Anda di halaman 1dari 4

-Pasien dengan penyakit akut yang serius yang disertakan demam.

-Pasien dengan penyakit sedang sampai parah sebaiknya berkonsultasi terlebih dahulu
dengan dokter sebelum menerima vaksin apapun.

-Pasien yang mengalami sindroma Guillain-Barre dalam waktu 6 minggu setelah


pemberian vaksin influenza.

 TIV diberikan secara intramuscular


 TIV dibuat dari virus yang dimatikan sehingga tidak menyebabkan timbulnya tanda
dan gejala influenza like illness.
 Efek samping paling banyak terjadi : nyeri pada tempat injeks; kurang dari 1%
(dewasa): demam, menggigil atau rasa tidak enak badan yang hanya berlangsung
selama 1-2 hari (efek samping ini lebih banyak terjadi pada anak anak); jarang: reaksi
alregi (bagi yang alergi pada telur), sindroma Guillain-Barre (namun, penelitian
menyatakan bahwa tidak ada hubungan antara terjadinya sindrom Guillan-Barre
dengan pemberian vaksin).
 Pada anak usia 6 bulan-9 tahun, TIV yang diberikan adalah dua dosis, dengan jarak
pemberian adalah 1 bulan. Anak usia 6 bulan-9tahun yang hanya menerima satu dosis
dalam satu tahun, maka pada tahun berikutnya harus diberikan vaksin lagi sebanyak 2
dosis. Sedangkan pada usia diatas 9 tahun-dewasa, dosis TIV cukup diberikan sekali
saja.
 Dosis 1 kali pemberian: 6-35 bulan: 0,25mL; >3 tahun: 0,5 mL.
 TIV dosis ganda (multi-dose) dan beberapa dosis tunggal (single-dose) mengandung
thimerosal sebagai pengawet.
 Sediaan di pasaran :

Table 81.1 Daftar Sediaan TIV di Pasaran

NAMA DAGANG PRODUSEN USIA


Agriflu Novartis 18 tahun<
Fluzone High Dose Sanafi Pasteur 65 tahun<
Afluria CS Limited 6 bulan<
Flulaval ID Biomedikal Corporation 18 tahun<
of Quebec
Fluarix GlaxoSmithKline 3 tahun<
Fluvirin Novartis 4 tahun<
Fluzone Sanofi Pasteur 6 tahun<
Keterangan :

*tidak mengandung thimerosal

** mengandung thimerosal dengan kadar yang rendah

2. Live-attenuated influenza vaccine (LAIV)


 LAIV mendapat persetujuan FDA untuk diberikan pada usia antara 5 tahun
sampai dengan 49 tahun. LAIV hanya disetujui untuk diberikan pada anak usia
diatas 5 tahun karena berdasarkan penelitian terbukti bahwa pemberian pada
anak dibawah usia 5 tahun meningkatkan kejadian asma dan penyakit saluran
pernafasan lain yang reaktif. Sebaliknya, walaupun LAIV hanya disetujui
untuk diberikan pada dewasa dibawah 49 tahun, penelitian menunjukkan
bahwa LAIV tetap efektif untuk diberikan pada usia 18-64 tahun; namun,
masih dibutuhkan penelitian lebih lanjut untuk memastikannya.
 Keuntungan opemberian LAIV: dapat menurunkan penyakit demam yang
parah sebesar 18,8%, penyakit saluran pernafasan atas dengan demam sebesar
23,6%, mempercepat penyembuhan penyakit, mengurangi jumlah hari tidak
masuk kantor/sekolah, menurunkan jumlah kunjungan ke dokter, erta
menurunkan penggunaan antibiotic yang diresepkan dan obat obat tanpa resep.
 LAIV diberikan secara intranasal
 LAIV dibuat dari virus hidup yang dilemahkan.
 Efek samping: hidung berair, hidung tersumbat, sakit tenggorokan, dan sakit
kepala.
 LAIV sebaiknya tidak diberikan pada:
-bayi usia dibawah 5 tahun, dewasa usia 50 tahun keatas, ibu hamil karena
pemberian LAIV pada kelompok tersebut belum banyak diteliti.
-pasien dengan gangguan system imun (immunocompromised) karena LAIV
mengandung virus hidup yang dilemahkan. Demikian juga, sebaiknya LAIV
tidak diberikan oleh tenaga kesehatan yang mengalami gangguan system
imun.
-alergi (mengalami syok anafilaksis) pada telur, produk telur, dan komponen
vaksin.
-anak dan remaja dengan usia 2-17 tahun yang mengkunsumsi aspirin atau
obat yang mengandung aspirin karena beresiko terjadi komplikasi antara
aspirin dengan virus influenza.
-orang yang memiliki riwayat penyakit asma, penyakit saluran pernafasan
reaktif, sindroma Guillan-Barre.
-pasien dengan penyakit kronis
-pasien yang sedang menerima vaksin lain dari virus yang hidup.
-pasien dengan penyakit akut yang serius yang disertai demam.
-pasien dengan penyakit sedang sampai parah sebaiknya berkonsultasi terlebih
dahulu dengan dokter sebelum menerima vaksin apapun.
 Sediaan dipasaran : Flumist (MedImmune Vaccines), untuk usia 2-49 tahun

II. TERAPI

A. Tujuan terapi
Tujuan terapi utama pada pengobatan influenza adalah untuk mengontrol gejala,
mencegah terjadinya komplikasi, menurunkan tingkat ketidakhadiran ditempat kerja
dan/atau sekolah, dan mencegah penyebaran infeksi.
Pengobatan dengan antivirus paling efektuf jika diberikan dalam waktu 46 jam setelah
timbulnya gejala; semakin cepat diberikan, maka antivirus akan semakin efektif.
Pemberian antivirus dapat mengurangi durasi penyakit dan mengontrol gejala. Terapi
tambahan, seperti antipiretik (parasetamol) untuk demam, antihistamin untuk rhinitis,
atau penekan batuk dan ekspektoran untuk mengatasi batuk, dapat diberikan
bersamaan dengan antivirus. Jika pasien mengalami dehidrasi, maka segera berikan
cairan dehidrasi oral atau cairan intravena.

B. Pendekatan umum

TERAPI NONFARMAKOLOGI

 Istirahat yang cukup dan kurangi aktivitas


Sebaiknya pasien tinggal dirumah, jangan masuk tempat kerja dan/sekolah,
agar dapat beristirahat dan mencegah penularan.
 Asupan cairan yang cukup
 Untuk mengatasi gejala batuk atau sakit tenggorokan, dapat digunakan
luzenges (tablet hisap), teh hangat atau sup.

TERAPI FARMAKOLOGI

antivirus yang dapat digunakan untuk pengobatan dan profilaksis influenza adalah golongan
adamantanes (amantadin dan rimantadin) dan inhibitor neuraminidase (oseltamivir dan
zanamivir)

AMANTADIN DAN RIMANTADIN

Amantadin dan rimantadin hanya efektif untuk melawan virus influenza A saja. Terjadinya
resistensi yang cepat menjadi masalah pada kedua obat ini karena resistensi silang dapat
terjadi dengan mutasi pada satu bagian. Sebesar 92% virus influenza A sudah resisten
terhadap golongan adamantanes. Oleh karena itu, pengobatan atau profilaksis untuk influenza
A di amerika tidak disarankan menggunakan golongan tersebut lebih disarankan
menggunakan golongan inhibitor neuraminidase.

1. Amantadin

Mekanisme kerja: amantadin bekerja dengan mengganggu fungsi protein transmembran

MA dari virus sehingga mencegah pelepasan asam nukleat yang dapat


menyebabkan penyakit dari virus ke sel inang.

Indikasi : mendapat persetujuan FDA: profilaksis dan pengobatan infeksi virus

Influenza A.
Kontraindikasi : hipersensitivitas terhadap amantadin, rimantadin,atau bahan bahan
dari sediaan obat.

Peringatan

 Dapat menyebabkan depresi system saraf pusat (SSP) yang dapat menggangu
kekampuan fisik dan mental: pasien harus diperingatkan jika melakukan aktivitas
yang memerlukan kesadaran mental (misalnya: mengoperasikan mesin atau
mengemudi)
 Glaucoma sudut tertutup (angle closure glaucoma) yang tidak diterapi;
meningkatkan resiko terjadinya mydriasis
 Penggunaan amantadin yang bersamaan dengan pemberian LAIV intranasal;
gunakan amantadin dalam waktu minimal 2 minggu setelah pemberian LAIV atau
berikan LAIV dalam waktu minimal 48 jam setelah menghentikan penggunaan
amantadin; amantadin dapat menghambat replikasi virus vaksin.
 Riwayat penyakit gagal jantung kongesti (congestive heart failure (CHF)) karena
meningkatkan resiko CHF, perlu dilakukan penyesuaian dosis.
 Pasien lanjut usia (65 tahun keatas); perlu dilakukan penurunan dosis terkait
dengan penurunan fungsi ginjal
 Epilepsy atau kondisi kejang lainnya karena meningkatkan risiko terjadinya
kejang.
 Dilaporkan terjadinya gangguan control impuls (misalnya: keinginan untuk
berjudi, dorongan seksual meningkat, dll), pertimbangkan untuk menurunkan
dosis atau menghentikan pengobatan jika mencul gejala gejala tersebut.

Anda mungkin juga menyukai