KONSEP TEORI
A. Definisi
Peripheral Artery Disease (PAD) adalah suatu penyakit dimana
terganggunya atau tersumbatnya aliran darah dari atau ke jaringan organ.
Sumbatan itu disebabkan oleh plak yang terbentuk di arteri yang membawa
darah ke seluruh anggota tubuh. Plak ini terdiri atas lemak, kalsium, jaringan
fibrosa dan zat lain di dalam darah (Prasetyo, 2015). Menurut Fran (2016),
Peripheral Artery Disease (PAD) adalah semua penyakit yang menyangkut
sindrome arterial non koroner yang disebabkan oleh kelainan struktur dan
fungsi arterial yang mengaliri otak, organ viseral dan keempat ekstremitas.
B. Etiologi
PAD umumnya akibat aterosklerosis yaitu terbentuknya plak pada
pembuluh darah yang membentuk blok sehingga mempersempit dan
melemahkan pembuluh darah.
Penyebab lain PAD antara lain :
1) Gumpalan atau bekuan darah yang dapat memblokir pembuluh darah.
2) Diabetes dalam jangka panjang, gula darah yang tinggi dapat merusak
pembuluh darah. Penderita DM juga memiliki tekanan darah yang tinggi
dan lemak yang banyak dalam darah sehingga mempercapat
perkembangan aterosklerosis.
3) Infeksi Arteri (arteritis)
4) Cidera, bisa terjadi akibat kecelakaan
5) Hiperlipidemia, perokok, hipertensi, obesitas dan lain-lain.
C. Patofisiologi
Mekanisme terjadinya aterosklerosis pada PAD sama seperti yang terjadi
pada arteri koronaria. Proses aterosklerosis lebih sering terjadi pada
percabangan arteri, tempat yang turbulensinya meningkat dan kerusakan
tunika intima. Aterosklerosis pembuluh darah distal lebih sering terjadi pada
pasien usia lanjut dan diabetes mellitus. Aterosklerosis menyebabkan
6
terbatasnya aliran darah arteri sehingga dapat menimbulkan iskemia karena terdapat
ketidakseimbangan antara suplai dengan kebutuhan.
Pada PAD, arteri yang terganggu tidak dapat berespon terhadap stimulus untuk
vasodilatasi. Selain itu, endotel yang mengalami disfungsi pada aterosklerosis tidak
dapat melepaskan substansi vasodilator seperti adenosin serta nitrit oksida dalam
jumlah yang normal. Jika aterosklerosis atau stenosis terjadi sedemikian parah
hingga menyebabkan tidak tercukupinya suplai darah atau oksigen bahkan pada saat
istirahat, akan terjadi kegawatan pada tungkai karena berpotensi besar terjadi
nekrosis jaringan dan ganggren. Iskemia yang terjadi secara intermiten lama
kelamaan dapat menyebabkan perubahan struktur dan fungsi otot seperti
denervasi dan drop out. Hilangnya serat-serat otot dapat menyebabkan
penurunan kekuatan serta atropi otot. Selain itu, serat-serat otot yang masih
dapat digunakan sebenarnya juga sudah mengalami abnormalitas
metabolisme oksidatif pada mitokondria.
7
Pathway Skema
Diabetes Melitus
Resistensi insulin
Glokagon meningkat
Dehidrasi
Resitensi infeksi menurun
Kerusakan Pertumbuhan
vascular pembulu mikroorganisme
darah
Infeksi
Perubahan struktur
Kerusakan intergritas kulit
Gangren
A
Bau HDR
A 8
Penyumbatan Pembulu Darah
Vasokontruksi
Gangguan sirkulasi
Suplai O2 Otak
Sistemik Koroner
menurun
Nyeri Kronis
Intoleransi
Aktivitas
9
D. Manifestasi Klinis
a. Gejala yang tampak :
1) Rasa nyeri pada kaki
2) Denyut nadi lemah
3) Perubahan suhu tubuh.
4) Bulu kaki rontok
b. Gejala yang tidak tampak
1) 90% hanya bisa diketahui dari ABI.
c. Gejala Non Spesifik
1) Kulit dingin, kulit mengkilat
2) Kuku menebal
3) Kurangnya rambut atau bulu kaki
4) Nyeri di dada atau leher
5) Pingsan
6) Kebingungan, sulit untuk melihat pada satu atau kedua mata
7) Kehilangan koordinasi
8) Sakit kepala mendadak
E. Komplikasi
1) Iskemia berat dan nekrosis
2) Ulserasi kulit
3) Gangren yang dapat di ikuti oleh amputasi tungkai
4) Kerusakan pertumbuhan kuku dan rambut
5) Stroke atau serangan iskemia sepintas (TIA)
6) Emboli perifer atau sistemik
F. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan lanjutan yang diperlukan pada kecurigaan adanya PAD
adalah pengukuran anklebrachial index (ABI) yang merupakan rasio tekanan
sistolik pada ankle (kaki) serta brachial (lengan). ABI dianggap normal
apabila ≥1.0 sedangkan indeks kurang dari 0.9 dapat membantu menegakan
diagnosis PAD. Pada kondisi tersebut pasien seringkali sudah mengeluhkan
klaudikasio. Sementara itu, jika indeks sudah mencapai <0.5, pasien biasanya
sudah mengalami klaudikasio pada saat istirahat.
10
Beberapa tes lain yang dapat digunakan untuk menilai perfusi perifer
antara lain adalah sebagai berikut :
1) Pengukuran tekanan sistolik segmental dan pulse volume recordings.
2) Duplex ultrasonography
3) Magnetic resonance angiography, CT angiography, atau intra arterial
contrast angiography (jika akan direncakan dilakukan prosedur
revaskularisasi).
G. Pentalaksanaan
1. Terapi Non-farmakologi
a. Perubahan pola hidup
Berhenti merokok
Menurunkan berat badan pada penderita obesitas (diet dan olahraga)
Menurunkan tekanan darah
Menurunkan kadar kolesterol dalam darah
Menurunkan kadar gula darah jika beresiko diabetes
Olahraga teratur
b. Terapi suportif
Perawatan kaki dengan menjaga tetap bersih dan lembab dengan
memberikan krim atau pelembab
Memakai sandal dan sepatu yang ukurannya pas dari bahan sintetis
yang berventilasi.
Hindari penggunaan bebat plastik karena mengurangi aliran darah ke
kulit
Latihan fisik (exercise) berupa jalan-jalan kaki kira-kira selama 30-
40 menit
2. Penatalaksanaan Medis
1) Angioplasti dan bedah.
11
Dalam beberapa kasus, angioplasti atau pembedahan mungkin
diperlukan untuk mengobati penyakit arteri perifer yang menyebabkan
klaudikasio intermiten.
2) Angioplasti.
Dalam prosedur ini, tabung hampa kecil (kateter) berulir dimasukkan
melalui pembuluh darah ke arteri yang terkena. Balon kecil di ujung
kateter mengembang untuk membuka kembali arteri dan meratakan
penyumbatan ke dinding arteri, sementara pada saat yang sama
peregangan arteri terbuka untuk meningkatkan aliran darah.
3) Operasi Bypass.
Graft bypass menggunakan pembuluh darah dari bagian lain dari
tubuh atau pembuluh darah sintetis. Teknik ini memungkinkan darah
mengalir di sekitar - atau memotong - arteri yang tersumbat atau
menyempit.
4) Terapi trombolitik.
Jika ada bekuan darah yang memblokir arteri, dokter akan
menyuntikkan obat untuk melarutkan gumpalan dalam arteri pada titik
dari bekuan itu.
12
Tanda dan gejala kinis akibat proses arterosklerosis tergantung pada
organ atau jaringan yang terkena. Adanya penyakit arteri oklusif, lokasi
dan beratnya ditegakkan dengan riwayat gejala pada pasien dan dengan
pemeriksaan fisik terutama warna dan suhu ekstremitas dan denyut nadi.
Kuku mungkin menebal dan keruh, kulit mengkilat, atropi dan kering
dengan pertumbuhan rambut yang jarang.
a) Data subjektif
1) Jalan pincang setelah melakukan gerakan badan, terutama jalan.
2) Rasa nyeri atau kram pada betis, punggung bawah, paha, kaki, yang
dapat timbul ketika berjalan dan hilangnya rasa nyeri ketika
istirahat.
3) Iskemia pada ekstremitas.
4) Adanya rasa nyeri sekalipun ketika istirahat.
5) Rasa kebas pada betis atau kaki.
b) Data objektif
1) Nadi pada kedua ekstremitas bawah teraba pada kedua tungkai.
2) Pengisian kapiler lama (3 detik) atau tidak ada pengisian kapiler.
3) Warna kulit pucat, sianosis.
4) Temperatur kulit dingin.
5) Adanya gangren pada jari-jari kaki, tumit kaki.
2. Diagnosis Keperawatan
1) Ketidakefektifan perfusi jaringan perifer berhubungan dengan
penurunan aliran darah arteri.
2) Nyeri kronis berhubungan dengan iskemia otot.
3) Risiko kerusakan integritas kulit berhubungan dengan perubahan
sirkulasi.
4) Intoleransi aktivitas berhubungan dengan klaudikasi.
13
3. Intervensi Keperawatan
14
mmHg dan
Saturasi < 80
mmHg
- Nadi lebih dari
100 x/menit
- Peningkatan
enzim jantung
yaitu CK, AST,
LDL/HDL
17
4. Intoleransi Tujuan : Intervensi :
aktivitas Terjadi peningkatan - Catat frekuensi
berhubungan toleransi pada klien jantung, irama, dan
dengan setelah dilaksanakan perubahan TD
ketidakseimbangan tindakan keperawatan selama dan sesudah
antara suplai selama di RS aktivitas
oksigen dengan Kriteria Hasil : - Tingkatkan
kebutuhan, adanya - Klien berpartisipasi istirahat (di tempat
iskemik/nekrosis dalam aktifitas tidur)
jaringan miokard sesuai kemampuan - Batasi aktivitas
ditandai dengan : klien pada dasar nyeri
- Gangguan - Frekuensi jantung dan berikan
frekuensi jantung, 60-100 x/menit aktivitas sensori
tekanan darah - TD 120-80 mmHg yang tidak berat.
dalam aktivitas - Jelaskan pola
- Terjadinya peningkatan
disritmia bertahap dari
- Kelemahan tingkat aktivitas,
umum contoh bangun dari
kursi bila tidak ada
nyeri, ambulasi dan
istirahat selam 1
jam setelah makan.
- Kaji ulang tanda
gangguan yang
menunjukan tidak
toleran terhadap
aktiVitas atau
memerlukan
pelaporan pada
dokter.
18
Daftar Pustaka
20