra dengan
cara di kocor adalah 45%. Pemupukan ini dapat dilakukan juga untuk daun
bagian bawah, sehingga nutrisi dapat mudah diserap stomata daun.
Pemberian pupuk dengan cara tugal merupakan pemberian pupuk dengan
pembuatan lubang sedalam kurang lebih 5-10 cm disamping tanaman,
kemudian pupuk dimasukkan kedalam lubang tersebut, setelah itu ditutup
dengan tanah. Pertumbuhan tanaman okra dengan cara tugal rata-rata
pertumbuhan tinggi batangnya 16,1 cm dan rata-rata jumlah daun adalah 5,6.
Tanaman okra mengalami pertumbuhan yang sangat cepat pada minggu
kedua yaitu dengan rata-rata pertumbuhan tinggi batangnya 26,58 dan rata-
rata jumlah daunnya 8, begitu pula pada pertumbuahan pada minggu ketiga
dengan rata-rata tinggi batangnya 45,6 dan jumlah daunnya 11,4. Persentase
hidup tanaman okra dengan cara 65%. Keuntungan dari cara tugal yaitu
pengambilan hara pupuk oleh tanaman lebih mudah dan kehilangan hara
pupuk dapat dikurangi.
Adapun aplikasi pemberian pupuk pada okra dengan cara larikan dengan
penaburan pupuk diantara larikan tanaman dan kemudian ditutup kembali
dengan tanah. Cara ini dapat dilakukan apabila jarak tanaman tidak rapat,
kesuburan tanah rendah, dan perkembangan akar tanaman yang sedikit.
Pemupukan okra dengan cara larikan rata-rata pertumbuhan tinggi batangnya
pada minggu pertama adalah 4,8 cm dan jumlah daun 6,8. Pada minggu kedua
rata-rata tinggi batangnya 7,86 cm dan jumlah daun 10. Pada minggu ketiga
rata-rata tinggi batangnya 19,3 cm dan daunnya 29. Persentase hidup tanaman
okra dengan cara larikan adalah 70%. Dari data hasil pengamatan cara
pemupukan yang baik ialah dengan cara larikan. Hal ini dikarenakan
pemupukan dengan cara larikan membuat perkembangan akar lebih cepat
sehingga pertumbuhannya akan lebih baik. Selain itu dengan cara pemupukan
yang dilarik akan terjadi pengikatan unsur hara oleh tanah dalam jumlah yang
cukup besar, terutama pada unsur yang mudah menguap seperti Nitrogen
akan lebih cepat teratasi. Pemupukan dengan cara dikocor kurang maksimal,
dikarenakan pada pemupukan dapat terjadi pemberian air yang berlebihan
sehingga kandungan pupuknya hilang. Maka pemupukan bagi pertumbuhan
tanaman sangat baik karena pupuk dapat memperbaiki dan menambah unsur
hara yang ada didalam tanah, apabila unsur hara yang terkandung didalam
tanah.

F. KESIMPULAN
Pemupukan bagi proses pertumbuhan tanaman sangatlah penting
dilakukan karena penggunaan pupuk dapat membantu menyuburkan dan
menambah unsur hara dalam tanah yang digunakan untuk pertumbuhan, dan
metabolisme tanaman. Pemupukan dapat dilakukan dengan aplikasi atau cara
yang tepat dengan dosis sesuai takaran untuk meningkatkan kesuburan tanah
serta mendapatkan hasil produksi tanaman dengan kualitas baik. Dari hasil
pengamatan yang dilakukan aplikasi pemupukan yang baik pada cara larikan.
Hal ini dikarenakan pemupukan dengan cara larikan membuat perkembangan
akar lebih cepat sehingga pertumbuhannya akan lebih baik.

DAFTAR PUSTAKA

Adetuyi. 2011 , Pertumbuhan dan Hasil Tanaman Okra (Abelmoschus


esculantus) Dekaform dan Defoliasi. Dekaform Tablet, Defoliation,
Okra, 10: (1) 10-15.
Anonim3. 2016. Penjelasan Mengenai Pemupukan dan Fungsinya Bagi Tanaman.
http://agroteknologi.web.id . (Diakses pada 31 Oktober 2016 pukul 22.00
WIB ).

Benchasri. S. 2012. Okra (Abelmoschus esculentus L. Moench) as a Valuable


Vegetable of the World. Ratar.Povrt. 49 (10) : 105-112.

Djajakirana, G. 2002. Proses Pembuatan, Pemanfaatan dan Pemasaran Vermi


kompos untuk Pertanian di Indonesia. Makalah disampaikan pada
Seminar “Pemanfaatan Teknologi Aplikatif Pertanian dalam Mencapai
Suatu Pertanian Berkelanjutan” - ”Planolgi A Plus 2002” - Bogor, 12
Mei 2002.

Peni, W. P. & Teguh, P. 2007. Petunjuk Teknis Pembuatan Kompos Berbahan


Kotoran Sapi. Pusat Penelitian dan Pengembangan Peternakan. Pasuruan.

Situmeang, Y. P. 2017. Utilization of Biochar, Compost, and Phonska in


Improving Corn Results on Dry Land. International Research Journal of
Engineering IT and Scientific Research, 3(3): 38-48.

Anda mungkin juga menyukai