Kelas : D3 Keperawatan 2A
KASUS
Beberapa waktu lalu saya melihat pelayanan kesehatan yang buruk di sebuah
rumah sakit. Saat itu anak saya dirawat karena menderita tifus Di ruang yang sama,
dirawat pula seorang anak dengan kasus demam berdarah. Kondisi anak itu parah.
Napasnya terputus- putus dan bibirnya membiru, walau selang oksigen terpasang di
hidungnya. Tentu saja keluarganya sangat panik. Sayangnya, tak satu pun petugas
datang untuk memeriksa.
Saya lalu mencoba mencari perawat di ruang suster. Saya melihat seorang
perawat sedang berbicara di telepon. Ketika saya menyampaikan kondisi anak itu,
dengan gampangnya ia mengatakan bahwa pasien tersebut bukan tanggung jawabnya.
Setiap perawat menurutnya, sudah punya tanggungjawab masing-masing. Saat itu
perawat yang mengurus pasien kritis ini sedang keluar ruangan.
Dengan kesal saya kembali ke ruang perawatan. Ternyata anak itu sudah
meninggal tanpa pertolongan petugas. Dokter pun baru datang 30 menit setelah
pasien menghembuskan napas terakhir. Ia hanya menyatakan bahwa anak itu memang
sudah meninggal. Saya yang merasa sebagai bagian dari keluarga itu (karena sama-
sama satu ruangan), sangat menyesalkan kejadian itu. Apakah rumah sakit tersebut
bisa dituntut? Apakah kematian karena petugas rumah sakit menelantarkan pasien
harus didiamkan saja?".
Sumber : https://bidanshop.blogspot.com/2009/12/kasus-kesehatan-akibat-krisis.html
ANALISA KASUS
Kasus diatas merupakan salah satu contoh kasus krisis komunikasi antar
anggota team kesehatan, yaitu kurangnya komunikasi antar perawat dengan perawat.
Komunikasi yang terjadi antara perawat dengan perawat dalam kasus ini
sangat tidak efektif, dapat dilihat dari faktor Suasana, Suasana pada hubungan
komunikasi antara perawat yang mengurus pasien dan perawat yang berada di ruang
perawat tidak efektif karena terdapat sifat ketidaksukarelaan dari perawat yang berada
di ruang perawat untuk menangani pasien yang sedang kritis, padahal pasien tersebut
perlu pemantauan dan perawatan intensif, dan pasien tersebut saat itu sedang dalam
kondisi darurat, walaupun pasien tersebut memang bukan tanggung jawabnya, namun
dalam keadaan yang sangat darurat seharusnya perawat tersebut bersedia menangani
pasien tersebut, bukan malah membuat keluarga pasien bingung dan menelantarkan
pasien karena mengatakan bahwa pasien tersebut bukan tanggung jawabnya, hal itu
sangat mencerminkan perawat tersebut belum bisa berpikir dewasa dan bekerja secara
tidak profesinalisme. Karena kedewasaan anggota kelompok dalam berpikir dan
dalam mengekspreikan perasaan dan pola piker sangat mempengaruhi proses
berkomunikasi.
Selain kesalahan dari perawat di ruang perawat, dalam kasus ini juga
merupakan kesalahan dari perawat yang mempunyai tanggung jawab menangani
pasien kritis tersebut, karena perawat tersebut pergi keluar ruangan meninggalkan
pasiennya yang sedang kritis, yang memerlukan pemantauan serta perawatan intensif
tanpa memberitahu perawat yang berada di ruang jaga perawat tentang pasien yang
sedang ia tangani, seharusnya perawat tersebut bisa saja meminta tolong dan
melimpahkan pasiennya sementara ia keluar kepada perawat yang sedang berada di
ruangan perawat untuk menangani pasien yang sedan ia tangani. Jika memang
perawat tersebut mempunyai kepentingan yang sangat mendesak yang mengharuskan
ia pergi keluar ruangan.