Anda di halaman 1dari 16

LECTURE 23 :

RELAINING DAN REBASING

LEARNING TASK :
1. Sebutkan indikasi relining dan rebasing?
PPT
 3-6 bulan setelah insersi immediate complete denture
 Bila adaptasi basis denture dengan jaringan lunak dibawahnya tidak baik
 Pasien tidak dapat datang untuk membuat complete denture yang baru dan tidak ada
kontra indikasi
------------------------------------------------------------------------------

Indikasi rebasing:

1. Under extended basis gigi tiruan


2. Untuk membuat post-dam
3. Terjadi resorpsi tulang alveolar yang lokal ataupun menyeluruh
4. Gigi tiruan sudah longgar
5. Desain rangka protesa masih terletak baik pada gigi pengunyah
6. Elemen tiruan tidak aus berlebihan, patah, atau rusak
7. Bila basis gigi tiruan sudah terlihat buruk, karena pemakaian untuk jangka waktu lama
8. Relining berkali-kali

Relining :

 Ketika GT kehilangan atau kurang adaptasinya terhadap mukosa pendukungnya


sedangkan semua faktor oklusi, estetik, relasi sentrik, DVO dan material basisGT baik.
 Hilangnya retensi GT
 Ketidakstabilan GT
 Food under denture (akumulasi makanan di bawah basis GT)
 GT longgar sedikit
 Sayap GT ‘underextended’
 Dimensi Vertikal masih baik
 Relasi sentrik = oklusi sentrik
 Tepi posterior gigi tiruan rahang atas baik
 Tepi-tepi perluasan basis cukup
 Tepi-tepi sesuai dengan gaya otot kunyah
 Pengucapan/susunan gigi baik
 Kondisi jaringan tulang dan mukosa sehat

2. Jelaskan metode melakukan relining?


PPT
 Ada 2 metode:
1. Metode langsung
(Chairside method)
2. Metode tak langsung
(Processed method)

Metode Langsung
 Bersihkan gigi tiruan
 Kasari permukaan GT yang menempel pada jaringan
 Campur self curing akrilik sesuai petunjuk pabrik dan diletakkan pada permukaan GT
 Pasien diintruksikan kumur2 dg moutwash dan R.M. dibersihkan dari debris
 GT dimasukkan kedalam rongga mulut ,pasien diinstruksikan oklusi, hingga bahan
setting
 GT dilepaskan dari RM
 Kelebihan bahan dikurangi dan kemudian GT dipulas
 Untuk memperbaiki protesa yang tidak mengalami banyak perubahan
 Penderita tidak mempunyai penyakit sistemik.
 Dikerjakan dalam satu kali kunjungan.
 Dalam processing bahan self curing acrylic menimbulkan panas menyebabkan iritasi pada
mucosa
 Penderita sukar untuk menggigit dalam oklusi sentrik, karena terganggu bau tak enak yang
dikeluarkan oleh self curing acrylic.
 Porosity serta warna self curing acrylic yang tidak stabil (mudah berubah)

Metode tidak langsung


 cek dengan alginat cair untuk tahu lokasi longgar
 Hilangkan bagian undercut pada GT
 Dibuatkan lubang kecil pada basis GT
 Kemudian dilakukan cetak fungsional
 Dimasukkan pada mulut px, dilakukan muscle trimming, kemudian penderita
diinstruksikan oklusi
 Cor dengan gips keras pada bagian tertentu pada permukaan dalam yang retensi beri
kapas basah
 Model ditanam dalam kuvet
 Cuvet dibuka, lepas denture dari kuvet,
 Bahan cetak yang menempel pada denture dibersihkan
 Kurangi permukaan basis dan tepi denture
 Buat adonan acrylic, taruh di atas denture yang dikurangi, press
 Setelah setting dibuka
 Koreksi, dipulas, insersi
 Mempergunakan heat curing acrylic resin yang dilakukan di luar mulut penderita (secara
laboratorium)
 Baik digunakan untuk penderita yang berusia lanjut serta dapat digunakan penderita yang
bersikap mental tak stabil (histerical mind )
 Keuntungan pemakaian heat curing acrylic resin dihasilkan protesa yang jauh lebih kuat dari
pada protesa yang dibuat dari self curing acrylic
 Porosity jauh berkurang.

3. Jelaskan metode melakukan rebasing?


PPT
 Metode Jig
1. Pheriperal Border GT dipotong 2 mm dari batas mukosa bergerak tidak bergerak
2. Daerah undercut pada permukaan dalam GT dihilangkan
3. Dilakukan border moulding
4. Pencetakan rahang (cetak fungsional) dengan bahan elastomer (double impression)
5. Hasil cetakan diisi dengan adonan gips keras tipe III
6. Pada saat mencetak rahang, penderita dalam keadaan oklusi dengan tujuan
mempertahankan tinggi gigit
7. GT pada model dipasang pada bagian atas artikulator
8. Dibuat jig dengan cara:
9. Bagian bawah dari artikulator diberi adonan gips lunak kemudian bagian atas artikulator
dipasang. Permukaan anasir gigi tiruan tertanam 1-2 mm pada gips, kemudian tunggu
gips lunak hingga setting
10. GT dilepas dan basis GT dibuang sedangkan susunan anasir GT (lengkungnya)
dipertahankan
11. Anasir GT dipasang kembali pada jig dan difixasi dengan malam perekat
12. Model pada bagian atas artikulator dibuat lempeng gigit dari malam merah kemudian
dipasang pada jig selanjutnya dikontur
13. Dilakukan flasking kemudian acrylic packing dan finishing
14. Pada pasang percobaan GT, diperiksa:
1. Relasi sentris
2. Oklusi sentris
3. Ketepatan peripheral seal
15. Bila oklusi tidak ada perubahan maka langsung dilakukan selective grinding di dalam
mulut
16. Bila meragukan seyogyanya dilakukan intermaxillary record untuk dilakukan selective
grinding di luar mulut
----------------------------------------------------------------------
Metode Jig

1. Pheriperal border gigi tiruan dipotong 2 mm dari batas mukosa bergerak dan tidak
bergerak.
2. Daerah undercut pada permukaan dalam gigi tiruan dihilangkan.
3. Dilakukan border moulding.
4. Rahang pasien dicetak dengan menuangkan bahan cetak elastomer (double impression)
ke dalam gigi tiruan lama.
5. Hasil cetakan diisi dengan adonan gips tipe III sehingga didapatkan model kerja.
6. Model kerja dengan gigi tiruan dipasang pada instrument yaitu duplikator Hooper,
dipasang pada bagian atas duplikator. Intrumen ini mempertahankan hubungan gigi
dengan model.
7. Dibuat jig dengan cara:
Bagian bawah duplikator diberi adonan gips lunak, kemudian bagian atas duplikator
dipasang. Permukaan anasir gigi tiruan tertanam 1-2 mm pada gips, kemudian tunggu
gips lunak hingga setting.

8. Gigi tiruan dilepas dan basis gigi tiruan asli dibuang, sedangkan susunan anasir gigi
tiruan (lengkungnya) dipertahankan dengan difiksasi menggunakan malam perekat pada
posisi sebelumnya.
9. Gigi tiruan kemudian diproses secara konvensional.

Gambar. Gigi tiruan dipasang pada duplikator Hooper

Metode Flask

1. Pheriperal border gigi tiruan dipotong 2 mm dari batas mukosa bergerak dan tidak
bergerak.
2. Daerah undercut pada permukaan dalam gigi tiruan dihilangkan.
3. dilakukan border moulding.
4. Rahang pasien dicetak dengan menuangkan bahan cetak elastomer (double impression)
ke dalam gigi tiruan lama.
5. Hasil cetakan diisi dengan adonan gips tipe III sehingga didapatkan model kerja.
6. Model tidak dipisahkan dari gigi tiruan, kemudian ditempatkan di bagian bawah flask
(kuvet).
7. Silicone mould material diulaskan di atas gigi tiruan sebelum investing.
8. Flasking dilakukan dengan cara konvensional.
9. Flask (kuvet) dibuka setelah investing selesai. Karena menggunakan silicone mould,
pemisahan dua bagian flask (kuvet) menjadi lebih mudah.
10. Basis gigi tiruan di-trimming atau dipotong seluruhnya dan anasir gigi tiruan ditempatkan
lagi ke dalam indentasinya.
11. Separasi medium diaplikasikan pada model dan resin dicampurkan lalu dimasukkan ke
dalam ruang.
12. Gigi tiruan di-cured, finishing dan polishing dengan cara konvensional.
13. Gigi tiruan yang telah selesai kemudian di-remount lalu diperiksa prematuritas
oklusalnya.

Gambar. Metode Flask

Metode Artikulator
1. Pheriperal border gigi tiruan dipotong 2 mm dari batas mukosa bergerak dan tidak
bergerak.
2. Daerah undercut pada permukaan dalam gigi tiruan dihilangkan.
3. dilakukan border moulding.
4. Rahang pasien dicetak dengan menuangkan bahan cetak elastomer (double impression)
ke dalam gigi tiruan lama.
5. Hasil cetakan diisi dengan adonan gips tipe III sehingga didapatkan model kerja.
6. Model rahang atas dipasang pada artikulator menggunakan transfer facebow.
7. Model rahang bawah dipasang dengan menggunakan catatan interoklusal.
8. Jika terdapat ketidaksesuaian oklusal, dapat dilakukan koreksi oklusi
9. Basis gigi tiruan lengkap dikurangi hingga menyisakan 2 mm akrilik disekitar gigi
10. Gigi yang sudah di trim ditempatkan kembali pada artikulator dan dilakukan waxing
tanpa mengubah dimensi vertikal
11. Gigi tiruan tersebut kemudian diproses dengan cara konvensional

Gambar. Metode Artikulator

4. Sebutkan perubahan klinis yang terjadi pada resorbsi tulang alveolar?


 Perubahan yang terjadi pada tulang alveolar sangat berperan penting karena kehilangan tulang
dapat menyebabkan kehilangan gigi. Kehilangan gigi memberi dampak negatif pada mastikasi,
estetik dan oral health related quality of life
 Resorpsi tulang alveolar dapat menyebabkan kehilangan perlekatan periodontal
 Setelah gigi tanggal, akan terjadi resorbsi pada tulang alveolar yang lebih lanjut akan
mengakibatkan penurunan dimensi vertikal wajah. Besarnya resorbsi tulang alveolar
berhubungan dengan lamanya seseorang tidak bergigi.
 terjadi ketidak seimbangan oklusi
 Resorbsi tulang alveolar sering ditemukan pada pasien yang sudah lama kehilangan gigi sehingga mengakibatkan lingir
alveolar menjadi datar atau jaringan lunak sekitarnya menjadi flabby  mengakibatkan gangguan kenyamanan
secara psikologik, fisiologik dan lama waktu pemakaian gigitiruan

----------------------------------------------------------------------------------------

Faktor penyebab resorbsi tulang :


- osteoporosis
- gangguan hormonal
- TBC
- penyakit ginjal
- gangguan gastrointestinal
- gangguan keseimbangan darah ( leukimia)

Perubahan klinis
- hilangnya retensi dan stabiitas
- hilangnya dimensi vertikal oklusi
- hilangnya jaringan pendukung wajah
- pergeseran arah horizontal gigi tiruan  relasi oklusal yang salah

LECTURE 26 :
KONTROL INFEKSI PROSTODONSIA

1. jelaskan tentang antiseptik dan desinfektan!


Secara umum, antiseptik dan desinfeksi adalah untuk mengeliminasi mikroba patogen pada
berbagai sarana atau peralatan, terutama sarana atau peralatan yang langsung digunakan pada
prosedur atau tindakan medis.

DESINFEKTAN

Desinfektan dapat membunuh mikroorganisme penyebab penyakit dengan bahan kimia atau
secara fisik, sehingga hal ini dapat mengurangi kemungkinan terjadinya infeksi atau pencemaran
jasad renik seperti bakteri dan virus, juga untuk menurunkan jumlah mikroorganisme atau kuman
penyakit lainnya. Disinfektan digunakan pada benda mati. Bahan desinfektan dapat digunakan
untuk proses desinfeksi meja, lantai, ruangan, pakaian, dan peralatan seperti peralatan dokter gigi

Desinfektan untuk membunuh bakteri patogen yang penularannya melalui air seperti bakteri
penyebab typus, kolera disentri, dan lain-lain. Desinfeksi dilakukan apabila sterilisasi sudah tidak
mungkin dikerjakan.

Contoh : alcohol, aldehid, Biguanid, Fenol, Klorsilenol, Klorin, Iodin, dll

ANTISEPTIK

Antiseptik berasal dari bahasa yunani yang secara singkat berarti kuman. Antiseptik adalah zat-
zat yang membunuh atau mencegah pertumbuhan mikroorganisme sehingga dapat
memperlambat penyebaran penyakit. Istilah ini terutama digunakan untuk sediaan yang dipakai
pada jaringan hidup seperti pada permukaan kulit dan membran mukosa.

Namun, antiseptik yang kuat dapat mengiritasi jaringan kemungkinan dapat dialihfungsikan
menjadi disinfektan contohnyaadalah fenol yang dapat digunakan baik sebagai antiseptik
maupun disinfektan.

Contoh : Hidrogen Peroksida, Asam Borat, Triclosan, dll

BEDANYA

Antiseptik berbeda dengan disinfektan, yaitu disinfektan digunakan untuk membunuh


mikroorganisme pada benda mati. Sementara antiseptik untuk benda atau jaringan hidup. Hal ini
disebabkan antiseptic lebih aman diaplikasikan pada jaringan hidup, daripada disinfektan

---------------------------------------------------------
 Desinfektan : senyawa untuk mencegah infeksi dengan jalan penghancuran atau pelarutan
jasad renik patogen dikenakan pada jaringan tak hidup : ruang operasi, alat-alat operasi, lantai
 Antiseptik : dikenakan untuk jaringan hidup. Kadar yang terlalu tinggi selain membunuh mikro
organisme, juga membunuh jaringan. Antiseptika kadar rendah bakteriostatik.

Persamaan :

 Jenis bahan kimia yang digunakan sebagai antiseptik dan desinfektan. kedua zat kimia ini bisa
membunuh bakteri yang dapat menyebabkan penyakit dan infeksi.
 Cara kerja dari antiseptik dan disinfektan memang sama, yaitu senyawa yang terkandung di
dalamnya akan menembus dinding sel organisme seperti bakteri
 Pada umumnya senyawa ini akan mengganggu metabolisme sel atau mengubah permeabilitas
dari dinding sel mikroorganisme

Perbedaan :

- Antiseptik digunakan untuk menyingkirkan kuman di kulit yang hidup, sedangkan disinfektan
menyingkirkan kuman di benda yang mati. disinfektan kadang digunakan juga sebagai antiseptik
untuk manusia asalkan dosisnya tepat karena kalau dosisnya terlalu tinggi bisa membuat
keracunan hingga kematian
- Tetapi tidak semua bahan desinfektan adalah bahan antiseptik karena adanya batasan dalam
penggunaan antiseptik. Antiseptik harus memiliki sifat tidak merusak jaringan tubuh atau tidak
bersifat keras
- Penggunaan senyawa ini diterapkan pada permukaan, peralatan atau benda mati lainnya,
sehingga kadarnya lebih toksik. Jika salah digunakan bisa menyebabkan pengerasan kulit, luka
serta peradangan. Desinfektan mengandung glutaraldehhid, vantocil, ftalaldehida dan
formaldehida.
- Antiseptik yang kuat dan dapat mengiritasi jaringan kemungkinan dapat dialihfungsikan menjadi
disinfektan contohnya adalah fenol yang dapat digunakan baik sebagai antiseptik maupun
disinfektan. Penggunaan antiseptik sangat direkomendasikan ketika terjadi epidemi penyakit
karena dapat memperlambat penyebaran penyakit

2. Sebutkan dan jelaskan sifat-sifat yang harus dimiliki oleh antiseptik dan desinfektan!

Sifat- sifat desinfektan yang ideal adalah :


1. Efektivitas germisid tinggi
2. Spektrum antimikroba luas meliputi spora, bakteri, fungi, virus dan protozoa.
3. Efek letalnya cepat dan dapat dicapai walau terdapat bahan organic seperti darah, sputum,
dan tinja sehingga kemungkinan adanya resistensi  dapat dicegah.
4. Dapat menembus ke celah- celah rongga dan kelapisan bawah organic
5. Sifat kimiawi dan fisik stabil sehingga dapat bercampur dengan sabun dan substansi
kimia lain.
6. Bersifat non korosif dan non destruktif terhadap alat/ bahan yang diberi desinfektan
tersebut
7. Faktor estetika seperti bau dan warna kadang- kadang merupakan factor penentu untuk
pemakaian desinfektan
8. Harga murah dan mudah di dapat

Sifat- sifat antiseptik yang ideal adalah:


1. Efektivitas germisid tinggi.
2. Bersifat cepat dan tahan alam.
3. Bersifat letal terhadap mikroorganisme.
4. Spectrum sempit terhadap infeksi terhadap mikroorganisme yang sensitive.
5. Tegangan permukaan yang rendah untuk pemakaian topical.
6. Indeks terapi, ini merupakan factor penentu penggunaan antiseptic.
7. Tidak memberikan efek sistemik bila diberikan secara topical.
8. Tidak merangsang terjadinya reaksi alergi.
9. Tidak diabsorpsi.
10. harus memiliki sifat tidak merusak jaringan tubuh atau tidak bersifat keras
-----------------------------------------------------------------------------------

10 kriteria suatu desinfektan dikatakan ideal, yaitu :

· Bekerja dengan cepat untuk menginaktivasi mikroorganisme pada suhu kamar

· Aktivitasnya tidak dipengaruhi oleh bahan organik, pH, temperatur dan kelembaban

· Tidak toksik pada hewan dan manusia

· Tidak bersifat korosif

· Tidak berwarna dan meninggalkan noda


· Tidak berbau/ baunya disenangi

· Bersifat biodegradable/ mudah diurai

· Larutan stabil

· Mudah digunakan dan ekonomis

· Aktivitas berspektrum luas

B. Variabel dalam desinfektan

1. Konsentrasi (Kadar)

Konsentrasi yang digunakan akan bergantung kepada bahan yang akan didesinfeksi
dan pada organisme yang akan dihancurkan.

2. Waktu

Waktu yang diperlukan mungkin dipengaruhi oleh banyak variable, terdapat beberapa
bahan yang bila dilakukan perendaman alat kedokteran untuk proses sterilisasi pada
waktu terlalu lama maka bias mengakibatkan korosif .

3. Suhu

Peningkatan suhu mempercepat laju reaksi kimia.

4. Keadaan Medium Sekeliling

pH medium dan adanya benda asing mungkin sangat mempengaruhi proses


disinfeksi.

-------------------------------------------------------------------
Ciri-ciri desinfektan yang ideal yaitu :
a. Aktivitas antimicrobial.
Kemampuan subtansi untuk mematikan berbagai macam mikroorganisme.
b. Kelarutan.
Substansi itu harus dapat larut dalam air atau pelarut-pelarut lain sampai pada taraf yang diperlukan
untuk dapat digunakan secara efektif.
c. Stabilitas.
Perubahan yang terjadi pada substansi itu bila dibiarkan beberapa lama harus seminimal mungkin
dan tidak boleh menghilangkan sifat antimikrobialnya
d. Tidak bersifat racun bagi makhluk hidup.
Bahwa substansi tersebut harus bersifat letal bagi mikroogranisme dan tidak berbahaya bagi
manusia ataupun hewan lain.
e. Kemampuan menghilangkan bau yang kurang sedap.
Sebaiknya desinfektan tersebut tidak berbau atau hendaknya menimbulkan bau sedap.
f. Berkemampuan sebagai detergen
Suatu desinfektan juga merupakan detergen yang efeknya juga sebagai pembersih.
g. Ketersediaan dan biaya
Desinfektan harus tersedia dalam jumlah besar dan dengan harga yang pantas.
h. Keserbasamaan (homogenity)
Dalam penyiapan komposisinya harus seragam.
i. Aktifitas antimikrobial pada suhu kamar atau suhu tubuh.
Aktifitas desinfektan digunakan pada suhu yang biasa dijumpai pada lingkungan untuk penggunaan
senyawa yang bersangkutan.
j. Kemampuan untuk menembus.
Bila substansi dapat menembus permukaan, maka aksi antimikrobialnya hanya terbatas pada siklus
aplikasinya saja.
k. Tidak menimbulkan karat dan warna
Maksudnya suatu desinfektan diupayakan tidak menimbulkan warna atau merusak kain.

3. Jelaskan tujuan dilakukan kontrol infeksi pada prosthodontik!

Agar alat yang dipakai dalam mulut pasien tidak bisa menularkan penyakit ke mulut pasien lain atau
mencegah terjadinya infeksi silang dibidang kedokteran gigi

Infeksi silang dalam kedokteran gigi adalah perpindahan penyebab penyakit di antara pasien, dokter
gigi dan petugas kesehatan dalam lingkungan pelayanan kesehatan gigi (Mulyanti dan Putri, 2012).
Infeksi silang dapat disebabkan oleh kecelakaan seperti tertusuk alat-alat kedokteran gigi yang tajam
misalnya penggunaan scaler dan alat-alat ekstraksi hingga cedera saat membuka ampul anestesi (Edy
dan Samad, 2012). Dokter gigi dan stafnya memiliki risiko tinggi terhadap penularan infeksi sebab
infeksi dapat menyebar melalui kontak langsung dengan darah, saliva, aerosol, dan instrumen yang
terkontaminasi

Tujuan pengendalian infeksi dalam praktek gigi adalah untuk mencegah penularan agen penyakit memproduksi seperti
bakteri, virus dan jamur dari satu pasien ke pasien lain, dari dokter gigi dan staf gigi untuk pasien, dan dari pasien ke
dokter gigi atau staf gigi lainnya
Tujuan utama kontrol infeksi adalah untuk menghilangkan atau mengurangi penyebaran
infeksi dari semua jenis mikroorganisme. Merupakan kewajiban operator untuk melakukan
kontrol infeksi yang efektif untuk melindungi pasien lain dan seluruh anggota dental team.
Ada dua faktor yang penting dalam control infeksi :
         Mencegah penyebaran mikroorganisme dari hostnya.
         Membunuh atau menghilangkan mikroorganisme dari objek dan permukaannya

Pekerjaan dokter gigi, yang kontak langsung dengan penderita, di guanakannya berbagai instrument
yang, Kursi Unit yang di gunakan secara bersama-sama, rentan terhadap terjadinya Kontaminasi, dan
dapat menyebabkan infeksi silang, dari Pasien ke Pasien, dari Pasien ke Dokter gigi/Perawat gigi, dan
yang lebih jarang adalah dari Dokter gigi/Perawat gigi ke pasien.

-----------------------------------------------------------------------------

- Mencegah penularan agen penyakit memproduksi seperti bakteri, virus dan jamur dari satu
pasien ke pasien lain, dari dokter gigi dan staf gigi untuk pasien, dan dari pasien ke dokter gigi
atau staf gigi lainnya.
- Penyebaran infeksi endogen juga dicegah dengan membatasi penyebaran agen infeksius.
- Dalam praktek dokter gigi, mikroorganisme dapat dihirup, tertelan, disuntikkan, atau memercik
ke kulit atau mukosa.
- Hasil cetakan merupakan salah satu agen penularan infeksi pada dokter gigi, perawat, staf dan
teknisi laboratorium.
- Saliva, debris, darah dan pus dapat menempel pada hasil cetakan saat pencetakan dan
mikroorganisme dapat berinteraksi dengan hasil cetakan sehingga menjadi agen penyebab
infeksi dan menjadi pencetus penularan penyakit.
- Kekurangan dari bahan cetak alginat ini adalah mempunyai sifat sineresis dan sifat imbibisi yaitu
menyerap cairan dari rongga mulut pasien dan mempunyai potensi retensi mikroba lebih kuat
dibanding bahan cetak lainnya.
- Hasil cetakan seharusnya dicuci terlebih dahulu dengan air mengalir untuk menghilangkan saliva
dan darah yang melekat pada hasil cetakan, kemudian direndam dalam larutan desinfektan
untuk menghindari terjadinya kontaminasi sebelum dikirim ke laboratorium namun dalam
praktek sehari-hari

4. Sebutkan dan jelaskan desinfektan yang di gunakan pada bahan cetak kedokteran gigi!

PPT

desinfeksi menggunakan cairan glutaraldehyde, sodium hypochlorite, iodophor dan


synthetic phenolic compounds pada cetakan, protesa dan peranti lepasan, catatan gigit,
galangan gigit, model rahang, sendok cetak individual dan bite plate dgn cara
perendaman atau penyemprotan
--------------------------------------------------------------

Desinfeksi Impression Gigi Tiruan (Stone Cast) dan Amalgam

Biguanid

Pada konsentrasi lebih tinggi 2% digunakan sebagai desinfeksi geligi tiruan. Zat ini
sangat aktif terhadap bakteri Gram(+) maupun Gram(-). Efektivitasnya pada rongga
mulut terutama disebabkan oleh absorpsinya pada hidroksiapatit dan salivary mucus.
ADA menganjurkan agar semua cetakan harus dicuci untuk menghilangkan saliva,
darah, dan debris, kemudian didesinfeksi sebelum dicor dengan dental stone atau
sebelum dikirim ke laboratorium. Efek samping, Dapat menyebabkan diskolorisasi
pada gigi

--------------------------------------------------------------------------------------
Bahan desinfektan yang banyak digunakan dan mempunyai efektifitas desinfeksi pada
mikroorganisme patogen adalah :
- Sodium hipoklorit
- Klorheksidin
- Hidrogen peroksida.
- Glutaraldehid

Sodium hipoklorit dan klorheksidin memiliki spektrum yang luas, bekerja cepat dan
toksisitasnya rendah sehingga aman digunakan untuk desinfeksi bahan cetak. Pemakaian sodium
hipoklorit sebagai desinfektan efektif pada konsentrasi 0,5% dan klorheksidin sebagai desinfektan
efektif pada konsentrasi 0,2%. Penggunaan hidrogen peroksida efektif pada konsentrasi 3% dan aktif
pada mikroorganisme gram negatif serta gram positif.

Glutaraldehid  aldehid juga efektif dalam membunuh bakteri, jamur, virus, mikroba dan
spora. Glutaraldehid digunakan untuk mensterilkan bahan cair dan peralatan yang tidak dapat
disterilkan dengan pemanasan. Glutaraldehid juga mempunyai aktifitas sporosidal yang tinggi, lebih
baik bila dibandingkan dengan formaldehyde dalam hal bakterisidal, virusidal dan sporosidal.
Merupakan zat yang mempunyai spektrum anti bakteri yang luas dan aktif. Senyawa ini mempunyai
keuntungan karena tidak berbau dan efek iritasi terhadap kulit dan mata lebih rendah dibanding
formalin. Larutan glutaraldehid 2% efektif sebagai antibakteri dan spora pada pH 7,5 – 8,5 dan juga
efektif terhadap bakteri seperti M.tuberculosis, fungi, dan virus akan mati dalam waktu 10-20 menit.

Himanshu Aeran, Sunit Kr. Jurel dkk (2010) telah menyatakan bahwa penggunaan sodium
hipoklorit 0,5% ternyata lebih efektif dibanding glutareldehid 2% terhadap penurunan jumlah
bakteri pada hasil cetakan alginat dengan cara penyemprotan selama 10 menit yang telah
mengeliminasi sebanyak 92% - 99,97% koloni bakteri

Anda mungkin juga menyukai