Kedua teori ini memiliki perhatian dan keprihatinan yang sama dalam
mempelajari persoalan pembangunan Dunia Ketiga dan berupaya
merumuskan kebijaksanaan pembangunan. Kedua teori ini juga memiliki
semangat pemahaman dan pengkajian yang sama, pembahasannya abstrak
serta mengembangkan struktur teori yang dwi-kutub.
Kedua teori ini berbeda dalam memberikan jalan keluar persoalan
keterbalakangan negara Dunia Ketiga. Teori modernisasi menganjurkan
untuk lebih memperat keterkaitan negara berkembang dengan negara maju
melalui bantuan modal, peralihan teknologi, pertukaran budaya dan lain
sebagainya. Dalam hal ini, teori dependensi memberikan anjuran yang sama
sekali berbeda, yakni berupaya secara terus menerus untuk mengurangi
keterkaitannya negara pinggiran dengan negara sentral, sehingga
memungkinkan tercapainya pembangunan yang dinamis dan otonom,
sekalipun proses dan pencapaian tujuan ini mungkin memerlukan revolusi
sosialis.
Teori modernisasi, klasik maupun temporer, melihat pemasalahan
pembangunan lebih banyak dari sudut kepentingan Amerika Serikat dan
negara maju lainnya. Sedangkan teori depedensi memiliki posisi yang
sebaliknya. Teori ini lebih menitikberatkan pada persoalan keterbelakangan
dan pembangunan negara Dunia Ketiga. Dalam hal ini, dapat dikatakan
bahwa teori depedensi mewakili “suara negara-negera pinggiran” untuk
menentang hegemoni ekonomi, politik, budaya dan intelektul dari negara
maju.
Modernisasi merupakan suatu proses perubahan yang menuju pada tipe
sistem-sistem sosial, ekonomi, dan politik yang telah berkembang di Eropa
Barat dan Amerika Utara pada abad ke-17 sampai 19.
Klasik adalah suatu keadaan dimana sistem keadaan ekonomi, sosial,
dan budaya masih sederhana dan belum mempunyai sifat atau ciri yang
bernuasa teknologi. Jadi moderenisasi klasik adalah suatu proses perubahan
pola pikir pada sistem sosial, ekonomi, budaya dan poliktik menuju kearah
yang lebih berkembang namun dalam konteks tidak meninggalkan hal-hal
yang sudah ada serta memilah terlebih dahulu untuk diasumsi.