Memiliki kedudukan yang agung karena sesungguhnya kesempurnaan Islam seseorang itu dilihat dari
bagaimana ia berdakwah (Q.S At-Taubah [9]: 71)
(71). َ صاَل ةَ َوي ُْؤتُونَ ال َّزكَاةَ َوي ُِطيعُونَ هَّللا َّ َر َويُقِي ُمونَ ال ِ ْض ۚيَأْ ُمرُونَ بِ ْال َم ْعر
ِ ُوف َويَ ْنهَوْ نَ َع ِن ْال ُم ْنك ٍ ضهُ ْم أَوْ لِيَا ُء بَع ُ َو ْال ُم ْؤ ِمنُونَ َو ْال ُم ْؤ ِمن
ُ َات بَ ْع
ٰ ُ
ِ ك َسيَرْ َح ُمهُ ُم هَّللا ُ ۗإِ َّن هَّللا َ ع
َزي ٌز َح ِكي ٌم َ َِو َرسُولَهُ ۚأولَئ
“Dan orang-orang yang beriman, lelaki dan perempuan, sebahagian mereka (adalah) menjadi penolong
bagi sebahagian yang lain. Mereka menyuruh (mengerjakan) yang ma`ruf, mencegah dari yang mungkar,
mendirikan sembahyang, menunaikan zakat, dan mereka ta`at kepada Allah dan Rasul-Nya. Mereka itu
akan diberi rahmat oleh Allah; sesungguhnya Allah Maha Perkasa lagi Maha bijaksana.”
"1) Demi masa. 2) Sungguh, manusia berada dalam kerugian, 3) kecuali orang-orang yang beriman dan
mengerjakan amal saleh serta saling menasihati untuk kebenaran dan saling menasihati untuk
kesabaran. “
2. Hajat/ kebutuhan manusia terhadap dakwah karena ia merupakan bentuk ibadah kepada Allah (Q.S
Al-Qashash: 87)
“Dan janganlah sekali-kali mereka dapat menghalangimu dari (menyampaikan) ayat-ayat Allah, sesudah
ayat-ayat itu diturunkan kepadamu, dan serulah mereka kepada (jalan) Tuhanmu, dan janganlah sekali-
kali kamu termasuk orang-orang yang mempersekutukan Tuhan.”
Artinya: “Dan sesungguhnya kami telah mengutus Rasul pada tiap-tiap umat ( untuk menyerukan ),
Sembahlah Allah ( saja ) dan jauhilah thaghut itu, maka diantara umat itu ada orang-orang yang diberi
petunjuk oleh Allah dan ada pula diantaranya orang-orang yang telah pasti kesesatan baginya. Maka
berjalanlah kamu di muka bumi dan perhatikanlah bagaimana kedudukan orang-orang yang
mendustakan Rasul-rasul.”
َظ ٍيم َ لَقَ ْد أَرْ َس ْلنَا نُوحًا إِلَ ٰى قَوْ ِم ِه فَقَا َل يَا قَوْ ِم ا ْعبُدُوا هَّللا َ َما لَ ُك ْم ِم ْن إِ ٰلَ ٍه َغ ْي ُرهُ إِنِّي أَخَافُ َعلَ ْي ُك ْم َع َذ
ِ اب يَوْ ٍم ع
Sesungguhnya Kami telah mengutus Nuh kepada kaumnya lalu ia berkata: "Wahai kaumku sembahlah
Allah, sekali-kali tak ada Tuhan bagimu selain-Nya". Sesungguhnya (kalau kamu tidak menyembah Allah),
aku takut kamu akan ditimpa azab hari yang besar (kiamat).
Wahai Nabi! Sesungguhnya Kami mengutusmu untuk menjadi saksi, pembawa kabar gembira dan
pemberi peringatan,
dan untuk menjadi penyeru kepada (agama) Allah dengan izin-Nya dan sebagai cahaya yang menerangi.
4.Jalan keselamatan (lurus) dari siksa Allah (menghindari siksa Allah di dunia dan akhirat sebagaimana
surah Al-A’raf [7]: 164-165
subhanahu wata’ala: Siapakah yang lebih baik perkataannya daripada orang yang
7. Sebab keberuntungan
Orang-orang yang berdakwah kepada Allah, mereka adalah golongan yang memperoleh kemenangan
dan keberuntungan di hari ketika manusia berkumpul dalam keadaan ada yang bahagia dan ada yang
sedih. Allah Ta’ala berfirman, “Demi masa. Sesungguhnya manusia itu benar-benar dalam kerugian,
kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal saleh dan nasehat menasehati supaya
mentaati kebenaran dan nasehat menasehati supaya menetapi kesabaran.” (QS. Al Ashr :1-3).
Maka orang-orang yang beruntung ialah mereka yang beriman kepada Allah baik sebagai Rabb Pencipta
alam semesta, maupun sebagai Ilah yang berhak diibadahi semata, dan beramal shalih yaitu amal yang
dikerjakan ikhlas karena Allah semata, dan sesuai dengan petunjuk Nabi shallallaahu ‘alaihi wa sallam,
kemudian bersegera dalam menyempurnakan dan memperbaiki orang lain dengan menyeru manusia
kepada al haq, yaitu setiap yang disyariatkan oleh Allah, kemudian bersabar di atas al haq tersebut, baik
bersabar ketika mengerjakan ketaatan, bersabar dalam menjauhi keburukan, dan bersabar ketika
ditimpa musibah.
Kebalikan dari golongan yang beruntung adalah yang merugi, diantara mereka terdapat golongan yang
merugi secara mutlaq, yaitu orang kafir, dan ada pula orang-orang yang tingkat kerugiannya berada di
bawahnya yaitu orang-orang yang bertauhid namun bermaksiat. Mereka akan diadzab sesuai dengan
kadar kemaksiatan yang mereka perbuat. Tidak ada khilaf dalam masalah ini selain golongan Khawarij,
Mu’tazilah, dan Murji’ah.
Pahala dakwah ilallah akan memberi manfaat yang terus menerus, selama Allah berkehendak, dan tidak
terputus dengan kematian sebagaimana dalam sebuah hadits dari Abu Hurairah, “Jika manusia mati
terputuslah darinya amalnya kecuali tiga hal : shadaqah jariyah, ilmu yang bermanfaat, dan anak shalih
yang mendoakannya” (HR. Muslim). Maka ilmu yang disebarkan oleh seorang da’i dalam rangka
menyeru kepada Allah, baik melalui majelis ta’lim, atau ketika bergaul dengan manusia, pahalanya akan
senantiasa mengalir dan memberikan manfaat hingga hari kiamat kelak.
9. Pahala yg agung
Allah Ta’ala menetapkan pahala bagi para da’i ilallah, pahala yang besarnya semisal dengan mereka yang
meneladani para da’i tersebut dalam kebaikan, tanpa mengurangi pahala orang yang melakukannya.
Nabi shallallaahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Barangsiapa yang memelopori suatu kebaikan (yang telah
ada contohnya dari Nabi ) dalam Islam, baginya pahala semisal dengan orang yang melakukannya, tanpa
mengurangi sedikitpun pahala yang diperoleh orang yang melakukan tersebut”. Dalam hadits lainnya,
beliau shallallaahu ‘alaihi wa sallam juga bersabda, “Barangsiapa yang menunjuki kepada kebaikan
baginya pahala yang semisal dengan orang yang melakukan kebaikan tersebut”.