Anda di halaman 1dari 7

LAPORAN PRAKTIKUM

PENGUKURAN DEBU MENGGUNAKAN PERSONAL DUST SAMPLER


(PDS)

Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Laboratorium Kesehatan Kerja


Dosen Pengampu : Drs. Herry Koesyanto, MS

Nama Kelompok :

Endang Trikora
Korry Apriandi
Rendra Kukuh Prasetya
Umi Khabibah
Sri Astutik

JURUSAN ILMU KESEHATAN MASYARAKAT


FAKULTAS ILMU KEOLAHRAGAAN
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG
2012
LAPORAN PRAKTIKUM
PENGUKURAN DEBU MENGGUNAKAN PERSONAL DUST SAMPLER
(PDS)

I. PELAKSANAAN
Hari, Tanggal : Rabu, 27 Maret 2013
Waktu :
Tempat :
II. TUJUAN
a. Mahasiswa mampu mengenal metode dan peralatan pengukuran kadar debu.
b. Mahasiswa mampu melakukan pengukuran kadar debu.
c. Mahasiswa mampu enganalisa data hasil pengukuran.
III. LATAR BELAKANG
Debu adalah partkel-partikel zat padat yang disebabkan oleh kekuatan alami atau
mekanisme seperti pengolahan, penghancuran, pelembutan, pengepakan yang cepat,
peledakan dan lain-lain dari bahan organik maupun anorganik. Debu merupakan salah
satu bahan yang sering disebut sebagai partikel yang melayang di udara (Suspended
Particulate Matter / SPM) dengan ukuran 1 mikron sampai dengan 500 mikron.
Partikel- partikel debu yang dapat dihirup pernafasan manusia mempunyai ukuran 1-
100 mikron.
Debu yang tertimbun dalam paru-paru bisa menyebabkan berbagai penyakit yaitu
pneumokosis. Gejalanya adalah batuk kering, sesak nafas, kelelahan umum, susut
berat badan, banyak dahak, dll.
Dari sifatnya debu dikategorikan pada :
 Sifat pengendapan, yaitu debu yang cenderung selalu mengendap karena gaya
grafitasi bumi.
 Sifat permukaan basah, sifatnya selalu basah dilapisi oleh lapisan air yang sangat
tipis.
 Sifat penggumpalan, karena sifat selalu basah maka debu satu dengan yang
lainnya cenderung menempel membentuk gumpalan. Tingkat kelembaban di atas
titik saturasi dan adanya turbelensi di udara mempermudah debu membentuk
gumpalan.
 Debu listrik statik, debu mempunyai sifat listrik statis yang dapat menarik partikel
lain yang berlawanan dengan demikian partikel dalam larutan debu mempercepat
terjadinya penggumpalan.
 Sifat opsis, partikel yang basah/lembab lainnya dapat memancarkan sinar yang
dapat terlihat dalam kamar gelap.
Ukuran debu sangat berpengaruh terhadap terjadinya penyakit pada saluran
pernafasan. Dari hasil penelitian ukuran tersebut dapat mencapai target organ sebagai
berikut:
 5-10 mikron akan tertahan oleh saluran pernafasan bagian atas.
 3-5 mikron akan tertahan oleh saluran pernafasan bagian tengah.
 1-3 mikron sampai dipermukaan alveoli.
 0,5-0,1 mikron hinggap di permukaan alveoli/selaput lendir sehingga
menyebabkan vibrosis paru.
 0,1-0,5 mikron melayang di permukaan alveoli.
Menurut WHO 1996 ukuran debu partikel yang membahayakan adalah
berukuran 0,1 – 5 atau 10 mikron. Depkes mengisyaratkan bahwa ukuran debu
yang membahayakan berkisar 0,1 sampai 10 mikron. Partikel debu selain
memiliki dampak terhadap kesehatan, yaitu mengganggu kesehatan manusia
seperti timbulnya iritasi pada mata, alergi, gangguan pernafasan dan kanker pada
paru-paru, debu juga dapat menyebabkan gangguan sebagai berikut :
 Gangguan estetik dan fisik seperti terganggunya pemandangan dan pelunturan
warna bangunan dan pengotoran
 Merusak kehidupan tumbuhan yang terjadi akibat adanya penutupan pori-pori
tumbuhan sehingga mengganggu jalannya fotosintesis.
 Merubah iklim global regional maupun internasional.
 Mengganggu perhubungan/penerbangan yang akhirnya mengganggu kegiatan
sosial ekonomi di masyarakat.
Debu dapat di ukur dengan alat pengukuran debu, salah satunya adalah Personal
Dust Sampler (PDS).

IV. ALAT DAN BAHAN


a. Alat tulis
b. Exicator
c. Personal Dust Sampler (PDS)
d. Timbangan Analitik
e. Kertas filter
f. Silika gel
g. Pinset
V. PRINSIP KERJA
Praktikum pengukuran kadar debu menggunakan personal dust sampler ini memiliki
prinsip kerja sebagai berikut:
1. Menangkap debu di tempat kerja yang dalam hal ini adalah di industri meubel
dengan menggunakan personal dust sampler
2. Membandingkan berat kertas filter sesudah dengan sebelum dengan metode
gravimetri
3. Menganalisis hasil dan membandingkannya dengan NAB kadar debu kayu pada
SNI 19-0232-2005
4. Membuat simpulan dan memberikan saran.

VI. CARA KERJA


a. Mengambil kertas filter dengan pinset, kemudian memasukkan ke dalam
timbangan analitik.
b. Melihat pada display berapa berat filter awal atau disebut filter kosong, kemudian
mencatatnya.
c. Mengambil filter tersebut dari timbangan analitik, kemudian memasukkannya ke
exicator.
d. PDS di-on-kan dengan flow meter berada pada posisi 2 liter/menit.
e. Memasang holder pada krah baju pekerja meubel, kemudian menunggu sampai 3
jam 27 menit.
f. Mematikan PDS setelah batas waktu telah selesai.
g. Mengambil filter dengan pinset, kemudian menimbangnya pada timbangan
analitik kembali.
h. Melihat pada display berapa berat filter setelah proses pengukuran.
i. Menghitung selisih antara berat filter sesudah dengan sebelum pengukuran debu
di industry meubel.
j. Memasukkan selisih yang diketahui kedalam rumus Gravimetry untuk mengetahui
kadar debunya.
k. Menganalisis hasil dan membuat laporan

VII. HASIL PENGUKURAN


a. Waktu Praktikum
Hari, tanggal : Senin, 2 April 2012
Tempat : Renja Meubel, jln. Trangkil Gunungpati.
Pukul : 11.00-12.00 WIB, 19.00-21.27 WIB

b. Hasil praktikum debu dengan PDS

Flow rate Filter kosong (mg) Filter terisi (mg) Waktu

2 lt/menit 99,9 100,7 3 jam 27 menit

VIII. HARGA NORMAL/NAB


Menurut SNI 19-0232-2005 tentang persyaratan dan tata cara penyelenggaran
kesehatan lingkungan kerja industri, kandungan debu maksimal didalam udara
ruangan untuk debu kayu dalam pengukuran rata-rata 8 jam adalah 1 mg/m3.

IX. PEMBAHASAN
filter terisi – filter kosong
Kadar = x 1000
Flow rate x waktu

(100,7 – 99,9)
= x 1000
2 liter/menit x 207 menit

0,8
= x 1000
414 liter/menit

= 1,93 mg/m3
Berdasarkan hasil perhitungan dihasilkan kadar debu di Renja Meubel adalah 1,93
mg/m3 ternyata Melebihi NAB yang ditetapkan SNI 19-0232-2005, yaitu 1 mg/m3 .
Alat pengukuran debu PDS ini memiliki kelebihan dan kekurangan. Untuk
penjabarannya adalah sebagai berikut :
a. Kelebihan PDS :
 Praktis, karena bentuknya kecil sehingga mudah untuk dibawa kemana-mana
 Prosedur operasional alat mudah dipahami dan diterapkan.
 Pengukuran tidak mengganggu aktifitas karena tidak memerlukan
pengoperasian secara khusus.
b. Kekurangan PDS :
 Kualitas alat yang digunakan dalam praktikum ini kurang baik karena saklar
on/off sudah aus sehingga sering mati
 Tidak efektif digunakan untuk mengukur debu pada seluruh ruangan
 untuk pengukuran hingga 24 jam kurang efektif karena kekuatan baterai yang
digunakan hanya cukup untuk sekitar 8 jam

X. PENUTUP
 Kesimpulan
Pengukuran debu di tempat kerja standarnya 8 jam/hari, tetapi karena
keterbatasan waktu kelompok kami hanya dapat mengukur selama 3 jam 27 menit.
 Saran
1. Sebaiknya tidak melakukan pengukuran pada cuaca mendung dan saat hujan
2. Sebaiknya melakukan pengukuran minimal 8 jam agar hasilnya lebih valid.
3. Mencari lokasi yang benar-benar berisiko teepapar debu yang tinggi.

XI. DAFTAR PUSTAKA


 Herry K., & Eram T.P. 2005. PANDUAN PRAKTIKUM LABORATORIUM
KESEHATAN & KESELAMATAN KERJA. Semarang: UNNES Press
 R. Ferdiyanto . ---. DEBU.
http://publichealth08.blogspot.com/2011/02/debu.html, di akses pada Kamis, 22
Maret 2012
 Sohodli. 2009. Pengukuran kadar debu total di udara tempat kerja: Standard
Nasional Indonesia (SNI 16-7058-2004).
http://sohodli.blogspot.com/2009/03/pengukuran-kadar-debu-total-di-udara.html,
di akses pada Kamis, 22 Maret 2012
LAMPIRAN FOTO

Anda mungkin juga menyukai