PNEUMONIA
Disusun Oleh;
Lisa Isdaryanti
NIM. SN151070
A. KONSEP PENYAKIT
1. Definisi................................................................................................... 3
2. Etiologi.................................................................................................. 3
3. Manifestasi Klinis.................................................................................. 4
4. Komplikasi............................................................................................. 5
5. Komplikasi............................................................................................ .6
6. Patofisiologi........................................................................................... 8
7. Pathways............................................................................................... 9
8. Penatalaksanaan.................................................................................... 10
B. ASUHAN KEPERAWATAN
1. Pengkajian............................................................................................ 11
a. Riwayat........................................................................................... 12
b. Pola Gordon.................................................................................... 13
c. Pemeriksaan fisik............................................................................ 15
d. Pemeriksaan Penunjang ................................................................. 16
2. Diagnosa Keperawatan......................................................................... 17
3. Perencanaan Keperawatan NIC-NOC................................................. 18
4. Evaluasi Keperawatan ........................................................................ 18
DAFTAR PUSTAKA
2
LAPORAN PENDAHULUAN
PNEUMONIA
A. Konsep Penyakit
adanya konsolidasi akibat eksudat yang masuk dalam area alveoli. (Axton
cairan radang, dengan atau tanpa disertai infiltrasi dari sel radang ke dalam
Gejala/tanda tersebut antara lain, demam, sesak napas, batuk dengan dahak
(anonim. 2011)
3
Pneumonia merupakan peradangan pada parenkim paru yang terjadi pada masa
anak-anak dan sering terjadi pada masa bayi. Penyakit ini timbul sebagai penyakit
primer dan dapat juga akibat penyakit komplikasi. (A. Aziz Alimul : 2006).
B. Etiologi
dan hal ini berdampak kepada obat yang akan di berikan. Mikroorganisme
penyebab yang tersering adalah bakteri, yang jenisnya berbeda antar Negara,
antara suatu daerah dengan daerah yang lain pada suatu Negara, maupun
bakteri yang berasal dari lingkungan rumah sakit ataupun dari lingkungan
luar. Karena itu perlu diketahui dengan baik pola kuman di suatu tempat.
- Bakteri
hemophilus influenza.
4
- Fungi
- Selain disebabkan oleh infeksi, pneumonia juga bisa di sebabkan oleh bahan-
o Adenovirus
o virus parainfluenza
o virus influenza
5
o Migrasi (perpindahan) organisme langsung dari infeksi di dekat paru-
paru.
- faktor resiko
dibawah 2 bulan, Jenis kelamin laki-laki , Gizi kurang, Berat badan lahir
pnuemonia bakteri pada bayi berusia kurang dari 3 bulan adalah streptococcus
enterik, dan chlamydia. Pada anak-anak berusia antara tiga bulan sampai 5
6
Penyebab paling sering pneumonia virus pada bayi adalah RSV. Adeno –
mikoplasma terjadi lebih sering pada anak-anak berusia lebih dari 5 tahun
C. Manifestasi Klinis
Takipnea
Krekels, rhonki
e. Diafoesis
f. Anoreksia
g. Malaise
7
i. Gelisah
j. Sianosis
Area sirkumoral
D. Komplikasi
mereka untuk tetap cukup bernapas tanpa bantuan agar tetap hidup.
untuk jalan napas dengan bilevel tekanan positif, dalam kasus lain
dan respons inflamasi dalam paru-paru segera diisi cairan dan menjadi
8
kesulitan penyaringan udara untuk cairan alveoli, harus membuat
darah dan respon sistem imun melalui sekresi sitokin. Sepsis seringkali
pleura ada pada orang dengan pneumonia, cairan ini sering diambil
9
infeksi berlansung lama, karena antibiotik tidak menembus dengan
disebut abses. Abses pada paru biasanya dapat dilihat dengan foto
kadang abses harus dikeluarkan oleh ahli bedah atau ahli radiologi.
E. Patofisiologi
rute infeksi yang peling sering. Rute inokulasi lain meliputi inhalasi, penyebaran
infeksi melalui darah (hematogen) dari area infeksi yang jauh, penyebaran
langsung dari tempat penularan infeksi. Jalan napas atas merupakan garis
liur, ekspulsi mukosiliar, dan sekresi IgA dapat terhambat oleh berbagai penyakit,
Pertahan ini dapat dihambat oleh penurunan kesadaran, merokok, produksi mukus
yang abnormal (mis, kistik fibrosis atau bronkitis kronis), penurunan imun,
10
Makrofag alveolar merupakan pertahanan primer terhadap invasi saluran
yang teraspirasi tanpa menyebabkan inflamasi yang bermakna. Bila jumlah atau
virulensi mikroorganisme terlalu besar, maka makrofag akan merekrut PMN dan
leukotrien, faktor nekrosis tumor (TNF), interleukin, radikal oksigen, dan protese.
ventilasi/perfusi dan hipoksemia. Terjadi apoptosis sel-sel paru yang meluas, ini
tetapi juga turut andil dalam proses patologis kerusakan paru. Infeksi dan
inflamasi dapat tetap terlokalisir di paru atau dapat menyebabkan bakteremia yang
11
F. Pathways
12
G. Penatalaksanaan Medis
13
1. Pencegahan
- Variasi/rotasi postural
kontroversial)
14
- Tekanan parsial oksigan dalam darah arteri (PaO2) < 60 atau PaCO2 > 50
- Foto rontgen dada dengan keterlibatan banyak lobus atau progresi cepat
pewarnaan gram pada sputum dapat menjadi panduan terapi pada pasien
rawat inap tetapi mungkin perlu diubah bila kultur dengan sensitivitas
versus rawat inap, usia, faktor risiko pasien, dan pengkajian pasien; pilihan
Aspirasi
Usia 18 sampai 40
tahun
makrolida atau
15
fluoroquinolon dengan
aminoglikosida
Fluoroquinolon dengan
klindamisin.
Pemeriksaan Diagnosis
untuk mengeluarkan organisme penyabab. Lebih dari satu tipe organisme yang
meskipun nilai pemeriksaan darah putih (white blood coun-WBC) rendah pada
infeksi virus
spesifik
16
6. LED: meningkat
menurun, hipoksemia
H. ASUHAN KEPERAWATAN
1. Pengkajian Keperawatan
17
Tanggal dan jam masuk rumah sakit :
Nomor register :
Diagnose medis :
- Riwayat Identitas klien
Nama :
Umur :
Jenis kelamin :
Pendidikan :
Alamat :
Pekerjaan :
Agama :
Suku bangsa :
Tanggal dan jam masuk rumah sakit :
Nomor register :
Diagnose medis :
- Riwayat Identitas Penangung Jawab
Nama :
Umur :
Alamat :
Pendidikan :
Pekerjaan :
Hubungan dengan pasien :
Keluhan utama
Biasanya didapatkan kelemahan anggota gerak sebelah badan, bicara pelo, dan
tidak dapat berkomunikasi.
Riwayat penyakit sekarang
Serangan stroke hemoragik seringkali berlangsung sangat mendadak, pada
saat klien sedang melakukan aktivitas. Biasanya terjadi nyeri kepala, mual,
muntah bahkan kejang sampai tidak sadar, disamping gejala kelumpuhan
separoh badan atau gangguan fungsi otak yang lain.
- Riwayat penyakit dahulu
18
Adanya riwayat hipertensi, diabetes militus, penyakit jantung, anemia, riwayat
trauma kepala, kontrasepsi oral yang lama, penggunaan obat-obat anti
koagulan, aspirin, vasodilator, obat-obat adiktif, kegemukan.
- Riwayat penyakit keluarga
Biasanya ada riwayat keluarga yang menderita hipertensi ataupun diabetes
militus.
19
Perubahan situasi karena hospitalisasi dapat mempengaruhi pola tidur dan
istirahat
6. Pola Kognitif dan Persepsi
Sensorik motorik menurun atau hilang mudah terjadi injury. Perubahan
persepsi dan orientasi Tidak mampu menelan sampai ketidakmampuan
mengatur kebutuhan nutrisi. Tidak mampu mengambil keputusan Pusing,
sinkope, sakit kepala, perdarahan sub arachnoid, dan intrakranial.
Kelemahan dengan berbagai tingkatan, gangguan penglihatan, kabur,
dyspalopia, lapang pandang menyempit. Hilangnya daya sensori pada
bagian yang berlawanan dibagian ekstremitas dan kadang-kadang pada sisi
yang sama di muka
7. Pola persesi terhadap diri
Emosi labil, respon yang tak tepat, mudah marah, kesulitan untuk
mengekspresikan diri
8. Pola hubungan peran
Dengan keterbatasan keadaan hospital maka akan mempengaruhi
hubungan dan peran terhadap keluarga, rekan kerja, dan tetangga.
9. Pola seksual dan reproduksi
Ketidakmampuan untuk melakukan kegiatan seksual dirumah sakit
membuat terpengaruhnya pola seksual, akan tetapi untuk pola reproduksi
biasanya tidak ada gangguan.
10. Pola mekanisme koping
Dengan adanya perubahan keadaan maka pasien tidak mampu mengambil
keputusan dan membutuhkan keluarga untuk bisa mengambil keputusan.
11. Pola nilai dan keyakinan
Persepsi terhadap agama yang dianut.
a. Pemeriksaan Fisik
20
a. Kepala
Pasien pernah mengalami trauma kepala, adanya hemato atau riwayat
operasi.
b. Mata
Penglihatan adanya kekaburan, akibat adanya gangguan nervus optikus
(nervus II), gangguan dalam mengangkat bola mata (nervus III),
gangguan dalam memotar bola mata (nervus IV) dan gangguan dalam
menggerakkan bola mata kelateral (nervus VI).
c. Hidung
Adanya gangguan pada penciuman karena terganggu pada nervus
olfaktorius (nervus I).
d. Mulut
Adanya gangguan pengecapan (lidah) akibat kerusakan nervus vagus,
adanya kesulitan dalam menelan.
e. Dada
- Inspeksi : Bentuk simetris
- Palpasi : Tidak adanya massa dan benjolan.
- Perkusi : Nyeri tidak ada bunyi jantung lup-dup.
- Auskultasi : Nafas cepat dan dalam, adanya ronchi,
suara jantung I dan II murmur atau gallop.
f. Abdomen
- Inspeksi : Bentuk simetris, pembesaran tidak ada.
- Auskultasi : Bisisng usus agak lemah.
- Perkusi : Nyeri tekan tidak ada, nyeri perut tidak ada
- Ekstremitas
Pada pasien dengan stroke hemoragik biasnya ditemukan
hemiplegi paralisa atau hemiparase, mengalami kelemahan otot
dan perlu juga dilkukan pengukuran kekuatan otot, normal : 5
21
1) Nilai 0 : Bila tidak terlihat kontraksi sama sekali.
2) Nilai 1 : Bila terlihat kontraksi dan tetapi tidak ada gerakan pada
sendi.
3) Nilai 2 : Bila ada gerakan pada sendi tetapi tidak bisa melawan
grafitasi.
4) Nilai 3 : Bila dapat melawan grafitasi tetapi tidak dapat melawan
tekanan pemeriksaan.
5) Nilai 4 : Bila dapat melawan tahanan pemeriksaan tetapi
kekuatanya berkurang.
6) Nilai 5 : bila dapat melawan tahanan pemeriksaan dengan
kekuatan penuh
b. Pemeriksaan Penunjang
Scan tomography computer bermanfaat untuk membandingkan lesi
cerebrovaskuler dan lesi non vaskuler. Misalnya saja hemorhagi subdural,
abses otak, tumor, atau hemorhagi intraserebral dapat terlihat pada CT
Scann. Daerah infark mungkin belum terlihat dengan CT Scann dalam 48
jam.
Angiography pernah digunakan sebelum adanya CT Scann. Untuk
membedakan lesi serebrovaskuler dengan lesi non vaskuler. Penting untuk
diketahui apakah terdapat hemorhagi, karena informasi ini dapat
membantu dokter memutuskan apakah dibutuhkan pemberian
antikoagulasi pada pasien atau tidak. Pencitraan resonan magnetic (MRI)
juga dapat membantu dalam membandingkan diagnosa stroke.
Pemeriksaan EKG dapat membantu menentukan apakah terddapat
disritmia, yang dapat menyebabkan stroke. Perubahan EKG lainnya yang
dapat ditemukan adalah inversi gelombang T, depresi ST, dan kenaikan
serta perpanjangan QT. Tidak ada pemeriksaan laboratorium yang
menjamin kepastian dalam menegakkan diagnosa stroke; bagaimanapun
pemeriksaan darah termasuk hematokrit dan hemoglobin yang bila
mengalami peningkatan dapat menunjukkan oklusi yang lebih parah; masa
22
protrombin dan masa protrombin parsial, yang memberikan dasar
dimulainya terapi antikoagulasi; dan hitung sel darah putih, yang dapat
menandakan infeksi seperti endokarditis bacterial sub akut.
Pada keadaan tidak terjadinya peningkatan TIK, mungkin dilakukan
pungsi lumbal. Jika ternyata terdapat darah dalam cairan serebrospinal
yang dikeluarkan, biasanya diduga terjadi henorhagi subarakhnoid
23
1. Bersihan jalan napas tidak Setelah dilakukan tindakan Pastikan kebutuhan suctioning
efektif b.d obstruksi jalan keperawatan selama … x 24 Auskultasi suara napas sebelum
nafas / peningkatan sekresi jam jalan napas klien efektif, dan sesudah suctioning
trakheobronkheal. dengan kriteria : Informasikan pada klien dan
keluarga tentang suctioning
Batasan karakteristik : Status Respirasi : Patensi Meminta klien napas dalam
Dispneu Jalan Nafas (0410) : sebelum suctioning
Orthopneu Suara napas bersih Berikan oksigen dengan kanul
Sianosis Tidak ada sianosis nasal untuk memfasilitasi
Ronkhi / krepitasi Tidak sesak napas / dispneu suctioning na-sotrakheal
Kesulitan berbicara Irama napas dan frekuensi Gunakan alat yang steril setiap
Keperawatan Kriteriamelakukan
Hasil tindakan Keperawatan
Batuk tidak efektif atau napas dalam rentang normal
tidak ada Klien tidak merasa ter-cekik Anjurkan klien napas dalam dan
Mata melebar Tidak ada sianosis istirahat setelah kateter
Produksi sputum me- Tidak gelisah dikeluarkan dari nasotrakheal
ningkat Sputum berkurang Monitor status oksigen pasien
Gelisah Hentikan suction apabila klien
Perubahan frekuensi dan Status Respirasi : Ventilasi me-nunjukkan bradikardi
irama napas (0403)
Mendemonstrasikan ba-tuk Airway manajemen ( 3140)
efektif 1. Buka jalan napas, gunakan teknik
Suara nafas yang bersih chin lift atau jaw thrust bila perlu
Tidak ada sianosis 2. Posisikan klien untuk memaksi-
Tidak ada dispneu (mam-pu malkan ventilasi
bernafas dengan mudah) 3. Identifikasi pasien perlunya pema-
Tidak ada pursed lips sangan jalan napas buatan
4. Pasang mayo bila perlu
5. Lakukan fisioterapi dada bila
perlu
6. Keluarkan secret dengan batuk
atau suction
7. Auskultasi suara napas , catat
adanya suara nafas tambahan
8. Kolaborasi pemberian
bronkodilator bila perlu
9. Monitor respirasi dan status
oksigen
Tim SAK Ruang Rawat Inap RSUD Wates. 2006. Standard Asuhan Keperawatan
Penyakit Saraf. Yogyakarta: RSUD Wates Kabupaten Kulonprogo
25