PENDAHULUAN
falsafah negara. Dalam hidup bernegara nilai-nilai Pancasila menjadi pondasi negara
Indonesia dan merupakan pandangan filosofis bangsa Indonesia. Oleh karena itu
bernegara.1 Hal ini berarti, setiap aspek penyelanggaraan negara harus bersumber
demokrasi yang genuine, 2 artinya budaya demokrasi tersebut harus berdasarkan pada
budaya asli demokrasi bangsa Indonesia yang tercermin dalam nilai-nilai Pancasila.
akan menjadi rentan terhadap berbagai ancaman budaya dan perilaku tidak
demokratis yang sering muncul di era globalisasi ini. Oleh karena itu, rasa
1
Tim Dosen Fakultas Hukum UPN ”Veteran” Jakarta, Bahan Ajar Pendidikan Pancasila,
Jakarta, UPN “Veteran” Jakarta, 2012. h. 7
2
A. Ubaedillah, Pancasila-Demokrasi-HAM Dan Masyarakat Madani, Jakarta,
PRENADAMEDIA GROUP, 2003, h. 21.
1
Kesadaran akan rasa nasionalisme dan patriotisme dalam membela Negara
merupakan hak dan kewajiban bagi seluruh bangsa Indonesia.3 Hal tersebut
menunjukan bahwa adanya asas demokrasi dalam pembelaan negara yang dapat
mencakup dua arti, yaitu setiap warga negara dapat turut serta dalam menentukan
dengan UUD 1945 atau perundang-undangan yang berlaku, dan dapat diartikan juga
setiap warga negara harus turut serta dalam setiap usaha pembelaan negara, sesuai
sesuatu yang wajib bagi seluruh masyrakat Indonesia, yang dapat diwujudkan sejalan
dengan kenyataan empiris yang berkembang saat ini. Kondisi empiris Indonesia yang
Indonesia (NKRI). Realitas empiris ini menjadi satu kebutuhan Indonesia untuk
Pancasila melalui upaya bela Negara yang berlandaskan pada rasa nasionalisme dan
patriotisme.
Indonesia yang saat ini sedang berada dalam persimpangan arus globalisasi.
3
Indonesia, Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia tahun 1945, Pasal 27 ayat 3.
2
Berdasarkan hal-hal tersebut tim penulis akan memberikan kajian mengenai Peranan
bernegara agar tetap bertahan sebagai filosofi bangsa Indonesia ditengah arus
globalisasi.
Berdasarkan latar belakang yang telah dijelaskan diatas, maka penulisan ini
dibatasi ruang lingkupnya guna berfokus pada objek permasalahan yang akan diteliti.
Penulisan ini berfokus pada bentuk pemberian kepastian hukum kepada masyarakat
3
Indonesia dalam melaksanakan hak dan kewajibannya dalam mempertahankan nilai-
ditengah arus globalisasi yang merupakan bagian dari upaya membela Negara.
a. Jenis Penelitian
Penelitian jika ditinjau dari sudut tujuan penelitian hukum sendiri dibagi menjadi dua,
sosiologis atau empiris (yuridis empiris).4 Dalam penelitian kali ini penulis
b. Pendekatan Penelitian
menggunakan metode:
4
Soerjono Soekanto, Pengantar Penelitian Hukum, Jakarta, Universitas Indonesia (UI-Press),
2008, Cet III, h. 51
4
Undang RI No. 3 tahun 2002 tentang Pertahanan Negara, dan nilai-nilai
2) Pendekatan Kasus (Case Approach) yaitu melakukan telaah pada kasus yang
c. Sumber Data
Dalam penelitian biasanya dibedakan menjadi 2 (dua) antara data yang diperoleh
secara langsung dari masyarakat yang dinamakan data primer, dan data
dari bahan pustaka yang dinamakan data sekunder.5 Sumber data yang
5
Ibid., h. 51.
5
d) Undang-Undang RI No. 3 tahun 2002 tentang Pertahanan Negara
dan tesis.6
3) Bahan Hukum Tersier yaitu bahan hukum pendukung data primer dan
6
Zainuddin Ali, Metode Penelitian Hukum, Jakarta, Sinar Grafika, 2009, h. 54.
6
BAB 2
PEMBAHASAN
Sebagai negara yang majemuk, Indonesia mempunyai berbagai macam suku bangsa,
agama, kepercayaan, adat istiadat, perbedaan ini harus disatukan dalam satu ideologi yaitu
ideologi Pancasila untuk tetap menjadi satu bangsa. Perbedaan yang ada di Indonesia harus
disyukuri dan dijadikan modal untuk membangun negara bukan justru menjadi pemicu untuk
bercerai - berai . Memasuki era reformasi Pancasila mengalami ujian diawali dengan
runtuhnya orde baru yang dimana peran negara khusunya Eksekutif yang dominan berganti
era demokrasi dimana peran legislative yang mengalami bergeseran kekuatan. Terjadinya
konflik di beberapa daerah dan bahkan isu memerdekakan diri untuk daerah yang kemudian
jalan otonomi yang dipilih. Maka dari itu, sebenarnya cukup aneh mengapa Indonesia yang
begitu beragam ini bisa bergabung menjadi satu negara. Faktor-faktornya antara lain adalah
rasa senasib sepenanggungan akibat penjajahan, kesamaan dalam budaya, geografis, Sumpah
Rakyat Indonesia memutuskan untuk merdeka bersama karena suatu keinginan yang
luhur bangsa Indonesia untuk membentuk negara Indonesia yang berdaulat adil dan makmur.
Walau begitu, hal paling mendasar dalam kemerdekaan Indonesia adalah Pancasila. Pancasila
dirumuskan oleh Soekarno yang dikemukakan pada tanggal 1 Juni 1945 dalam pidato
Kesejahteraan Sosial; Ketuhanan. Nama Pancasila itu diucapkan oleh Soekarno dalam
7
pidatonya pada tanggal 1 Juni 1945. Lewat kelima poin yang sudah diungkapkan Soekarno,
hal itu membuka jalan kepada Pancasila yang sekarang kita kenal. Pancasila sebagai ideologi
dimasukkan ke dalam ideologi Pancasila diusulkan secara jelas dan tegas oleh Bung Karno
dalam Pidatonya tanggal 1 Juni 1945 di muka sidang terbuka Dokuritsu Zyunbi Tyoosakai
yang lebih dikenal pula dengan nama Badan Penyelidik Usaha-usaha Persiapan Kemerdekaan
Indonesia (BPUPKI). Pidato Bung Karno itu dimaksud untuk menjawab pertanyaan K.R.T.
Indonesia Merdeka yang kita bentuk, apa dasarnya?". Di awal pidatonya Bung Karno
dinamakan merdeka? ; Di dalam tahun '33 saya telah menulis satu risalah bernama
onafhankelijkheid, political independence, tak lain dan tak bukan, ialah satu jembatan emas
dan di seberang jembatan itulah kita sempurnakan kita punya masyarakat, menyusun
masyarakat Indonesia merdeka yang gagah, kuat, sehat, kekal, dan abadi. Bung Karno
apa (weltanschauung) kita mendirikan negara Indonesia. "Dua dasar yang pertama,
satu : itulah yang dahulu saya namakan Sosionasionalisme"; Bung Karno menjadikan
Kebangsaan sebagai prinsip pertama dengan menyetir pemikiran Ernest Renan tentang syarat
bangsa: "le desir d'etre ensemble" (kehendak akan bersatu) dan senafas dengan Otto Bauer
bahwa bangsa adalah satu persatuan perangai yang timbul karena persatuan nasib. Soekarno
kesejahteraan menjadi satu dulu dinamakan sosiodemokrasi. Prinsip kelima sebagai dasar
8
ketiga menyusun Indonesia merdeka dengan ber-KeTuhanan Yang Maha Esa. Bung Karno
menegaskan hendaknya negara Indonesia menjadi negara yang tiap-tiap orangnya dapat
menyembah Tuhannya dengan cara yang leluasa. Segenap rakyat hendaknya ber-Tuhan
Pancasila sebagai dasar dan falsafah Negara terdapat rumusannya dalam Pembukaan
UUD 1945. Rumusan Pancasila pada alinea ke - 4 didahului oleh 3 alinea. Alinea pertama
menegaskan jiwa anti-kolonialisme yang melekat dalam Pancasila. Alinea kedua menegaskan
yang dengan segala suka dukanya telah mengantarkan rakyat Indonesia dengan selamat ke
depan pintu gerbang Indonesia, yang merdeka, adil dan makmur. Alinea ketiga menegaskan
jiwa pengakuan akan adanya Rahmat Tuhan Yang Maha Kuasa dalam Proklamasi
ideologi terbuka. Sebagai ideologi terbuka, Pancasila harus senantiasa mampu berinteraksi
secara dinamis. Nilai-nilai Pancasila tidak boleh berubah, namun pelaksanaannya harus kita
sesuaikan dengan kebutuhan dan tantangan nyata yang selalu akan kita hadapi dalam setiap
kurun waktu. Pancasila sebagai dasar negara Indonesia haruslah menjadi sebuah acuan dalam
menjalankan kehidupan berbangsa dan bernegara, berbagai tantangan dan ancaman dalam
menjalankan ideologi Pancasila juga tidak mampu untuk menggantikan Pancasila sebagai
Pancasila wajib dipertahankan oleh segenap bangsa Indonesia sebagai dasar negara,
itu membuktikan bahwa Pancasila merupakan ideologi sejati. Oleh karenanya, tantangan di
era globalisasi yang bisa mengancam eksistensi kepribadian bangsa, tidak menjadikan
Indonesia kehilangan jati diri sebagai sebuah bangsa, kendati hidup di tengah-tengah
9
pergaulan dunia. Justru sebaliknya Indonesia harus membangun persaudaraan dunia yang
sarat dengan humanisme. Gandhi pernah berkata: "Saya seorang nasionalis, tetapi
Gandhi yang menguatkan persaudaraan sejati antar bangsa (internasionalisme) dan senafas
dengan pemikiran Bung Karno yang menyatakan : "Internasionalisme tidak dapat hidup
subur, kalau tidak berakar di dalam buminya nasionalisme; dan nasionalisme tidak dapat
hidup subur kalau tidak hidup dalam taman sarinya internasionalisme. Nasionalisme yang
yang lahir dari cinta pada tanah air. Nasionalisme yang cinta pada tanah air sesungguhnya
Tantangan lain dan bahkan menjadi ancaman serius yang menggugat alasan sebuah
keberadaan ("Raison D'etre") nilai-nilai luhur Pancasila adalah radikalisme. Saat ini,
menjadi Tuan di rumah sendiri. Api intoleransi menyambar dimana-mana, penyebar ujaran
kebencian, berita palsu dan bohong (hoaks) dapat berlindung di balik kebebasan berpendapat
dan menarik simpati massa. kebebasan berpendapat individu yang menganut paham radikal
justru mendapatkan tempat persembunyiannya. Pancasila yang lahir dari rahimnya Ibu
Pertiwi seharusnya menjadi jiwa bangsa dan antitesis terhadap segala bentuk dan manifestasi
radikalisme. Pengalaman empiris Pancasila sejak kelahirannya 1 Juni 1945 sudah terbukti
berfungsi sebagai antibodi bagi demokrasi melawan radikalisme: intoleransi.. Pancasila tak
lain dan tak bukan adalah komunalisme. Soekarno pernah berkata: "Apa guna grondwet kalau
ia tidak dapat mengisi perut orang yang hendak mati kelaparan, maka karena itu, jikalau kita
betul-betul hendak mendasarkan negara kita kepada paham kekeluargaan, paham tolong
menolong, paham gotong royong dan keadilan sosial, enyahkan tiap-tiap pikiran, tiap-tiap
7
Soekarno, Di Bawah Bendera Revolusi, 1964, hal. 5
10
paham individualisme dan liberalisme daripadanya".Nilai-nilai luhur Pancasila akhirnya
menjadi magnet pemersatu bagi bangsa dan negara Indonesia dengan segala kekayaan dan
keberagamannya: dengan luas 1.913.578 KM2, 34 Propinsi, 17.504 Pulau, 1128 Suku, 269
Juta Jiwa, 6 Agama, dan 546 Bahasa Daerah Aktif (BPS, Mei 2019). Sila Ketuhanan Yang
Maha Esa seharusnya dapat mengembangkan nilai-nilai etik, moral, spiritual dan terwujud
dalam sikap menghargai orang lain yang berlainan agama/kepercayaan. Sila Kemanusiaan
yang Adil dan Beradab memberi harapan bertumbuhnya peradaban bangsa, perkembangan
ilmu pengetahuan dan teknologi yang sarat dengan nilai-nilai kemanusiaan, yang terwujud
dalam sikap saling mencintai sesama manusia. Sila Persatuan Indonesia menjadi perekat
perbedaan dan keberagaman, yang terwujud dalam sikap cinta kepada tanah air,
menempatkan kepentingan negara dan bangsa di atas kepentingan pribadi dan golongan. Sila
nilai-nilai kedaulatan rakyat, dan patuh pada putusan rakyat yang sah. Sila Keadilan Sosial
bagi Seluruh Rakyat Indonesia yang mampu mewujudkan kesejahteraan sosial tanpa
ekploitasi manusia atas manusia, terwujud dalam sikap sama rasa sama bahagia. Akhirnya
pada 1 Juni 2016, Presiden Republik Indonesia ke-7, Ir. H. Joko Widodo menandatangani
Keputusan Presiden Nomor 24 Tahun 2016 tentang Hari Lahir Pancasila, 1 Juni 1945.
Sebelumnya, Bung Karno pernah mengadakan acara peringatan hari lahir Pancasila I pada 1
Seluruh rakyat Indonesia bersyukur kepada Tuhan Yang Maha Esa dan secara tulus
negarawan sejati, Presiden RI ke-7 dan ke-8, Ir. H. Joko Widodo, karena lewat beliau lahir
8
Antonius Dieben, Memperingati Hari Lahir Pancasila ke-74 (1 Juni 2019), Kompasiana
11
Sebagai suatu ideologi bangsa dan negara Indonesia maka Pancasila pada hakikatnya
bukan hanya merupakan suatu hasil perenungan atau pemikiran seseorang atau sekelompok
orang sebagaimana ideologi-ideologi lain di dunia. Namun Pancasila diangkat dari nilai-nilai
adat istiadat, nilai-nilai kebudayaan serta nilai religius yang terdapat dalam pandangan hidup
menentukan eksistensi suatu bangsa dan negara. Ideologi membimbing bangsa dan negara
untuk mencapai tujuannya melalui berbagai realisasi pembangunan. Hal ini disebabkan
dalam ideologi terkandung suatu orientasi praksis. Selain sebagai sumber motivasi ideologi
juga merupakan sumber semangat dalam berbagai kehidupan negara. Ideologi akan menjadi
realistis manakala terjadi orientasi yang bersifat dinamis antara masyarakat bangsa dengan
ideologi, dengan demikian ideologi akan bersifat terbuka dan antisipatif bahkan bersifat
bangsanya. Oleh karena itu, agar ideologi mampu menampung aspirasi para masyarakat
untuk mencapai tujuan dalam bermasyarakat, berbangsa dan bernegara maka ideologi
tersebut haruslah bersifat dinamis terbuka antisipatif yang mampu mengadaptasikan dirinya
marxisme komunisme. (3) Pengalaman sejarah politik kita di masa lampau sewaktu pengaruh
komunisme sangat besar. (4) Pancasila sebagai asas dalam hidup bermasyarakat berbangsa
dan bernegara. Keterbukaan ideologi bukan saja merupakan suatu penegasan kembali dari
pola pikir yang dinamis dari para pendiri negara kita dalam tahun 1945 tetapi juga merupakan
suatu kebutuhan konseptual dalam dunia modern yang berubah dengan cepat. Pancasila
sebagai ideologi yang tebuka, di satu pihak akan membangkitkan kesadaran akan nilai-nilai
12
dasarnya yang bersifat abadi, serta dilain pihak didorong untuk mengembangkannya secara
kreatif dan dnamis untuk menjawab kebutuhan zaman. 9 Ciri khas ideologi terbuka ialah
bahwa nilai-nilai dan cita-citanya tidak dipaksakan dari luar, melainkan digali dan diambil
dari kekayaan rohani, moral dan budaya masyarakatnya sendiri. Dasarnya dari konsensus
sendiri. Oleh sebab itu, ideologi terbuka adalah milik dari semua rakyat dan masyarakat dapat
menemukan dirinya di dalamnya. Ideologi terbuk bukan hanya dapat dibenarkan melainkan
dibutuhkan. Nilai-nilai dasar menurut pandangan negara modern bahwa negara modern hidup
Ideologi terbuka adalah ideologi yang dapat berinteraksi dengan perkembangan zaman
dan adanya dinamika secara internal. Sumber semangat ideologi terbuka itu sebenarnya
terdapat dalam Penjelasan Umum UUD 1945, yang menyatakan, “ .. terutama bagi negara
baru dan negara muda, lebih baik hukum dasar yang tertulis itu hanya memuat aturan-aturan
pokok, sedangkan aturan-aturan yang menyelenggarakan aturan pokok itu diserahkan kepada
Selanjutnya dinyatakan, “... yang sangat penting dalam pemerintahan dan dalam hidupnya
bernegara ialah semangat, semangat para penyelenggara negara, semangat para pemimpin
pemerintahan” sehingga Hatta perna hberpendapat bahwa elite bangsa sendiri akan bisa lebih
Pembangunan Nasional
9
A.Aco Agus, Relevensi Pancasila Sebagai Ideologi Terbuka Di Era Reformasi
13
2.2.1. Peranan Kesadaran Bela Negara sebagai Dasar Pertahanan Nasional
Indonesia, didasari oleh keinginan untuk melepaskan diri dari penjajah. Keinginan
untuk bebas dari penjajah ini, kemudian dibalut oleh sebuah rasa nasionalisme.
Sumpah Pemuda terjadi tahun 1928, sampai pada Proklamasi Kemerdekaan tahun
1945. Berangkat dari ketiga momentum besar tersebut, maka terbentuklah rasa
nasionalisme tersebut yang dapat memperkuat ketahanan nasional hingga saat ini,
dalam cita-cita maupun tujuan negara. Undang-Undang No. 3 tahun 2002 tentang
Pertahanan Negara, keikutsertaan warga negara dalam bela negara secara fisik dapat
dilakukan dengan menjadi anggota Tentara Nasional Indonesia dan Pelatihan Dasar
keikutsertaan warga negara dalam bela negara secara non fisik dapat diselenggarakan
yang dapat diandalkan dalam menghadapi berbagai upaya dan gerakan yang
harus berada paling depan dalam menghadapi ancaman-ancaman yang muncul di era
globalisasi. TNI adalah aset bangsa dan negara yang harus ditumbuhkembangkan
14
dalam menggelorakan semangat bela negara dan mengembangkan wawasan
Di tengah arus globalisasi saat ini terjadi penjajahan ekonomi, penjajahan sosial
tersebut tidak dapat dibiarkan karena dapat mengancam dan meruntuhkan NKRI.
Setiap warga negara Indonesia harus menempatkan bela negara di atas kepentingan
pribadi. Jika bela negara di Indonesia telah kuat dan kokoh, maka keutuhan NKRI
Bela negara sebagai benteng negara dari ancaman atau serangan musuh
merupakan upaya sangat penting dan mendesak untuk terus ditingkatkan kadarnya.
Bela negara harus melekat dalam diri setiap warga negara Indonesia agar tidak mudah
tersulut konflik dan provokasi atau melakukan aksi separatisme, radikalisme, dan
terorisme yang mengganggu keamanan dan ketertiban negara. Kondisi negara yang
tidak aman dan tertib akan menjadi terganggu dalam melaksanakan pembangunan di
daerah, TNI, POLRI, pelaku usaha, dan berbagai elemen masyarakat harus
10
Tuhana Taufiq Andrianto, Paradigma Baru Bela Negara Implementasi dan
Pengembangannya di Era Globalisasi, cet. ke-1 (Yogyakarta: Global Pustaka
Utama, 2015) hlm. 130.
15
ditingkatkan sehingga memungkinkan untuk menciptakan kebijakan yang sesuai
Keterlibatan warga negara dalam bela negara secara non fisik dapat dilakukan
dalam berbagai bentuk, sepanjang masa dan dalam segala situasinya. Warga negara
yang memiliki kesadaran terhadap bela negara akan membuat negara memiliki
ketahanan nasional yang kuat. Dengan demikian, kesadaran tersebut akan muncul
setelah seseorang memiliki pemahaman terhadap sesuatu. Adapun yang dimiliki oleh
bangsa Indonesia sesuatu itu yakni sejarah perjuangan akan masa lalu dalam berbagai
itu sendiri, yang ingin bebas dari penjajahan. Peran Bela Negara dalam Menentukan
masa damai maupun masa perang didasarkan pada refleksi spektrum bela negara
yang harus dipahami oleh semua warga negara. Melalui hal tersebut sesungguhnya
diingatkan, bahwa setiap warga negara Indonesia maupun bangsa lainnya untuk
nasionalnya.
Klasifikasi bela negara ini tidak pada pemahaman bahwa bela negara harus
angkat senjata atau secara fisik, melainkan saat ini bela negara kontekstualisasinya
jauh lebih luas bahkan paling lunak sampai pada bentuk yang keras. Bela negara
dalam bentuk lunak masuk klasifikasi aspek psikologis dan aspek fisik. Aspek
psikologis ini yang tercermin dalam jiwa, karakter, sikap, bahkan jati diri dari setiap
warga negara. Adapun aspek fisik ini sendiri perwujudannya dalam bentuk tindakan
16
nyata dalam berbagai keseharian negara, yang menjunjung negara Indonesia. Bela
negara pada konteks keras merupakan bentuk hak dan kewajiban warga negara (the
rights and obligations of citizens) yang diwujudkan secara fisik untuk menghadapi
ancaman militer negara lain. Dalam konteks yang lebih luas, negara sebenarnya telah
tanggung jawab.
Klasifikasi bela negara dari yang lunak sampai keras tidak boleh terputus dan
harus berkelanjutan. Bahkan sangat sulit dipungkiri saat ini memberikan pemahaman
dan meningkatkan peran bela negara lebih kompleks maupun komprehensif pada saat
masa damai menjadi kunci keberhasilan dari terselenggaranya peran bela negara agar
dan Bernegara
adalah Thomas S. khun dalam bukunya yang berjudul the structure of scientific
11
Armaidy Armawi dan Darto Wahidin “Ketahanan Nasional dan Bela
Negara” Wira Media Informasi Kementerian Pertahanan, Puskom Publik Kemhan,
Jakarta, 2018, hlm. 10.
17
“Paradigma adalah asumsi-asumsi dasar dan asumsi-asumsi nilai (merupakan
sumber nilai) sehingga merupakan suatu sumber hukum, metode serta penerapan
dalam ilmu pengetahuan yang menentukan sifat, ciri serta karakter ilmu
pengetahuan sendiri.”12
dari semua pembentukan sebuah kata yang memperlihatkan konjugasi dan deklinasi
kata tersebut. 2. Model dalam teori ilmu pengetahuan. dan 3. Kerangka berpikir.13
Dasar paradigma adalah adalah suatu asumsi-asumsi dasar dan teoritis yang
umum (merupakan suatu sumber nilai) sehingga merupakan suatu sumber hukum,
metode serta penerapan dalam ilmu pengetahuan sehingga sangat menentukan sifat,
ciri serta karakter ilmu pengetahuan itu sendiri. 14 Paradigma juga dapat dikatakan
sumber acuan yang menjadi bahan pertimbangan bagi proses berpikir dan bertindak.
Dengan kata lain paradigma adaiah sumber nilai, sumber acuan, dan kerangka
berpikir. Peran paradigma dalam proses berpikir dan bertindak adalah merupakan
pengambilan keputusan.15
18
2.3.2. Pancasila sebagai Paradigma dalam Pembangunan Politik.
hak dasar kemanusiaan yang di dalam istilah ilmu hukum dan kenegaraan disebut hak
asasi manusia. Dalam sistem politik negara harus mendasarkan pada kekuasaan yang
terjelma sebagai rakyat. Selain sistem politik negara Pancasila memberikan dasar-
Sumber nilai politik harus mengacu pada nilai-nilai Pancasila. Sila pertama dan
Pancasila sila ke-4 menunjukan prinsip dasar dalam politik Indonesia dimana
semua praktek-praktek politik harus berkembang atas asas kerakyatan. Hal ini
menganut sistem politik demokrasi dimana kekuasaannyan dari rakyat, oleh rakyat
dan untuk rakyat. Selain itu perwujudan Pancasila dalam pengembangan kehidupan
16
Arif Hakim, “Makalah Kehidupan Berbangsa Dan Bernegara” (Universitas Sultan Ageng Tirtayasa,
2011).
17
Ibid.
19
1. Mewujudkan tujuan Negara demi peningkatan harkat dan martabat Indonesia.
4. Para penyelenggara Negara dan para politisi senantiasa memegang budi pekerti
ekonomi Indonesia harus mendasarkan pada moralitas ketuhanan (sila pertama) dan
kemanusiaan (sila kedua). Hal itu bertujuan untuk mensejahterakan rakyat secara
monopoli serta persaingan bebas yang nantinya akan memberikan keuntungan besar
pada pihak-pihak yang kuat dalam bidang ekonomi. Seperti halnya, di era saat ini
Sesuai dengan UUD 1945 pasal 33, menyebutkan bahwa sistem persaingan
bebas dan monopoli dilarang dalam perekonomian. Mengenai pasal 33 ini, penjelasan
18
Kabul Budiyono, Pendidikan Pancasila Untuk Perguruan Tinggi, ed. by Riduwan, 1st edn
(Bandung: ALFABETA, 2012), h168.
20
UUD 1945 menyatakan: “Dalam Pasal 33 tercantum dasar demokrasi ekonomi,
produksi dikerjakan oleh semua, untuk semua dibawah pimpinan atau penilikan
dalam masyarakat. Nilai-nilai yang ada pada masyarakat pada hakikatnya merupakan
sudah mulai tertimbun oleh budaya-budaya barat yang masuk ke Indonesia. Nyaris
semua penduduk Indonesia terpengaruh oleh budaya-budaya tersebut baik itu budaya
yang bersifat positif maupun budaya yang negatif. Dengan masuknya berbagai
19
Ibid.
20
Kaelan, Pendidikan Pancasila, 2nd edn (Yogyakarta: PARADIGMA, 2014), h232.
21
berkembang dalam ruang lingkupnya dan mereka lebih memilih budaya-budaya
bangsa barat yang bahkan tidak sesuai dengan nilai-nilai yang terkandung dalam
seperti gaya berpakaian yang meniru bangsa barat, berbagai macam tarian-tarian
Dalam UUD 1945 telah ditegaskan bahwa negara Indonesia merupakan negara
hukum, bukan negara kekuasaan. Eksistensi Indonesia sebagai negara hukum ditandai
merupakan sumber dari segala sumber hukum, dengan demikian semua peraturan
sebagai Dasar Negara.22 Pembukaan UUD 1945 yang memuat Pancasila tidak boleh
21
Asip Suyadi, “Pancasila Sebagai Paradigma Pembangunan Hukum,” Jurnal Surya Kencana Satu 9,
no. 1 (2018): 1–18.
22
Dimas Hutomo, “Kedudukan Pancasila Sebagai Sumber Hukum Negara,” Hukum online, 2019,
https://www.hukumonline.com/klinik/detail/ulasan/lt5cdbb96764783/kedudukan-Pancasila-sebagai-
sumber-hukum-negara.
22
dirubah oleh siapapun juga termasuk MPR. Hal ini didasarkan pada Pasal 3 dan
hukum di negara harus mendasarkan pada tujuan demi kesejahteraann hidup manusia
sebagai makhluk Tuhan (sila pertama dan kedua), harus mendasarkan pada tujuan
demi kepentingan warga dalam seluruh warga sebagai warga negara (sila ketiga),
dalam hidup masyarakat (sila kelima). Oleh karena itu, negara Indonesia adalah
negara hukum berdasarkan Pancasila. Dengan kata lain, negara hukum Indonesia
memiliki ciri-ciri khas Indonesia. Karena Pancasila diangkat sebagai dasar pokok dan
sumber hukum, negara hukum Indonesia bisa juga dinamakan negara hukum
Pancasila.24
tanggung jawab penyelenggara negara saja, tetapi juga rakyat Indonesia secara
paradigma hukum adalah bahwa Negara Indonesia merupakan negara kesatuan yang
23
Budiyono, Pendidikan Pancasila Untuk Perguruan Tinggi.
24
Suyadi, “Pancasila Sebagai Paradigma Pembangunan Hukum.”
23
menjunjung tinggi persatuan, hal ini adalah syarat mutlak untuk membangun
indonesia mewujudkan keadilan sosial bagi seluruh rakyat indonesia. Dalam rangka
Indonesiaa merdeka itu harus berdasarkan ketuhanan yang Maha Esa menurut dasar
kemanusiaan yang adil dan beradab. Negara indonesia bukanlah negara satu agama
sehingga sumber hukum yang diambil bukanlah sumber hukum yang berasal dari satu
Umat Beragama.
mengatas namakan Tuhan. Mereka mengaku-ngaku bahwa agamanya lah yang paling
benar. Dalam kasus ini, terlihat semakin melemahnya toleransi dalam kehidupan
beragama sehingga menyimpang dari asas kemanusiaan yang adil dan beradab.
beragama untuk dapat hidup secara damai dalam kehidupan beragama di negara
Indonesia. Sesuai dengan nilai-nilai yang terkandung pada nilai Pancasila sila
pertama dan sila kedua yang berbunyi ketuhanan yang esa dan kemanusiaan yang adil
dan beradab. Negara Indonesia sangat terbuka dengan umat beragama lainya. Negara
Indonesia juga memberikan kebebasan kepada warganya untuk memeluk agama serta
25
Kaelan, Pendidikan Pancasila.
24
Indonesia harus lebih dikembangkan ke arah terciptanya kehidupan bersama
beradab.
Ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK) adalah hasil dari upaya manusia
yang meliputi aspek akal, rasa, dan kehendak dalam meningkatkan kesejahteraan dan
IPTEK sebagai hasil kebudayaan manusia yaitu harus didasarkan pada moral
ketuhanan dan kemanusiaan yang adil dan beradap. Pancasila yang merupakan suatu
pada beberapa jenis pemahaman. Pertama, bahwa setiap IPTEK yang dikembangkan
sendiri. Ketiga, bahwa nilai-nilai Pancasila berperan sebagai rambu normatif bagi
tidak keluar dari cara berpikir dan cara bertindak bangsa Indonesia. Keempat, bahwa
setiap pengembangan IPTEK harus berakar dari budaya dan ideologi bangsa
26
Sobirin and Ahmad, “Pancasila Sebagai Paradigma Kehidupan Dalam Bermasyarakat, Berbangsa
Dan Bernegara.”
25
Indonesia sendiri atau yang lebih dikenal dengan istilah indegenisasi ilmu
(mempribumian ilmu).27
Sila pertama yaitu ketuhanan yang maha esa memberikan arti bahwa IPTEK
tidak hanya memikirkan apa yang ditemukan, dibuktikan dan diciptakan, namun juga
pengaruh pada kesejahteraan fisik namun juga nonfisik. Sila pertama menempatkan
manusia di alam semesta bukan sebagai pusatnya tetapi sebagai bagian yang
Sila kemanusiaan yang adil dan beradap memberikan dasar moralitas bahwa
kesejahteraan umat manusia. IPTEK adalah hasil budaya manusia yang beradab dan
bermoral. IPTEK bukan hanya untuk kepentingan pribadi ataupun bukan untuk
dapat memunculkan persatuan.31 Untuk itu, ilmuwan dan ahli teknik Indonesia perlu
27
Surajiyo, “Pancasila Sebagai Dasar Nilai Pengembangan Ilmu Dan Teknologi Di Indonesia,”
Journal Lppm Unindra 1 (2013): 123–44.
28
Sobirin and Ahmad, “Pancasila Sebagai Paradigma Kehidupan Dalam Bermasyarakat, Berbangsa
Dan Bernegara.”
29
Aw, “Indonesia, Penguatan Pancasila Segbagi Fondasi Negara Kesatuan Republik.”
30
Sobirin and Ahmad, “Pancasila Sebagai Paradigma Kehidupan Dalam Bermasyarakat, Berbangsa
Dan Bernegara.”
31
Ibid.
26
Kerja sama yang sinergis antar individu dengan kelebihan dan kekurangannya
Para pengembang IPTEK harus bersikap terbuka, artinya terbuka untuk dikritik,
Sila keadilan sosial bagi seluruh rakyat indonesia, memberikan arti bahwa
manusia dengan tuhannya, manusia dengan manusia, manusia dengan masyarakat dan
bahwa sila-sila Pancasila dijadikan sebagai sumber nilai, kerangka berpikir, dan
moral dalam upaya pengembangan IPTEK. Dengan begitu Pancasila sebagai dasar
32
Surajiyo, “Pancasila Sebagai Dasar Nilai Pengembangan Ilmu Dan Teknologi Di Indonesia.”
33
Sobirin and Ahmad, “Pancasila Sebagai Paradigma Kehidupan Dalam Bermasyarakat, Berbangsa
Dan Bernegara.”
34
Ibid.
27
2.3.9. Peranan Kesadaran Bela Negara sebagai Dasar Pembangunan Nasional
negara untuk melaksanakan tugas mewujudkan tujuan nasional yang termaktub dalam
1. Pembangunan Politik
6. Pembangunan Ekonomi
7. Pembangunan Daerah
8. Pembangunan Infrastruktur
A. Visi Nasional
35
Sumber BAPPENAS “Pembangunan Jangka Panjang 2005-2025” Sektor utama yang menjadi fokus
utama
28
Visi nasional pembangunan jangka panjang adalah terciptanya manusia yang
sehat, cerdas, produktif, dan berakhlak mulia dan masyarakat yang makin sejahtera
maju, mandiri, dan merata di seluruh wilayah didukung oleh penyediaan infrastruktur
yang memadai serta makin kokohnya kesatuan dan persatuan bangsa yang dijiwai
oleh karakter yang tangguh dalam wadah Negara Kesatuan Republik Indonesia yang
Kondisi sarana dan prasarana di Indonesia saat ini masih ditandai oleh
prasarana yang ada belum sepenuhnya dapat menjadi tulang punggung bagi
wilayah.
pengembangan, dan rekayasa teknologi telah dimanfaatkan oleh pihak industri dan
36
Sumber BAPPENAS “Pembangunan Jangka Panjang 2005-2025” Visi dan misi
29
penelitian, transparansi ilmiah, dan aktivitas diseminasi hasil penelitian dan
pemanfaatan iptek dinilai masih belum memadai untuk meningkatkan daya saing. Hal
itu ditunjukan, antara lain, oleh masih rendahnya sumbangan iptek di sektor produksi,
Saat ini Indonesia telah memasuki era globalisasi yang juga dikenal dengan
era revolusi industri 4.0. Persaingan antara negara dalam era globalisasi yang dinamis
ini dapat berdampak terhadap perubahan sistem politik, hukum, mental dan budaya,
serta penghayatan terhadap ideologi suatu bangsa. Pola perubahan akibat proses
ekonomi antar bangsa serta saling ketergantungan satu dengan yang lain memiliki
konsekuensi terhadap pentingnya kesadaran bela negara dalam era globalisasi yang
memiliki dinamika yang tinggi. Indonesia juga harus mengembangkan strategi dalam
persaingan global agar tidak terjadi ancaman terhadap eksistensi dan keutuhan
negara.
adalah revitalisasi nilai-nilai Pancasila sebagai dasar negara, sumber dari segala
sumber hukum sebagai modalitas kekuatan dan pengikat jati diri bangsa dalam
tersebut, kesadaran bela negara untuk memperkuat jati diri dan memperkuat
30
persatuan nasional merupakan sebuah keniscayaan yang wajib dilakukan oleh bangsa
ditetapkan sebagai pandangan hidup dan dasar negara Pancasila. Pancasila lahir
sebagai dasar negara bersama dengan konstitusi UUD 1945 yang implementasinya
Bela Negara adalah sikap dan perilaku warga negara yang dijiwai oleh
a. Pasal 27 ayat (3) yang berbunyi bahwa “Setiap warga negara berhak dan wajib
b. Pasal 30 ayat (1) yang berbunyi bahwa “Tiap-tiap warga negara berhak dan wajib
a. Pasal 9 ayat (1) berbunyi bahwa “Setiap warga negara berhak dan wajib ikut serta
negara”.
b. Pasal 9 ayat (2) berbunyi keikutsertaan warga negara dalam upaya bela negara,
31
1. Pendidikan Kewarganegaraan;
Tiap warga negara berhak dan wajib ikut serta dalam usaha pembelaan
bela negara itu hakikatnya kesediaan berbakti pada negara dan kesediaan berkorban
membela negara. Spektrum bela negara itu sangat luas, mulai dari hubungan baik
bersenjata, dimulai dengan terbinanya hubungan baik antar sesama warga negara
hingga proses kerjasama untuk menghadapi ancaman dari pihak asing secara nyata.
Pengertian atau konsep bela negara secara umum adalah bersikap dan berbuat
yang terbaik bagi bangsa dan negara dalam rangka mempertahankan keamanan
nasional.
bangsa merupakan kewajiban seluruh rakyat Indonesia tanpa terkecuali. Oleh karena
itu, dengan melaksanakan kewajiban bela bangsa tersebut, merupakan bukti dan
proses bagi seluruh warga negara untuk menunjukkan kesediaan mereka dalam
berbakti pada nusa dan bangsa, serta kesadaran untuk mengorbankan diri guna
membela negara. Hal ini merupakan sebuah bukti adanya rasa nasionalisme yang
32
diwujudkan ke dalam sebuah sikap dan perilaku warga negara dalam posisinya
sebagai warga negara. Didalam konsep pembelaan negara, terdapat falsafah mengenai
cara bersikap dan bertindak yang terbaik untuk negara dan bangsa.
Didalam proses pembelaan bangsa, ada beberapa hal yang menjadi unsur-
kelima sila Pancasila yang diterapkan dalam kehidupan sehari-hari. Kesadaran untuk
Sehingga hal ini bisa mencegah adanya pengakuan dari negara lain yang
Untuk para pelajar, bisa diwujudkan dengan sikap rajin belajar sehingga pada
nantinya akan memunculkan sumber daya manusia yang cerdas serta mampu
menyaring berbagai macam informasi yang berasal dari pihak asing agar masyarakat
tidak akan terpengaruh dengan adanya informasi yang menyesatkan dari budaya
asing. Kepatuhan dan ketaatan pada hukum yang berlaku akan menciptakan
39
https://www.wantannas.go.id/2018/10/19/bela-negara-pengertian-unsur-fungsi-tujuan-dan-manfaat-
bela-negara/
33
tengah masyarakat, sebagai perwujudan rasa cinta tanah air dan bela bangsa.
merampas hak warga negara lain untuk mendapatkan kesejahteraan dan membantu
Sampai saat ini debat dan polemik tentang konsep dan definisi keamanan
sebagai salah satu unsur dari keamanan nasional. Sebaliknya dari kalangan
kepolisian, pemahaman atas keamanan nasional lebih banyak berangkat dari konsepsi
fungsional. Perwira tinggi dan pemikir Polri bertolak dari pemahaman bahwa
“pertahanan” sebagai suatu upaya dan “keamanan” sebagai suatu hasil (out come)
dari upaya tersebut. Upaya membangun keamanan nasional dalam suatu sistem akan
Negara diletakkan dalam kaitan maupun mengatasi ancaman dari Negara lain.
Pertahanan adalah upaya sebuah Negara untuk menjaga kelanggengan hubungan serta
40
Edy Prasetyono, Konsep-Konsep Keamanan, dalam Merumuskan Kembali Kebangsaan
Indonesia, Jakarta: CSIS, 2006, hlm. 267.
34
kedaulatan dari ancaman militer dari luar negeri. Sedangkan keamanan dalam negeri
merupakan upaya sebuah Negara untuk mengatasi ancaman dari dalam negeri yang
nasional, maka setiap ancaman yang datang dari dalam negeri pada hakekatnya
hukum. Masalahnya, sebuah Negara yang baik, tetapi tidak menjamin penegakkan
dan perlindungan hak asasi manusia warganegara, sehingga muncul konsep human
persepsinya sebagai kewajiban suatu Negara untuk melindungi dan menegakkan hak
kalangan Polri, bahwa keamanan Negara hanyalah satu bidang keamanan yaitu upaya
menjamin keamanan Negara sebagai suatu entitas. Walau saling terkait, keamanan
Negara berada pada domain yang berbeda dengan keamanan umum. Keamanan
Kelompok orang dalam domain pertama disebut rakyat yang terikat dalam
dalam pesetambatan sosial. Karena itu bagi Farouk Muhammad, ancaman terhadap
35
manusia/kelompok/masyarakat. Bangunan konsepsi keamanan seperti itu didasarkan
pada rumusan TAP MPR No. VII yang merupakan tindak lanjut pemisahan TNI-Polri
pula rumusan UUD 1945 Pasal 30 ayat (4) menyatakan bahwa, “menjaga keamanan
tetapi terkait dengan jaminan ketertiban sosial dan keadilan yang merupakan bagian
dari aspek kesejahteraan. Konsep peran Polri dalam siskamrata sebenarnya sudah
tinggi kemanusiaan dan HAM, paham rakyat semesta (people power) sudah tidak
lazim diadopsi. Siskamrata dalam konteks UUD Tahun 1945 lebih dipahami sebagai
segala macam upaya simultan, konsisten, dan komprehensif, segenap warga Negara
yang mengabdi pada kekuatan komponen bangsa untuk melindungi dan menjaga
keberadaan, keutuhan, dan kedaulatan bangsa dan Negara, secara efektif dan efisien
dari segenap ancaman mencakup sifat, sumber, dimensi, dan spektrumnya. Konsepsi
Desain baru sistem keamanan nasional pada dasarnya tidak hanya dalam
rangka mengikuti dinamika ancaman, baik pada tingkat nasional, regional maupun
43
Paparan Gubernur Lemhannas RI, pada seminar IKAL tentang Siskamnas di Era Demokrasi
dan Globalisasi, tanggal 22 Juni 2010
36
internasional tetapi harus mendasarkan pada doktrin dan filsafat kebangsaan.
Meskipun, ideologi bangsa kita masih belum direvitalisasikan dan dikembangkan lagi
tetaplah sumber dari segala sumber hukum di Indonesia. Trend globalisasi, teknologi
informasi, demokratisasi dan sebagainya tidak dapat mengubah pandangan dasar dan
kebangsaan dan nilai-nilai demokrasi serta keadilan social bagi seluruh warga bangsa.
oleh dinamika dan ancaman eksternal dan pengaruh arus globalisasi atau ideologi
lainnya, seperti sekarang ini di mana jenis ancaman sudah bersifat ancaman asimetris,
tetapi bagaimanapun sistem nilai kebangsaan, identitas diri, nasionalisme dan falsafah
bangsa tetap menjadi aspek yang utama. Oleh karena itu, kita harus optimistik bahwa
dengan ideologi bangsa dan mindset bangsa maka akan mendorong lahirnya
transformasi pemikiran dan gagasan baru yang menjawab kebutuhan akan sistem
Indonesia
luas, terbentang pada jalur lintasan dan transportasi internasional yang sangat
dan geostrategi yang besar dalam mempertahankan kedaulatan dan keutuhan wilayah.
37
Selain itu, seiring dengan globalisasi yang merambah berbagai aspek kehidupan,
ancaman militer dan ancaman nirmiliter.
1. Ancaman Militer.
sabotase, spionase, aksi teror bersenjata, ancaman keamanan laut dan udara, serta
bentuk-bentuk mulai dari yang berskala paling besar sampai dengan yang
terendah. Invasi merupakan bentuk agresi yang berskala paling besar dengan
38
2. Ancaman Nirmiliter.
39
BAB 3
PENUTUP
3.1. Simpulan
2. Upaya meningkatkan kesadaran bela Negara yang tetap berlandaskan pada nilai-
nilai Pancasila adalah dengan melestarikan budaya, belajar dengan rajin bagi
sukarela atau secara wajib, pengabdian sesuai dengan profesi, ketaatan akan
3.2. Saran
diterapkan dalam tatanan hidup bermasyarakat yang dituangkan dalam kebijakan dan
40
pertahanan dan keamanan nasional dengan mengikuti perkembangan jaman serta
41
DAFTAR PUSTAKA
Peraturan Perundang-Undangan
Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia tahun 1945, Pasal 27 ayat (3) dan
Pasal 30.
Buku
Tim Dosen Fakultas Hukum UPN ”Veteran” Jakarta, Bahan Ajar Pendidikan
Pancasila, Jakarta, UPN “Veteran” Jakarta, 2012. h. 7
Zainuddin Ali, Metode Penelitian Hukum, Jakarta, Sinar Grafika, 2009, h. 54.
Armaidy Armawi dan Darto Wahidin “Ketahanan Nasional dan Bela Negara” Wira
Media Informasi Kementerian Pertahanan, Puskom Publik Kemhan, Jakarta,
2018, hlm. 10.
42
Kabul Budiyono, Pendidikan Pancasila Untuk Perguruan Tinggi, ed. by Riduwan,
1st ed. (Bandung: ALFABETA, 2012), h168.
Farouk Muhammad, Polri dalam Sistem Pertahanan dan Keamanan, Jakarta : Raja
Grafindo Persada, 2012, hlm. 56.
Paparan Gubernur Lemhannas RI, pada seminar IKAL tentang Siskamnas di Era
Demokrasi dan Globalisasi, tanggal 22 Juni 2010
Internet
https://www.tribunnews.com/nasional/2017/08/28/menhan-revitalisasi-nilai-
Pancasila.com
https://www.kemhan.go.id/belanegara/sejarah-bela-negara
https://www.wantannas.go.id/2018/10/19/bela-negara-pengertian-unsur-fungsi-
tujuan-dan-manfaat-bela-negara/
43