Anda di halaman 1dari 11

BAB I

PENDAHULUAN
A.    LATAR BELAKANG
Komunikasi sangat menunjang dalam proses konseling, karena tanpa komunikasi maka
proses konseling tersebut tidk akan bisa berjalan dengan lancar. Konseling sebagai salah satu
bantuan yang di berikan kepada konseli dengan meggunakan kata-kata sudah pasti erat sekali
kaitannya dengan komunikasi.
Hubungan antar manusia mendasari interaksi dan komunikasi antara bidan dengan pasien
dalam pelayanan kebidanan. Ciri hakiki “ Human Relations “ yaitu : proses rohaniah yang tertuju
kepada “ kebahagiaan “ berdasarkan watak, sifat, perangai, kepribadian, sikap, tingkah laku, dll;
aspek kejiwaan yang terdapat pada diri manusia. Proses rohaniah dengan perasaan bahagia ini
berlangsung pada “ Komunikasi Antar Personal “. Karena sifatnya “ dialogis “, maka masing-
masing tahu, sadar, dan merasakan efeknya.
Seorang komselor harus bisa berkomunikasi secara efektif dengan konseli, Karena
melalui komunikasi yang efektif serta konseling yang berhasil, kelangsungan dan
kesinambungan penggunaan jasa pelayanan BK yang efektif akan tercapai.
Konseling adalah suatu proses pembelajaran,pembinaan hubungan baik,pemberian
bantuan, dan bentuk kerja sama yang dilakukan secara professional (sesuai dengan bidangnya)
oleh konselor kepada klien untuk memecahkan masalah, mengatasi hambatan perkembangan,
dan memenuhi kebutuhan klien.
B.     Rumusan Masalah
1.      Sejauh apa kita memahami komunikasi dalam konseling?

BAB II
PEMBAHASAN
A.    PENGERTIAN KOMUNIKASI KONSELING
Istilah komunikasi berasal dari bahasa latin “communicati” yang berarti “sama” yang
lebih lanjut diartikan “sama makna”.
Kalau dua orang terlibat komunikasi, misalnya dalam bentuk percakapan, maka
komunikasi akan berlangsung selama adanya kesamaan makna mengenai apa yan dipercakapkan,
kesamaan bahasa yang digunakan dalam perckapan tersebut belum tentu menimbulkan makna
yang sama. dari uraian tersebut jelaslah bahwa yng dimaksud komunikasi ialah apabila
perbincangan atau percakapan yang dilakukan oleh dua orang atau lebih mengandung satu
kesamaan makna.
Sedangkan konseling ialah proses tatap muka atau pemberian bantuan oleh konselor
terhadap konseli agar konseli bisa memahami masalahnya dan mengatasi masalahnya. Dalam
konseling proses bantuan atau konseling dilakukan dengan menggunakan percakapan atau dalam
kata lain komunikasi, sehingga komunikasi sangat erat sekali hubungannya dengan konseling.
Dari uraian tersebut dapat diambil kesimpulan bahwa komunikasi konseling ialah segala
hal yang berkaitan dengan komunikasi yang berlangsung dan dilakukan dalam upaya melakukan
prosess bimbingan dan konseling antara konselor dan klien.
2
 
Komunikasi sangat erat kaitannya dengan interaksi, walupun dalam pendalamannya mengandung
arti yang brbeda, interaksiialah hubungan antara seseorang dengan orang lain dalam situasi kerja
dan dalam organisasi kekaryaan. Dipandang dari kepemimpinannya, bertanggung jawab dalam
suatu kelompok merupakan interaksi orang- orang menuju situasi kerja yang memotivasi untuk
bekerja sama secara produktif, sehingga dicapai kepuasan ekonomis, psikologis dan sosial
( Keith Davis “ Human Relation at Work “ ).

Setelah mengetahui komunikasi dan tingkatan di dalamnya, sekarang kita akan membahas
mengenai prinsip-prinsip komunikasi. Berikut adalah beberapa prinsip dalam komunikasi yang
penting untuk diketahui:

 Sekumpulan dari Isyarat

Dalam melakukan komunikasi, kita juga membawa dan melakukan serangkaian isyarat. Isyarat
ini dapat berupa ucapan verbal, yaitu kata-kata yang keluar dari mulut; maupun non-verbal yang
biasanya berupa isyarat tubuh. Kedua jenis isyarat ini merupakan paket yang tak terpisahkan,
karena kita tidak dapat menyampaikan atau menerima pesan hanya dari salah satu isyarat
saja. (Baca juga: Sosiologi Komunikasi)

 Proses Penyesuaian

Untuk dapat memahami pesan yang disampaikan, manusia melakukan penyesuaian makna
terhadap isyarat yang digunakan. Makna dari pesan dapat terpahami jika masing-masing pihak,
baik pengirim maupun penerima pesan, memiliki sistem isyarat yang sama. Dengan artian, kita
akan kesulitan memahami makna dari pesan jika kita memiliki sistem isyarat yang berbeda
dengan pemberi pesan.

 Melibatkan Transisi Simetris dan Komplementer


Transaksi simetris berarti si pemberi dan pennerima pesan berlaku layaknya cermin bagi satu
sama lain. Sedangkan hubungan komplementer sebaliknya, dimana masing-masing pihak
memilliki perilaku yang berbeda. Proses komunikasi bisa merupakan salah satu dari transisi ini,
atau bahkan gabungan dari keduanya.

Di satu waktu, masing-masing pihak berlaku seperti cermin yang melakukan tindakan sama.
Misalnya, pemberi pesan menyampaikan pesan dengan tersenyum, dan si penerima pesan refleks
ikut tersenyum juga. Namun bisa juga setelahnya, keduanya melakukan tindakan yang berlainan
ketika tidak ditemukan kesamaan pemahaman pesan. (Baca juga: Teori Public Relations)

 Mencakup Dimensi Isi dan Hubungan

Proses komunikasi melibatkan dimensi isi pesan dan hubungan antara pemberi serta penerima
pesan. Misalnya, atasan berkata pada bawahannya seperti ini, “Periksa laporan bulan kemarin.”
Sedangkan bawahan berkata kepada atasannya seperti ini, “Tolong diperiksa laporan bulan
kemarin.” Kedua kalimat itu memiliki isi pesan yang sama, yaitu meminta pihak satunya untuk
memeriksa laporan.

Namun kalimat, intonasi, bahkan gestur yang diberikan akan sangat berbeda antara kedua orang
itu. Hal ini karena hubungan yang terjalin antara mereka adalah hubungan atasan ke bawahan
yang dapat lebih leluasa meminta, dan hubungan bawahan ke atasan yang lebih sungkan untuk
meminta.

 Tak Dapat Terhindarkan

Bagaimanapun juga, kita tidak dapat menghindar dari komunikasi. Seperti yang telah diulas
sebelumnya bahwa berbicara dengan diri sendiri pun termasuk komunikasi. Selain itu, meskipun
kita diam tidak berbicara, raut wajah dan gestur tubuh kita menyampaikan pesan komunikasi
pada orang lain. Misalnya raut wajah kita tidak enak, orang lain dapat menafsirkan pesan itu
bahwa kita sedang marah atau badmood. (Baca juga: Komunikasi Bisnis)

 Proses Transaksional

Komunikasi merupakan proses transaksional, dimana elemen-elemen di dalamnya saling


berkaitan satu sama lain. Ketika ada orang yang menyampaikan pesan baik sengaja atau tidak,
kita secara refleks bereaksi terhadap pesan itu. Meskipun reaksi itu hanya sekedar persepsi yang
terbentuk di kepala kita, itu kemudian menjadi respon terhadap pesan dan orang yang
memberikan pesan itu.

 Rangkaian Proses yang Berkelanjutan

Dalam berkomunikasi, kita tidak menyatakan : “Saya mulai, ya.” dan “Saya akhiri komunikasi
saya.” Tidak ada batasan yang jelas mengenai awal dan akhir dari komunikasi. Komunikasi
merupakan proses yang berjalan terus-menerus seperti lingkaran, tidak ada awal dan akhir. (Baca
juga: Komunikasi Massa)
 Tidak Dapat Dibatalkan

Apapun yang kita komunikasikan, kita tidak dapat membatalkan atau menarik pesan yang
disampaikan. Meski itu tidak sengaja, namun begitu kita menyampaikan pesan maka pesan itu
akan sampai ke penerima pesan dan dicerna serta dipahami sesuai dengan persepsi dan
pemahamannya pada makna pesan. Kita hanya dapat merevisi, atau mengoreksi pesan yang
sekiranya kita anggap tidak tepat. Karenanya perlu berhati-hati dalam menyampaikan pesan
karena pesan itu tidak dapat dihapus atau dibatalkan. (Baca juga: Komunikasi Politik)

ENIS

JENISJENIS
JENIS-
--
-JENIS KOMUNIKASI
JENIS KOMUNIKASIJENIS KOMUNIKASI
JENIS KOMUNIKASI
Ada dua jenis komunikasi yaitu komunikasi verbal dan komunikasi nonverbal.
Komunikasi verbal menggunakan kata-kata yang disebut juga sebagai komunikasi
bahasa lisan. Kata-kata yang digunakan dipengaruhi oleh latar belakang sosial, budaya,
ekonomi, umur, dan pendidikan. Dalam menggunakan suara, ada 7 pokok yang
berkaitan dengan suara yang perlu diperhatikan yaitu: gema, irama, kecepatan,
ketinggian, besar/volume, naik turunnya, dan kejelasan suara. Suara dapat menggamb
arkan semangat, antusias, kesedihan, kejengkelan, atau kegirangan. Sedangkan
komunikasi nonverbal mencakup gerak gerik, sikap, ekspresi wajah, dan penampilan.
Komunikasi nonverbal tidak menggunakan kata-kata dan disebut juga bahasa tubuh
(body language)

1.   KOMUNIKASI NONVERBAL DALAM KONSELING

Keterampilan berkomunikasi merupakan salah satu unsur kompetensi konselor dalam


melaksanakan konseling baik individual maupun kelompok. Komunikasi non-verbal merupakan
bentuk komunikasi yang ikut mewarnai corak konseling sebagai suplemen komunikasi verbal.¹

Gazda et al (1977) yang dikutip oleh george dan cristiani (1981) membagi komunikasi nonverbal
dalam empat kategori, yakni:

1. Prilaku Komunikasi  Nonverbal Dengan Mempergunakan Waktu.

Yakni sikap seseorang dalam mempergunakan waktu, apakah tepat atau terlambat berhubungan
dengan kehadiran seseorang atau sebagai reaksi dari cara berkomunikasinya. Demikian pula cara
seseorang dalam mempergunakan sejumlah waktu untuk berkomunikasi dengan orang lain
menunjukan ada arti tersendiri dibelakangnya.

1. Prilaku komunikasi nonverbal dengan mempergunakan badan.


Hal ini dilakukan dengan :

1)      Kontak melalui mata

2)      Mata

3)      Kulit

4)      Ekspresi muka

5)      Gerakan pada tangan dan lengan

6)      Postur

7)      Melukai atau memprlihatkan anggota badan

8)      Gerakan yang diulang-ulang

9)      Sentuhan

10)  Tanda-tanda

1. Prilaku Komunikasi Nonverbal Dengan Nada Suara.

Dilihat dari :

1)      Tekanan pada suara

2)      Kecepatan dalam ucapan

3)      Kekuatan suara

4)      Cara mengucapkan kata

1. Prilaku Komunikasi Nonverbal Dengan Mempergunakan Lingkungan.

1)      Menjauh kalau seseorang mendekat atau sebaliknya

2)      Pengaturan lingkungan fisik

3)      Pakaian

4)      Posisi dalam ruangan


Dalam kegiatan konseling, perilaku nonverbal  yang diperlihatkan klien penting sekali
diperhatikan. Acap kali hal ini bisa menjadi petunjuk penting, menjadi bahan informasi untuk
proses wawancara atau konseling lebih lanjut.

Johnson (1972) mengidentifikasi ciri-ciri  nonverbal sebagai sarana komunikasi yaitu:

1)   Nada suara lemah lembut berarti ada kehangatan dan begitu juga sebaliknya

2)   Senyuman dan menaruh perhatian sebagai tanda adanya sikap hangat

3)   Anggukan kepala/badan, relaks seabagai tanda kehangatan

4)   Tatapan mata secara langsung sebagai tanda adanya kehangatan dan sebaliknya adalah
mengelak  bertatapan muka

5)   Sentuhan halus adalah tanda adanya  sikap hangat dan sebaliknya

6)   Gerakan tubuh dengan aba-aba terbuka dan menyambut mengandung arti  senang

7)   Gerakan yang mempersempit jarak  yang juga menandakan kehangatan

Perilaku nonverbal juga diperlihatkan oleh konselor  dan mempengsruhi keseluruhan kegiatan
konseling. Kehadiran konselor secara fisik yang berpengaruh terhadap klien dalam kegiatan
konseling, disebut  sebagai “attending behaviour”. Menurut egan (1975), faktor-faktor
“attending behaviour” adalah:

1. Kontak mata. Kontak mata dengan klien harus sewajarnya dan dipertahankan dengan
baik.
2. Sikap tubuh terbuka. Menunjukan ada perhatian dan melibatkan diri dalam percakapan
dan masalah klien.
3. Menghadapi klien dengan tulus hati.
4. Sedikit membungkukan badan kedepan yang juga sebagai tanda keterlibatan dalam
masalah klien.
5. Perlihatkan posisi yang wajar dan tenang. Sebagian besar klien memasuki ruangan
dengan tegang dan cemas, oleh karena itu konselor harus bersikap wajar dan tenang.

Adapun fungsi konseling adalah sebagai berikut:

 Pemahaman, yaitu fungsi untuk membantu peserta didik memahami


diri dan lingkungannya.
 Pencegahan, yaitu fungsi untuk membantu peserta didik mampu
mencegah atau menghindarkan diri dari berbagai permasalahan yang
dapat menghambat perkembangan dirinya.
 

 Pengentasan, yaitu fungsi untuk membantu peserta didik mengatasi


masalah yang dialaminya.
 Pemeliharaan dan pengembangan, yaitu fungsi untuk membantu
peserta didik memelihara dan menumbuh-kembangkan berbagai
potensi dan kondisi positif yang dimilikinya.
 Advokasi, yaitu fungsi untuk membantu peserta didik memperoleh
pembelaan atas hak dan atau kepentingannya yang kurang mendapat
perhatian.

roses komunikasi ini dapat dilakukan dalam diri manusia sendiri, orang lain dan kumpulan
manusia dalam proses sosial (massa). Merujuk pendapat tersebut maka Burgon & Huffner (2002)
mengkategorikan 3 jenis komunikasi, yaitu:

1. Komunikasi intrapersonal; komunikasi yang terjadi dalam diri sendiri maka tindak
balas yang dilakukan ialah dalam internal diri sendiri (self talk). Contoh, komunikasi
yang terjadi saat kita merenung, berdialog dengan diri sendiri (baik sadar maupun secara
tidak sadar, misalnya sedang tidur).
2. Komunikasi interpersonal; komunikasi yang dilakukan dengan orang lain sehingga
tindak balas (respon/feedback) dan evaluasinya memerlukan orang lain. Contoh,
komunikasi dengan pacar, teman, guru, orang tua dan lain sebagainya.
3. Komunikasi massa; komunikasi yang dilakukan dalam kumpulan manusia yang terjadi
proses sosial di dalamnya, baik melalui media atau langsung dan bersifat one way
communication. Contoh, komunikasi yang terjadi di televisi, website, blog, iklan dan lain
sebagainya.

Langkah konseling
Rapport dan structuring. “Hello”
Untuk membangun kerja sama yang baik dengan klien dan untuk membuat klien merasa nyaman
dengan konselor. Structuring dibutuhkan untuk menjelaskan tujuan dari konseling. Fungsi
strukturing adalah untuk menjaga sesi pada tujuan (tidak melenceng) dan untuk
menginformasikan pada klien apa yang konselor mampu dan tidak mampu lakukan.

Mengumpulkan informasi, mendefinisikan masalah, dan mengidentidikasi aset. “Apa


masalahnya?”
Untuk mengetahui alasan klien datang dan bagaimana ia memandang masalah. Pendefinisian
masalah yang baik akan memberi arah dan tujuan konseling dan menghindari dibahasnya topik
yang tidak berguna. Juga untuk mengidentifikasi kekuatan-kekuatan klien (positive strength)—
Ingat bahwa klien bertumbuh dari kekuatannya, yaitu dari aset-aset positif dan kemampuan-
kemampuan!! So, harus digali untuk memecahkan masalah yang sedang dihadapi dan untuk
pertumbuhan di masa mendatang

Menentukan tujuan. “Apa yang diinginkan oleh klien?”


Untuk mengetahui dunia ideal klien. Hal bagaimana yang diinginkan oleh klien? Bagaimana
segala sesuatunya jika masalah dipecahkan? Langkah ini penting karena memungkinkan
konselor untuk mengatahui apa yang klien inginkan. Arah yang yang diinginkan klien dan
konselor harus dibuat harmonis. Untuk beberapa klien, lewati langkah 2 dan tentukan tujuan
terlebih dahulu.

Mencari alternatif dan mengkonfrontasi client incongruities “Apa yang akan kita lakukan
terhadap masalah ini?”
Untuk mencari pemecahan dari masalah klien. Hal ini bisa meliputi pemecahan masalah kreatif
(menemukan sebanyak mungkin alternatif pemecahan dengan tidak menilai terlebih dahulu—
biar pun alternatifnya tampak bodoh dan tak masuk akal) untuk kemudian memutuskan alternatif
mana yang akan diambil. Langkah ini memerlukan waktu yang paling lama dalam konseling

Generalization dan transfer of learning “Will you do it?”


Untuk memungkinkan perubahan dalam pikiran, perasaan, dan perilaku dalam kehidupan klien
sehari-hari. Banyak klien yang mengikuti konseling untuk kemudian tidak melakukan apa-apa
untuk mengubah perilakunya, dan tetap hidup dengan pola seperti sedia kala.

Pelayanan konseling mengemban sejumlah fungsi yang hendak dipenuhi melalui pelaksanaan
kegiatannya untuk semua klien atau pengguna. Fungsi-fungsi tersebut adalah:

1. Fungsi pemahaman, yaitu fungsi konseling yang menghasilkan pemahaman tentang


sesuatu oleh pihak-pihak tertentu sesuai dengan kepentingan individu dan/atau kelompok
yang mendapat pelayanan; pemahaman itu meliputi pemahaman tentang diri sendiri,
lingkungan dan berbagai informasi yang diperlukan.
2. Fungsi pencegahan, yaitu fungsi konseling yang menghasilkan kondisi bagi tercegahnya
atau terhindarnya individu dan/atau kelompok yang mendapat pelayanan dari berbagai
permasalahan yang mungkin timbul, yang akan dapat mengganggu, menghambat atau
menimbulkan kesulitan dan kerugian-kerugian tertentu dalam kehidupan dan proses
perkembangannya.

3. Fungsi pengentasan, yaitu fungsi konseling yang menghasilkan kondisi bagi


terentaskannya atau teratasinya berbagai permasalahan dalam kehidupan dan/atau
perkembangannya yang dialami oleh individu dan/atau kelompok yang mendapat
pelayanan.
4. Fungsi pemeliharaan dan pengembangan, yaitu fungsi konseling yang menghasilkan
terpelihara dan terkembangannya berbagai potensi dan kondisi positif individu dan/atau
kelompok yang mendapat pelayanan dalam rangka perkembangan diri/kelompok secara
mantap dan berkelanjutan.
5. Fungsi advokasi, yaitu fungsi konseling yang menghasilkan kondisi pembelaan terhadap
pengingkaran atas hak-hak dan/atau kepentingan pendidikan/ perkembangan yang
dialami klien atau pengguna pelayanan konseling.

 
Fungsi-fungsi tersebut diwujudkan melalui terselenggarakannya berbagai jenis layanan dan
kegiatan pendukung konseling untuk mencapai hasil sebagaimana terkandung di dalam masing-
masing fungsi itu. Setiap layanan dan kegiatan pendukung konseling yang dilaksanakan harus
secara langsung mengacu kepada satu atau lebih fungsi-fungsi tersebut di atas agar hasil-hasil
yang hendak dicapainya secara jelas dapat diidentifikasi dan dievaluasi.

Hambatan konseling

Transference; mengacu kepada perasaan apapun yang dinyatakan atau dirasakan klien
(cinta, benci, marah, ketergantungan) terhada konselor, baik berupa reaksi rasional terhadap
kepribadian konselor ataupun proyeksi terhadap tingkah laku awal dan sikap-sikap selanjutnya
konselor. Penyebab terjadinya transference adalah konselor mampu memahami klien lebih dari
klien memahami diri mereka sendiri dan dikarenakan konselor mampu bersifat ramah dan secara
emosional bersifat hangat. Jenis transference: positif (proyeksi perasaan bersifat kasih sayang,
cinta, ketergantungan) dan negative (proyeksi rasa permusuhan dan penyerangan). Sumber
perpindahan perasaan: 1) pengalaman-pengalaman masa lalu klien yang mengalami kegagalan
dalam perkembangan yang diistilahkan Gestal dengan situasi yang tak terselesaikan, klien
membawa berbagai alat manipulasi lingkungan, tetapi cenderung kurang memiliki dukungan dari
diri sendiri yang merupakan suatu kualitas penting untuk bertahan. 2) Klien merasa takut akan
penolakan dan ketidakpercayaan, hal ini merupakan bentuk perlawanan, sehingga klien
memanipulasi konselornya dengan memakai topeng seolah-olah dia orang yang baik. Fungsi
transference: membantu hubungan denganmemberikan kesempatan pada klien untuk
mengekspresikan perasaan yang menyimpang, mempromosikan atau meningkatkan rasa percaya
diri klien, mebuat klien menjadi sadar tentang pentingnya dan asal dari perasaan ini pada
kehidupan mereka di masa sekarang melalui intepretasi perasaan tersebut.

Countertranference; reaksi emosional dan proyeksi dari konselor kepada klien yang
sudah menjadi makna standar dalam konseling dan psikoterapi. Sumber pemindahbalikan
perasaan: a) konselor tidak mampu menyelesaikan masalah pribadi, b) tekanan situasi, proses
konseling dari awal, proses dan pertemuan-pertemuan selanjutnya banyak hal yang ditemui
konselor dari klien, c) komunikasi perasaan klien kepada konselor. Tanda-tanda perasaan
pemindah balik: tidak memperhatikan pernyataan klien dengan jelas, menolak kehadiran
kecemasan, menjadi simpatik dan empatik berlebihan, mengabaikan perasaan klien, tidak
mampu mengidentifikasi perasaan klien, membuka kecenderungan beragumentasi dengan klien,
kepedulian yang berlebihan, bekerja terlalu keras dan melelahkan, erasaan terpaksa dan
kewajiban terhadap klien, perasaan menilai klien baik/ tidak baik. Pengontolan/ tindakan yang
dapat dilakukan konselor dalam countertranference: supervisor, diskusi dengan klien,
perkembangan konselor, kelompok konseling/ terapi, analisis model dan video type.
Resistensi; perlawanan terhadap usaha mengubah hal yang tidak disadari menjadi hal
yang disadari serta mobilisasi fungsi-fungsi penindasan (represif) dan perlindungan (protektif)
ego. Sumber resistensi: internal (kekhawatiran pertumbuhan dan ketidakmauan untuk mendiri),
eksternal (akibat dari teknik yang digunakan kurang tepat, kurangnya persiapan yang
semestinya), campuran (kelelahan, penyakit, kelelahan mental, hambatan bahas asing, psikosis.
Fungsi Positif resistensi: memberikan indikasi kemajuan wawancara secara umum dan menjadi
landasan bagi perumusan diagnose dan prognosa dan petunjuk mengenai struktur defensive klien
yang menimbulkan, atau sebagai informasi bagi konselor bahwa klien mau meneliti perasaan
saat itu.

DAFTAR KEPUSTAKAAN

Surya, Muhammad, Psikologi Konseling,Bandung : CV Pustaka Bani Quraisy,2003

Gunarsa, Singgih, Konseling Dan Psikoterapi, Jakarta : PT. BPK Gunung Mulia, 1992

Effendy Uchjana Onong. 2009. Komunikasi Teori Dan Praktek. Remaja Rosdakarya: Bandung

BAB III
PENUTUP
A.    KESIMPILAN
Istilah komunikasi berasal dari bahasa latin “communicati” yang berarti “sama” yang
lebih lanjut diartikan “sama makna”.
Sedangkan konseling ialah proses tatap muka atau pemberian bantuan oleh konselor
terhadap konseli agar konseli bisa memahami masalahnya dan mengatasi masalahnya. Dalam
konseling proses bantuan atau konseling dilakukan dengan menggunakan percakapan atau dalam
kata lain komunikasi, sehingga komunikasi sangat erat sekali hubungannya dengan konseling.
Komunikasi konseling ialah segala hal yang berkaitan dengan komunikasi yang
berlangsung dan dilakukan dalam upaya melakukan prosess bimbingan dan konseling antara
konselor dan klien.
Komunikasi sangat erat kaitannya dengan interaksi, walupun dalam pendalamannya
mengandung arti yang brbeda, interaksiialah hubungan antara seseorang dengan orang lain
dalam situasi kerja dan dalam organisasi kekaryaan.

Anda mungkin juga menyukai