Anda di halaman 1dari 12

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
B. Tujuan
1. Tujuan Umum
2. Tujuan Khusus

BAB II

TINJAUAN TEORI

A. Definisi

Ulkus peptikum adalah suatu gambaran bulat atau semi bulat/oval pada permukaan mukosa
lambung sehingga kontinuitas mukosa lambung terputus pada daerah tukak. Ulkus peptikum
disebut juga sebagai ulkus lambung, duodenal atau esofageal, tergantung pada lokasinya.
(Bruner and Suddart, 2001).

Ulkus peptikum merupakan putusnya kontinuitas mukosa lambung yang meluas sampai di
bawah epitel. Kerusakan mukosa yang tidak meluas sampai ke bawah epitel disebut sebagai
erosi, walaupun sering dianggap sebagai ”ulkus” (misalnya ulkus karena stres). Menurut definisi,
ulkus peptikum dapat terletak pada setiap bagian saluran cerna yang terkena getah asam
lambung, yaitu esofagus, lambung, duodenum, dan setelah gastroenterostomi, juga jejenum.
(Sylvia A. Price, 2006).

Ulkus peptikum atau ulkus peptikumum merupakan keadaan dimana kontinuitas mukosa
lambung terputus dan meluas sampai di bawah epitel. Kerusakan mukosa yang tidak meluas
sampai ke bawah epitel disebut erosi, walaupun sering kali dianggap juga sebagai ulkus(Fry,
2005). Menurut definisi, ulkus peptikum dapat ditemukan pada setiap bagian saluran cerna yang
terkena getah asam lambung, yaitu esophagus, lambung, duodenum, jejunum,dan setelah

1
tindakan gastroenterostomi. Ulkus peptikum diklasifikasikan atas ulkus akut dan ulkus kronik,
hal tersebut menggambarkan tingkat tingkat kerusakan pada lapisan mukosa yang terlibat( Aziz,
2008).
            Walaupun aktivitas percernaan peptik oleh getah lambung merupakan etiologi yang
penting, terdapat bukti bahwa ini hanya merupakan salah satu dari banyak factor yang berperan
dalam pathogenesis ulkus peptikum (lewis,2000). Oleh karena banyaknya persamaan serta
perbedaan dalam konsep keperawatan antara ulkus lambung dan ulkus duodenum, maka pada
proses keperawatan  ini akan dibahass bersamaan agar memudahkan dalam asuhan keperawatan.
Ulkus peptikum adalah eksvasi ( area berlubang ) yang terbentuk dalam dinding mukosa
lambung, pylorus, duodenum atau esophagus. Ulkus peptikum sering disebut sebagai ulkus
lambung, duodenal atau esophageal tergantung pada lokasinya ( Suddarth & Brunner. 2002.
hal.1064).
Ulkus peptikum adalah ulkus yang terjadi pada mukosa, sub mukosa dan kadang-kadang
sampai lapisan muskularis, dari traktus gastrointestinalis yang selalu berhubungan dengan asam
lambung yang cukup mengandung HCl. Termasuk ini ialah ulkus (tukak) yang terdapat pada
bagian bawah dari esophagus, lambung dan duodenum bagian atas ( first portion of the
duodenum). Mungkin juga dijumpai di tukak yeyunum yaitu penderita yang mengalami
gastroyeyenostomi (Hadi Sujono. 2002. hal.204).

B. Klasifikasi

Klasifikasi ulkus peptikum menurut kejadiannya terbagi atas:

1. Ulkus Peptikum Akut. Timbul mendadak dan terjadi oleh adanya penyebab seperti luka
bakar yg berat dan operasi berat atau karena obat-obatan. Lokasi ulkus peptikum ini
sering ditemukan pada duodenum dan lambung. Sifat dari ulkus peptikum akut ini antara
lain multiple dan dangkal, diameter 1-1,5 cm, kadang-kadang terdapat perdarahan, cepat
sembuh dan dapat meninggalkan bekas.
2. Ulkus Peptikum Kronis. Gejala menahun, pasien memiliki riwayat penyakit nyeri ulu hati,
nyeri lebih dari 2 bulan yg timbul terkait dengan makanan atau minuman, lama sembuhb
dan berdiameter 2,5 – 4cm. 

2
Berdasarkan Letak Ulkus

Ulkus yg letaknya di esophagus disebut ulkus esophagus, di lambung disebut ulkus lambung, di
duodenum disebut tukak duodeni, dan di yeyunum disebut tukak yeyuni. Ulkus esophagus dan di
yeyenum biasanya sangat jarang. Dalam bab ini hanya akan dibahas ulkus lambung dan
duodenum.

1. Ulkus lambung. Terbanyak di angulus, antrum, dan prepilorus. Jarang terletak di korpus
dan fundus. Biasanya diderita pada usia lebih dari 65 tahun.
2. Ulkus duodeni/ ulkus duodenum. Letak terbanyak di dinding anterior dan posterior dari
bulbus danpostbulber atau pars desendens duodeni di sebelah proksimal dari papilla
vaterii. Jarang ditemukan pada distal papilla vaterii, biasanya diderita oleh usia 45-65
tahun. Dalamnya ulkus berkisar antara 1 mm sampai 1 cm.

Klasifikasi berdasarkan kedalamnannya sebagai berikut

1. Ulkus derajat I : Ulserasi hanya pada mukosa saja, dan disebut erosi
2. Ulkus derajat II : Ulserasi sampai mukosa
3. Ulkus derajat III : Ulserasi lebih meluas lagi ke bagian yg lebih dalam yaitu pada sebagian
dari lapisan muskularis
4. Ulkus derajat IV : Ulkus menembus ke bagian yg lebih dalam, terutama sebagian lapisan
muskularis dan terjadi peradangan sampai lapisan serosa

C. Etiologi

Penyebab ulkus peptikum kurang dipahami, meskipun bakteri gram negatif H. Pylori
telah sangat diyakini sebagai factor penyebab. Diketahui bahwa ulkus peptik terjadi
hanya pada area saluran GI yang terpajan pada asam hidrochlorida dan pepsin. Faktor
predisposisinya menurut beberapa pendapat mengatakan stress atau marah yang tidak
diekspresikan adalah factor predisposisi. Ulkus nampak terjadi pada orang yang
cenderung emosional, tetapi apakah ini factor pemberat kondisi, masih tidak pasti.
Kecenderungan keluarga yang juga tampak sebagai factor predisposisi signifikan.
Hubungan herediter selanjutnya ditemukan pada individu dengan golongan darah lebih
rentan daripada individu dengan golongan darah A, B, atau AB. Factor predisposisi lain
3
yang juga dihubungkan dengan ulkus peptikum mencakup penggunaan kronis obat
antiinflamasi non steroid(NSAID). Minum alkohol dan merokok berlebihan. Penelitian
terbaru menunjukkan bahwa ulkus lambung dapat dihubungkan dengan infeksi bakteri
dengan agens seperti H. Pylori. Adanya bakteri ini meningkat sesuai dengan usia. Ulkus
karena jumlah hormon gastrin yang berlebihan, yang diproduksi oleh
tumor(gastrinomas-sindrom zolinger-ellison)jarang terjadi. Ulkus stress dapat terjadi
pada pasien yang terpajan kondisi penuh stress.

Menurut Suratun dan Lusianah, 2010 penyebab terjadinya ulkus


peptikum belum jelas tetapi banyak teori yg menerangkan terjadinya
ulkus peptikum, diantaranya adalah:

1. Resistensi mukosa terhadap asam getah lambung. Ulkus kronis


terjadi karena adanya sekresi asam lambung yg berlebihan.
2. Kerusakan pada susunan saraf pusat seperti neoplasma dan
hipertensi maligna menyebabkan chusing, erosi akut dan ulkus
lambung, esophagus, dan duodenum.
3. Kondisi psikologis seseorang berpengaruh pada munculnya ulkus
lambung. Pada beberapa orang yg ambisius dan beban stress yg
tinggi serta hidup tidak teratur berisiko menderita peptic ulcer
(Alexander dalam Hadi 1995). Stress akut oada keadaan
terancam atau operasi darurat dan stress kronik dapat
memperburuk kondisi penderita ulkus peptikum.
4. Infark pada dinding lambung karena asam lambung. Infark
tersebut menjadi jaringan thrombus dan meninggalkan ulkus pada
dinding lambung.
5. Faktor hormonal berpengaruh menimbulkan ulkus lambung
seperti pada penyakit Addison’s, pasien mengkonsumsi obat
kortison untuk dosis maintenens menambah timbulnya ulkus

4
lambung yg disertai dengan komplikasi. Adanya adenoma atau
hyperplasia dari sel endokrin pancreas menimbulkan ulkus
lambung yg hebat dan sering berbentuk multiple yg disebut
Zollinger Ellison Syndrom. Peningkatan hormone gastrin akan
merangsang sekresi HCL lambung di antrum.
6. Obat-obatan yg menyebabkan terjadinya ulkus lambung. Obat-
obatan golongan NSAIDS seperti aspirin, ibuprofen, naproxen dan
diklofenak sering menyebabkan kelainan mukosa lambung.
Phenylbutazon juga menyebabkan timbulnya ulkus lambung
karena reserpine merangsang sekresi asam lambung.

D. Manifestasi Klinis
Gejala-gejala ulkus dapat hilang selama beberapa hari, minggu, atau beberapa bulan dan
bahkan dapat hilang hanya sampai terlihat kembali, sering tanpa penyebab yang dapat
diidentifikasi. Banyak individu mengalami gejala ulkus, dan 20-30% mengalami perforasi atau
hemoragi yang tanpa adanya manifestasi yang mendahului.
1. Nyeri : biasanya pasien dengan ulkus mengeluh nyeri tumpul, seperti tertusuk atau
sensasi terbakar di epigastrium tengah atau di punggung. Hal ini diyakini bahwa nyeri
terjadi bila kandungan asam lambung dan duodenum meningkat menimbulkan erosi dan
merangsang ujung saraf yang terpajan. Teori lain menunjukkan bahwa kontak lesi dengan
asam merangsang mekanisme refleks local yang mamulai kontraksi otot halus sekitarnya.
Nyeri biasanya hilang dengan makan, karena makan menetralisasi asam atau dengan
menggunakan alkali, namun bila lambung telah kosong atau alkali tidak digunakan nyeri
kembali timbul. Nyeri tekan lokal yang tajam dapat dihilangkan dengan memberikan
tekanan lembut pada epigastrium atau sedikit di sebelah kanan garis tengah. Beberapa
gejala menurun dengan memberikan tekanan local pada epigastrium.

5
2. Pirosis (nyeri uluhati) : beberapa pasien mengalami sensasi luka bakar pada esophagus
dan lambung, yang naik ke mulut, kadang-kadang disertai eruktasi asam. Eruktasi atau
sendawa umum terjadi bila lambung pasien kosong.
3. Muntah : meskipun jarang pada ulkus duodenal tak terkomplikasi, muntah dapat menjadi
gejala ulkus peptikum. Hal ini dihubungkan dengan pembentukan jaringan parut atau
pembengkakan akut dari membran mukosa yang mengalami inflamasi di sekitarnya pada
ulkus akut. Muntah dapat terjadi atau tanpa didahului oleh mual, biasanya setelah nyeri
berat yang dihilangkan dengan ejeksi kandungan asam lambung.
4. Konstipasi dan perdarahan : konstipasi dapat terjadi pada pasien ulkus, kemungkinan
sebagai akibat dari diet dan obat-obatan. Pasien dapat juga datang dengan perdarahan
gastrointestinal sebagian kecil pasien yang mengalami akibat ulkus akut sebelumnya tidak
mengalami keluhan, tetapi mereka menunjukkan gejala setelahnya.
5. Perubahan nafsu makan dan perubahan berat badan. Klien ulkus
lambung cenderung mengalami penurunan berat badan karena
mereka takut untuk makan, sebaliknya klienj ulkus duodenum
mungkin mengalami penambahan berat badan karena mereka
makan untuk menghilangkan nyeri. Mual, muntah dan anoreksia
sering terjadi pada ulkus lambung (Braunwald et al, 2001)

E. Patofisiologi
Ulkus peptikum terjadi pada mukosa gastroduodenal karena jaringan ini tidak dapat
menahan kerja asam lambung pencernaan(asam hidrochlorida dan pepsin). Erosi yang terjadi
berkaitan dengan peningkatan konsentrasi dan kerja asam peptin, atau berkenaan dengan
penurunan pertahanan normal dari mukosa. Mukosa yang rusak tidak dapat mensekresi mukus
yang cukup bertindak sebagai barier terhadap asam klorida.
Sekresi lambung terjadi pada 3 fase yang serupa :
1. Sefalik
Fase pertama ini dimulai dengan rangsangan seperti pandangan, bau atau rasa
makanan yang bekerja pada reseptor kortikal serebral yang pada gilirannya merangsang
saraf vagal. Intinya, makanan yang tidak menimbulkan nafsu makan menimbulkan sedikit
6
efek pada sekresi lambung. Inilah yang menyebabkan makanan sering secara
konvensional diberikan pada pasien dengan ulkus peptikum. Saat ini banyak ahli
gastroenterology menyetujui bahwa diet saring mempunyai efek signifikan pada
keasaman lambung atau penyembuhan ulkus. Namun, aktivitas vagal berlebihan selama
malam hari saat lambung kosong adalah iritan yang signifikan.
2. Fase lambung
Pada fase ini asam lambung dilepaskan sebagai akibat dari rangsangan kimiawi dan
mekanis terhadap reseptor dibanding lambung. Refleks vagal menyebabkan sekresi asam
sebagai respon terhadap distensi lambung oleh makanan.
3. Fase usus
Makanan dalam usus halus menyebabkan pelepasan hormon (dianggap menjadi
gastrin) yang pada waktunya akan merangsang sekresi asam lambung. Pada manusia,
sekresi lambung adalah campuran mukokolisakarida dan mukoprotein yang disekresikan
secara kontinyu melalui kelenjar mukosa. Mucus ini mengabsorpsi pepsin dan melindungi
mukosa terhadap asam. Asam hidroklorida disekresikan secara kontinyu, tetapi sekresi
meningkat karena mekanisme neurogenik dan hormonal yang dimulai dari rangsangan
lambung dan usus. Bila asam hidroklorida tidak dibuffer dan tidak dinetralisasi dan bila
lapisan luar mukosa tidak memberikan perlindungan asam hidroklorida bersama dengan
pepsin akan merusak lambung. Asam hidroklorida kontak hanya dengan sebagian kecil
permukaan lambung. Kemudian menyebar ke dalamnya dengan lambat. Mukosa yang
tidak dapat dimasuki disebut barier mukosa lambung. Barier ini adalah pertahanan untama
lambung terhadap pencernaan yang dilakukan oleh sekresi lambung itu sendiri. Factor
lain yang mempengaruhi pertahanan adalah suplai darah, keseimbangan asam basa,
integritas sel mukosa, dan regenerasi epitel. Oleh karena itu, seseorang mungkin
mengalami ulkus peptikum karena satu dari dua factor ini :
a) Hipersekresi asam pepsin
b) Kelemahan barier mukosa lambung
Apapun yang menurunkan yang mukosa lambung atau yang merusak mukosa
lambung adalah ulserogenik, salisilat dan obat antiinflamasi non steroid lain, alcohol, dan
obat antiinflamasi masuk dalam kategori ini.
Sindrom Zollinger-Ellison (gastrinoma) dicurigai bila pasien datang dengan ulkus
peptikum berat atau ulkus yang tidak sembuh dengan terapi medis standar. Sindrom ini

7
diidentifikasi melalui temuan berikut : hipersekresi getah lambung, ulkus duodenal, dan
gastrinoma(tumor sel istel) dalam pancreas. 90% tumor ditemukan dalam gastric triangle
yang mengenai kista dan duktus koledokus, bagian kedua dan tiga dari duodenum, dan
leher korpus pancreas. Kira-kira ⅓ dari gastrinoma adalah ganas(maligna). Diare dan
stiatore(lemak yang tidak diserap dalam feces)dapat ditemui. Pasien ini
dapat mengalami adenoma paratiroid koeksisten atau hyperplasia, dan karenanya dapat
menunjukkan tanda hiperkalsemia. Keluhan pasien paling utama adalah nyeri epigastrik.
Ulkus stress adalah istilah yang diberikan pada ulserasi mukosa akut dari duodenal atau
area lambung yang terjadi setelah kejadian penuh stress secara fisiologis. Kondisi stress
seperti luka bakar, syok, sepsis berat, dan trauma dengan organ multiple dapat
menimbulkan ulkus stress. Endoskopi fiberoptik dalam 24 jam setelah cedera
menunjukkan erosi dangkal pada lambung, setelah 72 jam, erosi lambung multiple
terlihat. Bila kondisi stress berlanjut ulkus meluas. Bila pasien sembuh, lesi sebaliknya.
Pola ini khas pada ulserasi stress.
Pendapat lain yang berbeda adalah penyebab lain dari ulserasi mukosa. Biasanya
ulserasi mukosa dengan syok ini menimbulkan penurunan aliran darah mukosa lambung.
Selain itu jumlah besar pepsin dilepaskan. Kombinasi iskemia, asam dan pepsin
menciptakan suasana ideal untuk menghasilkan ulserasi. Ulkus stress harus
dibedakan dari ulkus cushing dan ulkus curling, yaitu dua tipe lain dari ulkus lambung.
Ulkus cushing umum terjadi pada pasien dengan trauma otak. Ulkus ini dapat terjadi pada
esophagus, lambung, atau duodenum, dan biasanya lebih dalam dan lebih penetrasi
daripada ulkus stress. Ulkus curling sering terlihat kira-kira 72 jam setelah luka bakar luas

F. Pemeriksaan Penunjang
Nyeri lambung yang khas merupakan petunjuk adanya ulkus. Diperlukan beberapa
pemeriksaan untuk memperkuat diagnosis karena kanker lambung juga bisa menyebabkan
gejala yang sama.
1. Endoskopi adalah suatu prosedur dimana sebuah selang lentur dimasukkan melalui mulut
dan bisa melihat langsung ke dalam lambung. Pada pemeriksaan endoskopi, bisa diambil
contoh jaringan untuk keperluan biopsi. Keuntungan dari endoskopi:

8
a) lebih dapat dipercaya untuk menemukan adanya ulkus dalam duodenum dan dinding
belakang lambung dibandingkan dengan pemeriksaan rontgen
b) lebih bisa diandalkan pada penderita yang telah menjalani pembedahan lambung
c) bisa digunakan untuk menghentikan perdarahan karena ulkus.
2. Rontgen dengan kontras barium dari lambung dan duodenum (juga disebut barium
swallow atau seri saluran pencernaan atas) dilakukan jika ulkus tidak dapat ditemukan
dengan endoskopi.
3. Analisa lambung merupakan suatu prosedur dimana cairan lambung dihisap secara
langsung dari lambung dan duodenum sehingga jumlah asam bisa diukur.
Prosedur ini dilakukan hanya jika ulkusnya berat atau berulang atau sebelum
dilakukannya pembedahan.
4. Tes helicobacter pylori, dilakukan pada pengujian feses, darah
dan napas. Pada ujia napas, pasien diberikan cairan untuk ditelan
dan akan di pecahkan oleh H. pylori menjadi gas. Gas yg
terkandung pada nafas pasien tersebut di tes dengan
menggunakan alat. Bial terdeteksi adanya gas pada udara
pernapasan tersebut menunjukkan bahwa helicobacter pilori
terdapat pada lambung.
5. Barium enema. Pasien diminta untuk menelan minuman berisi
barium (substansi ini dapat terlihat pada x-ray).

G. Penatalaksanaan

  Farmakoterapi
-    Antagonis reseptor histamine seperti cimetidine ( Tagamet ), ranitidine (Zantac), famotidin
( papcid ), nizatidin (Axid)
-    Antasida seperti antasida magnesium hidroksida (Maalox atau Mylanta), atau antasida
aluminuim hidroksida (Amphaojel atau Anternangel)
-    Sukralfat (Carafate),
-    Anti kolinergik seperti propantelin bromide ( Pro – Banthinnae)

9
b.Penurunan atau penghilangan factor ulserogenik, seperti merokok (Berhenti merokok  karena
tembakau dapat memperlambat penyembuhan), penghentian obat ulserogenik sementara ulkus
masih aktif
c.  Modifikasi diet
d.     Penatalaksanaan stress, teknik-teknik relaksasi, atau sedatif untuk mengatasi pengaruh
psikologis.
e. Pembedahan bila komplikasi terjadi :
-          gastrektomi subtotal (pengangkatan bagian lambung)
-          vagotomi (memotong saraf vagus untuk mengurangi sekresi asam hidroklorik) dengan
piloroplasti ( pembesaran bedah terhadap sfingter pilorik untuk memungkinkan peningkatan
pengosongan lambung pada adanya penurunan motilitas gastric, yang terjadi setelah vagotomi)
. Identifikasi dan penghindaran makanan yang menyebabkan sekresi HCl berlebihan.
g.Pendidikan mengenai menghindari alkohol dan kafein
h.Salah satu kemajuan dalam pengobatan adalah pemberiaan antibiotik yang spesifik untuk
H. pylori.

H. Komplikasi

Sebagian besar ulkus bisa disembuhkan tanpa disertai komplikasi lanjut. Tetapi pada beberapa
kasus, ulkus peptikum bisa menyebabkan komplikasi yang bisa berakibat fatal, seperti penetrasi,
perforasi, perdarahan dan penyumbatan. (Medicastore News)
1.      Penetrasi
Sebuah ulkus dapat menembus dinding otot dari lambung atau duodenum dan sampai ke organ
lain yang berdekatan, seperti hati atau pankreas. Hal ini akan menyebabkan nyeri tajam yang
hebat dan menetap, yang bisa dirasakan diluar daerah yang terkena (misalnya di punggung,
karena ulkus duodenalis telah menembus pankreas). Nyeri akan bertambah jika penderita
merubah posisinya. Jika pemberian obat tidak berhasil mengatasi keadaan ini, mungkin perlu
dilakukan pembedahan.

2.      Perforasi
Ulkus di permukaan depan duodenum atau (lebih jarang) di lambung bisa menembus dindingnya
dan membentuk lubang terbuka ke rongga perut. Nyeri dirasakan secara tiba-tiba, sangat hebat
dan terus menerus, dan dengan segera menyebar ke seluruh perut. Penderita juga bisa merasakan
nyeri pada salah satu atau kedua bahu, yang akan bertambah berat jika penderita menghela nafas
dalam. Perubahan posisi akan memperburuk nyeri sehingga penderita seringkali mencoba untuk
berbaring mematung. Bila ditekan, perut terasa nyeri. Demam menunjukkan adanya infeksi di
dalam perut. Jika tidak segera diatasi bisa terjadi syok. Keadaan ini memerlukan tindakan
pembedahan segera dan pemberian antibiotik intravena.

3.      Perdarahan
Perdarahan adalah komplikasi yang paling sering terjadi. Gejala dari perdarahan karena ulkus
adalah:

10
a.       muntah darah segar atau gumpalan coklat kemerahan yang berasal dari makanan yang sebagian
telah dicerna, yang menyerupai endapan kopi
b.      tinja berwarna kehitaman atau tinja berdarah.
Dengan endoskopi dilakukan kauterisasi ulkus. Bila sumber perdarahan tidak dapat ditemukan
dan perdarahan tidak hebat, diberikan pengobatan dengan antagonis-H2 dan antasid. Penderita
juga dipuasakan dan diinfus, agar saluran pencernaan dapat beristirahat.
Bila perdarahan hebat atau menetap, dengan endoskopi dapat disuntikkan bahan yang bisa
menyebabkan pembekuan. Jika hal ini gagal, diperlukan pembedahan.

4.      Penyumbatan.
Pembengkakan atau jaringan yang meradang di sekitar ulkus atau jaringan parut karena ulkus
sebelumnya, bisa mempersempit lubang di ujung lambung atau mempersempit duodenum.
Penderita akan mengalami muntah berulang, dan seringkali memuntahkan sejumlah besar
makanan yang dimakan beberapa jam sebelumnya.
Gejala lainnya adalah rasa penuh di perut, perut kembung dan berkurangnya nafsu makan. Lama-
lama muntah bisa menyebabkan penurunan berat badan, dehidrasi dan ketidakseimbangan
mineral tubuh. Mengatasi ulkus bisa mengurangi penyumbatan, tetapi penyumbatan yang berat
memerlukan tindakan endoskopik atu pembedahan

I. Pathway

BAB III

Konsep Asuhan Keperawatan

A. Pengkajian
B. Diagnosa Keperawatan
C. Intervensi Keperawatan
D. Implementasi Keperawatan
Implementasi merupakan tahap ke empat dari proses keperawatan yang dimulai setelah
perawat menyusun rencana keperawatan (Potter & Perry, 2010). Implementasi adalah
pelaksanaan dari rencana intervensiuntuk mencapai tujuan yang spesifik, tahap implementasi
dimulai setelah rencana intervensi disusun dan ditunjukkan pada nursing orders untuk
membantu pasien mencapai tujuan yang diharapkan. Tujuan dari implementasi adalah
membantu pasien dalam mencapai tujuan yang telah ditetapkan yang mencakup peningkatan
kesehatan, pencegahan penyakit, pemulihan kesehatan, dan memfasilitasi koping, selama
tahap implementasi perawat terus melakukan pengumpulan data dan memilih asuhan
keperawatan yang paling sesuai dengan kebutuhan pasien (Nursalam,2008).
11
E. Evaluasi Keperawatan
Evaluasi merupakan langkah akhir dari proses keperawatan. Evaluasi adalah kegiatan
yang disengaja dan terus menerus dengan melibatkan pasien, perawat dan anggota tim
kesehatan lainnya (Padila, 2012). Tahap evaluasi adalah perbandingan yang sistematis dan
terencana tentang kesehatan pasien dengan tujuan yang telah ditetapkan, dilakukan dengan
cara berkesinambungan dengan melibatkan pasien, keluarga, dan tenaga kesehatan lainnya.
Tujuan evaluasi adalah untuk melihat kemampuan pasien dalam mencapai tujuan yang
disesuaikan dengan kriteria hasil pada tahap perencanaan (Setiadi, 2012).

12

Anda mungkin juga menyukai