Anda di halaman 1dari 15

BAB II

KONSEP TEORI

A. Definisi
Peripheral Artery Disease (PAD) adalah suatu penyakit dimana
terganggunya atau tersumbatnya aliran darah dari atau ke jaringan organ.
Sumbatan itu disebabkan oleh plak yang terbentuk di arteri yang membawa
darah ke seluruh anggota tubuh. Plak ini terdiri atas lemak, kalsium, jaringan
fibrosa dan zat lain di dalam darah (Prasetyo, 2015). Menurut Fran (2016),
Peripheral Artery Disease (PAD) adalah semua penyakit yang menyangkut
sindrome arterial non koroner yang disebabkan oleh kelainan struktur dan
fungsi arterial yang mengaliri otak, organ viseral dan keempat ekstremitas.

B. Etiologi
PAD umumnya akibat aterosklerosis yaitu terbentuknya plak pada
pembuluh darah yang membentuk blok sehingga mempersempit dan
melemahkan pembuluh darah.
Penyebab lain PAD antara lain :
1) Gumpalan atau bekuan darah yang dapat memblokir pembuluh darah.
2) Diabetes dalam jangka panjang, gula darah yang tinggi dapat merusak
pembuluh darah. Penderita DM juga memiliki tekanan darah yang tinggi
dan lemak yang banyak dalam darah sehingga mempercapat
perkembangan aterosklerosis.
3) Infeksi Arteri (arteritis)
4) Cidera, bisa terjadi akibat kecelakaan
5) Hiperlipidemia, perokok, hipertensi, obesitas dan lain-lain.

C. Patofisiologi
Mekanisme terjadinya aterosklerosis pada PAD sama seperti yang terjadi
pada arteri koronaria. Proses aterosklerosis lebih sering terjadi pada
percabangan arteri, tempat yang turbulensinya meningkat dan kerusakan
tunika intima. Aterosklerosis pembuluh darah distal lebih sering terjadi pada
pasien usia lanjut dan diabetes mellitus. Aterosklerosis menyebabkan

6
terbatasnya aliran darah arteri sehingga dapat menimbulkan iskemia karena terdapat
ketidakseimbangan antara suplai dengan kebutuhan.
Pada PAD, arteri yang terganggu tidak dapat berespon terhadap stimulus untuk
vasodilatasi. Selain itu, endotel yang mengalami disfungsi pada aterosklerosis tidak
dapat melepaskan substansi vasodilator seperti adenosin serta nitrit oksida dalam
jumlah yang normal. Jika aterosklerosis atau stenosis terjadi sedemikian parah
hingga menyebabkan tidak tercukupinya suplai darah atau oksigen bahkan pada saat
istirahat, akan terjadi kegawatan pada tungkai karena berpotensi besar terjadi
nekrosis jaringan dan ganggren. Iskemia yang terjadi secara intermiten lama
kelamaan dapat menyebabkan perubahan struktur dan fungsi otot seperti
denervasi dan drop out. Hilangnya serat-serat otot dapat menyebabkan
penurunan kekuatan serta atropi otot. Selain itu, serat-serat otot yang masih
dapat digunakan sebenarnya juga sudah mengalami abnormalitas
metabolisme oksidatif pada mitokondria.

( Fran, H.M. 2016 )

7
Pathway Skema

Penuaan, keturunan, Gaya hidup, Obesitas

Diabetes Melitus

Kerusakan resseptor insulin

Resistensi insulin

Glokagon meningkat

Katabolisme protein Hiperglikemia

Asam amino meningkat Glukosuria

Gluloneogenesis Osmotik diuresis

Penipisan simpanan Poliuria


protein tubuh

Dehidrasi
Resitensi infeksi menurun

Luka Resiko syok Kekurangan volume


cairan dan elektrolit

Kerusakan Pertumbuhan
vascular pembulu mikroorganisme
darah

Infeksi
Perubahan struktur
Kerusakan intergritas kulit
Gangren
A
Bau HDR

A 8
Penyumbatan Pembulu Darah

Vasokontruksi

Gangguan sirkulasi

Otak Pembuluh darah

Suplai O2 Otak
Sistemik Koroner
menurun

Sinkop Vasokonstruksi Iskemik Miocard

Ketidakefektifan Afterload Nyeri Akut


perfusi jaringan meningkat

Nyeri Kronis
Intoleransi
Aktivitas

9
D. Manifestasi Klinis
a. Gejala yang tampak :
1) Rasa nyeri pada kaki
2) Denyut nadi lemah
3) Perubahan suhu tubuh.
4) Bulu kaki rontok
b. Gejala yang tidak tampak
1) 90% hanya bisa diketahui dari ABI.
c. Gejala Non Spesifik
1) Kulit dingin, kulit mengkilat
2) Kuku menebal
3) Kurangnya rambut atau bulu kaki
4) Nyeri di dada atau leher
5) Pingsan
6) Kebingungan, sulit untuk melihat pada satu atau kedua mata
7) Kehilangan koordinasi
8) Sakit kepala mendadak

E. Komplikasi
1) Iskemia berat dan nekrosis
2) Ulserasi kulit
3) Gangren yang dapat di ikuti oleh amputasi tungkai
4) Kerusakan pertumbuhan kuku dan rambut
5) Stroke atau serangan iskemia sepintas (TIA)
6) Emboli perifer atau sistemik

F. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan lanjutan yang diperlukan pada kecurigaan adanya PAD
adalah pengukuran anklebrachial index (ABI) yang merupakan rasio tekanan
sistolik pada ankle (kaki) serta brachial (lengan). ABI dianggap normal
apabila ≥1.0 sedangkan indeks kurang dari 0.9 dapat membantu menegakan
diagnosis PAD. Pada kondisi tersebut pasien seringkali sudah mengeluhkan
klaudikasio. Sementara itu, jika indeks sudah mencapai <0.5, pasien biasanya
sudah mengalami klaudikasio pada saat istirahat.

10
Beberapa tes lain yang dapat digunakan untuk menilai perfusi perifer
antara lain adalah sebagai berikut :
1) Pengukuran tekanan sistolik segmental dan pulse volume recordings.
2) Duplex ultrasonography
3) Magnetic resonance angiography, CT angiography, atau intra arterial
contrast angiography (jika akan direncakan dilakukan prosedur
revaskularisasi).

G. Pentalaksanaan
1. Terapi Non-farmakologi
a. Perubahan pola hidup
 Berhenti merokok
 Menurunkan berat badan pada penderita obesitas (diet dan olahraga)
 Menurunkan tekanan darah
 Menurunkan kadar kolesterol dalam darah
 Menurunkan kadar gula darah jika beresiko diabetes
 Olahraga teratur
b. Terapi suportif
 Perawatan kaki dengan menjaga tetap bersih dan lembab dengan
memberikan krim atau pelembab
 Memakai sandal dan sepatu yang ukurannya pas dari bahan sintetis
yang berventilasi.
 Hindari penggunaan bebat plastik karena mengurangi aliran darah ke
kulit
 Latihan fisik (exercise) berupa jalan-jalan kaki kira-kira selama 30-
40 menit

2. Penatalaksanaan Medis
1) Angioplasti dan bedah.

11
Dalam beberapa kasus, angioplasti atau pembedahan mungkin
diperlukan untuk mengobati penyakit arteri perifer yang menyebabkan
klaudikasio intermiten.

2) Angioplasti.
Dalam prosedur ini, tabung hampa kecil (kateter) berulir dimasukkan
melalui pembuluh darah ke arteri yang terkena. Balon kecil di ujung
kateter mengembang untuk membuka kembali arteri dan meratakan
penyumbatan ke dinding arteri, sementara pada saat yang sama
peregangan arteri terbuka untuk meningkatkan aliran darah.
3) Operasi Bypass.
Graft bypass menggunakan pembuluh darah dari bagian lain dari
tubuh atau pembuluh darah sintetis. Teknik ini memungkinkan darah
mengalir di sekitar - atau memotong - arteri yang tersumbat atau
menyempit.
4) Terapi trombolitik.
Jika ada bekuan darah yang memblokir arteri, dokter akan
menyuntikkan obat untuk melarutkan gumpalan dalam arteri pada titik
dari bekuan itu.

H. Asuhan Keperawatan PAD


1. Pengkajian

12
Tanda dan gejala kinis akibat proses arterosklerosis tergantung pada
organ atau jaringan yang terkena. Adanya penyakit arteri oklusif, lokasi
dan beratnya ditegakkan dengan riwayat gejala pada pasien dan dengan
pemeriksaan fisik terutama warna dan suhu ekstremitas dan denyut nadi.
Kuku mungkin menebal dan keruh, kulit mengkilat, atropi dan kering
dengan pertumbuhan rambut yang jarang.
a) Data subjektif
1) Jalan pincang setelah melakukan gerakan badan, terutama jalan.
2) Rasa nyeri atau kram pada betis, punggung bawah, paha, kaki, yang
dapat timbul ketika berjalan dan hilangnya rasa nyeri ketika
istirahat.
3) Iskemia pada ekstremitas.
4) Adanya rasa nyeri sekalipun ketika istirahat.
5) Rasa kebas pada betis atau kaki.

b) Data objektif
1) Nadi pada kedua ekstremitas bawah teraba pada kedua tungkai.
2) Pengisian kapiler lama (3 detik) atau tidak ada pengisian kapiler.
3) Warna kulit pucat, sianosis.
4) Temperatur kulit dingin.
5) Adanya gangren pada jari-jari kaki, tumit kaki.

2. Diagnosis Keperawatan
1) Ketidakefektifan perfusi jaringan perifer berhubungan dengan
penurunan aliran darah arteri.
2) Nyeri kronis berhubungan dengan iskemia otot.
3) Risiko kerusakan integritas kulit berhubungan dengan perubahan
sirkulasi.
4) Intoleransi aktivitas berhubungan dengan klaudikasi.

13
3. Intervensi Keperawatan

No Diagnosa Tujuan Intervensi


Keperawatan
1. Ketidakefektifan Tujuan : Intervensi :
perfusi jaringan Gangguan perfusi - Monitor Frekuensi
berhubungan jaringan dan irama jantung
dengan iskemik, berkurang/tidak - Observasi
penyempitan/ meluas selama perubahan status
penyumbatan dilakukan tindakan mental
pembuluh darah perawatan di RS. - Observasi warna
arteri ditandai Kriteria Hasil: dan suhu kulit /
dengan : - Daerah perifer membran mukosa
- Daerah perifer hangat - Ukur haluaran urin
dingin - Tidak sianosis dan catat berat
- RR lebih dari - Gambaran EKG tak jenisnya
24 x/menit menunjukan - Kolaborasi berikan
- Kapiler refill perluasan infark cairan IV sesuai
lebih dari 3 - RR 16-24 x/ menit indikasi
detik - Tidak terdapat - Pantau
- Nyeri dada clubbing finger pemeriksaan
- Gambaran foto - Kapiler refill 3-5 diagnostik / dan
torak terdapat detik laboratorium misal
pembesaran - Nadi 60-100x / EKG, elektrolit,
jantung & menit GDA (PaO2,
kongestif paru - TD 120/80 mmHg PaCO2 dan saturasi
( tidak selalu ) O2 ) dan pemberian
- HR lebih dari oksigen.
100 x/menit,
TD > 120/80
AGD dengan :
pa O2 < 80
mmHg, pa
CO2 > 45

14
mmHg dan
Saturasi < 80
mmHg
- Nadi lebih dari
100 x/menit
- Peningkatan
enzim jantung
yaitu CK, AST,
LDL/HDL

2. Nyeri berhubungan Tujuan : Intervensi :


dengan iskemia Nyeri berkurang - Observasi
jaringan sekunder setelah dilakukan karakteristik,
terhadap sumbatan tindakan perawatan lokasi, waktu, dan
arteri ditandai selama di RS. perjalanan nyeri
dengan : Kriteria Hasil: dada.
- nyeri dada - Nyeri dada - Anjurkan pada
dengan / tanpa berkurang misalnya klien
penyebaran dari skala 3 ke 2, menghentikan
- wajah meringis atau dari 2 ke 1 aktifitas selama
- gelisah - ekpresi wajah rileks ada serangan dan
- delirium / tenang, tak tegang istirahat.
- perubahan nadi, - tidak gelisah - Bantu klien
tekanan darah. - nadi 60-100 x melakukan tehnik
menit, relaksasi, misalnya
- TD 120/ 80 mmHg nafas dalam,
perilaku distraksi,
visualisasi, atau
bimbingan
imajinasi.
- Pertahankan
oksigenasi dengan
bikanul contohnya
15
( 2-4 L/ menit)
- Monitor tanda-
tanda vital (nadi &
tekanan darah) tiap
dua jam.
- Kolaborasi dengan
tim kesehatan
dalam pemberian
analgetik.

3. Risiko gangguan Tujuan : Intervensi :


- Anjurkan pasien
integritas kulit b.d. Gangguan integritas
untuk
perubahan sirkulasi kulit tidak terjadi.
menggunakan
ditandai dengan : Kriteria Hasil :
pakaian yang
Eksternal: - Integritas kulit
longgar.
- Hipertermia atau yang baik bisa
- Hindari kerutan
hipotermia dipertahankan
padaa tempat tidur.
- Perubahan status - Melaporkan adanya
- Jaga kebersihan
metabolik gangguan sensasi
kulit agar tetap
- Tulang menonjol atau nyeri pada
bersih dan kering.
- Defisit imunologi daerah kulit yang
- Mobilisasi pasien
-  Perubahan status mengalami
(ubah posisi
nutrisi gangguan.
pasien) setiap dua
    - Perubahan turgor - Menunjukkan
jam sekali.
(elastisitas kulit) pemahaman dalam
- Monitor kulit akan
          proses perbaikan
adanya
kulit dan mencegah
kemerahan.
terjadinya sedera
- Oleskan lotion
berulang.
atau minyak/baby
- Mampu melindungi
oil pada derah
kulit dan
yang tertekan.
mempertahankan
16
kelembaban kulit - Monitor aktivitas
dan perawatan dan mobilisasi
alami. pasien.
- Status nutrisi - Monitor status
adekuat. nutrisi pasien.
- Sensasi dan warna - Memandikan
kulit normal pasien dengan
sabun dan air
hangat
- Gunakan
pengkajian risiko
untuk memonitor
faktor risiko
pasien (Braden
Scale, Skala
Norton).
- Inspeksi kulit
terutama pada
tulang-tulang yang
menonjol dan titik-
titik tekanan ketika
merubah posisi
pasien.
- Jaga kebersihan
selimut.
- Kolaborasi dengan
ahli gizi untuk
pemberian tinggi
protein, mineral
dan vitamin.
- Monitor serum
albumin dan
transferin.

17
4. Intoleransi Tujuan : Intervensi :
aktivitas Terjadi peningkatan - Catat frekuensi
berhubungan toleransi pada klien jantung, irama, dan
dengan setelah dilaksanakan perubahan TD
ketidakseimbangan tindakan keperawatan selama dan sesudah
antara suplai selama di RS aktivitas
oksigen dengan Kriteria Hasil : - Tingkatkan
kebutuhan, adanya - Klien berpartisipasi istirahat (di tempat
iskemik/nekrosis dalam aktifitas tidur)
jaringan miokard sesuai kemampuan - Batasi aktivitas
ditandai dengan : klien pada dasar nyeri
- Gangguan - Frekuensi jantung dan berikan
frekuensi jantung, 60-100 x/menit aktivitas sensori
tekanan darah - TD 120-80 mmHg yang tidak berat.
dalam aktivitas - Jelaskan pola
- Terjadinya peningkatan
disritmia bertahap dari
- Kelemahan tingkat aktivitas,
umum contoh bangun dari
kursi bila tidak ada
nyeri, ambulasi dan
istirahat selam 1
jam setelah makan.
- Kaji ulang tanda
gangguan yang
menunjukan tidak
toleran terhadap
aktiVitas atau
memerlukan
pelaporan pada
dokter.

18
Daftar Pustaka

Fran, H.M. 2016. Handbook of Emergency Cardiovascular Care for Healthcare


Providers. United States of America: AHA.
Prasetyo, J.B. 2015. Ilmu Penyakit Jantung. Surabaya: Airlangga University.
Levefer, J. 2015. Buku Saku Pemeriksaan Laboratorium dan Diagnostik dengan
Implikasi Keperawatan. Jakarta: EGC
Muttaqin, Arif. 2015. Buku Ajar Asuhan Keperawatan Pasien dengan Gangguan
Sistem Kardiovaskuler dan Hematologi. Jakarta : Salemba Medika
19
Wilkinson, Judith. 2016. Buku Saku Diagnosis Keperawatan : Diagnosis
NANDA, Intervensi NIC, Kriteria Hasil NOC Ed. 9. Jakarta : EGC

20

Anda mungkin juga menyukai