Anda di halaman 1dari 19

MANAJEMEN DAN KESEHATAN BABI

“Penanganan Kelahiran Anak Bali”

Oleh

Umi Reston 1809511032

KELAS 18 A
FAKULTAS KEDOKTERAN HEWAN
UNIVERSITAS UDAYANA
DENPASAR
2019
KATA PENGANTAR
Puji syukur atas berkat rahmat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas berkat rahmat dan
hidayahnya, sehingga saya dapat membuat laporan dengan judul “Penanganan Kelahiran
Anak Babi”
Adapun tujuan membuat paper ini yaitu untuk memenuhi tugas mata kuliah “Manajemen
dan Penyakit Babi”, selain itu tugas ini juga bertujauan untuk menambah wawasan kita untuk
mengetahui bagaimana cara penanganan kelahiran anak babi.
Saya mengucapkan banyak treimakasi kepada bapak I Nengah Kerta Besung selaku dosen
pengampu mata kuliah manaje,men dan penyakit babi yang telah memberikan tugas ini ,
sehingga dapat menambah pengetahuan dan wawasan bagi sayaa dan saya menyadari bahwa
laporan yang saya tulis ini masih jauh dari kata sempurna,oleh karena itu, kritik dan saran
yang membangun saya nantikan demi kesempurnaan laporan ini.

Denpasar,24 Februari 2020

Penulis

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.......................................................................................................ii

DAFTAR ISI....................................................................................................................iii

BAB I PENDAHULUAN.................................................................................................1

1.1 Latar Belakang.................................................................................................1


1.2 Rumusan Masalah............................................................................................2
1.3 Tujuan Masalah...............................................................................................2
1.4 Manfaat Masalah.............................................................................................2

BAB II TINJAUAN PUSTAKA......................................................................................3

1.1 Manajemen Penanganan Anak Babi...............................................................3

BAB III METODE............................................................................................................6

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN...........................................................................7

4.1 Manajemen Kelahiran Anak Babi...................................................................7


4.2 Pengobatan dan Pencegahan Penyakit...........................................................13
4.3 Ransum dan Cara Pemberian Makan.............................................................13

BAB V PENUTUPAN....................................................................................................15

5.1 Kesimpulan....................................................................................................15
5.2 Saran..............................................................................................................15

DAFTAR PUSTAKA......................................................................................................16

iii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Kebutuhan komoditas peternakan ternak babi merupakan salah satu komoditas
peternakan yang cukup potensial untuk dikembangkan. Produk olahan ternak babi di
Indonesia sangat potensial sebagai komoditas ekspor nasional dan masih terbuka lebar ke
berbagai negara seperti Singapura dan Hongkong.
Usaha peternakan babi merupakan usaha yang sudah dilakukan dalam kurun waktu
yang cukup lama di Indonesia. Peternakan babi di lapangan menunjukkan skala usaha
sangat beragam. Beberapa daerah tempat berkembangnya peternakan babi adalah
Tapanuli Utara, Nias, Toraja, Nusa Tenggara Ti mur, Bali, Kalimantan Barat, dan Irian
Jaya ternak babi dipelihara hanya sebagai sambilan usaha keluarga. Babi yang dipelihara
umumnya dari jenis local dan dipelihara secara dilepas atau semi-dikurung dan diberikan
pakannya berupa limbah dapur dan limbah pertanian, sehingga produktivitasnya belum
sesuai dengan yang diharapkan. Tapi diseluruh Indonesia juga banyak dipelihara jenis
ternak babi yang lain seperti Sadelback, Landris .Ternak babi yang dipelihara secara
intensip akan dapat menghasilkan produksi daging yang baik harus dijalankan dengan
menjalankan manajement yang baik.
Untuk memperoleh hasil yang optimal dalam menjalankan usaha ternak babi
terdapat beberapa hal yang perlu diperhatikan yaitu ketersediaan bibit yang memadai baik
dari segi kualitas maupun kuantitas dan tatalaksana pemeliharaan yang meliputi
perkandangan, kebersihan kandang, pemeliharaan induk, anak babi, ternak babi jantan
dan babi usia tumbuh serta penanganan hasil produksi. Adapun tujuan dari penulisan ini
adalah untuk mengetahui manajemen pemeliharaan ternak babi yang baik sehingga usaha
peternakan babi yang dilakukan dapat memperoleh hasil yang optimal.
Keberhasilan manajemen babi bunting sampai beranak akan menghasilkan
peternakan babi secara optimal. Dalam peternakan babi perlu adanya manajemen yang
baik meliputi keadaan kandang, pakan serta sistem pemeliharaannya, karena babi mudah
terserang penyakit dan mikroorganisme. Selain itu juga, untuk meningkatkan
produktivitasnya, perlu diketahui mengenai tatacara pemeliharaan sesuai dengan tahapan
umurnya. Terlebih untuk babi yang baru lahir, karena sejak lahir hingga berumur 10 hari,
anak babi sangat sensitif dalam menghadapi lingkungan yang berat sehingga angka
kematiannya cukup tinggi, terutama jika pemeliharaannya kurang baik.

1
1.2 Rumusan Masalah
1. Bagaimana cara manajemen penanganan anak babi?
2. Apa saja tahapan yang dilakukan untuk penanganan anak babi?

1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui bagaimana cara manajemen penanganan anak babi.
2. Untuk mengetahuai tahapan-tahapan dalam penanganan anak babi.

1.4 Manfaat
Hasil tulisan ini diharapkan dapat memberikan informasi kepada peternak babi
dan bagi semua orang mengenai manajemen penanganan anak babi, sehingga dapat
mengurangi kematian dan meningkatkan kualitas produksi.

2
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Manajemen Penanganan Anak Babi

Tatalaksana yang paling kritis adalah pada waktu induk akan beranak. Pada waktu
beranak, induk dapat berbaring, membentangkan tubuh, dan menendang kebelakang
dengan kaki ke atas atau dapat berguling-guling ke sisi lain. Setiap bergerak, cairan
dipaksa keluar dari alat kelamin, hingga fetus keluar dengan usaha induk
mengeluarkannya perlu diperhatikan. Induk gemetar dan menekan dadanya pada selang
waktu tertentu. Seekor induk atau babi dara biasanya beranak dengan merebahkan diri
pada suatu sisi dan meletakkan bagian punggungnya pada dinding atau bagian lain yang
mendukung atau menopanng. Tetapi dalam keadaan terisolasi, induk dapat melahirkan
sebagian anaknya paa keadaan terbaring dengan perut dibagian bawah, bahkan dapat juga
elahirkan dengan posisi kaki ke atas satu.

Biasanya anak babi dilahirkan dengan jarak waktu kurang dari satu menit hingga
20 menit. Bantuan harus diberikan apabila terjadi suatu penundaan atau ketika terjadi
ketegangan tanpa seekorpun anak babi dilahirkan. Induk yang sedikit terlambat beranak
harus disuntik dengan 2 ml ekstrak pituitary pada bagian paha. Apabila penundaan
kelahiran disebabkan kekurangan hormonal, maka perlu diinjeksi untuk mempengaruhi
ternak dengan oxytocin atau jenis obat lain dengan aktivitas oksitoksik. Bahan ini hanya
merangsang kontraksi otot licin dari dinding uterus dan kemudian mempercepat
pengeluaran fetus.

Beberapa induk terutama babi yang baru beranak pertama kali cenderung
memakan anaknya (kanibalisme) selama atau segera setelah beranak. Apabila diganggu
dengan anak babi yang sedang menjerit atau diganggu dengan suara lain, induk babi
segera menyentak anak babi yang baru lahir; pada kondisi demikian anak babi harus
dijauhkan dari induk dan dikembalikan ke induk hanya setelah induk mengembangkan
naluri keibuannya. Apabila induk tidak tenang dan tetap jahat, dapat disuntik dengan obat
penenang. Setiap induk yang tetap bersifat ganas terhadap anak-anaknya pada setiap kali
melahirkan, induk tersebut harus diafkir.

Meskipun ternak babi secara alami merupakan ternak yang ramai dan gaduh
terutama pada waktu mau makan, seekor induk memerlukan lingkungan yang tenang pada

3
waktu beranak. Pengaruh kebisingan cenderung menyebabkan perpanjangan waktu atau
lam melahirkan atau reaksi akan beranak. Dengan demikian, disarankan supaya tidak
mengganggu induk pada saat beranak kecuali terjadi kesulitan dalam melahirkan anak.
Kandang harus dijaga tetap bersih dan kering setelah beranak. Kandang beranak yang
selalu kering dapat menolong untuk mencegah anak babi mencret dan menjaga agar
bagian ambing tidak tertutup oleh makanan yang berair (seperti adonan) yang
menyebabkan air susu induk babi yang baru beranak menjadi hilang. Jika kondisi
lingkungan tidak menyenangkan, air susu hanya kadang-kadang keluar atau tidak sama
sekali sehingga anak-anak babi menjadi lemah dan dapat mati secara tiba-tiba. Kematian
anak babi sangat menonjol apabila tatalaksana dan pemeliharaan induk dan anak kurang
baik. Penyebab kematian anak babi adalah: mati lahir, akibat kelemahan dan kelaparan,
tertindih atau terjepit induk, penyakit yang timbul, dll.

a) Pemeliharaan Anak Babi Sebelum Disapih

Anak babi yang baru lahir harus segera dibebaskan dari selaput lendir terutama
yang menutup lubang hidung dan mulut. Setelah dibersikan dan tali pusar serta gigi
susu dipotong, babi ditimbang dan diberi nonor kemudian dilepas untuk mendapat
susu kolostrum induk. Dapat juga dilakukan usaha untuk memberi kesempatan yang
sama mendapatkan susu pertama (kolostrum ) tersebut (Aritonang dan Ginting, 1989 )

b) Pemeliharaan Sesaat Setelah Lahir Saat lahir

anak babi memiliki kaki dan kepala yang relatif besar dengan permukaan tubuh
yang luas dibandingkan dengan bobot badannya. Karena anak babi memiliki lapisan
lemak yang sangat terbatas (1 – 2% ) dan benar – benar tidak ada rambut penutup,
maka temperature sekitarnya seharusnya 35°C. Bila temperatur kurang dari 35°C,
anak babi akan menggunakan air susu yang diperoleh dan glikogen (sumber energi)
cadangan tubuhnya mempertahankan panas tubuhnya. Cadangan glikogen hanya
dapat memenuhi kebutuhannya sekitar 7– 8 jam. Anak babi yang baru lahir tak
mungkin tahan hidup tanpa memperoleh air susu yang cukup dan temperature
lingkungan yang memadai (Sihombing, 2006).

Anak babi yang baru lahir tidak memiliki kekebalan atau pertahanan tubuh
terhadap infeksi penyakit.Kekebalan ini baru dapat terbentuk setelah anak babi mendapat
kolostrum.Karena kolostrum banyak mengandung protein, dan didalam protein itu

4
terdapat immunoglobulin.Kekebalan (immunitas) yang diperoleh dari kolostrum
merupakan pertahanan tubuh pada kehidupan sebelum umur 10– 14 hari.Setelah umur
tersebut kekebalan yang berasal dari kolostrum sangat menurun. Sesudah anak babi
mencapai umur 3 minggu, didalam tubuhnya terbentuk kekebalan yang diperoleh dari
luar, yang dimulai dengan sangat lambat (Anonim, 1981). Anak babi umur 3–10 hari
mengalami masa kritis. Mereka sangat sensitif dan tidak berdaya menghadapi lingkungan
yang berat, kemungkinan–kemungkinan yang biasa dihadapi yaitu : anak babi mudah
kedinginan, anak babi banyak mati tertindih dan anak babi mati lemas (Anonim, 1981).
Sering terjadi induk jatuh sakit, atau mati pada waktu melahirkan sehingga tidak bisa
diasuh lagi.Apa bila ada peristiwa semacam ini maka peternak harus segera bisa
mengatasi atau memberi pertolongan. Mereka bisa ditolong dengan berbagai cara: diberi
air susu sapi; dititipkan atau diasuh induk lain ( Anonim, 1981 ). Anak babi pada waktu
lahir belumlah mempunyai sistim pengaturan suhu tubuh yang baik.Anak babi ini tidak
mampu mengatasi dirinya terhadap panas atau dingin yang berlebihan.Suhu udara ikut
menaikan kematian anak babi pada umur 2 – 3 hari, oleh karena anak babiyang
kedinginan dan menggigil pergerakannya menjadi lamban sehingga lebih mudah ditindih
oleh induknya.Meskipun demikian, telah diketemukan bahwa di negara– negara tropik
angka kematian anak babi karena ditindih induknya dapat dikurangi dengan memberikan
panas pada anak babi setelah lahir selama beberapa hari (Williamson dan payne, 1993).
Anak babi dilahirkan dengan persediaan kandungan zat besi yang rendah pada tubuhnya
sedangkan susu induk tidak cukup kandungan besinya untuk memenuhi kebutuhan
anaknya. Akibatnya sering anak babi mengalami anemia karena kekurangan besi,
terutama didaerah dingin sedangkan di daerah–daerah tropis kejadiannya agak jarang
(Williamson dan payne,1993). Untuk mencegah kematian anak babi akibat defisiensi besi
yang umum terjadi maka setelah umur 2–3 hari anak babi diberi larutan besi yang dioles
pada puting susu induk, diberi per oral atau suntikan khusus. Keadaan kandang harus
dijaga bersih, kering, dan suhunya diatur agar anak babi dan induknya nyaman
( Aritonang dan Gintin, 1989 ). Pemotongan gigi anak babi dimaksudkan agar tidak
melukai puting susu induk atau menyebabkan luka antara sesama anak babi sewaktu
bermain atau berkelahi. Demikian juga pembuatan tanda pada telinga dengan keretakan
atau tato diperlukan dalam pembuatan silsilah yang berguna pada program seleksi
(Aritonang dan Ginting, 1989)

5
BAB III

METODE PENDEKATAN

3.1 Metode Penulisan

Penulisan menggunakan metode penulisan secara deskriptif. Tulisan ini


mempunyai tujuan untuk memperoleh informasi yang terkait dengan sumber-sumber
yang telah ada, pendapat, persepsi seseorang sehingga pembahasannya harus secara
kualitatif menggunakan uraian kata.

3.2 Metode Pengumpulan Data

Dalam penyusunan tulisan ini, penulis melakukan studi pustaka dengan cara
mengumpulkan jurnal, artikel, dan tulisan-tulisan terkait dengan topik yang sedang
dibahas yang diharapkan tulisan-tulisan ersebut mampu membantu penulis dalam
memecahkan permasalahan dalam tulisan ini

6
BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Manajemen Kelahiran Anak Babi

Anak babi sejak lahir sampai berumur 10 hari menghadapi suatu masa kritis
sebab anak babi sangat sensitif dan tidak berdaya menghadapi lingkungan yang berat.
Kematian anak babi sangat menonjol apabila tatalaksana dan pemeliharaan induk dan
anak kurang baik. Oleh karena itu perlu diperhatikan beberapa hal dalam pemeliharaan
anak-anak babi misalnya:

1. Pembuatan kandang dengan sekat pengaman dalam kandang, tempat makan;


2. Menjaga kebersihan kandang secara teratur dan kontinyu;
3. Segera setelah anak babi lahir, tali pusar diolesi obat merah untuk menghindari
infeksi;
4. Memberi makan dan minum secara teratur;
5. Bila induk babi mati, anak babi yang masih kecil dapat dipisahkan ke induk yang lain
atau diberi susu pengganti sebanyak 0,2 - 0,4 liter/ekor/hari sampai umur 4-5 minggu.

Segera setelah anak babi dilahirkan, lepaskan lapisan tipis yang membungkus
tubuhnya dengan sehelai kain kering. Dengan demikian anak babi menjadi kering dan
mencegahnya dari kedinginan. Lepaskan sesegera mungkin setiap cairan yang
mengganggu lobang hidung dan mulut. Apabila anak babi tidak dapat bernafas secara
bebas, pegang kedua kaki belakang dengan kepala ke bawah dan ayunkan perlahan untuk
mempercepat pelepasan cairan dari lobang hidung. Juga, dengan mengurut pelan-pelan
pada bagian dadanya dan mengisap keluar cairan dari lobang hidung dapat merangsang
pernafasan.

Kadang-kadang, satu atau lebih anak babi yang lahir dari seperindukan ada yang
lemah dan kelihatannya tidak hidup. Periksa bagian tali pusar dan apabila ada gerakan
atau denyutan pada bagian pangkal pusar, masih ada kemungkinan untuk menghidupkan
anak babi kembali dengan pernafasan buatan. Prosedur berikutnya yang umum dilakukan
dalam 24 jam setelah lahir, dan sering segera setelah beranak telah ditentukan. Seluruh
prosedur umunya dilakukan pada waktu yang sama.

7
• Memotong Tali Pusar

Tali pusar adalah organ yang sangat penting untuk pertumbuhan dan
perkembangan fetus selama kebuntingan tetapi menjadi suatu bagian yang tidak
diperlukan dan merupakan daerah yang berbahaya untuk masuknya infeksi setelah anak
babi lahir. Dengan demikian, tali pusar harus dipotong dengan cara sederhana seperti
berikut:

a. Ikat tali pusar kira-kira 2 cm dari pangkal dengan seutas benang steril untuk
meyakinkan tidak ada bahaya karena pendarahan melalui arteri tali pusar

b. Potong tali pusar dengan gunting atau pisau di bawah ikatan


c. Oleskan ditempat pemotongan tali pusar dengan yodium tincture keras untuk mencegah
infeksi atau sakit pada tali pusar.

• Memotong Gigi

Anak babi lahir dengan empat pasang gigi atau delapan gigi tajam, dua pasang
pada tiap rahang disebut gigi “hitam”, gigi “jarum” atau gigi “serigala”. Meskipun gigi
tersebut cukup penting pada anak babi, namun gigi tersebut harus dipotong karena lebih
banyak menimbulkan kerugian daripada keuntungannya bagi peternak. Alasan mengapa
dilakukan pemotongan gigi adalah sebagai berikut:

a. Gigi sangat efektif menyebabkan luka pada ambing induk dan mengakibatkan induk
menolak untuk menyusui anak-anaknya

b. Apabila anak babi berkelahi untuk merebut satu puting susu atau bermain sesamanya,
gigi dapat menyebabkan luka pada muka dimana luka tersebut dapat merupakan jalan
masuknya penyakit yang disebabkan oleh mikroorganisme

Salah satu tujuan dari peternakan babi adalah memaksimumkan anak babi dapat
hidup. Pemotongan gigi harus tidak menghasilkan gigi yang hancur dibawah garis gusi
dan harus dilakukan secara higienis. Pemotongan gigi biasanya dilakukan oleh satu orang
seperti berikut:

1. Pegang kuat anak babi dengan satu tangan dimana tiga jari menahan rahang dan ibu
jari menekan dari belakang leher dengan arah berlawanan

8
2. Masukkan jari telunjuk pada satu sisi dari mulut persis dibelakang gigi “jarum”
mendekati ujung lidah
3. Dengan alat pemotong gigi atau alat pemotong kuku biasa, potong gigi diatas gusi.
Penting unuk menghindari pemotongan gigi sampai dasarnya, jangan membuat sudut
yang tajam atau berberigi yang dapat menyababkan luka pada gusi dan lidah.

• Memotong Ekor

Menggigit ekor adalah suatu masalah yang sering terjadi dihampir semua
peternakan babi, maka secara rutin dilakukan pemotongan ekor anak babi baru lahir.
Panjang ekor yang dipotong dapat dari ujung hingga pangkal ekor. Tetapi biasanya cukup
untuk memotong dua pertiga hingga tiga perempat dari ekor. Pendarahan yang semakin
sedikit terjadi apabila beberapa alat yang digunakan tumpul. Pada umumnya, perhatian
khusus harus diberikan terhadap kesehatan dan kebersihan selama melakukan
pemotongan ekor di usaha peternakan

• Mendapatkan Kolostrum

Segera setelah pemotongan gigi, letakkan kembali anak babi bersama induknya
agar anak babi dapat menusu atau memperoleh air susu pertama (kolostrum) yang
mengandung daya tahan tubuh yang tinggi. Penyerapan kolostrum adalah kritis untuk
kehidupan anak babi yang baru lahir sebagimana fungsinya yang merupakan sumber
utama kekebalan melawan penyakit pada masa awal kehidupan. Hal yang perlu dicatat
bahwa secara bertahap terjadi perubahan kolostrum menjadi air susu pada dua ke tiga hari
periode transisi. Apabila ada anak babi yang lemah, harus diberikan kesempatan yang
baik untuk menyusu dengan mengarahkan anak-anak babi ke ambing induk.
• Penyuntikan Zat Besi

Anemia pada anak babi menyusu merupakan masalah yang telah lama diketahui
secara baik oleh para peternak maju. Hal ini terjadi disebabkan oleh kekurangan zat besi
dimana plasenta dan ambing tidak efisien memindahkan mineral tersebut. Penambahan
zat besi untuk mengatasi kekurangan zat besi pada anak babi yang tidak bersentuhan
dengan tanah dapat diberikan baik melalui mulut maupun disuntikkan.

Dalam air susu induk kandungan zat besinya sangat rendah dan anak babi yang
lahir menyimpan zat besi dalam jumlah yang terbatas dimana biasanya hanya mencukupi

9
kebutuhan dari satu minggu setelah lahir. Pada waktu lahir, dalam tubuh anak babi
mengandung kira-kira 40 – 50 mg zat besi, disimpan terutama dalam hati, dimana anak
babi mulai mengguankannya segera setelah lahir. Secara rata-rata anak babi
membutuhkan 7 mg zat besi setiap hari pada minggu pertama setelah lahir, sedangkan air
susu induknya hanya dapat memberikan 1-2 mg per hari kepada tiap ekor anaknya.
Dengan demikian, anak babi akan kehabisan simpanan zat besi dan anemia akan timbul
setelah satu minggu. Apabila tidak teramati, perkembangan anemia dan resiko kematian
akibat mencret, radang paru-paru dan penyakit menular lainnya akan meningkat.

Anemia bukanlah masalah yang serius apabila ternak babi dipelihara di luar
kandang atau dilepas. Anak-anak babi selalu kontak dengan tanah, yang secara alami kaya
akan sumber zat besi yang diperlukan. Akan tetapi, anak babi yang dipelihara selamanya
dalam kandang dapat mengalami kekurangan zat besi kecuali diberi tambahan sebelum
cadangan atau simpanan zat besi habis dipergunakan. Penyuntikan zat besi (dan ikatan
lain) biasanya dianjurkan diberikan ketika babi berumur tiga hari, tetapi hasil yang
memuaskan dapat diperoleh jika anak babi disuntik sewaktu-waktu pada minggu pertama
setelah lahir. Penyuntikan cairan zat besi secara menyakinkan dapat mempertahankan
hemoglobin pada taraf yang sangat tinggi, tetapi dapat menyebabkan luka pada tempat
penyuntikan.

• Penitipan Anak Babi dan Makanan Buatan

Anak babi yang kehilangan induknya dapat terjadi oleh karena beberapa faktor
seperti induk mati setelah beranak, ambing yang luka, tidak dapat menyusui atau jumlah
anak yang terlalu banyak. Anak babi dari induk demikian hanya dapat dipelihara dengan
berhasil apabila anakanak babi tersebut memperoleh sejumlah kolostrum yang cukup.
Untuk memelihara anak babi yang kehilangan induk, dapat dilakukan dengan
menitipkannya pada induk yang tidak ada air susu dan induk yang mempunyai beberapa
anak saja. Penitipan adalah memindahkan anak babi dari satu induk ke induk lain dalam
suatu kelompok bibit.

Penitipan dapat berhasil apabila induk ditangani dalam kandang yang mempunyai
tempat beranak dan mulai dititipkan dalam waktu 48 jam setelah lahir. Pemindahan baik
dilakukan lebih dini dalam kehidupannya sebelum pemilikan puting sudah tetap, dan anak
babi yang kuat dan lebih mengerti akan lebih berhasil dalam penitipan. Umur atau waktu
penitipan merupakan hal yang penting karena puting susu yang tidak digunakan akan

10
menjadi kering. Meskipun dipindahkan pada umur dini, peternak masih akan menjumpai
masalah karena induk dapat dengan mudah mengenal anak-anaknya melaui isyarat
penciuman dan kemampuannya itu akan semakin meningkat dengan mengingkatnya umur
babi. Banyak cara efektif yang telah dilakukan oleh para peternak untuk menghalangi
induk dalam mengenal anak-anak babi yang bukan anaknya. Salah satu cara untuk dapat
menerima anak babi yang baru dengan pasti adalah menyatukan anak-anak babi dari
induk dengan anak babi titipan dalam satu kotak selama satu sampai dua jam setiap anak
babi tersebut tidak menyusu hingga mereka mempunyai bau yang sama. Mengolesi anak
babi dengan air kencing induk adalah suatu cara yang lain. Menyiram anakanak babi
termasuk induk dengan bau-bauan, obat pembasmi hama penyakit atau bau-bauan yang
lain untuk menyamakan baunya sangat disenangi oleh peternak dibanding cara lain.
Pemeliharaan anak babi yang kehilangan induk dapat juga menggunakan beberapa
pengganti susu. Para ahli dari Universitas Dakota Selatan menyarankan menggunakan air
susu campuran dengan komposisi (1) satu liter air susu sapi yang sudah dipasteurisasi; (2)
0,3 liter air susu dengan ½ kepala susu dan ½ air susu; dan (3) telur mentah. Bahan-bahan
tersebut dicampur dan disimpan pada temperature 3oC. Campuran dikocok dan sebagian
dipanaskan sampai 29oC sebelum diberikan kepada ternak. Pemberian makan dilakukan
dengan menggunakan selang karet yang sesuai dengan menyambungkan ke alat
penyemprot. Ujung selang dimasukkan kedalam mulut babi dan langsung dipompakan ke
kerongkongan kira-kira 7,5 cm mengarah ke daerah jantung. Setiap ekor babi menerima
dosis 15 cc campuran pada lima jam hari pertama setelah lahir dan 20 cc pada hari kedua

• Pembuatan Tanda dan Nomor

Tiap ekor anak babi dalam seperindukan harus diberi tanda atau nomor dalam
waktu 24 jam setelah lahir guna mengukur penampilan dari kelompok, kebijaksanaan
dalam mengafkir, dan ketegasan dalam menyeleksi bibit pengganti. Para peternak kecil
biasanya memberi tanda pada babi dengan membuat titik-titik pada kulit atau tanda-tanda
tertentu pada bulu. Dipihak lain, para peternak komersial dimana terdapat ratusan bahkan
ribuan anak babi dari berbagai umur dalam kelompok, pembuatan tanda atau nomor dapat
dilakukan dengan cara pemotongan daun telinga dan tattoo. Selain itu bisa juga dengan
menggunakan eartag, cap bakar, phylox, dan sebagainya tetapi cara ini kurang umum
digunakan oleh para peternak babi.

11
Pemeliharaan Ternak Babi Pokok - pokok beternak babi:

Yang perlu diperhatikan terhadap pemeliharaan anak babi antara lain:

1. Anak babi yang berumur 2 minggu diberikan makanan khusus;


2. Terhadap babi umur 4 minggu melakukan kastrasi;
3. Babi umur 6 minggu diadakan vaksinasi;
4. Babi umur 4-8 minggu penyapihan;
5. Babi umur 10 minggu pencegahan atau pemberantasan terhadap penyakit cacing;
6. Babi sangat sensitif terhadap perubahan suhu yang mendadak;
7. Bentuk kandang ikut menentukan efisiensi tenaga, biaya dan produksi;
8. Babi sensitif terhadap penyakit-penyakit parasit seperti cacing, kudis;
9. Pengawasan terhadap gejala babi birahi menentukan sukses tidaknya perkawinan.

Beberapa faktor penting dalam pemeliharaan ternak babi:

1. Berat anak babi waktu lahir 1-1,5 kg;


2. Jumlah anak babi sekali melahirkan 7-14 ekor;
3. Pertambahan berat badan 450-500 gram/hari;
4. Berat penyapihan rata-rata 10-14 kg;
5. Umur untuk dikawinkan pertama kali bagi betina 10-12 bulan, pejantan minimal 8
bulan;
6. Siklus birahi betina rata-rata 21 hari;
7. Lama birahi 2-3 hari, perkawinan dilakukan pada hari kedua saat babi itu birahi;
8. Lama kebuntingan kira-kira 114 hari (3 bulan 3 minggu 3 hari);
9. Induk umumnya melahirkan 2 x setahun;
10. Sebaiknya babi dijual setelah umur 8-9 bulan dengan berat hidup 80-100 kg

Hal-hal lain yang perlu diperhatikan oleh peternak:

1. Berat pada waktu lahir, disapih;


2. Tanggal kelahiran, perkawinan, penyapihan;
3. Banyaknya makanan yang dihabiskan;
4. Kondisi dan penyakit yang timbul;
5. Bangsa babi;
6. Jumlah anak yang dilahirkan;
7. Kelamin/sex anak yang dilahirkan;

12
8. Berat badan waktu dijual;
9. Pertambahan berat badan perhari ;
10. Silsilah induk dan ayah;
11. Selain diambil dagingnya, seperti halnya dengan kotoran ternak lain, kotoran babi
juga dapat digunakan sebagai pupuk setelah kering dan disimpan beberapa saat.

Kastrasi

Anak babi jantan yang tidak dipakai bibit biasanya dikastrasi oleh karena akan
mengurangi pengelolaan dan mencegah perkawinan yang tidak diinginkan. Kastrasi akan
mengurangi konversi makan pada babi. Makin mudah dikastrasi makin gampang
pelaksanaanya dan dilakukan biasanya 7–10 hari sebelum penyapihan. Hal ini akan
membuat babi sudah sembuh pada waktu disapih (Williamson dan Payne, 1993).

Mencret atau diare sangat umum terjadi dalam kehidupan genjik 2 minggu
pertama.Antibodi dalam kolostrum induk sangat membantu pencegahan problem mencret
pada anak babi (Sihombing, 2006). Babi jantan yang digunakan sebagai pejantan pada
umur 10 bulan dapat mengawini 1 sampai 2 ekor babi betina/hari dan dalam seminggu
jangan lebih dari 3 kali kawin. Perbandingan jumlah pejantan dan induk babi 1 ekor : 8 -
10 ekor. Anak babi yang tidak digunakan sebagai calon pejantan sebaiknya segera
dikebiri berumur kira-kira 3 minggu. Babi yang digunakan sebagai calon induk
dikawinkan pertama kali pada umur 9 bulan, sedangkan induk babi yang baru melahirkan
sudah dapat dikawinkan kembali setelah umur 12 minggu atau setelah anaknya disapih.

4.2 Pengobatan dan Pencegahan Penyakit

Pada prinsipnya penyakit yang menyerang babi bisa digolongkan menjadi dua:

1. Penyakit Tak Menular


Misalnya penyakit akibat kekurangan zat-zat makanan tertentu (deficiency) seperti
anemia, bulu rontok, rachitis, keracunan, dan lain-lain.
2. Penyakit Menular
Penyakit yang disebabkan oleh gangguan dari suatu organisme (bakteri, virus dan
parasit) seperti cacing, kutu, dan lain - lain. Berikut ini hal – hal penting yang harus
dilakukan oleh peternak dalm menjalani usaha ternak babi agar ternak babi dapat
terhindar dari berbagai penyakit:

13
1. Kualitas dan kuantitas pakan/ransum diperhatikan;
2. Kualitas air minum diperhatikan;
3. Menjaga kebersihan ternak babi;
4. Melakukan desinfeksi kandang dan peralatan, penyemprotan insektisida terhadap
serangga, lalat dan pembasmian terhadap hama lainnya;
5. Selalu memperhatikan kondisi ternak, termasuk kondisi fisiologis;
6. Pemberian vaksinasi;
7. Memisahkan ternak yang sakit ke kandang isolasi;
8. Segera mengobati ternak yang sakit;
9. Melakukan konsultasi dengan penyuluh peternakan atau dokter hewan;
10. Membakar atau mengubur bangkai babi yang mati karena penyakit hewan
menular dibawah pengawasan Dokter Hewan Peternakan setempat;

4.3 Ransum dan Cara Pemberian Pakan

Makanan untuk babi biasanya merupakan campuran basil-basil pertanian dan


basil-basil ikan, sisa-sisa dapur/warung, hijauan muda sebagai sumber vitamin seperti
kangkung, keladi, ketela pohon, garam dapur dan lain-lain.Susunan makanan yang
diberikan seperti bungkil kelapa, dedak, jagung, sisa-sisa ubi kayu, ubi jalar dan daun-
daun ikutan pertanian. Jumlah makan yang diberikan:  Untuk anak babi berumur
kurang lebih 8 minggu 0,25 kg/ ekor/hari

 Untuk anak babi berumur 1 tahun sebanyak 2 kg/ekor/hari.

 Untuk induk yang tidak menyusui/ tidak bunting kurang lebih 2 kg/ekor/hari.

 Untuk induk babi yang bunting sebanyak kurang lebih 2,5 kg/ekor/hari.

 Untuk induk menyusui 2 kg/ekor/hari ditambah dengan jumlah anak dikalikan 0,25
kg/ekor/hari.

 Untuk pejantan sebanyak 3 – 4 kg/ekor/hari.

Makanan diberikan 2-3 kali sehari dan tidak mutlak harus dimasak karena zat-
zat vitamin dalam campuran makanan yang dimasak akan rusak atau hilang, namun
ada pula yang perlu dimasak seperti ubi kayu, daun keladi dan kacang kedelai sebab
mengandung racun, dapat menimbulkan gatal gatal, mengandung zat anti metabolik.

14
Ternak babi disamping membutuhkan makanan juga membutuhkan air minum yang
bersih setiap hari dan disediakan secara tak terbatas dalam kandang sehingga babi
dapat minum sesuai dengan kebutuhannya.

BAB V

PENUTUP

5.1 Kesimpulan
Keberhasilan manajemen babi bunting sampai beranak akan menghasilkan
peternakan babi secara optimal. Dalam peternakan babi perlu adanya manajemen yang
baik meliputi keadaan kandang, pakan serta sistem pemeliharaannya, karena babi mudah
terserang penyakit dan mikroorganisme. Selain itu juga, untuk meningkatkan
produktivitasnya, perlu diketahui mengenai tatacara pemeliharaan sesuai dengan tahapan
umurnya. Terlebih untuk babi yang baru lahir, karena sejak lahir hingga berumur 10 hari,
anak babi sangat sensitif dalam menghadapi lingkungan yang berat sehingga angka
kematiannya cukup tinggi, terutama jika pemeliharaannya kurang baik.

5.2 Saran
Pada saat pembuatan makalah ini banyak sekali kaendala mencari sumber sebagai
bahan paper,oleh karena itu bila ada kekurangan dalam penulisan paper ini diharapkan
kritik dan saran yang bersifat membangun untuk perbaikan paper ini kedepan.

15
DAFTAR PUSTAKA

Dewi, Gusti Ayu Mayani Kristina. 2017. Materi Ilmu Ternak Babi. Universitas Udayana:
Fakultas Peternakan. Denpasar.

Zuhriyah, Adita. 2009. Manajemen Kelahiran Anak Babi Yang Baru Lahir. Institut Pertanian
Bogor.

Warouw,Zadark M,Panelewan, V dan Mirah,Arie Dp.2014. Analilis Usaha Peternakan Babi


Pada Perusahaan “Kasewean” Kakaskasen II Kota Tomohon.Universitas Sam Ratulangi :
Fakultas Peternakan, Manado.

Girisonta. 1981.Pedoman Lengkap Beternak Babi. Yogyakarta : Kanisius

Sihombing,D.T.H. 2020. Ilmu Ternak Babi.Gadjah Mada Universty Press, Yogyakarta.

Ardana, L.B dan D.K.H. Putra. 2018. Ternak Manjemen Reproduksi,Produksi dan Penyakit.
Udayana University Press. Denpasar.

16

Anda mungkin juga menyukai