Anda di halaman 1dari 19

MAKNA ARSITEKTUR

(TEORI ESTETIKA DAN PERILAKU)


ARSITEKTUR MODERN – ARSITEKTUR POST-MODERN

NILLA ARDYA P. 3212100032


SHINTA OCTAVIANA P. 3212100041
IMAM PRATAMA I. 3212100051 
KELAS A
ARSITEKTUR – FTSP- ITS
 MAKNA ARSITEKTUR (TEORI ESTETIKA DAN PERILAKU)

MAKNA ARSITEKTUR
(TEORI ESTETIKA DAN PERILAKU)
ARSITEKTUR MODERN – ARSITEKTUR POST-MODERN

A. MAKNA KARYA ARSITEKTUR


ARSITEKTUR MODERN
SEAGRAM BUILDING
Lokasi : 375 Park Avenue, New York City, New York, USA.
Arsitek : Mies van der Rohe + Philip Johnson
Tahun : 1954 – 1958
Seagram building adalah bangunan skyscraper
pertama yang berhasil diselesaikan oleh Mies. Seagram
dirancang untuk melambangkan keanggunan dan
prinsip – prinsip modernism.(1) Bangunan ini terdiri dari 38
lantai dan dilengkapi plasa pada lantai dasar. Bangunan
ini menganut gaya international style. Dalam arsitektur modern, kita akan
melihat kesan simple dan tanpa ornamen atau hiasan. Pemaknaan sebuah
bangunan tak akan lepas dari pemikiran sang arsitek. Untuk mendapatkan
kesan pada sebuah karya arsitektur, harus melihat pandangan dan pemikiran
dari arsitek.

Pemikiran dan konsep Mies van der Rohe


Mies van der rohe atau Ludwig Mies van der Rohe adalah arsitektur dari
Jerman yang menerapkan prinsip “Less is More”(2) dan “God is in the details”(3)
yang artinya kesederhanaan adalah sebuah estetika dinilai lebih, dimana fitur
dalam disain tidak diperlukan dan minimalis adalah sebuah kewajiban,
dimana arsitek dituntut untuk lebih simple dan berani berimajinasi dengan
batas-batas minimalis tertentu. Prinsip ini dijadikan sebagai pedoman dalam
arsitektur modern.
Pemikiran modernis Mies dipengaruhi oleh banyak gerakan desain dan seni.
Dia selektif mengadopsi ide-ide teoritis seperti kredo estetika Rusia
Konstruktivisme dengan ideologi mereka "efisien" konstruksi patung
menggunakan bahan-bahan industri modern. Mies merancang dengan
menggunakan bentuk bujursangkar yang sederhana dan bentuk planar,
garis-garis yang bersih, menggunakan warna asli, dan perluasan ruang di
sekitar dan di luar dinding interior. Secara khusus, lapisan fungsional sub-ruang

 Page 1
 MAKNA ARSITEKTUR (TEORI ESTETIKA DAN PERILAKU)

dalam sebuah ruang secara keseluruhan dan artikulasi yang berbeda dari
bagian seperti yang diungkapkan oleh Gerrit Rietveld menarik Mies. Teori
desain dari Adolf Loos ditemukan resonansi dengan Mies, khususnya ide-ide
pemberantasan ornamen, dangkal dan tidak perlu mengganti diterapkan
rumit dengan tampilan langsung dari bahan dan bentuk. Loos telah terkenal
menyatakan bahwa "ornamen adalah kejahatan". (4) Mies juga mengagumi
ide-idenya tentang bangsawan yang dapat ditemukan dalam anonimitas
kehidupan modern.
Ludwig Mies menciptakan sebuah gaya arsitektur abad kedua puluh yang
berciri khas “clear” dan “simple“. Karyanya memanfaatkan bahan modern
seperti baja dan kaca piring untuk mendekor ruang interior. Ia berusaha
menerapkan konsep minimalis namun tetap seimbang dengan gaya arsitektur
ruang terbuka. Gedung karyanya sering mendapat sebutan arsitektur “kulit
dan tulang”, karena kesederhanaannya. Ludwig Mies menggunakan
pendekatan rasional yang akan memandu proses kreatif desain arsitektur. (3)
Teori dan prinsip-prinsip Arsitektur Ludwig Mies Van Der Rohe(5)
o Mies menganut falsafah Rasionalisme dan arsitektur modern
o Solusi bangunan harus memungkinkan untuk gelar optimal dari
fleksibilitas untuk mengakomodasi kebutuhan ekonomi sering untuk
merevisi pengaturan ruang hidup dan bekerja.
o Bekerja dalam tiga jenis bangunan trabeated: rendah-naik kerangka
bangunan frame, bangunan bertingkat tinggi kerangka frame, dan satu
lantai jelas-span bangunan.
o Mengekspresikan skala dalam hal kategori keseluruhan penggunaan
atau memperhitungkan besarnya bangunan
o Desain yang diasah untuk kesempurnaan yang lebih besar dalam setiap
bangunan berturut-turut oleh perbaikan halus dalam proporsi dan
merinci bukan oleh perubahan radikal dalam ekspresi keseluruhan
o Interaksi kritis antara bangunan, konstruksi fungsi dan struktur, yang
merupakan jantung dari arsitektur, sering menyentuh ekspresi puitis yang
benar.
o Dia percaya arsitektur menjadi proses sejarah, dan bahwa dalam arsitek
konsekuensi harus mengakui hubungan antara fakta-fakta signifikan
dari zaman mereka sendiri dan ide-ide yang mampu membimbing
fakta-fakta dalam arah bermanfaat bagi masyarakat pada umumnya
Penerapan “Less is More” dalam sebuah karya arsitektur, diwujudkan dengan
tidak adanya elemen dan pemakaian material dari bahan industri yang
dibuat secara masal. Selain itu jenis material yang digunakan sebagian besar
adalah kaca dan baja.

 Page 2
 MAKNA ARSITEKTUR (TEORI ESTETIKA DAN PERILAKU)

ARSITEKTUR POST-MODERN
MUSEUM TSUNAMI
Museum Tsunami Aceh adalah sebuah museum yang dibangun untuk
mengenang peristiwa tsunami dan gempa bumi yang melanda wilayah Aceh
dan sekitarnya pada 26 Desember 2004 silam. Desain museum ini dirancang
oleh Bapak Ridwan Kamil dan merupakan hasil sayembara yang
diselenggarakan oleh Badan Rehabilitasi dan Rekonstruksi Aceh-Nias (BRR
Aceh-Nias) pada 17 Agustus 2007 lalu. Pembangunan museum ini dimulai
pada tahun 2007, diresmikan oleh Presiden Susilo Bambang Yudhoyono pada
tanggal 27 Februari 2009.

Gambar 11. Denah, potongan dan tampak Museum Tsunami Aceh

“Rumoh Aceh as Escape Hill” adalah konsep desain yang digunakan oleh
Ridwan Kamil dalam proses perancangan Museum Tsunami Aceh. "Emosi saya
ikut teraduk-aduk, acapkali air mata saya tertumpah saat mengerjakan
rancangan museum tsunami. Buat saya Aceh sangat istimewa," kata Kang
Emil, sapaan karib Ridwan, dalam sebuah diskusi di Jakarta, tahun lalu. Ridwan
menganggap Aceh sebagai rumah keduanya.

1.1. Bentuk
Desain Museum Tsunami ini mengambil ide dasar dari rumoh Aceh.
Rumoh Aceh adalah rumah tradisional Aceh yang berbentuk panggung.

 Page 3
 MAKNA ARSITEKTUR (TEORI ESTETIKA DAN PERILAKU)

Bentuk rumah panggung dipilih sebagai hasil pemikiran kearifan lokal


terhadap respon bencana alam banjir dan tsunami.

Gambar 12. Bentuk Museum Tsunami yang terinspirasi Rumoh Aceh


Jika ini dilihat dari atas, Museum Tsunami Aceh menganalogikan sebuah
epicenter atau pusat pusaran air dari gelombang laut tsunami. Bentuk ini
dirancang untuk merepresantikan building as a moment sehingga bisa
mengingatkan peristiwa tsunami yang terjadi.

Gambar 13. Bentuk tampak atas Museum Tsunami


Bentuk museum juga merepresentasikan hubungan manusia dengan
manusia dan hubungan manusia dengan Tuhan. Dalam islam dikenal
habluminnallah dan habluminnannas. Tanda panah ke atas itu
menggambarkan habluminnallah atau hubungan dengan Allah,
sedangkan ke arah horisontal menggambarkan hablumminannas.

 Page 4
 MAKNA ARSITEKTUR (TEORI ESTETIKA DAN PERILAKU)

Gambar 14. Hablumminallah dan Hablumminannas


Bentuk keseluruhan bangunan Museum Tsunami juga menganalogikan
bentuk kapal. Bentuk ini juga dimaksudkan sebagai building as a
moment. Kapal adalah satu fenomena yang banyak diketahui oleh
masyarakat Aceh dengan terdamparnya kapal didekat pantai
menjadikan suatu kenangan atau momen yang tidak dapat dilupakan.

Gambar 15. Bentuk bangunan yang menyerupai kapal


1.2. Fasad
Kulit luar bangunan Museum Tsunami Aceh menyimbolkan hubungan
antar manusia yang dicerminkan dari kebudayaan lokal Tari Saman.
Dimana ukiran kulit bangunan tersebut mengadopsi dari tari saman yang
menurut sang arsiteknya melambangkan kekompakan dan kerja sama
antar manusia Aceh.

Gambar 16. Ukiran fasad bangunan yang terinspirasi dari gerakan Tari
Saman
1.3. Tata Ruang Dalam
Dalam tata ruang dalamnya Museum Tsunami dibagi menjadi beberapa
bagian yang mempunyai makna tersendiri dari tiap bagiannya.
1.3.1. Space of Fear

 Page 5
 MAKNA ARSITEKTUR (TEORI ESTETIKA DAN PERILAKU)

Dalam space of fear terdapat sebuah lorong yang bernama


lorong tsunami yang merupakan akses awal pengunjung
memasuki museum. Air mengalir di kedua sisi dinding museum,
suara gemuruh air, cahaya yang remang dan gelap, lorong yang
sempit dan lembab, mendeskripsikan ketakutan masyarakat Aceh
pada saat tsunami terjadi, sehingga disebut space of fear.

Gambar 17. Lorong Tsunami


1.3.2. Space of Memory
Setelah melewati lorong tsunami pengunjung akan tiba di sebuah
ruang yang dinamai Memorial Hall. Ruangan ini berisikan 26
monitor yang melambangkan tanggal terjadinya tsunami 26
Desember 2004 dimana setiap monitor tersebut berisikan gambar-
gambar kenangan saat kejadian tsunami saat itu. Gambar dan
foto ini seakan mengingatkan kembali kenangan tsunami yang
melanda Aceh atau disebut space of memory yang tidak mudah
untuk dilupakan dan dapat dipetik hikmah dari kejadian tersebut.

 Page 6
 MAKNA ARSITEKTUR (TEORI ESTETIKA DAN PERILAKU)

Gambar 18. Memorial Hall


1.3.3. Space of Sorrow
Melewati ruang memori, pengunjung akan dibawa ke Ruang
Sumur Doa (Chamber of Blessing). Ruangan ini berbentuk
menyerupai sumur dengan ketinggian 30 meter yang dindingnya
berisikan ribuan nama korban yang meninggal dunia akibat
bencana tsunami. Ruangan ini difilosofikan sebagai kuburan
massal tsunami dan pengunjung yang memasuki ruangan ini
dianjurkan untuk mendoakan para korban menurut agama dan
kepercayaan masing-masing.
Di puncak sumur doa terhadap sebuah cahaya terang yang
mmembentuk lafal Allah. Ruangan ini juga menggambarkan
hubungan manusia dengan Tuhannya (hablumminallah) dan
setiap manusia yang hidup pada akhirnya akan kembali kepada-
Nya.

Gambar 19. Sumur doa dan lafal Allah dipuncaknya


1.3.4. Space of Confuse
Dari sumur doa, pengunjung akan dibawa melalui lorong
cerobong (Romp Cerobong) menuju ke ruangan selanjutnya.

 Page 7
 MAKNA ARSITEKTUR (TEORI ESTETIKA DAN PERILAKU)

Lorong ini didesain dengan lantai yang bekelok dan tidak rata.
Desain ini merupakan filosofi dari kebingungan dan keputusasaan
masyarakat Aceh saat didera tsunami pada tahun 2004 silam,
kebingungan akan arah tujuan, kebingungan mencari sanak
saudara yang hilang, dan kebingungan karena kehilangan harta
dan benda, maka filosofi lorong ini disebut Space of Confuse.

Gambar 20. Lorong Cerobong


1.3.5. Space of Hope
Lorong cerobong membawa pengunjung ke arah jembatan
harapan (space of hope). Lorong gelap yang membawa
pengunjung menuju cahaya alami melambangkan sebuah
harapan bahwa masyarakat Aceh pada saat itu masih memiki
harapan dari adanya bantuan dunia untuk Aceh guna membantu
memulihkan kondisi fisik dan psikologis masyarakat Aceh. Di
ruangan ini pengunjung juga bisa melihat 54 bendera negara yang
telah membantu Aceh saat terjadi bencana tsunami tahun 2004
yang lalu. Pada setiap bagian bawah bendera terdapat kata
“Damai” dalam bahasa negara tersebut yang merepresentasikan
bahwa ke-54 negara tersebut membantu menciptakan
perdamaian di dunia khususnya di tanah Aceh.

 Page 8
 MAKNA ARSITEKTUR (TEORI ESTETIKA DAN PERILAKU)

Gambar 21. Jembatan harapan dan bendera 54 negara

 Page 9
 MAKNA ARSITEKTUR (TEORI ESTETIKA DAN PERILAKU)

B. TEORI ESTETIKA
Pengertian estetika dalam Garis Besar Estetik
Estetika secara tradisional telah dipahami sebagai cabang filsafat yang
berkaitan dengan keindahan dan hal yang indah dalam alam dan seni. (The
Liang Gie, Garis Besar Estetik, 1983:16)
Menurut John Lang
Teori estetika terbagi menjadi :
1. Estetika Formal
Nilai estetika yang terfokus pada objek, dalam kontribusinya terhadap
respon estetis mengenai ukuran, bentuk, warna, ritme, sekuen visual,
dsb.
2. Estetika Sensori
Nilai estetika sensori ditimbulkan dari suatu sensasi yang menyenangkan
yang diperoleh dari warna, suara, textur, bau, rasa, sentuhan, dsb. yang
dihadirkan dalam sebuah lingkungan yang diciptakan. Dengan kata
lain estetika ini memperhatikan aspek fisiologis yaitu memunculkan
sebuah ‘rasa’.
3. Estetika Simbolik
Nilai estetika yang dihasilkan dengan cara memberikan kesenangan
pada seseorang secara sosio-kultural.
4. Estetika intelektual
Sebuah karya arsitektur, tidak hanya membawa wujud fisiknya saja,
tetapi juga dapat ‘mengajak’ penggunanya untk merasakan lebih
‘dalam’ lagi makna arsitektural objek tersebut melalui beberapa aspek
estetika seperti yang telah disebutkan di atas.
Menurut Monroe Beardsley
Terdapat tiga ciri yang menjadi sifat-sifat ‘membuat baik (indah)’ dari benda
estetis pada umumnya. Ketiga ciri itu adalah sebagai berikut :
1. Keasatuan (Unity)
Berarti benda estetis itu tersusun secara baik atau sempurna bentuknya.
2. Kerumitan (Complexity)
Benda estetis atau karya seni kaya akan isi dan unsure yang saling
berlawanan serta mengandung perbedaan-perbedaan yang halus.
3. Sungguhan (Intensity)
Benda estetis yang abik harus mempunyai kualitas tertentu yang
menonjol bukan sekedar sesuatu yang kosong.
Menurut para modernis, fungsi dapat dikategorikan sebagai penentu
bentuk atau panduan menuju bentuk. Fungsi menunjukan ke arah mana
bentuk harus ditentukan. (Yuswadi Saliya, 1999). Hal ini mengacu pada slogan
yang diungkapkan oleh Loius Sullivan yaitu Form Follow Function. Sebenarnya

 Page 10
 MAKNA ARSITEKTUR (TEORI ESTETIKA DAN PERILAKU)

jika kita bicara mengenai arsitektur, maka kita tidak hanya bicara tentang
fungsi dan bentuk saja. Masih ada unsur-unsur lain yang juga terkait erat
dengan arsitektur, yang merupakan konsekuensi logis dari adanya fungsi.
Karena fungsi merupakan gambaran dari kegiatan, dimana kegiatan tersebut
membutuhkan tempat/ruang untuk keberlangsungannya. Sehingga jika kita
membahas fungsi, tentunya akan berlanjut dengan pembahasan tentang
ruang.
Sedangkan bentuk yang menurut Sullivan merupakan akibat dari
pewadahan fungsi, dapat memberikan ekspresi tertentu. Jadi pembahasan
fungsi tidak dapat dipisahkan dari pembahasan tentang ruang, bentuk dan
ekspresi bentuk yang dihasilkan.
Menurut Charles Jencks
Mengenai suatu ragam pemahaman cara, rupa, bentuk, dan
sebagainya yang ada dalam arsitektur post modern :
1. Hybrid Expression adalah Penampilan hasil gabungan unsur–unsur
modern dengan: Vernacular, Local, Metaphorical, Revivalist,
Commercial, dan contextual.
2. Complexity adalah Hasil pengembangan ideology–ideology dan ciri–
ciri post modern yang mempengaruhi perancangan dasar sehingga
menampilkan perancangan yang bersifat kompleks. Pengamat diajak
menikmati, mengamati, dan mendalami secara lebih seksama.
3. Variable Space with surprise adalah Perubahan ruang–ruang yang
tercipta akibat kejutan, misalnya: warna, detail elemen arsitektur,
suasana interior dan lain–lain.
4. Conventional and Abstract Form adalah menampilkan bentuk
konvensional dan bentuk bentuk yang rumit (popular), sehingga mudah
ditangkap artiinya.
5. Eclectic adalah Campuran langgam–langgam yang saling berintegrasi
secara kontinu untuk menciptakan unity.
6. Semiotic adalah Arti yang hendak di tampilkan secara fungsi.
7. Varible Mixed Aesthetic Depending On Context Expression on content
and semaic appropriateness toward function. Gabungan unsur estetis
dan fungsi yang tidak mengacaukan fungsi.
8. Pro Or Organic Applied Ornament adalah Mencerminkan kedinamisan
sesuatu yang hidup dan kaya ornamen.
9. Pro Or Representation adalah Menampilkan ciri–ciri yang gamblang
sehingga dapat memperjelas arti dan fungsi.
10. Pro-metaphor adalah Hasil pengisian bentuk–bentuk tertentu yang
diterapkan pada desain bangunan sehingga orang lebih menangkap
arti dan fungsi bangunan.
11. Pro-Historical reference adalah Menampilkan nilai-nilai histori pada
setiap rancangan yang menegaskan ciri-ciri bangunan.

 Page 11
 MAKNA ARSITEKTUR (TEORI ESTETIKA DAN PERILAKU)

12. Pro-Humor ialah Mengandung nilai humoris, sehingga pengamat diajak


untuk lebih menikmatinya.
13. Pro-simbolic adalah Menyiratkan simbol-simbol yang mempermudah
arti dan yang dikehendaki perancang.
Pengertian Responsive dan Representational Meaning Secara Singkat
Makna Responsif, terbagi atas :
a. Makna Afektif : Perasaan dan emosi seseorang ketika melihat suatu
bentuk bangunan. Respons ini didasari oleh pengalaman dan budaya
pengguna.
b. Makna Evaluatif : Penghayatan seseorang terhadap representasi dan
emosi seketika berdasarkan kompetensinya.
c. Makna Preskriptif : Penghayatan seseorang untuk melakukan sesuatu
setelah menglihat dan mengevaluasinya sistem Komunikasi melalui
komponen bangunan
Makna Representasional terbagi atas:
a. Makna presentasional : Makna yang didapat tidak berbentuk verbal,
melainkan berupa ikon
b. Makna referensional : Penghayatan terhadap simbol bagi obyek atau
peristiwa / kegiatan, penghayatan yang terjadi melalui bentuk, tekstur,
warna, status, ukuran, dan atribut lain

 Page 12
 MAKNA ARSITEKTUR (TEORI ESTETIKA DAN PERILAKU)

C. KAJIAN ARSITEKTUR TERHADAP TEORI ESTETIKA


Kajian Arsitektur modern (Seagram Building)
Menurut Teori Monroe Beardsley
Menurut Monroe, bangunan estetik memiliki 3 ciri, yaitu unity, complexity, dan
intensity. Pada seagram building, kita akan melihat ketiga ciri-ciri tersebut
pada:
1. Kesatuan (Unity)
Seagram building merupakan bangunan dengan gaya
international style yang memiliki ciri bentuk berupa
geometri murni yang setiap elemen pada fasad
bangunan memiliki fungsi.

2. Kerumitan (Complexity)
Material yang digunakan pada seagram merupakan
material hasil produksi pabrik yang dikerjakan secara masal. Material
yang digunakan adalah baja dan kaca
yang disusun mengikuti bentuk geometri
murni. Kesan less is more sangat terasa
dalam fasad bangunan ini, karena tidak
ada ornamen yang digunakan sebagai
“pemanis” bangunan. Semua ornamen
yang ada merupakan perwujudan dari
fungsi yang ingin dihadirkan.

3. Sungguhan (Intensity)
Seagram Building merupakan
perwujudan dari fungsi yang ingin
dihadirkan, yaitu kantor yang
dilengkapi lobi serta plasa pada
bagian bawah. Karakter “Less is
More” sangat terlihat pada seluruh
aspek bangunan. Sehingga setiap
elemen yang membentuk ruang
akan memiliki fungsi masing-masing. Tidak ada space yang terbuang
(kosong)
Menurut Vitruvius
Karya arsitektur memiliki :
1. Order
2. Arrangement
3. Eurythmy

 Page 13
 MAKNA ARSITEKTUR (TEORI ESTETIKA DAN PERILAKU)

4. Symmetry
5. Propriety
6. Economy

Kajian arsitekrut post—moderm


Berikut ini adalah kajian arsitektur Museum Tsunami Aceh menurut teori estetika
John Lang.
1. Estetika Formal
Merupakan nilai estetika yang terfokus pada objek, dalam kontribusinya
terhadap respon estetis. Dalam Museum Tsunami Aceh, estetika formal
dihadirkan melalui bentuknya. Bentuk museum terinspirasi dari rumah
panggung aceh, berbentuk seperti epicentrum dengan simetri putar.
Tekstur kulitnya mengadopsi gerakan tari saman aceh.

2. Estetika Sensori
Merupakan estetika yang mmemperhatikan aspek fisiologis, yaitu
memunculkan sebuah rasa. Pada Museum Tsunami Aceh pemunculan
rasa dihadirkan di dalam museum melalui sekuen-sekuen cerita yang ingin
diceritakan oleh museum. Penghadiran rasa dimunculkan melalui tekstur,
pencahayaan, dan suasana ruang.

 Page 14
 MAKNA ARSITEKTUR (TEORI ESTETIKA DAN PERILAKU)

3. Estetika Simbolik
Nilai estetika yang dihasilkan dengan cara memberikan kesenangan
pada seseorang secara sosio-kultural. Estetika simbolik dimunculkan dalam
Museum Tsunami berupa penghadiran pengalaman dalam bencana
tsunami.

4. Estetika Intelektual
Sebuah karya arsitektur, tidak hanya membawa wujud fisiknya saja, tetapi
juga dapat ‘mengajak’ penggunanya untk merasakan lebih ‘dalam’ lagi
makna arsitektural objek tersebut. Dalam Museum Tsunami pengunjung
akan diajak lebih dalam merasakan cerita-cerita yang digambarkan
melalui desain-desain museum.

 Page 15
 MAKNA ARSITEKTUR (TEORI ESTETIKA DAN PERILAKU)

Berikut ini adalah kajian arsitektur Museum Tsunami Aceh menurut teori Charles
Jencks mengenai suatu ragam pemahaman cara, rupa, bentuk, dan
sebagainya yang ada dalam arsitektur post modern.
Museum tsunami aceh mengandung unsur Hybrid Expression dimana museum
menggabungkan unsur-unsur modern seperti warna bangunan dengan unsur-
unsur lokal seperti bentuk yang terinspirasi dari rumah adat dan fasad yang
diambil dari tarian adat.

Ruang-ruang dalam museum tsunami menggambarkan variable space with


surprise. Ruang-ruang diciptakan dengan warna, detail elemen arsitektur, dan
suasana interior sehingga setiap ruang mengandung makna tersendiri.

Bentuk dari museum tsunami menampilkan conventional and abstract form


dimana bentuknya memiliki ciri khas tersendiri yang meenyerupai sebuah
pusat pusaran air (epicentrum). Artinya menggambarkan gelombang tsunami
itu sendiri.

 Page 16
 MAKNA ARSITEKTUR (TEORI ESTETIKA DAN PERILAKU)

Desain museum tsunami juga pro organic yang ditunjukkan dalam bentuk
bangunan yang dinamis dan pro metaphor yang tergambar dalam bentuk
bangunan yang menyerupai pusaran air sehingga mengingatkan pada
gelombang tsunami.
Dalam desain museum tsunami digunakan prinsip Varible Mixed Aesthetic
Depending On Context Expression on content and semaic appropriateness
toward function sehingga unsur estetika dan fungsi tidak saling mengacaukan.
Justru unsur-unsur estetika mendukung fungsi bangunan atau ruangan itu
sendiri.

Sebagai sebuah museum sudah pasti desain museum tsunami pro historical
reference, yaitu menggambarkan peristiwa tsunami it sendiri dan yang terakhir
museum tsunami pro simbolic dengan menampilkan berbagai macam simbol
untuk memperudah perancang menyampaikan arti yang dikehendaki

 Page 17
 MAKNA ARSITEKTUR (TEORI ESTETIKA DAN PERILAKU)

DAFTAR PUSTAKA
(1) http://www.archdaily.com/59412/seagram-building-mies-van-der-
rohe/
(2) http://archmagazine.blogspot.com/2009/11/teori-dan-gerakan-
arsitektur.html
(3) https://luckty.wordpress.com/2012/03/26/ludwig-mies-van-der-rohe-
bapak-arsitektur-modern-di-logo-google/
(4) http://archiholic99danoes.blogspot.com/2011/11/tokoh-arsitektur-
ludwig-mies-van-der.html
(5) http://arsitekdosenarsitektur.blogspot.com/2013/02/ludwig-mies-van-
der-rohe.html
(6)

 Page 18

Anda mungkin juga menyukai