Anda di halaman 1dari 7

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pijat bayi merupakan terapi sentuh yang paling tua, yang dibutuhkan

bagi kebutuhan dasar pada bayi. Sentuhan yang diberikan kepada bayi dengan

penekanan lembut akan menimbulkan rasa aman dan nyaman yang dirasakan

oleh bayi. Jika sentuhan dan pijat bayi diberikan secara rutin segera setelah

kelahiran bayi, adalah sebuah kontak kelanjutan tubuh bayi yang dibutuhkan

oleh bayi untuk mempertahankan rasa aman dan nyaman bayi (Riksani,

2012).

Pijat bayi merupakan hal yang sangat bermanfaat bagi kesehatan dan

tumbuh kembang bayi. Jika pijat bayi dilakukan rutin akan membantu

menurunkan kadar hormon stres (katekolamin) dan meningkatkan kadar zat

daya tahan tubuh pada bayi (imunogobulin), selain itu juga merangsang

fungsi pencernaan serta pembuangan dan meningkatkan berat badan bayi

(Roesli, 2013).

Sentuhan pijatan juga dapat membantu dalam mempererat sebuah

hubungan antara bayi dengan pemijat. Terlebih apabila sentuhan pijatan

dilakukan langsung oleh ibu karena akan membawa dampak kesehatan yang

lebih besar bagi bayi (Suranto, 2011). Pijat bayi dapat melibatkan keluarga –

keluarga terdekat untuk mendekatkan hubungan emosional, misalnya ayah,

1
2

nenek, kakek. Naluri seorang bayi dapat merespon sentuhan dari ibunya

sebagai ungkapan rasa cinta, perlindungan, dan perhatian (Roesli,2013).

Ditengah perkembangan teknologi dan pelayanan kesehatan yang sudah

berkembang di masyarakat. Di Indonesia masih cukup banyak masyarakat

yang memanfaatkan pijat bayi. Pijat bayi bukan lagi suatu yang baru di

Indonesia. Pijat bayi sebagian besar masih dilakukan dengan cara tradisional,

khususnya dengan memijatkan bayi ke dukun bayi, dengan presentasi

sebanyak 30,4% (BPPK, 2013). Dukun bayi merupakan orang yang dianggap

sudah ahli, terampil dan dipercayai oleh masyarakat dalam menolong proses

persalinan dan perawatan anak seperti pijat bayi dan memandikan bayi sesuai

kebutuhan masyarkat (Dep kes RI, 2008). Dukun bayi memperoleh

keterampilan karena tradisi yang diwariskan secara turun temurun dari orang

tuanya dahulu, dan menjadikan pijat bayi ke dukun bayi sudah menjadi tradisi

dan biasa dalam lingkup masyarakat. Faktor lingkungan sosial berkaitan

dengan budaya atau tradisi. Keyakinan keluarga memijatkan bayi ke dukun

bayi karena pada dasarnya pijat bayi ke dukun bayi sudah menjadi tradisi

turun temurun dari orang yang di tuakan. Sehingga tidak pernah ada rasa

khawatir atau takut dari orang tua untuk memijatkan bayi ke dukun bayi

karna sudah terbiasa (Subakti, 2008).

Dukun bayi yang ada di Kelurahan Karang Tengah, masih mempunyai

pengaruh dan berperan penting dalam membantu ibu yang mempunyai bayi

usia 1-2 bulan dalam memijatkan bayinya. Hasil wawancara, bidan daerah

Kelurahan Karang Tengah, terdapat 220 ibu yang mempunyai bayi usia 1-12
3

bulan. Hampir seluruh ibu sudah pernah memijatkan bayi ke dukun bayi,

paling tidak 1 kali. Ibu membawa bayi untuk di pijat saat kondisi demam,

menangis beberapa hari, dan kejadian seperti kesleo. Hasil studi pendahuluan

yang lain menunjukkan bahwa pijat ke dukun bayi merupakan hal biasa dan

sudah turun – temurun, biaya memijat ke dukun lebih murah, jarak lebih

dekat dan ibu mengatakan merasakan banyak manfaat setelah melakukan

pijat bayi.

Berdasarkan uraian diatas, kejadian ini merupakan fenomena yang

menarik untuk diteliti. Sehingga penulis tertarik untuk meneliti tentang Faktor

– Faktor Penyebab Ibu Memijatkan Bayi ke Dukun Bayi di Kelurahan Karang

Tengah Sragen.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas maka rumusan masalah penelitian ini

adalah Apakah faktor-faktor penyebab ibu memijatkan bayi ke dukun bayi di

Karang Tengah, Kecamatan Sragen ?

C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum

Dari penelitian ini secara umum bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor

penyebab ibu memijatkan bayi ke dukun bayi di Kelurahan Karang

Tengah, Kecamatan Sragen.


4

2. Tujuan Khusus

a. Mendeskripsikan persentase faktor kepercayaan dan sosial budaya

ibu yang memijat bayi ke dukun bayi

b. Mendeskripsikan persentase faktor ekonomi ibu yang memijat bayi

ke dukun bayi

c. Mendeskripsikan persentase faktor dampak positif ibu yang memijat

bayi ke dukun bayi

d. Mendeskripsikan persentase faktor jarak atau lokasi ibu yang

memijat bayi ke dukun bayi

e. Mendeskripsikan persentase faktor motivasi ibu yang memijat bayi

ke dukun bayi

D. Manfaat Penelitian

1. Bagi ibu

Dapat dijadikan informasi bagi ibu dan keluarga. Diharapkan ibu dan

keluarga untuk dapat memijatkan bayi sendiri, dan mengetahui cara-cara

yang benar dalam memijatkan bayi serta mengetahui pentingnya pijat

bayi dilakukan secara rutin.

2. Bagi Peneliti

Dapat menambah pengetahuan dan pengalaman tentang faktor-faktor

penyebab pijat bayi dan manfaat pijat bayi bagi bayi.


5

3. Bagi Peneliti lain

Diharapkan penelitian ini menjadi literatur untuk penelitian selajutnya

khususnya dalam faktor-faktor penyebab ibu memijatkan bayi ke dukun

bayi.

4. Bagi institusi lain

Diharapkan sebagai masukan dalam menambah referensi tentang

penelitian selanjutnya dengan tema faktor-faktor penyebab ibu

memijatkan bayi ke dukun bayi.

E. Keaslian Penelitian

1. Kusbiantoro. 2014. Perilaku pijat bayi berhubungan dengan pengetahuan

dan dukungan keluarga. Menggunakan metode analatik dan desaign cross

sectional sehingga disimpulkan bahwa ada hubungan pengetahuan dengan

perilaku pijat bayi dengan nilai p = 0,007. Ada hubungan antara dukungan

keluarga dengan perilaku pijat bayi dengan nilai p = 0,043. Hasil

penelitian perlu adanya peningkatan antara pengetahuan, dukungan

keluarga serta keterlibatan. Perbedaan dalam penelitian ini yaitu pada

variabel yang diteliti serta tempat penelitian.

2. Mardiana dan Martini. 2014. Pengaruh pijat bayi terhadap kuantitas tidur

bayi usia 3-6 bulan di desa Manungrejo Kecamatan Ngimbang Kabupaten

Lamongan. Desaign penelitian menggunakan PraEksperimenDesaign

dengan rancangan Onegroup Pretest-Postest Desaign. Sample terdiri dari

18 responden dengan cara Purposive Sampling. Variable yang di ukur

dalam penelitian ini adalah kualitas tidur bayi. Penelitian ini


6

menggunakan uji statistik Paired t-test (a = 0,05). Hasil penelitian

menunjukkan kuantitas tidur bayi sesudah dilakukan pijat lebih tinggi

(13,77 jam/hari) daripada sebelum pemijatan (12,42 jam/hari) dengan

rerata peningkatan sebesar 1,29 jam/ hari. Hasil uji statistik diperoleh

terdapat pengaruh pijat bayi terhadap kuantitas tidur bayi usia 3-6 bulan

dengan nilai (p = 0,000). Dengan demikian dapat disimpulkan dimana ada

pengaruh yang signifikan pijat bayi terhadap kuantitas tidur bayi.

Perbedaan dalam penelitian ini yaitu pada variable yang diteliti, cara

pengambilan sample dan tempat penelitian.

3. Kurniasari. 2014. Efektifitas pijat bayi terhadap pertumbuhan dan

perkembangan bayi usia 6 bulan di Kelurahan Bintaro Jakarta. Penelitian

ini adalah penelitian Kuantitatif dengan desaign Quesi Eksperiment

dengan pendekatan Non Rendomized Pre and Post Test with Control

groub Desaign. Responden berjumlah 24 orang diperoleh, menggunakan

teknik Total Sampling. Analisa data menggunakan univariat dan bivariat (

uji Chi square untuk mendapatkan nilai Odds ratio dan Uji t-test

independent untuk mendapatkan nilai Eta squared). Hasil penelitian ini

mendapatkan nilai efektifitas pijat bayi terhadap perkembangan dihitung

dengan melihat hasil Odds ratio didapatkan pijat bayi 11 kali lebih besar

untuk meningkatkan kemampuan mengangkat dada, 10 kali lebih besar

untuk meningkatkan kemampuan mengangkat leher, nilai efektifitas pijat

bayi terhadap (berat badan dan panjang badan) dihitung dengan

menggunakan rumus Eta Squared diperoleh hasil 0,28 untuk berat badan
7

dan 0,43 untuk panjang badan yang berarti pijat bayi memiliki efektiitas

yang besar dalam meningkatkan pertumbuhan (berat badan dan panjang

badan).

Perbedaan dalam penelitian ini yaitu pada variabel yang diteliti, tempat

yang diteliti, pengambilan sampel.

Anda mungkin juga menyukai