Kelompok 10:
1
A. Prinsip Audit
1. Integritas adalah kualitas yang melandasi kepercayaan publik dan merupakan patokan bagi
anggota dalam menguji semua keputusannya. Integritas mengharuskan seorang auditor untuk
bersikap jujur dan transparan, berani, bijaksana dan bertanggung jawab dalam melaksanakan
audit. Keempat unsur itu diperlukan untuk membangun kepercayaan dan memberikan dasar bagi
pengambilan keputusan yang andal.
2. Adil adalah kewajiban untuk melaporkan dengan jujur dan akurat untuk temuan audit,
kesimpulan audit dan laporan audit harus mencerminkan kejujuran serta akurat untuk kegiatan
audit. Kendala yang ditemui selama audit dan opini terkait penyimpangan terselesaikan antara
Tim Audit dan Auditee harus dilaporkan. Komunikasi harus jujur, akurat, obyektif, tepat waktu,
jelas dan lengkap.
3. Profesional adalah penerapan bentuk komitmen untuk mewujudkan dan meningkatkan kualitas
pekerjaannya. Auditor harus mempunyai ketrampilan yang baik dalam bidang audit dan
kecerdasan dalam menganalisis suatu masalah serta cermat dalam mengambil keputusan terbaik.
4. Kerahasiaan adalah bentuk keamanan informasi yang harus diterapkan oleh Auditor dalam
menggunakan dan melindungi informasi yang diperoleh ketika Auditor menjalankan tugas
mereka. Informasi audit tidak boleh digunakan untuk keuntungan pribadi oleh Auditor atau Klien
audit, atau dengan cara merugikan kepentingan dari Auditee. Konsep ini mencakup penanganan
informasi yang bersifat sensitif atau rahasia.
5. Independen adalah dasar untuk ketidakberpihakan audit dan objektivitas atas kesimpulan
audit. Auditor harus independen terhadap kegiatan yang diaudit dan bertindak dengan cara yang
bebas dari bias atau tidak jelas dan menghindari dari konflik kepentingan pribadi atau golongan.
Auditor harus menjaga objektivitas selama proses audit untuk memastikan bahwa temuan audit
dan kesimpulan didasarkan pada bukti audit.
6. Pendekatan berbasis bukti adalah metode rasional untuk mencapai kesimpulan audit yang
handal dan sistematis yang harus diverifikasi terlebih dahulu. Penggunaan sampel yang tepat
harus diterapkan, karena ini berkaitan erat dengan kepercayaan dalam kesimpulan hasil audit.
B. Prosedur Audit
Prosedur audit adalah metode atau teknik yang digunakan oleh para auditor untuk
mengumpulkan dan mengevaluasi bahan bukti yang mencukupi dan kompeten. Pilihan auditor
tentang prosedur audit dipengaruhi oleh faktor dari mana data diperoleh, dikirimkan, diproses,
dipelihara, atau disimpan secara elektronik. Pengolahan komputer juga mempengaruhi pemilihan
prosedur audit.
Berikut ini adalah sepuluh jenis prosedur audit yang akan dibahas kemudian:
Prosedur analitis (analytical procedures)
2
Inspeksi (inspecting)
Konfirmasi (confirming)
Permintaan keterangan (inquiring)
Perhitungan (counting)
Penelusuran (tracing)
Pemeriksaan bukti pendukung (vouching)
Pengamatan (observing)
Pelaksanaan ulang (reperforming)
Teknik audit berbantuan computer (computer-assisted audit techniques)
Pemilihan prosedur yang akan digunakan untuk menyelesaikan suatu tujuan audit tertentu terjadi
dalam tahap perencanaan audit. Efektivitas prosedur dalam memenuhi tujuan audit spesifik dan
biaya pelaksanaan prosedur tersebut harus dipertimbangkan dalam pemilihan prosedur yang akan
digunakan.
Prosedur Analitis
Prosedur analitis terdiri dari penelitian dan perbandingan hubungan di antara data. Prosedur ini
meliputi:
ü perhitungan dan penggunaan rasio-rasio sederhana;
ü analisis vertikal atau laporan persentase;
ü perbandingan jumlah yang sebenarnya dengan data historis atau anggaran; serta
ü penggunaan model matematis dan statistik, seperti analisis regresi.
Prosedur analitis seringkali meliputi juga pengukuran kegiatan bisnis yang mendasari
operasi serta membandingkan ukuran-ukuran kunci ekonomi yang menggerakkan bisnis dengan
hasil keuangan terkait. Prosedur analitis umumnya digunakan dalam pendekatan top-down untuk
mengembangkan harapan atas akun laporan keuangan dan untuk menilai kelayakan laporan
keuangan dalam konteks tersebut.
Inspeksi
Inspeksi meliputi pemeriksaan rinci terhadap dokumen dan catatan, serta pemeriksaan sumber
daya berwujud. Prosedur ini digunakan secara luas dalam auditing. Inspeksi seringkali digunakan
dalam mengumpulkan dan mengevaluasi bukti bootom-up maupun top-down. Dengan
melakukan inspeksi atas dokumen, auditor dapat menentukan ketepatan persyaratan dalam faktur
atau kontrak yang memerlukan pengujian bottom-up atas akuntansi transaksi tersebut.
Istilah-istilah seperti me-review (reviewing), membaca (reading), dan memeriksa
(examining) adalah sinonim dengan menginspeksi dokumen dan catatan. Menginspeksi dokumen
3
dapat membuka jalan untuk mengevaluasi bukti documenter. Dengan demikian melalui inspeksi,
auditor dapat menilai keaslian dokumen, atau mungkin dapat mendeteksi keberadaan perubahaan
atau item-item yang dipertanyakan. Bentuk lain dari inspeksi adalah scanning atau memeriksa
secara tepat dan tidak terlampau teliti dokumen dan catatan.
Konfirmasi
Meminta konfirmasi adalah bentuk permintaan keterangan yang memungkinkan auditor
memperoleh informasi secara langsung dari sumber independen di luar organisasi klien. Dalam
kasus yang lazim, klien membuat permintaan kepada pihak luar secara tertulis, namun auditor
yang mengendalikan pengiriman permintaan keterangan tersebut. Permintaan tersebut juga harus
meliputi instruksi berupa permintaan kepada penerima untuk mengirimkan tanggapannya secara
langsung kepada auditor. Konfirmasi menyediakan bukti bottom-uppenting dan digunakan dalam
auditing karena bukti tersebut biasanya objektif dan berasal dari sumber yang independen.
Permintaan Keterangan
Permintaan keterangan meliputi permintaan keterangan secara lisan atau tertulis oleh auditor.
Permintaan keterangan tersebut biasanya ditujukan kepada manajemen atau karyawan, umumnya
berupa pertanyaan-pertanyaan yang timbul setelah dilaksanakannya prosedur analitis atau
permintaan keterangan yang berkaitan dengan keusangan persediaan atau piutang yang dapat
ditagih. Auditor juga dapat langsung meminta keterangan pada pihak eksteren, seperti
permintaan keterangan langsung kepada penasehat hukum klien tentang kemungkinan hasil
litigasi.
Perhitungan
Dua aplikasi yang paling umum dari perhitungan adalah (1) perhitungan fisik sumber daya
berwujud seperti jumlah kas dan persediaan yang ada, dan (2) akuntansi seluruh dokumen
dengan nomor urut yang telah dicetak. Yang pertama menyediakan cara untuk mengevaluasi
bukti fisik tentang jumlah yang ada, sedangkan yang kedua dapat dipandang sebagai penyediaan
cara untuk mengevaluasi pengendalian internal perusahaan melalui bukti yang objektif tentang
kelengkapan catatan akuntansi.
Penelusuran
Dalam penelurusan (tracing) yang seringkali juga disebut sebagai penelusuran ulang, auditor (1)
memilih dokumen yang dibuat pada saat transaksi dilaksanakan, dan (2) menentukan bahwa
informasi yang diberikan oleh dokumen tersebut telah dicatat dengan benar dalam catatan
akuntansi (jurnal dan buku besar). Arah pengujian prosedur ini berawal dari dokumen menuju ke
4
catatan akuntansi, sehingga menelusuri kembali asal-usul aliran data melalui sistem akuntansi.
Karena proesdur ini memberikan keyakinan bahwa data yang berasal dari dokumen sumber pada
akhirnya dicantumkan dalam akun, maka secara khusus data ini sangat berguna untuk
mendeteksi terjadinya salah saji berupa penyajian yang lebih rendah dari yang seharusnya
(understatement) dalam catatan akuntansi.
Pengamatan
Pengamatan (observing) berkaitan dengan memperhatikan dan menyaksikan pelaksanaan
beberapa kegiatan atau proses. Kegiatan dapat berupa pemrosesan rutin jenis transaksi tertentu
seperti penerimaan kas, untuk melihat apakah para pekerja sedang melaksanakan tugas yang
diberikan sesuai dengan kebijakan dan prosedur perusahaan. Pengamatan terutama penting
untunk memperoleh pemahaman atas pengendalian internal. Auditor juga dapat mengamati
kecermatan seorang karyawan klien dalam melaksanakan pemeriksaan tahunan atas fisik
persediaan.
Pelaksanaan Ulang
Salah satu prosedur audit yang penting adalah pelaksanaan ulang (reperforming) perhitungan dan
rekonsiliasi yang dibuat oleh klien. Misalnya menghitung ulang total jurnal, beban penyusutan,
bunga akrual dan diskon atau premi obligasi, perhitungan kuantitas dikalikan harga per unit pada
lembar ikhtisar persediaan, serta total pada skedul pendukung dan rekonsiliasi. Auditor juga
dapat melaksanakan ulang beberapa aspek pemrosesan transaksi tertentu untuk menentukan
bahwa pemrosesan awal telah sesuai dengan pengandalian intern yang telah dirumuskan.
Pemeriksaan ulang biasanya memberikan bukti bottom-up, dan dengan bukti bottom-up lainnya,
auditor dapat terlebih dahulu memahami konteks ekonomi untuk pengujian audit tersebut.
5
untuk membantu melaksanakan beberapa prosedur yang telah diuraikan sebelumnya. Sebagai
contoh, auditor dapat menggunakan perangkat lunak komputer untuk melakukan hal-hal sebagai
berikut:
Melaksanakan perhitungan dan perbandingan yang digunakan dalam prosedur analitis.
Memilih sampel piutang usaha untuk konfirmasi.
Mencari sebuah file dalam komputer untuk menentukan bahwa semua dokumen yang
berurutan telah dipertanggungjawabkan.
Membandingkan elemen data dalam file-file yang berbeda untuk disesuaikan (seperti
harga yang tercantum dalam faktur dengan master file yang memuat harga-harga yang
telah disahkan)
Memasukkan data uji dalam program klien untuk menentukan apakah aspek computer
Melaksanakan ulang berbagai perhitungan seperti penjumlahan buku besar pembantu
piutang usaha atau file persediaan.
C. Berkas Permanen
Berkas permanen adalah serangkaian berkas-berkas berisi informasi penting yang relatif
tidak mengalami perubahan. Berkas-berkas tersebut berfungsi sebagai referensi berkelanjutan
untuk auditor eksternal organisasi. Informasi dalam berkas-berkas ini dimaksudkan untuk
diakses berulang kali dalam audit berturut-turut untuk membantu tim audit dalam melakukan
tugas mereka. Berkas berisi surat atau dokumen yang bersifat permanen, seperti anggaran dasar,
risalah rapat pimpinan, data mengenai personalia, dan kontrak (permanent file).
6
c) Analisa rasio dari tahun-tahun sebelumnya tentang perkiraan (rekening) yang bagi auditor
sekiranya penting untuk jangka waktu yang cukup panjang, seperti perkiraan pinjaman
jangka panjang, modal pemilik, muhibah (goodwill).
d) Hasil tes analitik audit dari pemeriksaan tahun-tahun sebelumnya
SA Seksi 339 Kertas Kerja paragraph 03 mendefinisikan kertas kerja sebagai berikut:
“kertas kerja adalah catatan-catatn yang diselenggarakan oleh auditor mengenai prosedur audit
yang ditempuhnya, pengujian yang dilakukannya, informasi yang diperolehnya, dan simpulan
yang dibuatnya sehubungan dengan auditnya.” Contoh kertas kerja adalah program audit, hasil
pemahaman terhadap pengndalian intern, analisis, memorandum, surat konfirmasi, representasi
klien, ikhtisar dari dokumen-dokumen perusahaan, dan daftar atau komentar yang dibuat atau
diperoleh auditor. Data kertas kerja dapat disimpan dalam pita magetik, film, atau media yang
lain.
a) Isi Kertas Kerja
Kertas Kerja biasanya berisi dokumentai yang memperlihatkan:
1. Telah dilaksanakan standar pekerjaan lapangan pertama yaitu pemeriksaan telah
direncanakan dan disupervisi dengan baik.
2. Telah dilaksanakannya standar pekerjaan lapangan kedua yaitu pemahaman memadai
atas pengendalian intern telah diperoleh untuk merencanakan audit dan menentukan sifat,
saat, dan lingkup pengujian yang telah dilakukan.
3. Telah dilaksanakannya standar pekerjaan lapangan ketiga yaitu bukti audit telah
diperoleh, prosedur audit telah ditetapkan, dan pengujian telah dilaksanakan , yang
memberikan bukti kompeten yang cukup sebagai dasar memadai untuk menyatakan
pendapat atas laporan keuangan auditan.
b) Tujuan Pembuatan Kertas Kerja
Empat tujuan penting pembuatan kertas kerja adalah untuk:
1. Mendukung pendapat auditor atas laporan keuangan auditan.
Kertas kerja dapat digunakan oleh auditor untuk mendukung pendapatnya, dan
merupakan bukti bahwa auditor telah melaksanakan audit yang memadai.
2. Menguatkan simpulan-simpulan auditor dan kompetensi auditnya.
7
Auditor dapat kembali memeriksa kertas kerja yang telah dibuat dalam auditnya, jika di
kemudian hari ada pihak-pihak yang memerlukan penjelasan mengenai simpulan atau
pertimbangan yang telah dibuat oleh auditor dalam auditnya.
3. Mengkoordinasi dan mengorganisasi semua tahap audit.
Audit yang dilaksanakan oleh auditor terdiri dari berbagai tahap audit yang dilaksanakan
dalam berbagai waktu, tempat, dan pelaksana. Setiap audit tersebut menghasilkan
berbagai macam bukti yang membentuk kertas kerja. Pengkordinasian dan
pengorganisasian berbagai tahap audit tersebut dapat dilakukan dengan menggunakan
kertas kerja.
4. Memberikan pedoman dalam audit berikutnya.
Dari Kertas Kerja dapat diperoleh informasi yang sangat bermanfaat untuk audit
berikutnya jika dilakukan audit yang berulang terhadap klien yang sama dalam periode
akuntansi yang berlainan, auditor memerlukan informasi mengenai sifat usaha klien,
catatan dan ank e akuntansi klien, pengendaian intern klien, dan rekomendasi perbaikan
yang diajukan kepada klien dalam audit yang lalu, jurnal-jurnal adjustment yang
disarankan untuk menyajikan secara wajar laporn keuangan yang lalu.