Anda di halaman 1dari 2

Guru merupakan tenaga fungsional yang profesional mempunyai peran, fungsi dan

kedudukan terpenting untuk mencapai tujuan pendidikan yaitu membentuk potensi peserta
didik sesuai pasal 3 Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan
Nasional. Sehingga profesi guru perlu dikembangkan sebagai profesi dengan martabat yang
diamanat dalam Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2005 tentang guru dan dosen. Oleh karena
itu, adanya konsekuensi jabatan guru sebagai profesi diperlukan sistem pembinaan dan
pengembangan secara berkelanjutan. Yang diharapkan untuk dapat menghadapi berbagai
tuntutan (Azmi, 2013).
Adapun tuntutan Guru dalam menangani peserta didik dan kelas yaitu sebagai
fasilitator, motivator, manager, organisator dan mediator. Guru juga harus memiliki wawasan
yang luas, inovatif, kreatif dan terampil. Sehingga peserta didik memiliki bekal ilmu dan
memiliki motivasi belajar yang kuat. Para guru dapat memahami model pembelajaran yang
tepat dengan berbagai pendekatan, tetapi kadang kesulitan dalam mengaplikasikan. Sehingga
guru perlu adanya buku pedoman sebagai cara mengembangkan perangkat pembelajaran
(Setiyawati dan Kuswanto, 2015).
Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) merupakan satuan pendidikan formal yang
berperan dalam mempersiapkan sumber daya manusia yang memiliki kompetensi dan
keahlian. Salah satu bidang keahlian yang ada yaitu bidang keahlian otomotif. Lulusan bidang
keahlian otomotif diharapkan memiliki kompetensi dan keterampilan sesuai dengan bidang
keahlian (hard skill) dan atribut pribadi (Soft skill) (Haryana, 2017). Guru SMK bidang
keahlian otomotif harus memiliki kompetensi ditunjang beberapa aspek diantaranya
kompetensi pedagogik dan kompetensi konten yang tercantum dalam buku pedoman guru
(Yuswono, et. al., 2014).
Salah satu mata pelajaran di SMK bidang keahlian otomotif adalah kimia. Kimia
menjadi salah satu kelompok mata pelajaran adaptif. Kimia sangat diperlukan sebagai mata
pelajaran penunjang untuk memelajari pelajaran produktif. Pemahaman materi mata pelajaran
kimia harus disesuaikan dengan bidang keahlian otomotif, sebab pembelajaran siswa di SMK
mengarah pada keterampilan (Rohmiyati et. al., 2016). Buku pedoman guru SMK bidang
keahlian otomotif juga sebagai bahan ajar yang didalamnya terdapat mata pelajaran kimia.
Sehingga peneliti menekankan kompetensi konten dan kompetensi pedagogik untuk mata
pelajaran kimia di SMK bidang keahlian otomotif.
Menurut peneliti, pemenuhan kompetensi pedagogik dan kompetensi konten mata
pelajaran kimia pada buku pedoman guru SMK bidang keahlian otomotif harus dilakukan
inovasi. Karena buku ini diperlukan sebagai salah satu sumber pengembangan
keprofesionalan guru dalam mengembangkan pembelajaran. Sehingga pembelajaran yang
potensial untuk diintegrasikan adalah pembelajaran berbasis Sosio-Scientific Issue (SSI).
Topcu, et. al (2010) mengatakan bahwa SSI merepresentasikan persoalan di kehidupan sosial
secara konseptual yang berkaitan erat dengan ilmu pengetahuan dengan solusi yang relatif.
Pembelajaran berbasis Sosio-Scientific Issue menunjang peserta didik dalam memahami
hubungan antara situasi kehidupan sehari-hari dengan materi yang dipelajari. Selain itu,
konteks pembelajaran yang melibatkan siswa dalam pemecahan suatu masalah dalam
kehidupan sehari-hari melalui aspek sains, sosial, moral, etika dan teknologi (Astarina et. al.,
2019). Sehingga pembelajaran berbasis Sosio-Scientific Issue cocok untuk dijadikan konteks
dalam bahan ajar oleh guru. Konteks pembelajaran SSI dapat ditemukan dalam beberapa
konteks otomotif, seperti bahan campuran cat untuk mobil, pelapisan logam (electroplatting)
dan bahan pelumas pada mesin bermotor. Sehingga SSI perlu dintegrasikan pada materi
pelajaran kimia di SMK bidang otomotif, sebagai pemenuhan kompetensi pedagogik dan
kompetensi konten dalam buku pedoman guru.

Anda mungkin juga menyukai