Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
a. Keanekaragaman
ANDAL bertujuan menduga kemungkinan terjadinya dampak dari suatu rencana dan
kegiatan terhadap lingkungan hidup. Keanekaragaman rencann usaha dan kegiatan
serta rona lingkungan hidup, menyebabkan kemungkinan timbulnya suatu dampak
terhadap lingkungan hidup akan berbeda-beda pula. Dengan adanya Kerangka Acuan
ANDAL diharapkan dapat memberikan arahan tentang komponen kegiatan dan
komponen rona lingkungan yang harus ditelaah dan diamati dalam penyusunan
ANDAL.
b. Keterbatasan Sumber Daya
Penyusunan ANDAL seringkali dihadapkan pada keterbatasan sumber daya, seperti
keterbatasan waktu, dana, tenaga dan metoda. Dengan adanya KA – ANDAL akan
menyesuaikan ketegasan tentang bagaimana menyesuaikan tujuan dan hasil yang
ingin dicapai dalam penyusunan ANDAL dengan keterbatasan sumber daya tanpa
mengurangi mutu pekerjaan ANDAL.
4. Sidang Pembahasan/Presentasi Kerangka Acuan ANDAL (KA-
ANDAL)
Sidang Pembahasan Kerangka Acuan ANDAL (KA-ANDAL) dilaksanakan setelah draft
KA-ANDAL tersebut telah diselesaikan dan diserahkan kepada Komisi AMDAL. Apabila
dokumen KA-ANDAL tersebut ke Komisi Penilai AMDAL secara administrasi sudah
lengkap, maka dokumen tersebut siap dan layak dipresentasikan dinilai di hadapan
Komisi Penilai AMDAL dan masyarakatv yang berkepentingan.
5. Survey Pengumpulan Data
Survey pengumpulan data yang dilaksanakan merupakan suvey lanjutan untuk
mendapatkan data primer maupun sekunder untuk menyusun dokumen ANDAL.
Jenis maupun jumlah yang dibutuhkan di dalam pengumpulan data primer
merupakan data-data yang sudah disepakati di dalam dokumen Kerangka Acuan
ANDAL demikian pula, untuk data sekunder.
6. Pengolahan dan Analisis Data
Dalam tahap ini dilakukan pengolahan dan analisis data primer dan sekuner sesuai
dengan metode analisis yang dicantumkan dalam KA-ANDAL. Demikian pula terhadap
sampel-sampel yang perlu dianalisis di laboratorium. Dalam melakukan analisis data,
Berdasarkan hal tersebut diatas maka metode perkiraan digunakan dalam studi ini
bersifat informal yaitu metode perkiraan dan profesional judgement berdasarkan
profesi yang dimiliki pakar. Selanjutnya hasil dari penggunaan metode tersebut
digambarkan dalam matrik sederhana yang menunjukan interaksi antara komponen
lingkungan yang terkena dampak.
Adapun evaluasi dampak didasarkan atas intensitas dampak serta derajat pentingnya
dampak yang terjadi. Dari hasil penelitian tersebut akan dapat diketahui komponen
kegiatan mana yang menimbulkan dampak dan komponen
lingkungan mana yang terkena dampak paling besar. Selanjutnya dapat memberikan
rekomendasi rencana kegiatan yang akan dilaksanakan perlu adanya evaluasi
dampak secara holistik dengan menialai dampak yang terjadi terhadap semua
komponen lingkungan secara integrasi dan menyimpulkan pengaruh keberadaan
proyek tersebut.
7. Penyusunan Dokumen ANDAL RKL dan PRL
Penyusunan draft dokumen ANDAL dapat dilakukan lebih awal tanpa harus
menunggu proses pengolahan data dan selesainya uji laboratorium dan siap
dipresentasikan apabila secara teknis dan administrative sudah lengkap. Rencana
Pengelolan Lingkungan (RKL) dan Rencana Pemantauan Lingkungan (RPL)
hendaknya disusun dengan memperhatikan pendekatan-pendekatan teknis,
ekonomis dan kelembagaan dengan mengacu pada hasil studi evaluasi lingkungan
yang telah dilakukan, sehingga dapat dirumuskan sebagai berikut:
1) Rencana Pengelolaan Lingkungan (RKL)
RKL hendaknya berisi ketentuan-ketentuan pokok pengelolaan dampak
berdasarkan hasil kajian terhadap lingkungan dan ditulis secara singkat dan
jelas bersifat instruktif dan berisi ketentuan antara lain :
Jenis dampak yang harus dikelola
Tata cara atau teknik pengolahannya
Lingkup tugas dan tanggung jawab pemrakarsa dan instansi terkait
Sumber dana
Konsep berkelanjutan ini setidaknya mengandung dua dimensi, yaitu dimensi waktu
karena berkelanjutan yang tidak lain menyangkut apa yang akan terjadi di masa
mendatang, dan dimensi interaksi antara sistem ekonomi dan sistem sumberdaya
alam dan lingkungan (Heal, 1998 dalam Fauzi, 2004). Pezzey (1992) melihat aspek
keberlanjutan dari sisi yang berbeda. Dia melihat bahwa keberlanjutan memiliki
pengertian statik dan dinamik. Keberlanjutan statik diartikan sebagai pemanfaatan
sumberdaya alam terbarukan dengan laju teknologi yang konstan, sementara
keberlanjutan dinamik diartikan sebagai pemanfaatan sumberdaya alam yang tidak
terbarukan dengan tingkat teknologi yang terus berubah (Fauzi, 2004). Dalam
kaitannya dengan pembangunan berkelanjutan, terdapat dua kaidah yang harus
diperhatikan dalam pengelolaan sumberdaya alam dan lingkungan, yaitu (Pearce dan
Turner, 1990):
a. Untuk sumberdaya alam yang terbarukan (renewable resources) dinyatakan
bahwa laju pemanenan harus lebih kecil atau sama dengan laju regenerasi
(produksi lestari).
b. Untuk masalah lingkungan dinyatakan bahwa laju pembuangan (limbah) harus
lebih kecil atau setara dengan kapasitas asimilasi lingkungan.
Aspek operasional dari konsep keberlanjutan ini dapat dipahami lebih jauh dengan
adanya lima alternatif pengertian sebagaimana yang diuraikan Perman, (1996) dalam
Fauzi (2004), sebagai berikut:
a. Suatu kondisi dikatakan berkelanjutan (sustainable) jika utilitas yang diperoleh
masyarakat tidak berkurang sepanjang waktu dan konsumsi tidak menurun
sepanjang waktu (non-declining consumption).
b. Keberlanjutan adalah kondisi dimana sumberdaya alam dikelola sedemikian
rupa untuk memelihara kesempatan produksi di masa mendatang.
c. Keberlanjutan adalah kondisi dimana sumberdaya alam ( natural capital stock)
tidak berkurang sepanjang waktu (non-declining).
d. Keberlanjutan adalah kondisi dimana sumberdaya alam dikelola untuk
mempertahankan produksi jasa sumberdaya alam.
e. Keberlanjutan adalah kondisi dimana kondisi minimum keseimbangan dan
daya tahan (resilience) ekosistem terpenuhi.
Selain definisi operasional diatas, Haris (2000) dalam Fauzi (2004) melihat bahwa
konsep keberlanjutan dapat diperinci menjadi tiga aspek pemahaman, yaitu:
a. Keberlanjutan ekonomi, yang diartikan sebagai pembangunan yang
mampu menghasilkan barang dan jasa secara kontinu untuk memelihara
keberlanjutan pemerintahan dan menghindari terjadinya ketidakseimbangan
sektoral yang dapat merusak produksi.
b. Keberlanjutan lingkungan: Sistem yang berkelanjutan secara lingkungan
harus mampu memelihara sumberdaya yang stabil, menghindari eksploitasi
sumberdaya alam dan fungsi penyerapan lingkungan. Konsep ini juga
menyangkut pemeliharaan keanekaragaman hayati, stabilitas ruang udara,
dan fungis ekosistem lainnya yang tidak termasuk kategori sumber-sumber
ekonomi.
c. Keberlanjutan sosial: Keberlanjutan secara sosial diartikan sebagai sistem
yang mampu mencapai kesetaraan, menyediakan layanan social termasuk
kesehatan, pendidikan, gender, dan akuntabilitas politik.
Kebijakan lingkungan hidup bertitik tolak dari Garis-Garis Besar Haluan Negara
(GBHN) yang mencantumkan bahwa hakekat pembangunan Indonesia adalah
pembangunan untuk manusia seutuhnya dengan ciri-ciri pokok-pokok keselarasan
hubungan antara manusia dengan Tuhan Maha Pencipta, antara manusia dengan
masyarakat dan antara manusia dengan lingkungan alam. Jadi, apapun yang kita
bangun, arah pembangunan tersebut tidak boleh melepaskan diri dari tujuan
membentuk manusia seutuhnya.
D. TUJUAN PELINGKUPAN
Seperti halnya dengan kajian-kajian yang lain, kajian ANDAL membutuhkan fokus
yang jelas, batasan yang pasti, dan mengikuti rambu-rambu yang disepakati. Fokus
dan batasan itu ditentukan sebelum kajian dilaksanakan, yaitu pada tahap
merancang kajian. Tanpa rancangan kajian yang jelas, kajian dampak lingkungan
(ANDAL) berpotensi menjadi sebuah kajian tidak berarah yang kemudian tidak ada
nilai dan manfaatnya. Rancangan kajian ANDAL itulah yang dikenal sebagai „lingkup
studi ANDAL‟ dan merupakan hasil proses pelingkupan. Dengan kata lain,
pelingkupan bertujuan untuk merancang kajian ANDAL agar menjadi kajian yang
tepat sasaran.
Pada umumnya, sebuah rancangan kajian ilmiah harus menjawab pertanyaan Apa
yang dikaji? Dimana dan kapan kajian dilakukan? Bagaimana kajian akan
dilakukan? Siapa saja yang terlibat dalam kajian? Oleh karena itu, rancangan suatu
kajian ANDAL harus meliputi:
fokus kajian, terutama dampak-dampak penting yang diperkirakan akan
terjadi
lokasi dimana kajian akan dilakukan
kapan kajian akan dilakukan
metode studi dan
tenaga ahli apa saja yang akan dilibatkan dalam kajian
Rancangan kajian ANDAL yang baik akan memberi manfaat tambahan bagi
pelaksanaan AMDAL, yaitu dalam hal pemakaian biaya, tenaga, dan waktu secara
efektif dan efisien.
Pada akhir proses Pelingkupan akan dihasilkan sejumlah pernyataan yang
membentuk rancangan kajian ANDAL, yaitu:
Seluruh langkah kerja ini didasari oleh suatu proses berpikir yang baku dalam dunia
penelitian ilmiah, yaitu bagaimana merancang suatu kajian. Dengan memahami
esensi dari setiap langkah kerja maka tidak sulit untuk memahami apa yang perlu
dilakukan pada setiap langkah kerja. Esensi proses pelingkupan cukup sederhana,
sebagaimana terlihat dalam tabel di bawah ini (Tabel 2.1).
Tabel 2.1 Esensi Tata Laksana Pelingkupan Sesuai Permen LH 08/2006
Unsur-unsur ini berguna untuk membentuk rancangan kajian ANDAL atau dikenal
sebagai “lingkup kajian ANDAL”, yang terdiri dari:
1. batas wilayah studi dan rentang waktu prakiraan dampak.
2. metode penelitian yang diharapkan dapat membuktikan hipotesa tentang
dampak yang dikaji;
3. kedalaman studi ANDAL, digambarkan sebagai jumlah sampel yang harus
dikumpulkan dan dianalisis;
Dasar pendekatan studi yang dilakukan adalah dengan cara mengenali seluruh
interaksi antar komponen kegiatan dan lingkungan dalam suatu ekosistem secara
terpadu. Kegiatan identifikasi dampak, prakiraan dampak dan evaluasi dampak
merupakan suatu proses kegiatan ANDAL guna memperoleh tingkatan besar dan
pentingnya dampak yang selanjutnya menjadi acuan dalam kegiatan pengelolaan
dan pemantauan lingkungan. Pola pendekatan yang akan dilakukan untuk
pembuatan studi ANDAL dapat dilihat pada Gambar 2.3. Berikut ini metode studi
yang dilakukan dalam penyusunan Dokumen AMDAL :
fasilitas penunjangnya. Tujuan dari kegiatan sosialisasi pada media massa dan
konsultasi publik ini untuk mendapatkan masukan yang berupa saran pendapat dan
tanggapan masyarakat secara langsung tentang rencana proyek. Masukan dan
tanggapan tersebut akan dijadikan sebagai bahan kajian dan telaahan dalam
penyusunan AMDAL. Dari kegiatan publikasi rencana kegiatan tersebut juga akan
diketahui semua aspirasi masyarakat yang berhubungan dengan proyek. Kegiatan
publikasi dan sosialisasi rencana kegiatan dalam proses AMDAL bertujuan untuk :
1. Melindungi kepentingan masyarakat di sekitar rencana Memberdayakan
masyarakat dalam pengambilan keputusan atas kegiatan Rencana rumah
sakit umum pusat di kuta kupang dan fasilitas penunjangnya yang berpotensi
menimbulkan dampak terhadap lingkungan.
2. Memastikan adanya transparansi dalam keseluruhan proses AMDAL dan
rencana kegiatan tersebut.
3. Menciptakan suasana kemitraan yang setara antara semua pihak yang
berkepentingan, yaitu dengan menghormati hak-hak semua pihak untuk
mendapatkan informasi dan mewajibkan semua pihak untuk menyampaikan
informasi yang harus diketahui pihak lain yang terpengaruh.
Metode ini adalah melalui penelahaan terhadap buku , jurnal ilmiah atau publikasi
umum lainnya (sumbernya valid) yang erat kaitannya dengan studi AMDAL rumah
sakit umum pusat di kuta kupang.
Termasuk dalam hal ini adalah memperhatikan studi-studi AMDAL yang pernah
dilaksanakan oleh berbagai instansi yang ada di dalam dan disekitar daerah
lingkungan kerja Kota kupang. Penyusun juga dapat menggunakan data yang ada
dari hasil studi AMDAL tersebut selama data tersebut masih relevan untuk dapat
dipergunakan dikaitkan dengan komponen lingkungannya.
prakirakan akan terkena dampak besar dan penting dari lingkungan hidup
sekitarnya.
c. Memprakirakan kualitas lingkungan akibat kegiatan proyek, berdasarkan
Pengukuran dilapangan didasarkan pada pergerakan dan arah angin yang dominan.
Pengambilan contoh udara ambien dilakukan dengan mengoperasikan Impinger
untuk gas dan dust sampler untuk pengukuran debu. Larutan gas dan contoh udara
Pengambilan contoh tersebut didasari atas pertimbangan, bahwa gas polutan dan
debu dalam udara ambien maupun tingkat kebisingan akan terdispersi, serta
kemungkinannya dapat menimbulkan dampak terhadap reseptor, yaitu manusia dan
lingkungan di sekitarnya. Lokasi sampling ditetapkan berdasarkan pertimbangan-
pertimbangan berikut:
1) Rencana proyek
2) Arah dan kecepatan angin yang dominan di rencana proyek
3) Pola atau distribusi pemukiman penduduk/kegiatan disekitar lokasi proyek
Pelaksanaan pengambilan contoh udara dan analisis terhadap kadar bahan pencemar
udara dilakukan melalui kerja sama dengan Laboratorium yang ditunjuk oleh
Pemerintah.
Titik contoh pengamatan kualitas udara dilakukan pada titik yang dianggap
representatif dengan 3 (tiga) lokasi yang mewakili dari berbagai arah angin sekeliling
daripada letak lokasi proyek. Untuk kebisingan dilakukan juga pada 3 (tiga) lokasi
yang sama dengan lokasi kualitas udara (debu dan gas) dengan pengambilan
sampling setiap titik yang dilakukan secara sesaat (grab sample). Rincian
penempatan titik sampling kualitas udara dan tingkat kebisingan adalah:
Metode pengambilan sampel udara ambien dan kebisingan yang dilakukan mengacu
pada Peraturan Menteri Kesehatan RI No. 1405/MenKes/SK/XI/2002 tentang Baku
Mutu Kualitas Udara Ambien.
Bali No 8 tahun 2007. Pengambilan sampel kualitas air permukaan dilakukan pada
badan air dekat pada sungai dengan tiga titik yaitu hulu, tengah dan hilir
d) Sistem Transportasi
Keberadaan rencana Konservasi Pantai Candidasa yang diprediksi akan menimbulkan
bangkitan lalu lintas baru dan kemungkinan kerusakan jalan yang akan menambah
beban jalan di sekitar lokasi, mengingat jumlah dan jenis kendaraan yang akan
membawa peralatan dan material pipa serta material penunjang cukup signifikan
dalam menambah kepadatan lalu-lintas. Dengan makin banyaknya truk-
truk/kendaraan berat yang melewati jalan menuju lokasi proyek akan menyebabkan
turunnya tingkat pelayanan lalu lintas. Dengan memperkirakan besarnya perubahan
tingkat pelayanan jalan yang ditimbulkan akibat kegiatan proyek, dapat diketahui
sejauh mana pengaruh bangkitan lalu lintas baru tersebut berdampak pada kinerja
lalu lintas ruas jalan maupun persimpangan.
Untuk mengetahui kondisi transportasi di wilayah studi maka diperlukan pengambilan
data primer pada ruas jalan keluar masuk lokasi proyek dengan pengamatan pada
hal-hal sebagai berikut:
1. Atribut jalan meliputi dimensi bagian-bagian jalan, yaitu panjang ruas jalan,
lebar jalur lalu lintas dan geometrik simpang;
2. Volume lalu lintas terklasifikasi;
c. Waktu pelaksanaan
Survei dilaksanakan selama 1 hari pada jam sibuk pagi, siang dan sore masing-
masing selama 3 jam.
d. Metodologi pelaksanaan
1) Lokasi survei ditentukan pada dua titik Jalan Keluar Masuk
Pelaksanaan.
2) Lama survei: 1 hari
3. Survei gerakan membelok (turning movement survey);
Survey ini dilakukan untuk menginventarisasi tentang situasi, panjang jalan, lebar
bahu, trotoar, median, drainase, persimpangan dengan jalan lain, bangunan
pelengkap jalan dan lain-lain yang berada di daerah pengawasan jalan dengan
pengamatan minimal 50 meter dan maksimal 25 meter, atau sesuai dengan
kebutuhan.
Pelaksanaan ini harus sesuai dengan pedoman survey jalan yang dikeluarkan oleh
Direktorat Jenderal Bina Marga No. 016/T/BNKT/1990 dan pedoman yang berlaku
lainnya serta sesuai dengan permintaan Pemberi Tugas.
a. Vegetasi
Metodologi pengumpulan data untuk aspek biologi mencakup komponen berikut:
Analisis fungsi vegetasi dalam ekosistem:
1. Tumbuhan sebagai evapotranspirator
2. Tumbuhan sebagai penghasil senyawa allelokimia
3. Sebagai penyelenggara relung ekologi (sumber pangan, tempat istirahat, bermain
dan berkembang biak satwa liar)
Metode pengumpulan data primer untuk vegetasi dilakukan dengan cara pengamatan
langsung di lapangan baik di lokasi permukiman terdekat dengan lokasi proyek
maupun di dalam tapak areal proyek. Pengamatan dilakukan untuk mendapatkan
inventarisasi jenis, jumlah, dan karakteristik vegetasi darat tersebut, serta potensinya
sebagai pendukung ekosistem daratan dan kategori kelangkaannya. Pengumpulan
data dilakukan secara kualitatif dan kuantitatif dengan penetapan pembuatan plot-
plot cuplikan dan secara wawancara langsung pada penghuni permukiman terdekat
di wilayah proyek.
Pengambilan data vegetasi dilakukan secara purposive random sampling dengan
metode Plot (berpetak) Ganda 1, yakni dengan dengan banyak petak yang tersebar
secara sistematis menurut bentuk komunitas. Ukuran petak berbeda-beda menurut
kelompok tumbuhan, yaitu :
Plot 10 X 10 m, kelompok tumbuhan verba untuk diameter batang > 20 cm;
Plot 5 x 5 m , kelompok tumbuhan bawah yaitu untuk diameter batang < 20
cm dan tinggi > 1,5 m
Plot 1 X 1 m, kelompok semak/anakan/perdu yaitu dengan tinggi 0 - 1,5 m.
Karena cukup luasnya lokasi proyek, maka pengumpulan vegetesi dilakukan dengan
sampling dengan metode purposive sampling (sampling bertujuan), hal ini sesuai
dengan perbedaan komunitas yang ada pada lokasi proyek. Berdasarkan karakteristik
topografis area lokasi proyek tersebut maka sampling analisis vegetasi juga
berdasarkan perbedaan komunitas tersebut. Luas sampling untuk area perbukitan,
dataran dan sekitar tempat berair, karena merupakan komunitas yang homogen
hanya diambil 5 % dari luas area yang sama.
Untuk lokasi satwa di darat yang diamati sama dengan lokasi pengamatan untuk
vegetasi darat, dan dilakukan secara bersamaan dengan pengamatan untuk vegetasi
darat. Komponen satwa darat yang diamati dan diinventarisasi adalah satwa liar yang
mungkin ada maupun satwa binaan, baik dari jenis mammalia maupun jenis-jenis
burung (aves). Metode pengumpulan data lainnya dilakukan dengan cara wawancara
dengan warga sekitar proyek Pelaksanaan Kegiatan.
Pengumpulan data pada komponen fauna yang terkait dengan jenis hewan bergerak
aktif seperti pada golongan Mammalia dan Aves dilakukan dengan menggunakan
metode Sampling Biotik (hewan bergerak) : Garis Transek . Pada metode ini peneliti
berjalan sepanjang garis transek yang panjangnya L. Pengamatan hewan dilakukan
pada kedua sisi transek, kemudian jarak ( r ) antara lokasi hewan yang terlihat ( x )
dengan pengamat ( Z ) diperkirakan panjangnya.
Karena luasnya daerah pengamatan, maka analisis fauna dilakukan dengan sampling
dengan metode purposive sampling (sesuai dengan perbedaan komunitas). Luas
sampling hanya diambil 5 %.
a. Sosial-Ekonomi
Pengumpulan data primer untuk aspek sosial-ekonomi dilakukan dengan cara:
1. Masukan langsung dari masyarakat yang berada di dalam batasan sosial atau
batasan wilayah studi ANDAL, yaitu masyarakat di wilayah yang berada
dekat proyek yang mungkin terkena dampak langsung maupun tidak
langsung hasil kuisioner pada saat sosialisasi dan konsultasi publik.
2. Masukan langsung dari masyarakat pemerhati setelah membaca pemasangan
iklan di koran lokal maupun nasional.
3. Hasil kuisioner untuk masyarakat yang berada di dalam batasan sosial atau
batasan wilayah studi ANDAL, yaitu masyarakat di wilayah maupun
masyarakat terdekat proyek yang mungkin terkena dampak langsung maupun
tidak langsung.
Metode yang digunakan untuk pengambilan sampel dilakukan dengan sistem Simple
Random Sampling (sampel acak sederhana), dengan pemilihan responden pada
wilayah Desa terdekat yang menjadi wilayah studi. Pengambilan sampel dilakukan
berdasarkan proporsi jumlah KK.
b. Sosial-Budaya
Pengumpulan data primer untuk aspek sosial-budaya dilakukan sama dengan
pengumpulan data aspek sosial-ekonomi yaitu:
1. Masukan langsung dari masyarakat yang berada di dalam batasan sosial atau
batasan wilayah studi ANDAL, yaitu masyarakat di wilayah yang mungkin
terkena dampak langsung maupun tidak langsung hasil kuisioner pada saat
sosialisasi dan konsultasi publik.
2. Masukan langsung dari masyarakat pemerhati setelah membaca pemasangan
iklan di koran nasional dan lokal.
3. Hasil kuisioner untuk masyarakat yang berada di dalam batasan sosial atau
batasan wilayah studi ANDAL, yaitu masyarakat di wilayah yang mungkin
terkena dampak langsung maupun tidak langsung
Metode yang digunakan untuk pengambilan sampel dilakukan dengan sistem Simple
Random Sampling (sampel acak sederhana). Kemudian jumlah sampel minimal KK
tersebut didistribusikan di wilayah studi yang ditentukan dengan rumus sebagai
berikut
Nh
nh n
N
dimana: n : jumlah sampel minimal yang diambil
N : jumlah populasi
P : asumsi proporsi jumlah KK yang setuju dengan rencana kegiatan
pembangunan proyek = 0.5 (diambil angka yang akan memaksimumkan jumlah
sampel)
α : taraf signifikansi dari distribusi normal = 0.05
z : 1.96 (angka tabel distribusi normal baku untuk taraf signifikan 0.05)
d : tingkat kesalahan pengambilan sampel (besarnya delta/error antara
ekspektasi dengan observasi = 0.05)
nh : jumlah sampel per kelurahan wilayah studi (KK)
Nh : jumlah populasi per kelurahan wilayah studi (KK)
Sampling masing-masing di 2 Desa didistribusikan dengan cara acak dengan
menggunakan tabel bilangan acak berdasarkan daftar nama KK yang ada
dikelurahan. Nama KK yang tersampling yang nantinya diberi kuisioner.
Kondisi sanitasi lingkungan yang terkena dampak kegiatan ditambah dengan kondisi
kesehatan masyarakat setempat, akan sangat berpengaruh terhadap tingkat
kesehatan masyarakat. Pengumpulan data primer kondisi kesehatan masyarakat
dilakukan melalui wawancara langsung dan menyebar kuesioner terhadap penduduk
diwilayah studi. Kuesioner yang digunakan dirancang sedemikian rupa sehingga
dapat diperoleh data identitas responden, umur berdasarkan tahun, pekerjaan,
pendidikan, lama tinggal, kebiasaan merokok dan kondisi kesehatan saat ini terutama
hal-hal yang terkait dengan kelainan faal.
Untuk menganalisis data primer digunakan beberapa metoda statistika yang
digunakan untuk membantu menganalisis hubungan, pengaruh atau komparasi pada
variabel kontrol dan variabel yang diteliti.
Data-data hasil kegiatan Konsultasi Publik (sosialisasi pada masyarakat) juga
mendukung keseluruhan metode pengumpulan data primer di atas, yaitu berupa
saran, tanggapan dan pendapat dari masyarakat yang berkepentingan terhadap
keberadaan proyek beserta sarana prasarananya tersebut.
Baku
Metode Alat
No Parameter Mutu
Analisis Analisis
(g/m3)
sampler
7 Debu Gravimetrik Timbangan Analitik 260
Ku-antitatif, dust
sampler
8 Timbal (Pb) Gravimetrik Hi-Vol 60
Pengabuan AAS
9 Nitrat (NH3) Nessier Spectrophotometer 1360
10 H 2S Mercurythiocyanate NDIR Analyzer 42
11 Kebisingan Statistik Sound Level Meter 55* db (A)
70** db
(A)
b. Kualitas Air
Parameter kualitas air permukaan yang diteliti merujuk pada Peraturan Pemerintah
Peraturan Menteri Kesehatan RI No. 416/Menkes/Per/IX/1990 tentang Syarat-Syarat
Pengawasan Kualitas Air. Parameter, metode analisis dan peralatan yang digunakan
untuk penelitian kualitas air adalah sebagai berikut.
Tabel 2.6. Metoda Analisis Kualitas Air Permukaan
Baku Mutu
No Parameter Satuan Air Kelas II Metoda
*)
A. FISIKA
o
1 Temperatur C deviasi 3 Termometer
Total Disolved Solid Gravimetri
2 (TDS) mg/L 1000
3 Padatan Tersuspensi mg/L 50 Gravimetri
Baku Mutu
No Parameter Satuan Air Kelas II Metoda
*)
(SS)
B. KIMIA
1 pH - 6,0 - 9,0 pH meter
2 Barium mg/L Ba (-) AAS
3 Besi mg/L Fe (-) Spektrofotometri
4 Boron mg/L B 1 AAS
5 Mangan mg/L Mn (-) Spektrofotometri
6 Tembaga mg/L Cu 0,02 AAS
7 Seng mg/L Zn 0,05 AAS
8 Krom Heksavalen mg/L Cr6+ 0,05 AAS
9 Kadmium mg/L Cd 0,01 AAS
10 Raksa mg/L Hg 0,002 AAS
11 Timbal mg/L Pb 0,03 AAS
12 Arsen mg/L As 1 AAS
13 Selenium mg/L Se 0,05 AAS
14 Kobalt mg/L Co 0,2 AAS
15 Khlorida mg/L Cl 600 Argentometri
16 Sulfat mg/L SO4 (-) Spektrofotometri
17 Sianida mg/L CN 0,02 Spektrofotometri
18 Sulfida mg/L H2S 0,002 Iodometri
19 Fluorida mg/L F 1,5 Spektrofotometri
20 Sisa Khlor Bebas mg/L Cl2 0,03 Iodometri
mg/L PO4- Spektrofotometri
21 Total Phospat P 0,2
mg/L NO3- Spektrofotometri
22 Nitrat N 10
23 Nitrit mg/L NO2- 0,06 Spektrofotometri
Baku Mutu
No Parameter Satuan Air Kelas II Metoda
*)
N
mg/L NH3- Spektrofotometri
24 Amonia Bebas N (-)
25 BOD mg/L O2 3 Winkler
26 COD mg/L O2 25 Reflux/Titimetri
27 Disolved Oxygen (DO) mg/L O2 4 Iodometri
28 Detergent Anionik mg/L LAS 0,2 Spektrofotometri
29 Fenol mg/L 0,001 Spektrofotometri
30 Minyak & Lemak mg/L 1 Gravimetri
C. MIKROBIOLOGI
1 Fecal Coliform MPN/100ml 2000 -
2 Total coliform MPN/100ml 10000 -
Keterangan: *) = PP No. 82 Tahun 2001
Batas
Parameter Satuan Metode Maksimum)*
AM AB P/N
ml 9221.E,Ed.20.1998
JPT/100 Tabung ganda, APHA
Koliform tinja 0 #
ml 9221.E,Ed.20.1998
Angka lempeng JPT/100 Metode Tabur APHA
# #
total ml 9215.B,Ed.20.1998
Sumber: Per.Men.Kes RI No. 416 /MEN.KES/PER/IX/1990
c. Sistem Drainase
Dalam menganalisis sistem hidrologi/drainase di kawasan studi, maka perencanaan
arah dan pola aliran serta sistem jaringan drainase diarahkan untuk dapat
menampung limpasan air hujan di area perencanaan sesuai curah hujan rencana
yang ditetapkan. Hal-hal yang diamati secara primer dianalisis sesuai dengan ada
tidaknya kemampuan saluran dalam menampung debit banjir, maupun kemampuan
tukad untuk mengalirkan air maupun kelayakan daya tampung yang dimiliki
d. Sistem Transportasi
Data-data transportasi berupa volume lalu-lintas dari berbagai jenis kendaraan
dianalisis dengan menggunakan prediksi peningkatan jumlah kendaraan terhadap
pola distribusinya di jalan. Prediksi jumlah kendaraan sangat penting untuk
memprakirakan sampai berapa lama terjadi kemacetan, tinggi kerusakan jalan dan
tingkat pelayanan jalan.
Data survey volume lalu lintas dapat dianalisa secara diskriptif dengan perhitungan
volume lalu-lintas seluruh jalan yang diteliti dan tiap jenis kendaraan yang diamati
untuk setiap interval 15 menit. Dianalisa pula kecenderungan arus lalu-lintas pada
jam-jam puncak pagi, siang dan malam hari.
Untuk mengetahui tingkat kerusakan jalan, perlu terlebih dahulu dilakukan prakiraan
pertambahan jumlah lalu lintas dan jenis kendaraan yang lewat/digunakan. Tahap
berikutnya adalah menganalisa tingkat kerusakan jalan dengan metode analisis yang
umumnya digunakan oleh Bina Marga yaitu:
1. Nilai Prosentase Kerusakan (Np)
Nilai prosentase kerusakan merupakan prosentase luas permukaan jalan yang rusak
terhadap keseluruhan bagian jalan yang ditinjau dengan nilai Np sebagai berikut:
Nilai Np = 2 jika kerusakan 0% - 5% : sedikit sekali
Nilai Np = 3 jika kerusakan 5% - 20% : sedikit
Nilai Np = 5 jika kerusakan 20% - 40% : sedang
Nilai Np = 7 jika kerusakan > 40 : banyak
2. Nilai bobot kerusakan jalan (Nb)
Nilai bobot kerusakan jalan dapat dilihat dari pengamatan langsung dari jalan dengan
bentuk kerusakan sebagai berikut:
a. Tambalan : 4
b. Retak : 5
c. Lepas : 5,5
d. Lubang : 6
e. Alur : 6
f. Gelombang : 6,5
g. Ambles : 7
h. Belahan : 7
Jenis Sedikit
Sedikit Sedang Banyak
No kerusakan sekali
2 Retak 10 15 20 25
3 Lepas 11 16.5 27.5 38.5
4 Lubang 12 18 30 42
5 Alur 12 18 30 42
6 Gelombang 13 19.5 32.5 45
7 Ambles 17 21 35 49
8 Belahan 14 21 35 49
Jumlah
Sumber: Manual Penilaian Kondisi Permukaan Jalan, Direktorat Jendral Bina Marga
4. Nilai Kerusakan Jalan (Nr)
Nr merupakan nilai yang diperoleh dari total nilai jumlah kerusakan.
5. Nilai Kenyamanan (Nn)
Nilai kenyamanan jalan diperoleh dari hasil penilaian dengan batasan sebagai
berikut:
a. Nyaman = 30
b. Kurang nyaman = 45
c. Tidak nyaman = 55
6. Nilai Gabungan Kondisi (Ng)
Ng merupakan nilai yang diperoleh dari gabungan antara nilai kerusakan (Nr) dan
nilai kenyamanan (Nn) dengan hubungan sebagai berikut:
Ng = 0,5 Nr + 0,5 Nn
7. Nilai Kondisi Permukaan Jalan (V)
V adalah nilai yang diperoleh dari nilai gabungan kondisi. Dengan diketahuinya nilai
gabungan kondisi, maka dapat ditentukan nilai kondisi permukaan jalan
Tabel 2.10. Hubungan Nilai Gabungan Kondisi dengan Nilai Kondisi
Permukaan
Nilai Kondisi Nilai Gabungan
No. Kondisi
Permukaan Kondisi
Frekwensi = ----------------------------------------------- X
100%
Jumlah seluruh plot
Kerapatan Spesies A
Kerapatan relatif = ----------------------------------------------- X
100%
Kerapatan seluruh jenis
Frekwensi Spesies A
Frekwensi relatif = ---------------------------------------------- X
100%
Frekwensi seluruh jenis
Dominansi Spesies A
Dominansi relatif = ----------------------------------------------- X
100%
Dominansi seluruh jenis
Dari data indek nilai penting (IVi) yang berkisar antara 0 – 3 (300%), dapat
digunakan untuk mendiskripsikan adanya dominansi suatu spesies dalam komunitas.
Dimana adalah indek dominansi dan ni adalah jumlah individu spesies ke i , bila
suatu komunitas memiliki keanekaragaman jenis yang tinggi, maka akan mempunyai
dominansi yang rendah. Jenis keanekaragaman dapat dihitung dengan rumus :
Ds = 1-
Dimana Ds adalah indeks Keanekaragaman Simpson, nilai berkisar antara 0 – 1
makin mendekati 1 tingkat keanekaragaman makin tinggi.
Hasil pengamatan burung dianalisis kelimpahannya dengan indeks Kelimpahan
Jorgennsen, dengan perhitungan :
D = ni / N X 100 %
D = Indeks Kelimpahan jenis burung 1
ni = Jumlah individu burung jenis 1
N = Jumlah individu total semua jenis burung
Untuk data sosial-budaya yang meliputi persepsi masyarakat, ada tidaknya keresahan
masyarakat/sosial, kamtibmas dapat dianalisis secara kualitatif berdasarkan data
yang telah dihasilkan dari hasil wawancara/kuisioner dan konsultasi publik yang telah
dilakukan. Beberapa rumusan yang dapat digunakan untuk aspek sosial-ekonomi-
budaya adalah sebagai berikut:
Dimana:
DR = dependency ratio (%)
P(0-14) dan P65+ = jumlah penduduk yang berusia 0 – 14 dan lebih dari 64
tahun.
P(15-64) = jumlah penduduk yang berusia 15 – 64 tahun (usia
Produktif)
K = satuan per 100
Metode yang akan digunakan untuk melakukan prakiraan dampak dapat memilih dari
salah satu metode yang ada tergantungan pada jenis komponen lingkungan yang
dimaksud. Adapun metode-metode yang digunakan adalah sebagai berikut:
yang akan diperkirakan berubah terhadap nilai ambang batas yang diperbolehkan
atau diijinkan. Komponen lingkungan yang menggunakan baku mutu lingkungan
adalah kualitas air, kualitas udara dan kebisingan.
e. Metode Penilaian Para Ahli (Profesional Judgement)
Dampak lingkungan yang akan timbul dari proyek diprakirakan oleh para anggota tim
ahli sesuai dengan keahlian dari masing-masing anggota tim. Dengan pengalaman
dalam disiplin ilmu pakar yang bersangkutan mempunyai intuisi yang kuat terhadap
sesuatu hal dalam bidang atau komponen yang ditekuni, dari alasan ini maka
pendugaan komponen lingkungan dapat didekati dengan kepakaran para ahli
dibidangnya. Komponen lingkungan yang digunakan biasanya bukan komponen yang
detail, tetapi merupakan bidang yang luas. Komponen lingkungan yang prakirakan
dampaknya berdasarkan penilaian (judgement) adalah: kualitas udara dan
kebisingan, air tanah, flora dan fauna, kesehatan masyarakat, konflik
sosial/ketidakpuasan, sanitasi lingkungan, serta persepsi dan sikap masyarakat.
Indeks
24 jam 24 jam 1 jam
Standar 8jam CO 1 jam O3
PM10 SO2 NO2
Pencemar g/m3) (g/m3)
(g/m3) (g/m3) (g/m3)
Udara
400 500 2100 46 1000 3000
500 600 2620 57,5 1200 3750
Sumber: Kep-107/KABAPEDAL/11/1997
1 1
LSM 10 log N J 10 0,1.Leki N J 10 0,1.Leki
15 9
dengan: LSM = Tingkat bising siang-malam
Lek = Jumlah jam pada tingkat kebisingan Lek
Metode formal untuk menghitung tingkat kebisingan di sekitar lokasi kegiatan akibat
lalu-lintas darat adalah sebagai berikut:
Ae = 7,4. 10-8 f2 r/B
Dimana:
Ae = tingkat kebisingan yang dilemahkan oleh absorbsi udara (dB)
f = tingkat frekuensi sumber bising (Hz)
r = jarak sumber ke reseptor (m)
B = kelembaban relative (%)
Untuk skala perubahan kualitas kebisingan selain dapat dihitung dengan formula
diatas, secara umum skala tingkat kebisingan dapat dikonversi melalui Nilai Skala
Kualitas Lingkungan Kebisingan.
Tabel 3.12. Skala Kualitas Lingkungan Kebisingan
Skala Tingkat kebisingan (dBA)
5 50-60 (a) 50-55 (b) 50-52 (c)
4 60-70 (a) 55- 63 (b) 52-59 (c)
3 70-80 (a) 63-71(b) 59-64 (c)
2 80-90 (a) 71- 82 (b) 64-77 (c)
1 90-100 (a) 82-100 (b) 77-100 (c)
Sumber: Canter and Hill, 1999
Keterangan: a. sesaat pada suatu waktu
b. sering di beberapa tempat
c. terus menerus di beberapa tempat
3. Kualitas Air
Untuk menentukan besarnya beban pencemaran kegiatan terhadap kualitas air akan
digunakan bentuk persamaan sebagai berikut:
BP = total (BP dp) j - total (BP tp)j
dimana:
dp = dengan proyek
tp = tanpa proyek
j = jenis/sumber limbah
Dengan menganggap bahwa antara air dengan limbah akan tercampur dengan
sempurna maka besarnya kandungan parameter tertentu dalam air (badan air) akan
dihitung dari persamaan Mixing Zone Model sebagai berikut:
C = Q0.C0 + Q1.C1
Q0 + Q1
dimana:
Q0 = laju aliran badan air
Q1 = laju aliran limbah cair
C0 = konsentrasi zat tertentu dalam badan air
C1 = konsentrasi zat tertentu dalam air limbah
C = konsentrasi zat tertentu dalam sungai/perairan setelah bercampur
dengan pengertian:
Qrnd = kebutuhan air (liter/hari)
q = konsumsi air per orang per hari (liter/orang/hari)
P = jumlah jiwa yang akan dilayani sesuai tahun perencanaan
(jiwa)
f = faktor maksimum (1,05-1,15)
b. Hitung kebutuhan air total dengan persamaan:
dengan pengerean:
Qt = kebutuhan air total dengan faktor kehilangan air 20% (liter/hari)
c. Bandingkan dengan hasil pengukuran debit sumber air baku apakah dapat
mencukupi kebutuhan ini. Jika tidak mencukupi cari alternatif sumber air baku
lain.
6. Sistem transportasi
Volume kendaraan yang lewat di jalan dianalisis dengan menggunakan prediksi
peningkatan jumlah kendaraan terhadap pola distribusinya. Dampak yang
diperkirakan timbul dalam aspek transportasi adalah kemacetan lalu lintas dan
kerusakan jalan. Dengan memperkirakan besarnya kemacetan yang ditimbulkan
akibat kegiatan proyek, parameter yang ditinjau adalah kapasitas jalan dan derajat
kejenuhan. Untuk memperkirakan derajat kerusakan jalan, perlu terlebih dahulu
dilakukan prakiraan pertambahan jumlah lalu lintas dan jenis kendaraan yang
lewat/digunakan. Tahap berikutnya adalah menganalisis tingkat kerusakan jalan
dengan cara yang digunakan oleh Bina Marga.
Jumlah volume material dan jadwal pengangkutannya untuk memprediksikan
volume kendaraan pengangkut material yang akan beroperasi selama kegiatan
berlangsung. Pertambahan transportasi tersebut dapat dihitung sebagai
berikut: (Razif M, Adhi Y, 2001).
N = (N.V)/(T.Q),
Dimana:
N = jumlah truk (N/hari)
V = volume bahan bangunan (m3)
T = waktu kontruksi (bulan)
Q = transported soil (m3/hari) = 60 q E/Cm
E = waktu effisiensi
Cm = necessary time (menit) = 3.3 L + 16
L = jarak transportasi (km)
N = (N.V)/(T.Q)
Untuk memprakirakan ada tidaknya perubahan tingkat pelayanan jalan atau derajat
kejenuhan suatu jalan (DS) dapat dipakai acuan Manual Kapasitas Jalan Indonesia
(MKJI) 1997. Apabila dikerjakan secara manual rumus-rumus yang dipakai adalah
sebagaimana diuraikan dibawah. Berikut ini adalah rumusan yang digunakan dalam
analisa prakiraan dampak.
Derajat Jenuh
DS = Q/C
Dimana:
DS = Derajat Jenuh
Q = Arus Lalu Lintas (smp / jam)
C = kapasitas aktual (pcu/h)
C = CO x FCw x FCSP x FCSF x FCCS
C0 = kapasitas dasar (pcu/h)
FCw = adjusment faktor untuk lebar jalan
FCSP = adjusment faktor untuk arah
FCSF = adjustment faktor untuk kebebasan samping (bahu jalan atau kerb)
FCCS = adjustment faktor untuk besarnya kota.
Kecepatan rata-rata
Kecepatan rata-rata dihitung dengan mempergunakan MKJI 1997 dengan input
kecepatan arus bebas dan derajat jenuh.
7. Sosial-Ekonomi-Budaya
Model formal akan digunakan untuk menduga jumlah penduduk setelah proyek
pembangunan dilaksanakan, mengikuti formula sebagai berikut:
Pn = Po (1 + rn)
Dimana:
Pn = jumlah penduduk pada saat proyek dilaksanakan
Po = jumlah penduduk pada saat pengukuran (rona lingkungan awal)
r = rata-rata pertumbuhan penduduk selama kurun waktu n-
t = waktu prediksi (tahun)
Untuk aspek sosial ekonomi dan budaya prakiraan besarnya dampak dilakukan
dengan 2 (dua) cara yaitu dengan metode formal dan dengan metode informal.
Metode formal digunakan untuk memprakirakan besarnya perubahan dari variabel-
variabel yang dapat terukur secara kuantitatif, diantaranya perubahan pendapatan,
adanya kesempatan kerja, perubahan mata pencaharian.
Sedangkan metode informal yang digunakan adalah teknik analogi. Metode ini
digunakan untuk memprakirakan besarnya dampak dari variabel-variabel yang
bersifat kualitatif misalnya, keresahan masyarakat. Berikut ini disajikan cara yang
digunakan untuk perhitungan prakiraan dampak komponen sosekbudkes.
berusaha
4 Interaksi Persepsi masyarakat Analisa kualitatif terhadap
Sosial terhadap pendatang hasil kuesioner tentang
adanya pendatang baru.
5 Sikap dan Adanya persepsi masyarakat Analisa kualitatif (proporsi)
Persepsi dengan adanya proyek (baik berdasarkan pendapatan
dalam bentuk ganti rugi masyarakat (dari data
maupun perubahan sosial, kuesioner)
ekonomi dan budaya)
Berbeda dengan prakiraan dampak penting yang ditinjau berdasarkan enam kriteria
untuk satu komponen lingkungan, besarnya dampak atau kriteria kualitas
lingkungan yang terjadi dan ditinjau per komponen kegiatan untuk satu komponen
lingkungan.
Dari kajian pada bab prakiraan dampak atau penentuan besarnya perubahan kualitas
lingkungan akibat kegiatan, besarnya perubahan kualitas lingkungan tersebut diberi
bobot dalam angka 1 hingga 5, yang disesuaikan dengan data dari literatur & acuan
yang digunakan yaitu Standard Skala Kualitas Lingkungan dari Chafid Fandeli,
“Analisis Mengenai Dampak Lingkungan Prinsip Dasar dan Pemapanannya Dalam
Pembangunan”, Tabel 7.13. hal. 169.
Berdasarkan acuan ini, perubahan kualitas lingkungan dibagi dalam 5 (lima) skala,
yaitu:
skala 1 : kondisi lingkungan sangat buruk
skala 2 : kondisi lingkungan buruk
skala 3 : kondisi lingkungan sedang
skala 4 : kondisi lingkungan baik
skala 5 : kondisi lingkungan sangat baik
Seperti pada tabel 2.16 dan 2.17 berikut adalah skala kualitas lingkungan yang dapat
digunakan untuk menilai skala besarnya perubahan kualitas lingkungan.
usaha/kegiatan, jumlahnya sama atau lebih besar dari jumlah manusia yang
menikmati manfaat dari usaha/kegiatan di wilayah studi”.
Dampak bersifat penting bilamana: perubahan yang akan dialami oleh suatu
komponen lingkungan tidak dapat dipulihkan kembali walaupun dengan intervensi
manusia”.
7. Kriteria lain sesuai dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi
Dampak bersifat penting bilamana:
1. Ilmu pengetahuan dan Teknologi /rekayasa sangat sulit diperoleh, dipelajari
dan diterapkan
2. Teknologi yang sulit diterapkan dan tidak didukung teori ilmu pengetahuan
dinilai penting
3. Sedangkan untuk menentukan skala pentingnya masing-masing kriteria
dampak dapat ditunjukkan pada Tabel 2.18.
Dari 2 data yaitu data prakiraan pentingnya dampak berdasarkan 6 kriteria berdasar
pada PP No. 27 tahun 1999 yaitu skala P (penting) dan TP (tidak penting) serta skala
perubahan kualitas lingkungan yang diperoleh dengan menggunakan metode formal
dan non formal, yang disatukan dalam bentuk matrik tipe Leopold dimana setiap
kolom komponen kegiatan dan komponen lingkungan akan diisikan skala besar
dampak lingkungan (M) dan skala pentingnya dampak (I).
Telaahan secara holistik atas berbagai komponen lingkungan yang diprakirakan akan
terkena dampak penting diberikan dalam pedoman mengenai Ukuran Dampak
Penting. Dampak penting hasil evaluasi ini merupakan dampak penting yang akan
dikelola. Dari hasil evaluasi dampak lingkungan ini pula akan diusulkan beberapa cara
penanggulangan dampak untuk menghindari, mengurangi, memperbaiki atau
kompensasi terhadap setiap dampak yang merugikan dan dianggap penting. Dalam
penanggulangan dampak, masalah sosial ekonomi dan sosial budaya akan mendapat
perhatian utama.
Dari matrik dampak besar dan penting dari rencana kegiatan, dapat dilakukan kajian
dampak secara holistik sehingga akan terlihat secara jelas karakteristik lingkungan
yang mengalami perubahan, agar dapat digunakan:
1. Sebagai arahan yang jelas komponen parameter lingkungan mana yang perlu
dikelola dan jenis kegiatan mana yang berpotensi menimbulkan dampak besar
dan penting sehingga perlu dikendalikan secara cermat.
2. Sebagai dasar dalam menentukan usaha-usaha apa yang diperlukan untuk
menekan dampak besar dan penting.
3. Digunakan untuk mengevaluasi efektivitas biaya yang direncanakan untuk
penanggulangan dampak.
4. Pengambil keputusan untuk menetapkan keputusannya.
Hasil evaluasi dampak tersebut akan digunakan untuk menyusun suatu alternative
pengendalian dan pencegahan dampak negatip dan pengembangan dampak positip
dalam rencana pengelolaan dan rencana pemantauan lingkungan (RKL/RPL).
Beberapa hal yang menjadi perhatian dalam membuat arahan RKL maupun RPL
adalah harus terlihat dengan jelas hubungan sebab-akibat antara kegiatan dan rona
lingkungan awal dengan dampak positip dan negatip yang diprakirakan timbul,
hubungan timbal balik yang antagonis antara dampak yang satu dengan dampak
lainnya, maupun luasan dampak yang terjadi apakah dalam skala lokal, regional atau
nasional.
Data tata guna tanah diperlukan untuk mengetahui peruntukan lahan pada rencana
lokasi dan gambaran tentang tingkat perkembangan yang telah dicapai di lingkungan
project area pada saat ini.
Kependudukan
Data kependudukan sangat diperlukan untuk mengetahui potensi kebutuhan
sumber daya manusia pada saat ini dan kebutuhannya untuk usulan pembangunan.
Aspek Lingkungan dan Pembangunan
Sebagaimana telah ditetapkan poleh pemerintah yaitu pembangunan yang harus
berwawasan lingkungan, maka kegiatan survei lingkungan ditujukan untuk
memprediksi kemungkinan yang bisa mempengaruhi kualitas lingkungan
sebagaimana akibat adanya pembangunan.
Pengamatan lapangan yang dilakukan dalam rangka pengumpulan data umumnya
dalam kurun waktu yang singkat dan lebih ditujukan untuk mengidentifikasi dampak
potensial yang timbul. Target pelaksanaan ini dapat dicapai melalui serangkaian
kegiatan sebagai berikut :
Melaksanakan pengamatan secara umum terhadap lokasi proyek berikut
rencana tata letak kegiatan. Bila kegiatan sudah berjalan perlu dilakukan pula
pengamatan terhadap jalannya proses konstruksi dan limbah yang mungkin
dihasilkan.
Melakukan diskusi dengan pemrakarsa kegiatan perihal karakteristik rencana
kegiatan (misal, asal dan jumlah bahan baku yang akan digunakan,
rangkaian proses Konstruksi, jenis limbah yang dihasilkan, jumlah karyawan
yang diserap, rencana penanganan limbah dan lain-lain). Untuk kegiatan
yang telah berjalan dapat diperoleh data dan informasi yang lebih rinci.
Pengamatan secara umum terhadap kondisi bentang alam, perairan umum,
kondisi biologi, dan sosial ekonomi wilayah sekitar rencana kegiatan proyek.
Wawancara singkat dengan tokoh-tokoh masyarakat sekitar rencana kegiatan
dan pejabat pemerintahan setempat perihal rencana kegiatan. Wawancara
singkat ini diperlukan dalam rangka untuk memperoleh masukan tentang hal-
hal yang dipandang penting oleh masyarakat dan pemerintahan setempat
sehubungan dengan adanya rencana kegiatan/proyek.
Data primer yang didapat merupakan hasil pengamatan di lapangan, dimana data
pengamatan berbagai komponen fisik kimia, biotis dan sosial, budaya, ekonomi serta
budaya yang diteliti merupakan gambaran kondisi saat studi dilakukan.
Pedoman pengumpulan data dan analsis data disesuaikan dengan data yang telah
ditetapkan dalam keputusan Menteri Negara Kependudukan dan Lingkungan Hidup
(KLH) Nomor 50 Kep.Men. KLH/6/1987 tanggal 4 Juni 1987 tentang Pedoman
Penyusunan AMDAL.
a. Personil Yang Bertugas :
Team Leader
Ahli Sumber Daya Air
Ahli Lingkungan
b. Waktu Kegiatan :
Dilaksanakan pada Bulan Ke-1
C. Identifikasi Dampak
Identifikasi dampak dilakukan untuk mengetahui ada/tidaknya pengaruh suatu
kegiatan proyek terhadap lingkungan. Dalam penelitian ini akan digunakan metode
checlist atau daftar uji sederhana, yang pada dasarnya digunakan untuk menetukan
komponen lingkungan mana yang akan terkena dampak terhadap komponen
tersebut, komponen - komponen yang tekena dampak diberi tanda V.
a. Personil Yang Bertugas :
Team Leader
Ahli Sumber Daya Air
Teknik Sipil
Ahli Sosial Ekonomi dan Budaya
Ahli Lingkungan
b. Waktu Kegiatan :
Dilaksanakan pada Bulan Ke-1 hingga bulan ke -3
Intensitas Dampak
Banyaknya komponen lingkungan lainnya yang akan terkena dampak
Sifat kumulatif dampak
Berbalik atau tidak berbaliknya dampak tersebut
Berdasarkan hal tersebut diatas maka metode perkiraan digunakan dalam studi ini
bersifata informal yaitu metode perkiraan dan profesional judgement berdasarkan
profesi yang dimiliki pakar. Selanjutnya hasil dari penggunaan metode tersebut
digambarkan dalam matrik sederhana yang menunjukan interaksi antara komponen
lingkungan yang terkena dampak.
Adapun evaluasi dampak didasarkan atas intensitas dampak serta derajat pentingnya
dampak yang terjadi. Dari hasil penelitian tersebut akan dapat diketahui komponen
kegiatan mana yang menimbulkan dampak dan komponen lingkungan mana yang
terkena dampak paling besar. Selanjutnya dapat memberikan rekomendasi rencana
kegiatan yang akan dilaksanakan perlu adanya evaluasi dampak secara holistik
dengan menialai dampak yang terjadi terhadap semua komponen lingkungan secara
integrasi dan menyimpulkan pengaruh keberadaan proyek tersebut.
a. Personil Yang Bertugas :
Team Leader
Ahli Desain/Struktur
Ahli Lingkungan
b. Waktu Kegiatan :
Dilaksanakan pada Bulan Ke-2 sampai bulan ke 3
F. Penyusunan Laporan
4.1. Jenis dan Jumlah
Konsultan memahami bahwa produk dari pelaksanaan pekerjaan ini adalah beberapa
jenis laporan yang disusun dan diserahkan selama masa kontrak. Sesuai dengan KAK
maka Konsultan harus menyerahkan beberapa jenis laporan dan jumlah sesuai
dengan tertuang di KAK ke Satuan Kerja, meliputi :
yang terkena dampak hanya terbatas pada yang bekerja di proyek yang mencapai
ratusan. Karena lokasi pengaman pantai jauh dari pemukiman dan kondisi
sekelilingnya masih sangat alami dan asri. Meskipun demikian, khusus untuk
komponen debu yang bila kegiatan proyek dilakukan pada musim kemarau, maka
akan dapat beterbangan cukup jauh ke daerah pemukiman penduduk sehingga
kesehatan masyarakat akan terganggu terutama infeksi pada saluran pernafasan
atas.
2. Menurunnya Kualitas Air
Menurunnya kualitas air pada kegiatan pembersihan dan pematangan lahan serta
pada kegiatan pembangunan di sekitar pantai terutama akan terjadi pada air laut
yaitu kualitas air laut mengingat ditapak proyek dan sekitarnya adalah badan pantai.
Dampak yang terjadi merupakan dampak turunan atau dampak tidak langsung.
Sebelum mengenai komponen lingkungan kualitas air terlebih dahulu akan mengenai
komponen lingkungan tanah dan hidrologi. Komponen lingkungan tanah yang
terkena dampak adalah berupa peningkatan erosi tanah yang akhirnya diteruskan
oleh limpasan air permukaan (run off) hasil erosi ke perairan laut.
Kegiatan pembersihan dan pematangan lahan yang meliputi kegiatan pembersihan
vegetasi dan bangunan, pengupasan lapisan permukaan serta pengurugan lahan
untuk pembangunan di lokasi kegiatan. Kegiatan ini akan menyebabkan adanya
lahan yang terbuka dan adanya timbunan tanah yang belum terlindungi yang akan
mudah tererosi apabila turun hujan. Agregat dan partikel tanah yang terlepas pada
kegiatan ini akan terangkut oleh air hujan yang mengalir dipermukaan akan masuk
ke perairan pantai Proses pengangkutan agregat dan partikel tanah ini dapat
meningkatkan nilai kekeruhan dan kandungan padatan tersuspensi, pelumpuran
dan pendangkalan sungai termasuk menurunnya kualitas air sungai. Disamping itu
tingkat dekomposisi kimia yang dibawa bersama-sama dengan material tanah akan
dapat meningkatkan BOD dan COD dan menurunkan kadar oksigen terlarut (DO)
pada perairan disepanjang alirannya.
Intensitas dampak juga diprakirakan kecil sebagai akibat sifat air laut yang mengalir
dan sangat dinamis. Intensitas dampak berlangsung selama kegiatan konstruksi.
Namun dampak ikutannya dapat terjadi pada komponen lingkungan lainnya yaitu
flora dan fauna air.
yang akan terjadi kemudian dengan para pemilik lahan dan keluarga-keluarga yang
tinggal dilokasi.
Persepsi dan sikap negatif masyarakat terhadap rencana pembangunan dapat terjadi
karena masyarakat tidak mendapat informasi yang baik, benar, dan memadai. Maka
dari itu pada tahap prakonstruksi kegiatan sosialisasi menjadi bagian yang sangat
penting dalam kegiatan ini. Masyarakat perlu mengetahui tentang site plan dari
rencana kegiatan, kepastian luas lahan yang diperlukan, jumlah dan kualifikasi
tenaga kerja yang diperlukan dan dampak apa yang mungkin timbul sebagai
akibat kegiatan rencana proyek (baik dampak positif maupun dampak negatif),
rencana penggunaan tenaga kerja dan sebagainya secara detail dan intensif.
Kegiatan pasca konstruksi berupa pemeliharaan jaringan distribusi, maka dalam hal
penggunaan air sungai dan mata air untuk berbagai kepentingan serta dalam
pembagian hasil retribusi, maka kalau tidak terkelola dengan baik akan berpeluang
terjadinya keresahan bahkan konflik, disamping itu pembagian air yang tidak sesuai
dengan harapan masyarakat juga akan memicu terganggunya keamanan dan
ketertiban masyarakat khususnya penduduk yang berada di sekitar lokasi hingga ke
hilir.
7. Terjadinya Kecelakaan Kerja
Pembersihan dan pematangan lahan kemudian kegiatan pembangunan bangunan
utama dan kegiatan pembangunan sarana dan prasarana akan menimbulkan dampak
terhadap keselamatan dan kesehatan kerja. Kondisi lahan yang amat terjal,
kemudian banyaknya pohon baik besar maupun kecil yang akan ditebang,
berpeluang terjadinya kecelakaan kerja.
Tenaga kerja yang dipergunakan dalam pembangunan ini mencapai puluhan.
Banyaknya pekerja yang beroperasi dalam waktu bersamaan bila tidak diatur dengan
baik dan bila mereka tidak mengindahkan aturan-aturan keselamatan kerja, maka
peluang terjadinya kecelakaan kerja semakin tinggi.
Berdasarkan kriteria ukuran dampak penting maka jumlah manusia yang terkena
dampak oleh kegiatan pembersihan dan pematangan lahan adalah para pekerja yang
mengerjakan kegiatan itu. Luas wilayah persebaran dampak hanya di lokasi kegiatan
atau lahan yang dibuka dengan intensitas ringan, dan dampak yang timbul bersifat
Organisasi
Personil
Ruang Kerja/Kantor
Peralatan
Jadwal Peralatan
Jadwal peralatan untuk pekerjaan akan disesuaikan dengan waktu pemakaian, dan
jadwal peralatan ini berkaitan dengan schedule pelaksanaan dan personil untuk
pelaksanaan seluruh kegiatan. Jadwal peralatan dan volume serta waktu
pemakaian tersaji pada Tabel Jadwal Penggunaan Peralatan (Terlampir).
Tabel Jadwal Penggunaan Peralatan
NO ACTIVITY TIME FRAME REMARK
BULAN
1 2 3
I KEGIATAN PRA STUDY
1 Kamera + Alat bantu
2 Kendaraan Operasional
3 Meteran Rol
II KEGIATAN STUDY DAN LAPORAN
1 Gps
2 Sound level meter
3 pH meter
4 Botol sampel
5 Thermometer
6 Counter
7 Pengujian tanah (fisik, kimia)
8 Pengujian kualitas air (fisik, kimia, biologi)
9 Peralatan Kantor