Anda di halaman 1dari 37

AJARAN ISLAM DALAM UPAYA KURATIF

MATA KULIAH AGAMA ISLAM II

DISUSUN OLEH :
KELOMPOK 5
IKM B 2018
Salma Aristawidya 101811133083
Cindy Kinanti Rahmayani 101811133086
Sarah Ridhowani 101811133090
Shindy Ayu Anggraini 101811133112
Danang Aria Prakoso 101811133124
Nabila Safira Khairina 101811133132
Devi Kusuma Ariyani 101811133138
Griseld Adiel Farahita 101811133140
Dewi Irma Susanti 101811133145
Iin Khoiriyah Ulfah 101811133160
Pawestri Pandu Negari 101811133161

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT


UNIVERSITAS AIRLANGGA
SURABAYA

1
2020
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Persoalan kesehatan dan menjaga kesehatan adalah hal yang penting di dalam

ajaran Islam. Terganggunya persoalan kesehatan membuat seseorang tidak dapat

berbuat maksimal dalam menjalankan kewajiban dan tugas-tugas

kemanusiaannya. Penyakin yang terkandung dalam tubuh seseorang dapat

mempengaruhi organ syarat, pikiran dan perasaan. Maka dari itu penguatan tubuh

sangat diperlukan dalam menunjang aktivitas keseharian seseorang. Sehingga

mempelajari ilmu dan metode yang berkaitan dengan kesehatan dirasakan sangat

perlu untuk membahasnya menurut pandangan Al-Qur’an dan hadis Nabi

Muhammad saw. Serta mencontoh apa yang telah dipraktekkan pada masa

Rasulullah.

Di antara bidang ilmu pengetahuan yang tergantung dalam Al-Quran adalah

kedokteran atau ilmu pengobatan. Tidak hanya bertutur tentang ilmu kesehatan

atau ilmu kedokteran, Al-Qur’an sendiri sejatinya merupakan petunjuk dan rahmat

bagi seluruh manusia. Pengobatan terhadap penyakit fisik dan non-fisik telah

dipraktekkan pada zama Rasulullah saw, yakni ketika Rasulullah saw

menganjurkan kepada para sahabatnya untuk mengurangi porsi makan yang

berlebih-lebihan. Dalam penelitian modern telah didapatkan bahwa makan dengan

porsi sedikit dapat mengurangi risiko terkena penyakit jantung, dapat

memaksimalkan sistem metabolism tubuh, memaksimalkan sistem pencernaan,

dan membuat harapan hidup lebih lama.

2
Oleh karenanya, cara atau metode pengobatan secara tersirat telah

dideskripsikan dalam Al-Quran, bahwa Allah swt sangat melarang untuk

melakukan perbuatan atau tindakan yang berlebihan, termasuk dalam

mengkonsumsi makanan.

1.2 Tujuan

Tujuan dalam penulisan makalah ini adalah untuk mengetahui hal-hal sebagai

berikut :

a. Apa pengertian pengobatan dalam islam ?

b. Bagaimana hubungan antara sakit, obat, dan pengobatan dalam islam?

c. Apa prinsip pengobatan dalam islam?

d. Sebutkan petunjuk Al-Quran dan Al-Hadist tentang pengobatan?

e. Bagaimana metode pengobatan para Nabi dan Rasul sebelumnya?

f. Bagaimana metode Pengobatan Hukama (Ahli Hikmah)?

g. Bagaimana pengobatan tradisional dalam pandangan islam?

h. Bagaimana pengobatan modern dalam pandangan islam?

i. Bagaimana bentuk pengobatan yang dilarang dalam pandangan islam?

j. Bagaimana cara membedakan pengobatan yang syar’i dan tidak?

1.3 Manfaat

Adapun manfaat dalam penulisan makalah ini adalah untuk mengetahui hal-hal

sebagai berikut:

a. Mengetahui beberapa pengertian dalam pengobatan islam

b. Memahami hubungan antara sakit, obat, dan pengobatan dalam islam

c. Mengetahui prinsip pengobatan dalam islam

3
d. Mengetahui petunjuk Al-Quran dan Al-Hadist tentang pengobatan

e. Mengetahui metode pengobatan para nabi dan rasul sebelumnya

f. Mengetahui metode Pengobatan Hukama (Ahli Hikmah)

g. Memahami pengobatan tradisional dalam pandangan islam

h. Memahami pengobatan modern dalam pandangan islam

i. Mengetahui bentuk pengobatan yang dilarang dalam pandangan islam

j. Memahami cara untuk membedakan pengobatan yang syar’i dan tidak

4
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengertian Pengobatan dalam Islam

Pengobatan adalah suatu kebudayaan untuk menyelamatkan diri dari dari

penyakit yang mengganggu hidup. Kebudayaan tidak saja dipengaruhi oleh

lingkungan, tetapi juga oleh kepercayaan dan keyakinan, karena manusia

telah merasa di alam ini ada sesuatu yang lebih kuat dari dia, baik yang dapat

dirasakan oleh pancaindera maupaun yang tidak dapat dirasakan dan bersifat

ghaib. Pengobatan ini pun tidak lepas dari pengaruh kepercayaan atau agama

yang di anut manusia.

Secara umum di dalam dunia pengobatan dikenal istilah medis dan non

medis. Para ahli berbeda pendapat tentang penjelasan batasan istilah medis

dan definisinya secara terminologis menjadi 3 pendapat, yaitu :

1. Pendapat pertama

Medis atau kedokteran adalah ilmu untuk mengetahui berbagai kondisi tubuh

manusia dari segi kesehatan dan penyakit yang menimpanya. Pendapat ini di

nisbat kan oleh para dokter klasik dan Ibnu Rusyd Al-hafidz.

2. Pendapat kedua

Medis atau kedokteran adalah ilmu tentang berbagai kondisi tubuh manusia

untuk menjaga kesehatan yang telah ada dan mengembalikannya dari kondisi

sakit.

5
3. Pendapat ketiga

Ilmu pengetahuan tentang kondisi-kondisi tubuh manusia, dari segi kondisi

sehat dan kondisi menurunnya kesehatan untuk menjaga kesehatan yang telah

ada dan mengembalikannya kepada kondisi sehat ketika kondisi nya tidak

sehat. Ini adalah pendapat Ibnu sina.

Definisi-definisi tersebut walaupun kata-kata dan ungkapannya berbeda tetapi

memiliki arti dan kandungan yang berdekatan, meskipun definisi ketiga lah

yang memiliki keistimewaan karena bersifat komprehensif mencakup makna

yang ditujukan oleh definisi pertama dan kedua.

Sehingga istilah pengobatan medis dapat disimpulkan sebagai suatu

kebudayaan untuk menyelamatkan diri dari penyakit yang menggaggu hidup

manusia di dasar kan kepada ilmu yang di ketahui dengan kondisi tubuh

manusia, dari segi kondisi sehat dan kondisi menurunnya kesehatan, untuk

menjaga kesehatan yang telah ada dan mengembalikannya ketika kondisi

tidak sehat. Pengobatan medis sendiri dalam sejarah manusia merupakan hasil

proses panjang yang di awali secara tradisional hingga menjadi modern

seperti sekarang.

2.2 Hubungan antara Sakit, Obat, dan Pengobatan dalam Islam

Dalam bahasa arab, usaha untuk mendapatkan kesembuhan biasa disebut

dengan istilah At-Tadawi yang artinya menggunakan obat; diambil dari akar

kata dawa (mufrad) yang bentuk jamaknya adalah Adwiyah. Kalimat dawa

yang biasa diterjemahkan dalam bahasa Indonesia dengan arti obat; adalah

segala yang digunakan oleh manusia untuk menghilangkan penyakit yang

mereka derita. Sementara penyakit yang akan diobati, dalam bahasa arab

6
biasa disebut dengan istilah Daa-un, bentuk masdar dari kata Daa-un. Bentuk

jamak dari kalimat “Adaa-u” adalah “Adwaa-u”.

Pengertian kalimat Tadawi dalam sisi bahasa tidak jauh berbeda dengan

makna tadawi yang dipahami oleh para ahli fikih (pakar hukum Islam).

kalimat Tadawi diartikan oleh para pakar hukum Islam dengan makna;

“menggunakan sesuatu untuk penyembuhan penyakit dengan izin Allah

SWT; baik pengobatan tersebut bersifat jasmani ataupun alternatif.”

Para ahli fikih dari berbagai mazhab; yaitu ulama mazhab Hanafi, Maliki,

Syafi’I dan ulama mazhab hambali sepakat tentang bolehnya seseorang

mengobati penyakit yang dideritanya. Pendapat para ulama tersebut didasari

oleh banyaknya dalil yang menunjukkan kebolehan mengobati penyakit. Di

antara dalil-dalil tersebut adalah :

Pertama, diriwayatkan oleh Imam Muslim “Setiap penyakit pasti memiliki

obat. Bila sebuah obat sesuai dengan penyakitnya maka dia akan sembuh

dengan seizin Allah Subhanahu wa Ta’ala.” (HR. Muslim)

Hadits di atas mengisyaratkan diizinkannya seseorang Muslim mengobati

penyakit yang dideritanya. Sebab, setiap penyakit pasti ada obatnya. Jika obat

yang digunakan tepat mengenai sumber penyakit, maka dengan izin Allah

SWT penyakit tersebut akan hilang dan orang yang sakit akan mendapatkan

kesembuhan. Meski demikian, kesembumbuhan kadang terjadi dalam waktu

yang agak lama, jika penyebab penyakitnya belum diketahui atau obatnya

belum ditemukan.

Kedua, diriwayatkan oleh Ahmad, Al-Bukhari dalam Al-Adabul Mufrad,

Abu Dawud, Ibnu Majah, dan At-Tirmidzi: “Aku pernah berada di samping

7
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam. Lalu datanglah serombongan Arab

dusun. Mereka bertanya, “Wahai Rasulullah, bolehkah kami berobat?” Beliau

menjawab: “Iya, wahai para hamba Allah, berobatlah. Sebab Allah

Subhanahu wa Ta’ala tidaklah meletakkan sebuah penyakit melainkan

meletakkan pula obatnya, kecuali satu penyakit.” Mereka bertanya: “Penyakit

apa itu?” Beliau menjawab: “Penyakit tua.” (HR. Ahmad, Al-Bukhari dalam

Al-Adabul Mufrad, Abu Dawud, Ibnu Majah, dan At-Tirmidzi, beliau berkata

bahwa hadits ini hasan shahih).

Hadits di atas menunjukkan bahwa setiap penyakit ada obatnya terkecuali

penyakit tua. Rasulullah Saw. menganggap tua sebagai penyakit. Sebab

penyakit tersebut merusak kondisi si sakit, sebagaimana penyakit- penyakit

lain yang biasanya mengakibatkan seseorang meninggal atau berat dalam

menjalani hidup.

Ketiga, hadits riwayat Abu Daud “Sesungguhnya Allah telah menurunkan

penyakit dan obatnya, demikian pula Allah menjadikan bagi setiap penyakit

ada obatnya. Maka berobatlah kalian dan janganlah berobat dengan yang

haram.” (HR. Abu Dawud)

Hadits ini menunjukkah bahwa seorang Muslim boleh mengobati

penyakitnya. Sebab, diturunkannya penyakit oleh Allah SWT.disertai dengan

diturunkan obatnya menunjukkan bahwa seorang Muslim diizinkan untuk

mengobati penyakit yang dideritanya.

Dalam Islam, hubungan sakit dan obat menjadi hal yang sudah Allah

tetapkan. Seperti salah satu hadist yang sudah ditulis sebelumnya, jika

terdapat penyakit maka Allah telah menurunkan pula obatnya. Dalam hal ini,

8
obat yang digunakan dalam pengobatannya harus terhindar dari yang haram.

Kesembuhan yang dihasilkan dari pengobatan pada dasarnya atas izin Allah

sehingga kita sebagai umat muslim harus senantiasa berusaha di saat saat

sakit untuk sembuh.

2.3. Prinsip-Prinsip Pengobatan dalam Islam

Beberapa prinsip pengobatan menurut standar Islam, yakni :

a. Tidak berobat dengan zat yang diharamkan

Nabi Muhammad saw. bersabda:

‫إن هللا لم يجعل الشفاء لكم فيما حرم عليكم‬

Artinya:

Allah tidak menjadikan penyembuhanmu dengan apa yang diharamkan

atas kamu. (HR Al-Baihaqi)

Prinsip ini menunjukkan bahwa berobat dengan menggunakan zat-zat yang

diharamkan sementara kondisinya tidak benar-benar darurat, maka

penggunaan zat tersebut diharamkan. Misal pengobatan (terapi) dengan

meminum air seninya sendiri, terapi hormon dengan menggunakan lemak

babi, atau mengobati gatal di tubuh dengan memakan kadal, mengobati

mata rabun dengan memakan kelelawar dan seterusnya. Dan yang paling

populer pada saat ini, dan sering dilihat pada acara-acara kuliner ekstrem

adalah memakan daging ular kobra untuk mengobati penyakit

asma.

Di dalam pelaksanaan ibadah haji, setiap calon jamaah haji wajib diberi

vaksin meningitis yang di dalamnya ada kandungan unsur enzim babi

(porcein). Ketika belum ditemukan alternatif vaksin lainnya, maka

9
klasifikasi penggunaan vaksin ini bersifat darurat karena implikasi

penyakit ini yang sangat berbahaya. Namun ketika sudah ada alternatif

penggunaan vaksin lainnya, maka penggunaan vaksin tersebut menjadi

diharamkan. Demikian juga bagi orang yang akan berhaji untuk kesekian

kalinya, baik sebagai jamaah biasa, tim kesehatan ataupun pemandu haji

maka penggunaan vaksin ini sudah diharamkan karena berhaji untuk yang

kesekian kali menunjukkan kondisi yang sudah tidak darurat lagi

berdasarkan kaidah: keadaan darurat menyebabkan perkara yang dilarang

menjadi boleh (al-Darurat tubih al-mahzurat). Sehingga tanpa kondisi yang

darurat, maka yang haram atau tidak diperbolehkan tetap menjadi sesuatu

yang diharamkan. Berhaji wajib bagi setiap muslim satu kali seumur

hidupnya.

b. Berobat kepada ahlinya (ilmiah)

Prinsip ini menunjukkan bahwa pengobatan yang dilakukan harus ilmiah,

atau dapat diukur. Seorang dokter dalam mengembangkan pengobatannya

dapat diukur kebenaran metodologinya oleh dokter lainnya. Sementara

seorang dukun dalam mengobati pasiennya, tidak dapat diukur metode

yang digunakannya oleh dukun yang lain. Sistem yang tidak dapat diukur

disebut tidak ilmiah dan tidak metodologis.

c. Tidak menggunakan mantra (sihir)

Hal ini harus menjadi perhatian besar untuk orang-orang yang mendatangi

pengobatan alternatif. Memperhatikan dengan seksama, apakah

pengobatan yang dilakukannya itu menggunakan sihir atau tidak.

Pengobatan yang melibatkan unsur-unsur syirik adalah termasuk salah satu

10
bentuk kemusyrikan. Tiga prinsip inilah yang harus ditransformasikan

kepada masyarakat secara umum.

2.4 Petunjuk Al-Qur’an dan Al-Hadist tentang Pengobatan

Al-Qur’an memang bukanlah sebagai buku kesehatan, akan tetapi Al

Qur’an merupakan kitab petunjuk bagi manusia agar selamat baik dunia

maupun di akhirat. Walaupun demikian di dalam Al-Qur’an terdapat

beberapa ayat yang menyebutkan bahwa Al-Qur’an adalah obat penawar

(syifā’) dan rahmat bagi orang-orang yang beriman. Berdasarkan beberapa

sumber terdapat alasan Al-Qur’an dikatakan sebagai media penyembuhan, di

antaranya:

1. Al-Qur’an sebagai Petunjuk

Menurut Abdul Malik Abdul Karim Amrullah Al-Qur’an merupakan

penunjuk jalan, pemandu, pelopor, untuk menempuh kehidupan manusia

selama di dunia supaya manusia tidak tersesat dalam kepercayaan, amal,

ibadah dan menuntun akal, agama dan kemasyarkatan. Petunjuk inilah

yeng kemudian menjadikan Al-Qur’an juga sebagai obat bagi penyakit apa

yang ada pada diri manusia baik itu penyakit rohani maupun jasmani.

Beliau juga menyebutkan beberapa penyakit yang dapat disembuhkan

dengan petunjuk Al-Qur’an, seperti penyakit keraguan atau kebimbangan

batin dan putus asa. Ahmad Musthafa al-Marāghiy mengartikan penyakit

yang ada di dalam dada berupa penyakit hati, seperti sombong, syirik,

nifak, kedurhakaan, permusuhan, kezaliman, rasa was-was, gelisah, hawa

nafsu, keserakahan, hasad, selain itu Al-Qur’an juga menyambuhkan

penyakit malas, bodoh dan mementingkan diri sendiri. Al-Qur’an berisi

11
pengajaran atau tuntunan baik dalam membentukan akhlak maupun

karakter. Ia mendidik untuk memperhalus jiwa sehingga menusia dapat

membedakan mana yang baik dan yang buruk. Nasihat yang ada dalam Al-

Qur’an berasal dari Tuhan untuk kebahagiaan hidup manusia pada tiap-

tiap waktu dan tempat. Dengan memahami isi Al-Qur’an maka hati akan

menjadi tentram.

2. Al-Qur’an sebagai Rahmat

Rahmat dalam bahasa Arab disebut rahmah. Penyebutan ini

mengandung konotasi yang mengarah kepada ‘riqqah taqtadli al-ihsan ila

al-marhum, perasaan halus (kasih) yang mendorong memberikan kebaikan

kepada yang dikasihi. Dalam penggunaannya, kata “rahmah” itu bisa

bermakna rasa kasih atau memberikan kebaikan saja. Islam itu adalah satu

organisme yang hidup, sehingga ketika dinyatakan sebagai rahmat bagi

seluruh alam, maka berarti agama itu mengasihi dan memberikan kebaikan

secara aktual kepada seluruh alam. Islam yang tidak memberikan kebaikan

aktual berarti menjadi agama yang laknat. Hal ini karena kebalikan dari

rahmat adalah laknat, yang berarti hukuman, tidak memberi atau tidak ada

kebaikan dan do’a supaya dijauhkan dari kebaikan Tuhan.

Beberapa ayat yang membahas mengenai penyakit dan pengobatan, di

antaranya:

1. QS al-Baqarah/2: 10.

ِ ‫َُ َﻣﺮﺿﺎ ًَ َوﳍُﻢ َﻋﺬا ٌب أَﻟِﻴٌﻢ ِﲟَﺎَﻛﺎﻧُﻮا ْﻳَ ِﻜﺬﺑ َُﻮن‬iَ ُ ‫ﰲ ِﻢ ﻗُـﻠُﻮ ﱠ َﻣﺮ ٌ ضﻓَـَﺰاَ ُدﻫُﻢ ﻪّﻠﻟا‬

12
Terjemahnya: Dalam hati mereka ada penyakit, lalu ditambah Allah

penyakitnya; dan bagi mereka siksa yang pedih, disebabkan mereka

berdusta.

2. QS al-Maidah/5: 52.

i‫َِﺮ ةٌﻓَـ َ َﻌﺴﻰ‬iَ‫ﺸﻰأَنﺗُِﺼﻴﺒَـﻨَﺎَدآِﺋ‬iَ‫َُﺴﺎِرﻋ َُﻮن ﻓِﻴِﻬْﻢ ﻳـ َُﻘﻮﻟُ َﻮن َ َْﳔ‬iَ‫ ِ ﰲ ِﻢ ﻗُـﻠُﻮ ﱠ َﻣﺮ ٌ ضُﻳ‬i‫ﻓَـﺘَـَﺮىاﻟِﱠﺬﻳَﻦ‬

‫ ﰲأَ ْﻧـُﻔِ ِﺴﻬْﻢ ﻧَﺎِ ِد َﻣﲔ‬ib‫ﻋﻠَ َﻰﻣﺎأَﺳﱡﺮو ِْْا‬iَ َْْ i‫ﺤﻮا‬iَُُِ‫ ْﻔﺘِﺢ ْأَو ْأَ ٍﻣﺮ ﱢ ْﻣﻦ ِﻋﻨِﺪﻩ ِﻓَـ ْﻴُﺼِﺒ‬iَ‫ َﰐﺑِﺎ َْْﻟ‬ibِْ‫ﻪّﻠﻟا ُأَنﻳ َْﺄ‬

Terjemahnya: Maka kamu akan melihat orang-orang yang ada penyakit

dalam hatinya (orang-orang munafik) bersegera mendekati mereka

(Yahudi dan Nasrani), seraya berkata: "Kami takut akan mendapat

bencana". Mudah-mudahan Allah akan mendatangkan kemenangan

(kepada Rasul-Nya), atau sesuatu keputusan dari sisi-Nya. Maka

karena itu, mereka menjadi menyesal terhadap apa yang mereka

rahasiakan dalam diri mereka.

3. QS al-Anfa/8: 49.
ُْ
َ iَُُِ‫َُﻤﻨَﺎِﻓ‬i‫ْإِذ َُﻳـﻘ ُﻮل اْﻟ‬
َ iٌ ‫ ﱠ َﻣﺮ‬i‫ﻘﻮن َواﻟِﱠﺬﻳَﻦ ِ ﰲ ِﻢ ﻗُـﻠُﻮ‬
‫ض ﱠﻏﺮ َﻫـُﺆﻻ ِءدﻳﻨُـُﻬْﻢ َ َوﻣﻦﻳـَﺘَـ َ ﱠﻮ ْﻛﻞ‬

‫َﻋﻠَﻰﻪِّﻠﻟا ﻓَِﺈﱠن اﻟﻠّ ﻪَ ِﻋﺰﻳٌﺰ َ ِﺣﻜﻴٌﻢ‬

Terjemahnya: (Ingatlah), ketika orang-orang munafik dan orang-orang

yang ada penyakit di dalam hatinya berkata: "Mereka itu (orang-orang

mukmin) ditipu oleh agamanya". (Allah berfirman): "Barangsiapa yang

bertawakkal kepada Allah, Maka Sesungguhnya Allah Maha Perkasa

lagi Maha Bijaksana”.

4. QS al-Taubah/9: 125.
‫ﱠ‬
َ iَُُِ‫ ُو ْﻫﻢ َﻛﺎِﻓ‬iَ َْْ i‫ ﱃِرْ ِﺟ ِﺴﻬْﻢ ََوﻣﺎﺗُﻮا‬iََِ‫وأَﻣﺎاﻟِﱠﺬﻳَﻦ ِ ﰲ ِﻢ ﻗُـﻠُﻮ ﱠ َﻣﺮ ٌ ضﻓَـَﺰاَد ْﺗـُﻬْﻢ ِرْ ﺟﺴﺎ ًِإ‬
َ‫ﺮون‬

13
Terjemahnya: Dan Adapun orang-orang yang di dalam hati mereka ada

penyakit, maka dengan surat itu bertambah kekafiran mereka,

disamping kekafirannya (yang telah ada) dan mereka mati dalam

Keadaan kafir.

5. QS Al-Hajj/22: 53.

‫ ﻗُـﻠُﻮﺑـُُﻬْﻢ َوإِﱠن‬i‫َﻘﺎِﺳﻴَِﺔ‬i‫ َوا َْْﻟ‬i‫ ض‬iٌ ‫ ﱠ َﻣﺮ‬i‫ ِ ﰲ ِﻢ ﻗـُﻠُﻮ‬i‫ ﻟﱢﻠِﱠﺬﻳَﻦ‬iً i‫ ْﻓِﺘـﻨَﺔ‬i‫ اﻟﱠﺸ ْﻴﻄَﺎُن‬i‫ﻟِ ْﻴَ َﺠ َﻌﻞ َﻣﺎ ﻳـُْﻠِﻘﻲ‬

ِ َِ‫اﻟﻈﱠﺎﻟِ َﻤﲔ ﻟ‬
‫ﻔﻲ َﺷﻘﺎٍ قﺑَ ِﻌﻴٍﺪ‬

Terjemahnya: Dia (Allah) ingin menjadikan apa yang dimasukkan oleh

syaitan itu, sebagai cobaan bagi orang-orang yang di dalam hatinya ada

penyakit dan yang kasar hatinya. dan Sesungguhnya orang-orang yang

zalim itu, benar-benar dalam permusuhan yang sangat.

6. QS Al-Nur/24: 50.
ْ
‫ ُ ْﺑَﻞ أُوﻟَﺌِ َﻚ‬i‫ﻬْﻢ ََورُﺳﻮﻟُﻪ‬ib‫ ﻪﱠﻠﻟا ُ َﻋﻠَ ِْْﻴ‬i‫ َِﳛﻴ َﻒ‬i‫ أَن‬i‫ َﳜَﺎﻓُ َﻮن‬i‫ ْأَم‬i‫ ْارﺗَﺎﺑُﻮا‬i‫ أَِم‬i‫ ض‬iٌ ‫ ﱠ َﻣﺮ‬i‫أَِ ﰲ ِﻢ ﻗُـﻠُﻮ‬

َ َُiُِ‫ُﻫُﻢ اﻟﻈﱠﺎِﻟ‬
‫ﻤﻮن‬

Terjemahnya: Apakah (ketidakdatangan mereka itu karena) dalam hati

mereka ada penyakit, atau (karena) mereka ragu-ragu ataukah (karena)

takut kalau-kalau Allah dan Rasul-Nya Berlaku zalim kepada mereka?

sebenarnya, mereka Itulah orang-orang yang zalim.

7. QS Al-Ahzab/33: 12, 32, dan 60.

َi‫َُ َورُﺳﻮﻟُﻪ ُإِﱠﻻ ُُﻏﺮورا‬iَ ُ ‫َُﻘ َﻮن َواﻟِﱠﺬﻳَﻦ ِ ﰲ ِﻢ ﻗُـﻠُﻮ ﱠ َﻣﺮ ٌ ضﱠ ﻣﺎ َ َوﻋَﺪﻧَﺎﻪﱠﻠﻟا‬iُِ‫َُﻤﻨَﺎِﻓ‬i‫ً و ْإِذ ﻳـ َُﻘ ُﻮل ا ُْْﻟ‬

Terjemahnya: Dan (ingatlah) ketika orang-orang munafik dan orang-

orang yang berpenyakit dalam hatinya berkata: "Allah dan Rasul-Nya

tidak menjanjikan kepada Kami melainkan tipu daya".

14
َْ َ‫َ ْﻘﻮِ لﻓَـﻴ‬i‫ ﺑﺎ َْْﻟ‬i‫ َﻀْ َﻌﻦ‬iْ‫ ﻼَﲣ‬iَ‫ ﱳﻓ‬iَُ‫ اﺗﱠـ َﻘ ُْْﻴﱠ‬i‫ اﻟﻨﱢَﺴﺎءإن‬i‫ ﱢﻣﻦ‬i‫ ﱳَﻛﺄ َ ٍﺣﺪ‬i‫ﺴ‬
ِ i‫ اﻟِﱠﺬي‬i‫ َﻤﻊ‬iَ‫ْﻄ‬ ‫ ﱯ ْﻟَ ُﱠ‬i‫ اﻟﻨِﱢﱠ‬i‫َِﺴﺎء‬iَ‫ﻳَﺎِﻧ‬
ِ ِ َ

‫َﻦ ﻗَـْﻮ ﻻًﱠ ْﻣﻌُﺮوﻓﺎ‬i‫ضوﻗُـ َْْﻠ‬


َ ٌ ‫ً ﰲﻗَـْﻠﺒِﻪ َ َﻣﺮ‬

Terjemahnya: Hai isteri-isteri Nabi, kamu sekalian tidaklah seperti

wanita yang lain, jika kamu bertakwa. Maka janganlah kamu tunduk

dalam berbicara sehingga berkeinginanlah orang yang ada penyakit

dalam hatinya dan ucapkanlah Perkataan yang baik’.

‫ﻤ ِﺪﻳﻨَِﺔ ﻟَﻨُـْ ِﻐﺮﻳـَﻨﱠ َﻚ‬iَ‫ ِ ﰲ ا َْْﻟ‬i‫َُ ْﻤ ِﺮﺟُﻔ َﻮن‬i‫َُﻘ َﻮن َواﻟِﱠﺬﻳَﻦ ِ ﰲ ِﻢ ﻗُـﻠُﻮ ﱠ َﻣﺮ ٌ ض َوا ُْْﻟ‬iُِ‫َُﻤﻨَﺎِﻓ‬i‫ ﱂْﻳَﻨﺘَِﻪ ا ُْْﻟ‬i‫ﻟَﺌِﻦ ﱠ‬

‫ ﻓِﻴَﻬﺎإِﱠ ﻻﻗَﻠِﻴﻼ‬i‫ًِ ْﻢ ُﰒ ﱠَ ﻻُﳚَﺎِ ُوروﻧَﻚ‬

Terjemahnya: Sesungguhnya jika tidak berhenti orang-orang munafik,

orang- orang yang berpenyakit dalam hatinya dan orang-orang yang

menyebarkan kabar bohong di Madinah (dari menyakitimu), niscaya

Kami perintahkan kamu (untuk memerangi) mereka, kemudian mereka

tidak menjadi tetanggamu (di Madinah) melainkan dalam waktu yang

sebentar.

8. QS Muhammad/47: 20 dan 29
ْ
َ ‫ ْﺖ‬iَ‫وﻳـ َُﻘ ُﻮل اﻟِﱠﺬﻳَﻦ آَﻣﻨُﻮا ْﻟَ َﻮ ﻻﻧـُﱢﺰﻟَ ْﺖ ُﺳ َﻮر ةٌﻓَِﺈ َذاأُﻧِﺰﻟ‬
‫ﻘﺘَﺎُل َرأَ ْﻳ‬ib‫َِِﻛﺮ ﻓِﻴَﻬﺎا ِْْﻟ‬iَ ‫ُﺳﻮر ةﱡٌ ﳏَ َﻜﻤ ﺔٌَو ُذ‬

‫ ْﻤ ِﻮ تﻓَﺄَْ َوﱃ َ ْﳍُﻢ‬iَ‫ ْﻤ ِﻐ ﱢﺸﻲ َﻋ ْﻠَﻴِﻪ ِ َﻣﻦ ا َْْﻟ‬iَ‫َ ﺖ اﻟِﱠﺬﻳَﻦ ِ ﰲ ِﻢ ﻗُـﻠُﻮ ﱠ َﻣﺮ ٌ ضﻳَﻨﻈُُﺮ َون إِﻟَ ْﻴ َﻚ ﻧَﻈَﺮ ا َْْﻟ‬

Terjemahnya: Dan orang-orang yang beriman berkata: "Mengapa tiada

diturunkan suatu surat?" Maka apabila diturunkan suatu surat yang

jelas Maksudnya dan disebutkan di dalamnya (perintah) perang, kamu

Lihat orang-orang yang ada penyakit di dalam hatinya memandang

15
kepadamu seperti pandangan orang yang pingsan karena takut mati,

dan kecelakaanlah bagi mereka.

‫ َِْﺮج ﻪﱠﻠﻟا ُْأَﺿﻐَﺎﻧـَُﻬْﻢ‬ib‫ْأَم َ ِﺣﺴ َﺐ اﻟِﱠﺬﻳَﻦ ِ ﰲﻗُـ ِﻢ ﻠُﻮ ﱠ َﻣﺮ ٌ ضأَنﻟﱠﻦُ ﳜ‬

Terjemahnya: Atau Apakah orang-orang yang ada penyakit dalam

hatinya mengira bahwa Allah tidak akan Menampakkan kedengkian

mereka?

9. QS al-Isra/17: 82. َ

i‫َِﲔ َو ﻻَﻳَِﺰﻳُﺪ اﻟﻈﱠﺎﻟِ َﻤﲔ إَ ﻻﱠَﺧَﺴﺎرا‬iَ‫َُ ْﻘﺮآِن َﻣﺎُﻫَﻮ ِ َﺷﻔﺎ َء َورْ ﲪَ ﺔٌ ْﻟﱢﻠُ ْﻤ ِﺆﻣِﻨ‬i‫ً وﻧـُﻨَـﱢ ُﺰل ِ َﻣﻦ ا ُْْﻟ‬

Terjemahnya: Dan Kami turunkan dari Al-Qur’an suatu yang menjadi

penawar dan rahmat bagi orang-orang yang beriman dan Al-Qur’an itu

tidaklah menambah kepada orang-orang yang zalim selain kerugian.

10. QS Yunus/10: 57

َ ‫ﱢ‬ ُْ ْ
ِ ‫ ﻟﱢﻤﺎ ِ ﰲ اﻟﱡﺼ‬i‫ ﺔٌﻣﻦ ﱠرﺑﱢُﻜ ْﻢ َِو َﺷﻔﺎء‬iَ‫ﻜﻢ ﱠ ْﻣ ِﻮﻋﻈ‬iَُ‫ َﺟﺎءْﺗ‬i‫ﻳَﺎ أَﻳـﱡَﻬﺎ اﻟﻨﱠﺎُس ﻗَﺪ‬
ٌ ‫ ََورْ ﲪَﺔ‬i‫ َ ُوﻫًﺪى‬i‫ُﺪور‬

‫َِﲔ‬iَ‫ْﻟﱢﻠُ ْﻤ ِﺆﻣِﻨ‬

Terjemahnya: Wahai manusia, Sesungguhnya telah datang kepadamu

pelajaran dari Tuhanmu dan penyembuh bagi penyakit-penyakit (yang

berada) dalam dada dan petunjuk serta rahmat bagi orang-orang yang

beriman.

11. QS Al-Nahl/16: 69

ُ ‫ث ﱠم ُﻛﻠِ ِﻲﻣﻦُ ﱢﻛﻞ اﻟﺜﱠَ َﻤﺮا ِ تﻓَﺎْﺳﻠُِﻜ‬


‫ ﱡ ْﳐﺘَﻠِ ٌﻒ‬i‫ ٌب‬i‫ َ َﺷﺮا‬i‫َِﺎ ﺑُﻄُﻮ‬iَ ِi‫ ِﻣﻦ‬i‫ ُﺮج‬iَُ‫َُﻞ َرﺑِﱢﻚ ُذﻟُﻼ ًَ ُْﳜ‬iَ‫ﻲﺳُﺒ‬

َ ‫َﻮاﻧُﻪ ُﻓِﻴِﻪ ِ َﺷﻔﺎءﻟِﻠﻨﱠﺎِس إِﱠن ِ ﰲ َذﻟِ َﻚ ﻵﻳَ ﺔًﻟﱢَ ْﻘ ٍﻮم ﻳـَﺘَـَﻔﱠ ُﻜ‬i‫أَ َْْﻟ‬
‫ﺮون‬

16
Terjemahnya: Kemudian makanlah dari tiap-tiap (macam) buah-

buahan dan tempuhlah jalan Tuhanmu yang telah dimudahkan

(bagimu). dari perut lebah itu ke luar minuman (madu) yang

bermacam-macam warnanya, di dalamnya terdapat obat yang

menyembuhkan bagi manusia. Sesungguhnya pada yang demikian itu

benar-benar terdapat tanda (kebesaran Tuhan) bagi orang-orang yang

memikirkan.

12. QS al-Syuara’/26: 80.

َ‫ ْﻳَ ِﺸﻔِﲔ‬i‫ ُﺖ ﻓَـُﻬَﻮ‬i‫وإِ َذاَ ِﻣﺮْ ﺿ‬

Terjemahnya: Dan apabila aku sakit, Dialah yang menyembuhkan

Aku’.

Mengikuti petunjuk Nabi Saw. dalam proses pengobatan dan

pemeliharaan kesehatan yang didasarkan cinta kepada beliau akan

mendatangkan berkah tersendiri. Berikut ini sebagian anjuran-anjuran

beliau tentang proses pengobatan, sebagaimana hadits yang

diriwayatkan oleh al-Bukhari. Rasullah Saw. bersabda, “Kesembuhan

terdapat pada tiga hal, besetan bekam, meminum madu, dan dengan

tusukan panas (al-kay), dan saya melarang umatku menggunakan

tusukan besi panas”. (H.r. al-Bukhâri). Dari hadits di atas dapat

dipahami bahwa bekam adalah sistem pengobatan medis sebagai

pengobatan dari luar yang sering dilakukan Nabi Saw. untuk

medapatkan kesembuhan manakala beliau sakit, dan juga beliau

anjurkan untuk umatnya. Sementara madu sendiri beliau jadikan

sebagai nutrisi untuk penyembuhan dari dalam tubuh sekaligus untuk

17
menetralkan racun-racun yang ada di dalam tubuh. Penggunaan al-kay

(besi panas) sudah sangat populer di kalangan masyarakat pada masa

Rasullah Saw., akan tetapi pad beberapa kasus menimbulkan kecacatan

pada pasien, oleh karena itu dilarang oleh Nabi Saw. kecuali dalam

keadaan terpaksa. Dalam hal ini Nabi Saw. sendiri pernah menjalani

al-kay 1 (satu) kali saja sepanjang hidupnya. Sementara kedokteran

modern belum menemukan rahasia dibalik al-kay ini.

Pengobatan Nabi Saw. pada masalah penggunaan obat harus memperhatikan

9 hal penting, meliputi:

1) Pengobatan harus dimulai dari perbaikan gizi.

2) Jika tidak sembuh digunakan obat alami

3) Metode pengobatan lain dibolehkan seuai anjuran tabib (dokter).

4) Tidak berobat dengan barang yang haram. Karena Allah Swt. tidak

menjadikan barang yang haram sebagai obat.

5) Pembekaman merupakan pengobatan medis untuk kesehatan tubuh.

6) Pada beberapa keadaan ruqyah bisa digunakan sebagai pengobatan baik

jasmani maupun rohani, kadang-kadang berdiri sendiri dan sering kali

campuran dengan metode lain.

7) Tidak ada istilah obat bebas, semua obat harus diberikan oleh yang ahli

(tabib/ dokter) yang mengetahui tata cara, dosis obat, dan efek sampingnya

8) Keyakinan yang kuat bahwa tidak ada yang bisa menyembuhkan orang sakit

kecuali Allah Swt.

18
9) Penggunaan bahan beracun dan berbahaya hanya boleh jika keadaan

mendesak dan dalam pengawasan yang ketat oleh yang ahli (dokter/tabib)

yang mengetahui seluk beluk obat tersebut.

Beberapa Hadis Rasulullah saw.yang membahas mengenai penyakit dan

pengobatan, di antaranya:

َ‫َُداء ًإِﱠﻻ أَ ْﻧـ َ َﺰ لﻟَﻪ ُِ َﺷﻔﺎء‬iَ ُ ‫ً ﻣﺎأَ ْﻧـَﺰَ ل ﻪﱠﻠﻟا‬

Artinya:

Tiadalah Allah menurunkan penyakit, kecuali dengan menurunkan obatnya.

َ ‫ً أَ ﻻﻧـَﺘَﺪاَوىﻗَﺎ َ لﻧـَﻌْﻢ ﻳَﺎِﻋﺒَﺎَد ﻪِﱠﻠﻟا ﺗَﺪاَوْ واﻓَِﺈﱠن اﻟﻠ ﱠ َﻪﱂ ْﻳََﻀْ ﻊ َداء ًإِﱠﻻ ََو‬
‫ﺿﻊ ﻟَﻪ ُِ َﺷﻔﺎء‬

Artinya: Apakah kami harus berobat. Dijawab: ya, berobatlah wahai hamba-

hamba Allah, karena Allah tidak menciptakan penyakit, kecuali juga

menciptakan obatnya.

2.5 Metode Pengobatan Para Nabi dan Rasul Sebelumnya

Terdapat banyak teladan yang dapat diambil dari nabi dan rasul Allah,

salah satunya mengenai kesehatan. Ada beberapa metode pengobatan yang

dilakukan pada saat dahulu yang dilakukan oleh nabi dan rasul, yaitu Nabi

Musa a.s, Nabi Isa a.s, dan Nabi Muhammad SAW.

2.5.1 Nabi Musa a.s

Nabi Musa tidak lepas dari sifat kemanusiaannya yang merupakan

sunnatulloh yaitu sakit. Beliau pernah sakit gigi, lalu memetik sehelai daun

yang diniatkan sebagai obat yang hakikatnya Allah menyembuhkan kemudian

di tempelkannya daun tersebut pada anggota tubuh yang sakit, karena

mukjizatnya seketika itu sembuh. Dan kedua kali nya beliau sakit kemudian

19
memetik sehelai daun secara spontanitas tanpa diniatkan sebagai obat yang

hakikatnya Allah Sang Penyembuh maka ketika itu sakitnya tidak sembuh.

Ketika Nabi Musa memimpin Bani Israel keluar dari Mesir menghindari

kejaran Firaun dan pasukannya, mendadak Nabi Musa sakit perut di tengah

jalan. Nabi Musa kemudian mengeluh kepada Allah, dan Allah

memerintahkan agar Nabi Musa naik bukit memetik daun dari sebatang

pohon tertentu untuk menyembuhkan sakit perutnya. Nabi Musa naik, dan

sebelum menyentuh daun itu, perutnya sudah sembuh. Musa kembali ke

tempatnya semula. Setelah beberapa lama, mendadak Nabi Musa sakit perut

lagi. Dia langsung naik ke bukit dan memakan daun tadi. Tetapi, meski sudah

memekan sekian lembar daun, perutnya tak kunjung sembuh-sembuh jua.

Dari kisah di atas dijelaskan bahwa yang membuat sakit menjadi sembuh itu

bukanlah obat. Bahkan, dalam kasus sakit gigi dan sakit perut yang diderita

oleh Nabi Musa, kesembuhan gigi yang sakit itu bukanlah karena rumput dan

kesembuhan sakit perut bukanlah sekian lembar daun. Namun, hakikat

kesembuhan ialah Tuhan semata. Meskipun selembar daun itu mengandung

unsur-unsur yang secara ilmiah memang rasional bisa menyembuhkan sakit

perut. Allah SWT menunjukkan kepada Nabi Musa bahwa rumput dan daun

yang dulu digunakan sebagai obat itu ternyata tidak mampu menyembuhkan

rasa sakit jika Allah SWT tidak mengizinkan.

2.5.2 Nabi Isa a.s

Nabi Isa AS dikisahkan menyembuhkan umat dengan kusta dan

mengembalikan penglihatan yang terlahir buta. Menurut para musafir, Nabi

Isa mengobati penyakit buta dan kusta dengan cara di usap dengan tangan

20
nya, mata yang buta dan anggota tubuh yang terkena kusta dengan izin Allah

melalui mukjizatnya maka seketika itu sembuh.Tentunya, mukjizat bisa

dilakukan atas izin Allah SWT.

"Dan (ingatlah) di waktu kamu menyembuhkan orang yang buta sejak dalam

kandungan ibu dan orang yang berpenyakit sopak dengan seizin-Ku." (QS Al-

Ma'idah: 110).

Hal serupa juga ditemukan dalam Al-Qur'an surat Al-Imran.

“Dan akan dijadikan-Nya sebagai Rasul kepada Bani Israil (dia berkata) Aku

telah datang kepadamu dengan sebuah tanda (mukjizat) dari Tuhan mu, yaitu

aku membuatkanmu (sesuatu) dari tanah berbentuk seperti burung, lalu aku

meniup nya, maka ia menjadi seekor burung atas izin Allah. Dan aku

menyembuhkan orang yang buta sejak lahir dan orang yang berpenyakit

kusta. Dan aku menghidupkan orang mati dengan izin Allah, dan aku

beritahukan kepadamu apa yang kamu makan dan apa yang kamu simpan di

rumahmu. Sesungguhnya pada yang demikian itu terdapat suatu

tanda(kebenaran kerasulanku) bagimu,jika kamu orang yang beriman.”(QS

Ali-Imran:49).

2.5.3 Nabi Muhammad a.s

Nabi Muhammad SAW sebagai Rasul yang diperintahkan Allah untuk

menyampaikan wahyu kepada umat-nya tidak lepas tingkah lakunya dari Al-

Qur’an karena beliau dijadikan suri tauladan yang baik untuk semua manusia.

Firman Allah : “Sesungguhnya pada diri Rasul itu terdapat suri tauladan yang

baik untuk kamu, bagi orang-orang yang mengharapkan rahmat (Allah) dan

(kedatangan) hari kiamat dan yang banyak mengingat Allah”. (QS Al-Ahzab:

21
21). Nabi Muhammad SAW juga mewariskan berbagai metode pengobatan

untuk umatnya yang dikenal sebagai thibbun nabawi. Beberapa ulama telah

menjelaskan definisi thibbun nabawi. Secara umum thibbun nabawi adalah

segala sesuatu yang disebutkan oleh Al-Qur’an dan As-Sunnah yang Shahih

yang berkaitan dengan kedokteran baik berupa pencegahan (penyakit) atau

pengobatan. Thibbun nabawi adalah (metode) pengobatan Rasulullah SAW

yang beliau ucapkan, beliau tetapkan (akui) beliau amalkan, merupakan

pengobatan yang pasti bukan sangkaan, bisa mengobati penyakit jasad, ruh

dan indera. Berikut beberapa metode pengobatan Rasulullah SAW :

a. Ruqyah

Ruqyah merupakan salah satu cara pengobatan yang pernah

diajarkan malaikat jibril kepada Nabi Muhammad SAW. Ketika

Rasulullah sakit maka datang malaikat jibril mendekati tubuh beliau,

kemudian jibril membacakan salah satu doa sambil ditiupkan ketubuh

Nabi, seketika itu beliau sembuh. Inilah doanya : ”Bismillahi arqiika

minkulli syai-in yu’dziika minsyarri kulli nafsinau-ainiasadin Alloohu

yasyfiika bismillahi arqiika”. Ada 3 cara ruqyah yang dilakukan oleh Nabi

1) Nafats

Yaitu membacakan ayat Al-Qur’an atau doa kemudian di tiupkan pada

kedua telapak tangan kemudian di usapkan keseluruh badan pasien yang

sakit. Dalam suatu riwayat bahwasanya Nabi Muhammad SAW apabila

beliau sakit maka membaca Al-muawwidzat yaitu tiga surat Al-Qur’an

yang diawali dengan A’udzu yaitu surat An-Naas, Al-Falaq, dan Al-

22
ikhlas kemudian di tiupkan pada kedua telapak tangannya lalu diusapkan

keseluruh badan.

2) Air liur yang ditempelkan pada tangan kanannya.

Di riwayatkan oleh Bukhari-Muslim, bahwasanya Nabi Muhammad

SAW apabila ada manusia yang tergores kemudian luka, maka kemudian

beliau membaca doa kemudian air liurnya ditempelkan pada tangan

kanannya, lalu di usapkan pada luka orang tersebut. Adapun doa yang

dibaca adalah sebagai berikut “Allahumma robbinnas adzhabilbas isyfi

antasy-syafii laa syifa-a illa syifa-uka laa yughodiru saqoman”.

3) Meletakkan tangan pada salah satu anggota badan.

Nabi Muhammad SAW pernah memerintahkan Utsman bin Abil Ash

yang sedang sakit dengan sabdanya : “letakkanlah tanganmu pada

anggota badan yang sakit kemudian bacalah Basmalah 3x dan A’udzu bi-

izzatillah waqudrotihi minsyarrimaajidu wa uhajiru 7x”.

b. Bekam

Berbekam termasuk pengobatan yang diajarkan Rasulullah SAW,

bahkan Rasulullah SAW pernah melakukan bekam dan memberikan upah

kepada tukang bekam. Rasulullah bersabda: “Sesungguhnya sebaik-baik

apa yang kalian lakukan untuk mengobati penyakit adalah dengan

melakukan bekam”. Ibnu ‘Abbas radhiallahu ‘anhuma mengabarkan,

“Sesungguhnya Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam berbekam pada

bagian kepalanya dalam keadaan beliau sebagai muhrim (orang yang

berihram) karena sakit pada sebagian kepalanya.” (HR. Al-Bukhari no.

5701). Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam juga bersabda:

23
“Obat/kesembuhan itu (antara lain) dalam tiga (cara pengobatan): minum

madu, berbekam dan dengan kay, namun aku melarang umatku dari

kay.”11 (HR. Al-Bukhari no. 5680).

c. Mengkonsumsi Habbatus Sauda/ Jintan Hitam

Imam Bukhari meriwayatkan dari ‘Aisyah radhiyallahu ‘anha.

bahwa ia pernah mendengar Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda

yang artinya: “Sungguh dalam habbatus sauda’ itu terdapat penyembuh

segala penyakit, kecuali as-sam.” Saya bertanya, “Apakah as-sam itu?”

Dia menjawab, “Kematian”. (HR.Bukhari). Habbatus sauda’ berkhasiat

mengobati segala jenis penyakit dingin, bisa juga membantu kesembuhan

berbagai penyakit panas karena faktor temporal. Biji habbatus sauda’

mengandung 40% minyak takasiri dan 1,4% minyak atsiri, 15 jenis asam

amino, protein, Ca, Fe, Na dan K. kandungan aktifnya thymoquinone

(TQ), dithymouinone (DTQ), thymohydroquimone (THQ) dan thymol

(THY). Telah terbukti dari berbagai hasil penelitian ilmiah bahwa

habbatus sauda’ mengaktifkan kekebalan spesifik/kekebalan didapat,

karena ia meningkatkan kadar sel-sel T pembantu, sel-sel T penekan, dan

sel-sel pembunuh alami.

d. Mengkonsumsi Madu

“Dari perut lebah itu keluar cairan dengan berbagai warna, di

dalamnya terdapat kesembuhan bagi manusia.” (QS. An-Nahl: 69).

Sebagaimana menurut QS An-Nahl: 69 bahwa madu Allah jadikan sebagai

obat maka Rasulullah menggunakan madu untuk mengobati salah satu

keluarga sahabat yang sedang sakit. Dalam satu riwayat, ada sahabat yang

24
datang kepada Rasulullah memberitahukan anaknya sedang sakit,

kemudian Nabi menyuruh meminumkan anaknya madu sambil membaca

doa.

25
e. Menggunakan Minyak Zaitun

Menurut Tirmidzi dan Ibnu Majah, Sayyid Al-Ansari

meriwayatkan bahwa Nabi (saw) berkata, "Makanlah minyak zaitun dan

pijatlah di atas tubuh Anda karena ini adalah pohon suci (mubarak)".

Menurut Ibn Al-Juzi, Zanbi, Alqama Ibn Amir meriwayatkan bahwa Nabi

(saw) mengatakan, "Ada minyak zaitun untuk Anda; makanlah, pijat di

atas tubuh Anda, karena ini efektif untuk wasir".

2.6 . Metode Pengobatan Hukama (Al-Hikmah)

Ahli Hikmah adalah orang-orang shalih yang diberikan oleh Allah

Subhanahu wa Ta’ala ilmu dan Karomah sehingga dia tahu rahasia Allah

Subhanahu wa Ta’ala. Para Ahli Hikmah umumnya dijadikan sebagai

Thabib (Dokter) atau Paranormal oleh kebanyakan orang karena mereka

mendapat bimbingan langsung dari Allah SWT. Allah memberikan Al-

Hikmah (kebijaksanaan) kepada orang yang dikehendaki sesuai dengan

Firman-Nya dalam Surat Al-Baqarah ayat 269.

ُ ِ ‫ت ۡٱل‬ ۚ َ َ ‫ة من ي‬ ِ ‫ي ُ ۡتؤِي ۡٱل‬


َ ِ ‫ة فَ َق ۡد أوت‬
‫ي‬ َ ‫ح ۡك‬
َ ‫م‬ َ ‫من ي ُ ۡؤ‬
َ َ‫ش ٓا ُء و‬ َ ‫ح ۡك‬
َ َ ‫م‬
َ ُ
ِ َٰ ‫ما يَذ َّك َّ ُر إِٓاَّل أوْلُوا ْ ۡٱلأ ۡلب‬
٢٦٩ ‫ب‬ َ َ‫ير ۗا و‬
ٗ ِ ‫خ ۡي ٗرا كَث‬
َ

Artinya: “(Allah) memberikan hikmah-Nya kepada yang Ia kehendaki.

Barang siapa yang diberinya Al-Hikmah maka ia mendapat banyak

kebaikan. Hanya orang-orang yang mau berpikir yang dapat mengambil

pelajaran”

Beberapa metode yang digunakan oleh para ahli hikmah tidaklah berbeda

jauh dengan metode yang digunakan oleh Rasulullah SAW, karena sebagian

26
besar metode yang digunakan juga mengacu kepada ayat-ayat Alquran serta

hadist, beberapa metode yang digunakan yaitu :

a. Ruqyah

Ruqyah yang diajarkan kepada Nabi dan yang dilakukan oleh nabi,

berbeda dengan yang dilakukan oleh hukama, tetapi doa yang mereka

gunakan pengertiannya sama. Para ahli Hikmah apabila mengobati

seseorang dengan cara ruqyah dengan membacakan ayat Alquran atau doa

kemudian ditiupkan kedalam air yang nantinya air itu di minum oleh si

pasien.

b. Wafaq

Wafaq ialah ayat Alquran, Asma Allah, Zikir, atau doa yang ditulis

diatas benda seperti kertas, kain yang dijadikan sebagai media pengobatan

atau lainnya oleh para Ahli Hikmah. Salah satu contoh yaitu wafaq untuk

orang yang sakit hati (liver) ditulis pada gelas putih kemudian diisi air lalu

di minumkan (tulis huruf Ha besar 2 kali dan huruf ‘ain 6 kali).

Dengan demikian, sudah sepantasnya seorang muslim menjadikan

pengobatan nabawiyyah bukan hanya sekedar sebagai pengobatan alternatif.

Namun menjadikannya sebagai cara pengobatan yang utama, karena

kepastiannya datang dari Allah SWT. Namun tentunya berkaitan dengan

kesembuhan suatu penyakit, seorang hambatidak boleh bersandar semata

dengan pengobatan tertentu, dan tidak boleh meyakini bahwa obatlah yang

menyembuhkan penyakitnya. Namun seharusnya ia bersandar dan

berantung kepada Dzat yang memberikan penyakit dan yang menurunkan

obatnya sekaligus yaitu Allah SWT. Sungguh tidak ada yang dapat

27
memberikan kesembuhan kecuali Allah SWT semata. Karena itulah Nabi

Ibrahim memuji Rabbnya:

ۡ ۡ ِ‫مر‬
ِ ‫ت فَهُوَ ي َ ش ِف‬
٨٠ ‫ين‬ ُ ‫ض‬ َ ‫وَإِذ َا‬
“Dan apabila aku sakit, Dia lah yang meyembuhkan ku”. ( QS Asy-

Syu’ara’: 80).

2.7 Pengobatan Tradisional Menurut Pandangan Islam

Jauh sebelum Islam masuk di kalangan masyarakat, masyarakat telah

memiliki pengetahuan terhadap cara pengobatan berdasarkan pengalamannya.

Pengobataan terebut dinamakan pengobataaan traadisionaaal, dapat dikatakan

bahwa pengobatan tradisional ini dimanapun (termasuk diIndonesia), adalah

yang primitif, jadi tidak ilmiah dan spekulatif, mistik, magic dan statisserta

tidak di ajarkan. Jampi-jampi dan rajah serta azimat dilarang oleh islam.

Karena semua itu membawa manusia kepada perbuatan syirik.

Pengobatan tradisional tidak hanya berhubungan dengan makhluk halus,

tetapi bisa berdasarkan gejala atau keluhan yang diderita, Obat yang di

berikan juga tidak melanggar syariat yaitu berupa jamu. Jamu adalah sebutan

dari obat tradisional khas Indonesia. Terbuat dari bahan-bahan alami berupa

tumbuhan seperti rimpang (akar-akaran), daun-daunan, kulit batang, dan

buah. Selain jamu, pengobatan tradisional yang lain yaitu pijat metode

penyembuhan atau terapi kesehatan tradisional, dengan cara memberikan

tekanan kepada tubuh  – baik secara terstruktur, tidak terstruktur, menetap,

atau berpindah tempat – dengan memberikan tekanan, gerakan, atau getaran,

baik dilakukan secara manual ataupun menggunakan alat mekanis.

28
Pengobatan tradisional tersebut di perbolehkan selama tidak merusak diri

sediri dan orang lain serta tidak mengarah kepada ke syirikan.

2.8 Pengobatan Modern Menurut Pandangan Islam

Pengobatan modern berasal dari pengobatan tradisional. Dan merupakan

perkembangan hasil dari kerja akal manusia yang diberi kesempatan untuk

aktif memikirkan dan merenungkan kehidupan ini. Pengobatan modern

menurut pandangan islam adalah segala tekhnik pengobatan yang

berdasarkan hasil dari befikir dan mengembangkan ilmu dan pengetahuan

dalam bidang kesehatan dengan mengandalkan akal yang telah diberikan oleh

Allah SWT untuk di kembang kan dan di amalkan guna manusia dan alam

sekitarnya. Allah menurunkan segala penyakit tanpa menjelaskan secara

terperinci mengenai jenis penyakitnya dan Allah menurunkan obatnya tanpa

menyebutkan apa obatnya dan bagaimana cara memakainya. Masalah ini

haruslah dikerjakan oleh manusia dengan akal, ilmu dan penyelidikan yang

sekarang dinamai science bersama teknologinya.

Alquran sebagai salah satu sumber thibbun nabawi telah menyajikan

banyak ayat yang berhubungan dengan penyakit dalam tubuh dan pikiran

serta cara penyembuhannya. Alquran berbicara tentang kesehatan fisik dan

mental yang buruk atau penyakit hati. Alquran juga memuat doa untuk

kesehatan yang baik sebagaimana panduan terapi khusus, seperti madu, hanya

memakan makanan yang sehat dan halal, menghindari makanan yang haram

dan tidak sehat, serta tidak makan dalam jumlah yang berlebihan.

Sebagaimana sistem pengobatan modern, dalam thibbun nabawi juga

dikenal adanya tiga metode pengobatan, yakni preventif (pencegahan),

29
spiritual, dan kuratif (penyembuhan). Tindakan pencegahan menurut

kacamata Islam tergantung pada kondisi ilmu pengetahuan serta

perubahannya mengikuti ruang dan waktu. Metode preventif telah banyak

dilakukan pada zaman Rasulullah, hal tersebut meliputi karantina untuk

penderita wabah, melarang urinasi pada air yang tenang atau tidak mengalir,

penggunaan sikat gigi, siwak, perlindungan rumah pada malam hari dari

kebakaran dan penyakit pes, meninggalkan sebuah negara karena keadaan air

dan iklimnya, kesehatan mental dan pernikahan, kesehatan pernikahan dan

seksual, kontrol diet untuk mencegah berat badan berlebihan, menjaga

kebersihan, dan mencegah najis. Metode spiritual lebih berfokus pada

penyakit yang diakibatkan pada kelainan qalbu atau dalam bahasa modern

adalah penyakit mental. Stress yang ditimbulkan akibat kehidupan sehari-hari

dapat dicegah dengan melakukan dzikir dan membaca Alquran. Pada tahap

stress yang lebih berat dapat dilakukan rukyah untuk membantu mengatasi

hal tersebut. Metode kuratif atau penyembuhan ini juga sudah ada sejak

zaman Rasulullah, namun seiring berjalannya waktu semakin dikembangkan

sehingga menjadi lebih baik. Pengobatan yang dilakukan di antaranya adalah

melakukan diet; air dingin (untuk demam); serta mengonsumsi madu, susu,

dan jintan hitam (al habba al sauda). Tindakan medis yang lain yang

dilakukan seperti sterilisasi luka dan lain sebagainya.

Melalui hal tersebut dapat dikatakan bahwa Islam tidak membatasi

perkembangan pengobatan yang ada. Islam memberikan batasan-batasan

yang harus dilakukan untuk memberikan hal terbaik baik bagi umat manusia.

Pada waktu islam berkembang keluar jazirah arab, umat islam bertemu

30
dengan pengobatan Persia, Yunani dan hindia. Mereka menyerap segala

macam pengobatan itu serta menyesuaikannya dengan ajaran islam. Lalu

muncullah dokter-dokter muslim yang hebat dan berkualitas.

2.9 Bentuk Pengobatan yang Dilarang dalam Pandangan Islam

Berobat sangat dianjurkan dalam islam, Rasulullah SAW bersabda :

"Wahai hamba Allah, berobatlah, karena Allah tidak hanya menurunkan

penyakit, tetapi juga menurunkan obat. Kecuali bagi satu penyakit, yaitu

penyakit tua". (HR. Ahmad). "Setiap penyakit ada obatnya. Jika obat itu tepat

mengenai sasarannya, maka dengan izin Allah penyakit itu akan sembuh".

(HR. Imam Muslim). Diantara pengobatan yang dilarang adalah pengobatan

yang tidak sesuai dengan syari’at seperti pengobatan yang mengandung unsur

kesyirikan seperti sihir dan jimat, pengobatan dengan bantuan dukun, serta

melakukan pengobatan menggunakan sesuatu yang haram dan najis.

Sihir merupakan ungkapan tentang jimat-jimat, mantra-mantra, dan

sejenisnya yang dapat berpengaruh pada hati dan badan. Pengaruh sihir

tersebut tetap tergantung pada izin Allah Ta’ala. Sihir ini merupakan bentuk

kekufuran dan kesesatan. Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam bersabda,

“Jauhilah tujuh hal yang membinasakan!” Para shahabat bertanya, ”Wahai

Rasulullah! Apa saja itu?” Maka Rasulullah bersabda, ”Yaitu syirik kepada

Allah, sihir (HR. Bukhari dan Muslim). Selain sihir, pengobatan yang

mengandung unsur kesyirikan yaitu penggunaan jimat untuk mencegah atau

mengobati penyakit tertentu. Hal ini termasuk kesyirikan karena Rasulullah

shallallahu alaihi wa sallam bersabda,

31
”Barangsiapa menggantungkan jimat (tamimah), maka dia telah berbuat

syirik” (HR. Ahmad).

Demikian pula, diharamkan bagi seseorang untuk berobat kepada dukun.

Pada hakikatnya, dukun tidak berbeda dengan tukang sihir dari sisi bahwa

keduanya meminta bantuan kepada jin dan mematuhinya demi mencapai

tujuan yang dia inginkan. Sedangkan perbuatan meminta bantuan kepada jin

sendiri termasuk syirik besar. Karena meminta bantuan kepada jin dalam hal-

hal seperti ini tidaklah mungkin kecuali dengan mendekatkan diri kepada jin

dengan suatu ibadah atau “ritual” tertentu. Rasulullah SAW bersabda,

”Barangsiapa mendatangi seorang dukun dan mempercayai apa yang

dikatakannya, maka sesungguhnya dia telah kafir (ingkar) dengan wahyu

yang diturunkan kepada Muhammad” (HR. Ibnu Majah).

Tidak boleh pula seseorang berobat dengan menggunakan sesuatu yang

haram, meskipun tidak sampai derajat syirik. Dalam Kitab Thibbun

Nabawiyy (pengobatan cara nabi) karangan Ibnu Qoyyim al-Jawziyyah,

sebagaimana hadis yang diriwayatkan oleh Abu Dawud, dari Abu Darda,

Rasulullah bersabda: “Sesungguhnya Allah telah menurunkan penyakit dan

obat, dan Dia menjadikan bagi setiap (penyakit) ada obatnya, Maka

berobatlah kamu dan jangan kamu gunakan barang yang haram”. (HR. Abu

Dawud). Hadis lain adalah hadis riwayat Imam Bukhori, dari Ibnu Mas’ud

Rasulullah bersabda : “Sesungguhnya Allah tidak menjadikan kesembuhanmu

dalam apa yang diharamkanNya atasmu” (HR. Imam Bukhori) Hadis diatas

jelas bahwa kita dilarang menggunakan barang haram dan najis untuk

32
pengobatan. Bahkan Allah berjanji tidak akan menjadikan kesembuhan bagi

orang yang berobat dengan menggunakan barang yang haram.

Namun, pengguna barang haram dan najis tetap dilakukan dengan

beralasan dalil keadaan darurat, sebagaimana firman Allah dalam Q.S. Al-

Baqarah 173 : “Sesungguhnya Allah mengharamkan bagimu bangkai, darah,

daging babi, dan binatang (ketika disembelih) disebut (nama) selain Allah.

Tetapi barangsiapa dalam keadaan darurat (terpaksa) memakannya ia tidak

mengingingkannya dan tidak pula melampaui batas, maka tida ada dosa

baginya. Sesungguhnya Allah maha pengampun lagi maha penyayang”.

Sedangkan suatu keadaan dikatakan darurat sehingga harus menggunakan

barang haram dan najis apabila terdapat bahaya yang mengancam kehidupan

manusia jika tidak berobat, tidak ada obat lain yang halal sebagai ganti obat

yang haram, dan adanya suatu pernyataan dari seorang dokter muslim yang

dapat dipercaya, baik pemeriksaannya maupun agamanya (i'tikad baiknya).

2.10 Cara membedakan Pengobatan yang Syar’i dan Tidak

Tidaklah terlalu sulit untuk membedakan pengobatan alternatif yang

dibolehkan syar’i dan yang dilarang. Kendati dalam kondisi tertentu

diperlukan kejelian ekstra untuk membedakannya. Intinya adalah pemahaman

seseorang akan ilmu syar’i. Dengan ilmu syar’i yang memadai seseorang

akan dengan mudah bisa membedakannya. Jika cara pengobatan tersebut

dengan cara indrawi dan dapat dipertanggung jawabkan secara ilmiah maka

pengobatan ini diperbolehkan. Seperti pada ramuan tradisional, pijat refleksi

dan lainnya. Asalkan barang yang digunakan adalah barang yang halal, serta

tidak ada hal-hal aneh yang menjadi persyaratan pengobatan. Seperti adanya

33
pantangan terhadap sesuatu yang secara ilmiah tidak ada hubunganya dengan

penyakitnya atau mengamalkan amalan tertentu yang tidak ada tuntunannya

secara syar’i, seperti dengan cara semedi (meditasi), memperhitungkan

tanggal lahir, dan lainnya.

Selain cara hendaknya memperhatikan kondisi yang mengobati

(pengobatan menggunakan cara yang menunjukan simbol-simbol Islam).

Selain itu juga harus diperhatikan hal-hal aneh yang dilakukan dalam proses

penyembuhannya, seperti melakukan ritual puasa dengan cara dan batasan

tertentu yang tidak ada contohnya dalam syari’at. Diperintahkannya

mengamalkan dzikir tertentu, dengan bilangan dan waktu tertentu,

diperintahkannya membaca ayat tertentu, yang semuanya itu tidak ada

tuntunannya dari Rasulullah.

Semua amalan agama yang tidak ada tuntunannya dalam syari’at maka hal

itu terlarang. Rasulullah bersabda, “Barangsiapa yang membuat perkara-

perkara baru dalam urusan kami (perkara agama)yang tidak ada contohnya

maka ia tertolak’" (Riwayat Bukhari – Muslim). Dalam riwayat lain

dinyatakan, “Barangsiapa yang mengamalkan suatu amalan yang bukan

urusan kami (tidak ada contohnya) maka (amalan tersebut) tertolak” (Riwayat

Muslim).

Tercapainya tujuan bukanlah suatu indikator bahwa Allah merestui cara

yang digunakannya, sebagaimana iblis dikabulkan doanya oleh Allah

bukanlah berarti Allah meridhai iblis. Tatkala iblis meminta tangguh kepada

Allah agar dapat hidup hingga hari kiamat, maka Allah mengabulkannya,

sebagaimana firman-Nya: “Allah berfirman:

34
‫ ال ا ُومن َظ ُو ِعرني َن ُو ِعم َن ُو ِعإبَّن َك َق ا َل‬-١٥-

"Sesungguhnya kamu termasuk mereka yang diberi tangguh."

(Q.S. Al A’raf :15)

35
BAB III

PENUTUP

Kesimpulan

Dalam Al-Qur’an, kesehatan merupakan hal yang sangat penting, karena

terkait dengan kebutuhan lainnya. Makna kesehatan dalam dimensi yang lebih

dalam dan luas, yakni kesehatan dalam arti lahir dan batin atau jasmani dan

rohani. Seseorang yang beriman, harus mampu menjaga kesehatan jasmani dan

rohaninya. Islam memandang kesehatan lebih dari sekedar terhindarnya seseorang

dari penyakit. Bukan sekedar tubuh yang sehat, tetapi yang tak kalah pentingnya

adalah kebersihan batin dan kebersihan rohani.

Islam memandang masalah kesehatan secara komprehensif. Bukan hanya

fisik, psikis dan rohani yang perlu sehat, tetapi juga lingkungan. Karena

lingkungan adalah tempat sebuah komunitas manusia berdiam, beraktifitas dan

bersosialisasi, sehingga harus dijaga kebersihan dan kenyamanannya. Kelima hal

tersebut di atas, harus mendapat perhatian khusus dari umat Islam.

Dalam persoalan sakit dan penyakit, Islam mempunyai pandangan khusus

tentang hal ini, yaitu membagi penyakit menjadi dua, yaitu penyakit batin (hati,

jiwa) dan penyakit jasmani. Dengan demikian cara pengobatan juga dengan du

acara, yaitu pengobatan batin dan pengobatan jasmani.

36
DAFTAR PUSTAKA

Alfanzari, Achmad Syauqi. 2018. Penggunaan Ayat-Ayat Alquran Sebagai Obat,

Tesis. Universitas Islam Negeri Sunan Ampel

Hakim, Saifudin. 2011. Kepada Siapakah Anda Berobat?. Diakses dari :

https://muslim.or.id/5483-kepada-siapakah-anda-berobat.html. Pada 24

Maret 2020

Masyhudi. 2015. Hukum Berobat dengan Barang Haram dan Najis (Kajian

Kehalalan Obat). Diakses dari :

https://pspk.fkunissula.ac.id/sites/default/files/BEROBAT%20DENGAN

%20BARANG%20HARAM%20_%20NAJIS.pdf. Pada 24 Maret 2020

Muflih, Andi. 2013. Pengobatan Dalam Islam. Program Pascasarjana UIN

Alauddin Makassar.

Muhammad Utsman Syabir. 2005. Pengobatan Alternatif Dalam Islam. Jakarta:

Grafindo.

Sasongko, Agung. 2018. Artikel. Mengenal Sistem Pengobatan Dalam Islam.

Dalam https://www.google.com/amp/s/m.republika.co.id/amp/pfyq8h313

Suaramuslim.net. 2017. Berikut Metode Pengobatan Warisan Rasulullah.

https://suaramuslim.net/metode-pengobatan-warisan-rasulullah/

(Dikunjungi 25 Maret 2020)

Wikipedia. 2018. Thibbun Nabawi.

https://id.wikipedia.org/wiki/Thibbun_Nabawi (Dikunjungki 25 Maret

2020)

37

Anda mungkin juga menyukai