Anda di halaman 1dari 11

BAB I

PENDAHULUAN
I.1  Latar Belakang
        Fisika sebagai salah satu ilmu dasar dibidang sains punya
andil yang besar terhadap perkembangan pengetahuan dan
teknologi, karena banyak penemuan-penemuan yang besar dan
berpengaruh besar lahir dari ilmu fisika.
        Salah satu hal yang dipelajari dalam ilmu fisika adalah kalor,
beberapa peristiwa alam yang terjadi dalam kehidupan sehari–hari
seperti penghantaran panas matahari, penguapan air, peleburan
es, hingga pendinginan air pun behubungan dengan kalor. Dalam
proses pendinginan banyak faktor yang dapat mempengaruhi
kecepatan penurunan suhu, diantaranya temperatur lingkungan,
luas permukaan, hingga aliran udara lingkungan.
        Peristiwa Pendinginan Newton banyak di jumpai bidang
kefarmasian (metode pengobatan). Salah satunya dalam metode
konduksi contohnya penggunaan handuk panas, cara ini efektif
untuk pengobatan kejang otot dan radang akut sumsum tulang
belakang yang disebabkan oleh virus. Sedangkan dalam metode
radiasi digunakan untuk pemanasan permukaan tubuh
menggunakan inframerah, sedangkan dalam metode gelombang
ultrasonik, transduser piezo elektrik diletakkan langsung pada
jaringan yang akan diobati. Penggunaan medote ini lebih efektif
pada tulang belakang oleh karena tulang lebih banyak menyerap
panas.
I.2  Maksud dan Tujuan Percobaan
I.2.1 Maksud Percobaan
        Adapun maksud dari percobaan ini adalah untuk
memahami konsep hukum Pendinginan Newton.

I.2.2  Tujuan Percobaan
        Adapun tujuan dari percobaan ini adalah sebagai berikut :
1.    Mengetahui teori  tentang Pendinginan Newton
2.    Mengetahui rumus untuk menentukan kalor jenis suatu zat.
I.3  Prinsip Kerja
        Adapun prinsip kerja pada percobaan ini adalah untuk
menaikkan suhu suatu sampel sampai 80ºC, kemudian
menghitung waktu suatu sampel hingga suhu sampel tersebut
turun secara bertahap sampai 50ºC.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
II.1  Teori Umum
        Jika dua benda memiliki suhu yang berbeda atau dua bagian
dari suatu benda memiliki suhu yang berbeda maka panas akan
mengalir dari benda (bagian benda) yang bersuhu tinggi ke benda
(bagian benda) yang bersuhu rendah. Panas selalu mengalir
dengan spontan dari benda yang lebih panas ke benda yang lebih
dingin (Ahmadi, 2007).
        Hukum pendinginan newton menyatakan bahwa laju
perubahan perbandingan suhun suatu benda sebanding dengan
perbedaan antara suhu sendiri dan suhu ambien (yaitu suhu
sekitarnya), Hukum Newton membuat pernyataan tentang tingkat
perubahan suhu. Hukum Newton yang dimaksud disini, bukanlah
hukum newton yang berkaitan dengan [Hukum I Newton (F=O),
Hukum II Newton (F=m.a), dan Hukum III Newton (Faks=Ffraksi)],
melainkan Hukum Newton (Pendinginan Newton) yang berkaitan
dengan Hukum Termodinamika (Halliday, 1992).
          Panas dapat dipindahkan dari suatu sistem ke sistem lain
yang suhunya berbeda. Seperti pada batang logam yang dipanasi
di satu sisi maka lama kelamaan suhu sisi lain juga akan naik.
Setiap bahan memiliki kemampuan untuk menghantarkan yang
berbeda-beda. Konduktivitas panas suatu zat menunjukkan
kemampuan suatu zat dalam menghantarkan panas per satuan
ketebalan medium, persatuan luasan dan persatuan suhu.
Perpindahan panas dapat didefinisikan sebagai berpindahnya
energi dari suatu daerah kedaerah lainnya sebagai akibat dari
beda suhu antara daerah-daerah tersebut dari temperatur fluida
yang lebih tinggi ke fluida lain yang memiliki temperatur yang lebih
rendah. Perpindahan panas pada umumnya dapat dibedakan
menjadi 3 cara perpindahan panas yang berbeda: konduksi
(conduction, juga dikenal dengan istilah hantaran), konveksi
(convection, juga dikenal dengan istilahsa aliran), radiasi
(radiation, juga dikenal dengan istilah pancaran) (Nanik, 2014).
a.    Konduksi
        Peristiwa perpindahan panas secara konduksi terjadi pada
media atau bahan padat. Perilaku konduksi dalam bahan
ditunjukan oleh perambatan panas dari sekumpulan zat ke
kumpulan zat teangganya. Perambatan tersebut terjadi akibat
gerak molekul di sekitar titik seimbangnya yang menjadi pola
estafet panas secara berkelanjutan (Satira, 2013).
        Persamaan dasar untuk konduksi satu dimensi dalam
keadaan stedi dapat ditulis (Satira, 2013) :

Dimana :
T = Temperature cairan (ºC)
T0 = Temperatur lingkungan (ºC)
K = Konstanta pendinginan air
t = Waktu (s)
b.    Konveksi
        Konveksi adalah proses transpor energi dengan kerja
gabungan dari koduksi panas,  penyimpanan energi dari gerakan
mencampur. Perpindahan panas dengan cara konveksi lebih
disebabkan oleh perilaku “aliran” molekul yang membawa panas
secara bebas, tidak terikat kuat oleh kedudukan molekul
tetangganya. Oleh karena itu, perilaku konveksi cenderung terjadi
pada molekul fluida. Panas dipindahkan ke tempat lain dengan
“dibawa langsung” oleh molekul-molekul fluida (Satira, 2013).
c.    Radiasi
        Radiasi adalah proses dimana panas mengalir dari benda
yang bersuhu tinggi ke benda yang bersuhu rendah bila benda-
benda itu terpisah di dalam ruang, bahkan bila terdapat ruang
hampa di antara benda-benda tersebut (Nanik, 2014).
        Semua benda memancarkan panas radiasi secara terus
menerus. Intensitas pancaran tergantung pada suhu dan sifat
permukaan. Energi radiasi bergerak dengan kecepatan cahaya (3
x 108 m/s) dan gejala-gejalanya menyerupai radiasi cahaya dan
radiasi thermal hanya berbeda dalam panjang gelombang masing-
masing (Nanik, 2014).
II.2 Uraian Bahan
1.     Aquadest (Dirjen POM;1979,Hal.96)
Nama Resmi           : AQUA DESITILLATA
Nama Lain              : Air suling
Bm/Rm                     : 18,02/ H2O
Pemerian                : Cairan jernih, tidak berwarna,
 tidak berbau, tidak mempunyai rasa.
Penyimpanan        : Dalam wadah tertutup baik
Kegunaan               : Sebagai sampel
2.    Gliserin (Dirjen POM;1979,Hal.273)
Nama Resmi           : GLYCEROLUM
Nama Lain              : Gliserin
Bm/Rm                     : 92,10/ C3H8O3
Pemerian                : Jernih, tidak berwarna, tidak berbau,
 manis diikuti rasa hangat.
Kelarutan                : Dapat campur dengan air, dan dengan
 etanol (95 ) P, praktis tidak larut
 dalam kloroform P, dalam eter P, dan
 dalam minyak lemak.
Penyimpanan        : Dalam wadah tertutup baik
Kegunaan               : Zat tambahan

3.    Minyak Goreng atau Minyak Kelapa (Dirjen


POM;1979,Hal.456)
Nama Resmi                       : OLEUM COCOS
Nama Lain                          : Minyak kelapa
Bm/Rm                                 : -
Pemerian                            : Cairan jernih, tidak berwarna atau
 kuning pucat, bau khas, tidak tengik.
Kelarutan                            : Larut dalam 2 bagian etanol (95 )
P
 pada suhu 60 , sangat mudah larut
 dalam kloroform P, dan eter P.
Penyimpanan                    : Dalam wadah tertutup baik, terlindung
 dari cahaya, di tempat sejuk.
Kegunaan                           : Sebagai zat tambahan

BAB III
METODE KERJA
III.1 Alat dan Bahan
III.1.1 Alat
        Adapun alat yang digunakan pada percobaan ini adalah
bunsen, gegep, gelas ukur, rak tabung, stopwatch, tabung reaksi
dan termometer.
III.1.2 Bahan
        Adapun bahan yang digunakan pada percobaan ini adalah
aquadest, gliserin dan minyak goreng.
III.2 Cara Kerja
        Adapun cara kerja pada percobaan ini, yaitu :
1.    Disiapakan alat dan bahan
2.    Ditimbang gelas ukur kosong
3.    Dimasukkan sampel ke dalam tabung reaksi dengan volume 10
mL
4.    Ditimbang gelas ukur isi
5.    Dimasukkan tabung reaksi yang berisi sampel ke dalam gelas
ukur
6.    Dipasang termometer dalam tabung reaksi dan diusahakan agar
termometer tersebut tidak menyentuh dasar dan pinggiran tabung
reaksi
7.    Diamati penurunan suhu pada termometer
8.    Diulangi prosedur percobaan dengan sampel lain
9.    Dihitung kalor jenis zat cair
   

BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
IV.1 Tabel Pengamatan
No Bahan Suhu Waktu M1 M2 T1 T2 S
80°C 0s
70°C 76 s     556 567 1,59
1 Aquadest
60°C 225 s s s Joule
50°C 255 s
80°C 0s
70°C 120 s     567 556 -8,46
2 Gliserin
60°C 141 s s s Joule
50°C 306 s
80°C 0s
Minyak 70°C 86 s      309 567 9,64
3
Goreng 60°C 70 s s s Joule
50°C 153 s

IV.2 Perhitungan
IV.2.1 Aquadest
Diketahui :
m  = 50 gram
T1  = 556 s        
T2  = 567 s
M1  = 
M2  = 
Ditanyakan : S …. ?
Penyelesaian :
   

 
 
 
IV.2.2 Gliserin
Diketahui :
m = 500 gram
T1 = 567 s         
T2 = 556 s
M1 = 
M2 =
Ditanyakan : S …. ?
Penyelesaian :

   



 
IV.2.3 Minyak Goreng
Diketahui :
m = 10 gram
T1 = 309 s         
T2 = 556 s
M1 = 
M2 =
Ditanyakan : S …. ?
Penyelesaian :

   
 
 
   
IV.3  Pembahasan
        Hukum Pendinginan Newton menyatakan bahwa laju
perubahan pendinginan suatu benda sebanding dengan
perbedaan antara suhu sendiri dan suhu sekitarnya (Halliday,
1996).
        Panas dapat dipindahkan dari suatu sistem ke sistem lain
yang suhunya berbeda. Seperti pada batang logam yang dipanasi
di satu sisi maka lama kelamaan suhu sisi lain juga akan naik.
Setiap bahan memiliki kemampuan daya hantar yang berbeda-
beda. Konduktivitas panas suatu zat menunjukkan kemampuan
suatu zat dalam menghantarkan panas per satuan ketebalan
medium, persatuan luasan dan persatuan suhu. Perpindahan
panas dapat didefinisikan sebagai berpindahnya energi dari suatu
daerah kedaerah lainnya sebagai akibat dari beda suhu antara
daerah-daerah tersebut dari temperatur fluida yang lebih tinggi ke
fluida lain yang memiliki temperatur yang lebih rendah.
Perpindahan panas pada umumnya dapat dibedakan menjadi 3
cara perpindahan panas yaitu: konduksi (conduction, juga dikenal
dengan istilah hantaran), konveksi (convection, juga dikenal
dengan istilah aliran), radiasi (radiation, juga dikenal dengan istilah
pancaran) (Nanik, 2014).
        Dipraktikum ini kami melakukan percobaan Pendinginan
Newton pada aquadest, liserin dan minyak goreng. Aquadest
memiliki massa jenis sebesar 1  , gliserin memiliki
massa jenis sebesar 1,26   dan minyak goreng
memiliki massa jenis sebesar0,921  .
        Jika aquadest dibandingkan dengan gliserin maka kalor jenis
yang didapatkan 1,59 Joule. Kemudian, jika gliserin dibandingkan
dengan aquadest maka didapatkan kalor jenis sebesar -8,46
Joule. Dan jika minyak goreng dibandingkan dengan aquadest
maka didapatkan kalor jenis sebesar 9,69 Joule.
        Dari hasil praktikum yang dilakukan ternyata sampel yang
paling cepat penurunan suhunya adalah minyak dan yang paling
lambat penurunan suhunya adalah gliserin. Hal tersebut
disebabkan karena penurunan suhu suatu zat cair dipengaruhi
oleh massa jenis zat. Zat cair yang memiliki massa jenis yang
lebih kecil laju penurunan suhunya semakin cepat dan sebaliknya
zat cair yang memiliki massa jenis yang lebih besar laju
penurunan suhunya semakin lambat.
        Terdapat faktor-faktor kesalahan pada praktikum ini, seperti
kelambatan menyalakan stopwatch pada saat pengukuran
penurunan suhu sampel sehingga hasil yang didapatkan tidak
tepat dan saat pengukuran suhu pada sampel, termometer yang
digunakan mengenai dinding tabung reaksi hal tersebut
menyebabkan

BAB V
PENUTUP
V.1  Kesimpulan
        Setelah dilakukan percobaan dapat ditarik kesimpulan bahwa
Hukum Pendinginan Newton menyatakan laju perubahan
pendinginan suhu suatu benda sebanding dengan perubahan
antara suhu sendiri dan suhu sekitar.
Kalor jenis suatu zat dapat ditentukan dengan rumus :

        Kecepatan penurunan suhu suatu sampel di tentukan oleh


massa jenis sampel. Sampel yang paling cepat penurunan
suhunya adalah minyak goreng dan sampel yang paling lambat
penurunan suhunya adalah gliserin.
V.2  Saran
V.2.1 Saran Untuk Dosen
        Saran kami untuk dosen yaitu sebaiknya lebih mengontrol tim
asisten dan praktikannya saat praktikum sedang berlangsung.
V.2.2 Saran Untuk Asisten
        Saran kami untuk asisten yaitu sebaiknya para asisten lebih
tepat waktu dan sebaiknya selalu mendampingi praktikan agar
tidak terjadi kesalahan pada saat melakukan praktikum.
V.2.3 Saran Untuk Laboratorium
        Sebaiknya alat bahan pada laboratorium dilengkapi lagi, dan
ada baiknya jika laboratorium diperluas agar praktikan tidak
berdesakan saat praktikum.

DAFTAR PUSTAKA
Dirjen POM. 1979. Farmakope Indonesia edisi III. Departemen
Kesehatan
Republik Indonesia : Jakarta.
Halliday, D dan Resnick, R. Fisika Jilid I edisi ke-3. Erlangga :
Jakarta.
Ruslan Hani, Ahmadi dan Handoko, Riwidikdo. 2007. Fisika Kesehatan.
Nuha Medika : Yogyakarta.
Satira, Suparno. 2013. Fisika Dasar. Institut Teknologi Bandung :
Bandung.
Suryani, Nanik dan Santosa, Edi. Pendidikan Fisika. Universitas Sanata
Dharma : Depok.

Anda mungkin juga menyukai