keperawatan).
Seorang kepala perawat sedang mempertimbangkan mendefinisikan model pemberian
keperawatan di Bangsal Keperawatannya. Itu adalah bangsal bedah dewasa. Bangsal
memiliki 24 tempat tidur, 3 kepala tim, dan 18 perawat. Kepala perawat belum memutuskan
untuk menerapkan tim atau metode utama atau bahkan menggunakan model pemberian
keperawatan lainnya.
Metode yang digunakan bila perawat pelaksana terdiri dari berbagai latar
belakang pendidikan dan kemampuannya.Metode ini menggunakan tim yang
terdiri dari anggota yang berbeda- beda dalam memberikan asuhan keperawatan
terhadap sekelompok pasien. Perawat ruangan dibagi menjadi 2 – 3 tim/ group
yang terdiri dari tenaga professional, tehnikal dan pembantu dalam satu grup kecil
yang saling membantu. Dalam penerapannya ada kelebihan dan kelemahannya
yaitu (Nursalam, 2007):
a) Kelebihan:
1. Memungkinkan pelayanan keperawatan yang menyeluruh.
2. Mendukung pelaksanakaan proses keperawatan.
3. Memungkinkan komunikasi antar tim sehingga konflik mudah diatasi dan
memberi kepuasan kepada anggota tim.
b) Kelemahan :
1. Komunikasi antar anggota tim terbentuk terutama dalam bentuk
konferensi tim, yang biasanya membutuhkan waktu dimana sulit untuk
melaksanakan pada waktu-waktu sibuk.
2. Akuntabilitas dalam tim kabur
3. Perawat tidak trampil berlindung pada perawat trampil
Pada dasarnya di dalam Model Tim menurut Kron & Gray (1987) terkandung
dua konsep utama yang harus ada, yaitu:
1) Kepemimpinan
Kemampuan ini harus dipunyai oleh Ketua Tim, yaitu perawat
profesional (Registered Nurse) yang ditunjuk oleh Kepala Ruangan
untuk bertanggung jawab terhadap sekelompok pasien dalam
merencanakan asuhan keperawatan, merencanakan penugasan
kepada anggota tim, melakukan supervisi dan evaluasi pelayanan
keperawatan yang diberikan.
2) Komunikasi yang efektif
Proses ini harus dilaksanakan untuk memastikan adanya
kesinambungan asuhan keperawatan yang diberikan dalam rangka
memenuhi kebutuhan pasien secara individual dan membantunya
dalam mengatasi masalah. Proses komunikasi harus dilakukan secara
terbuka dan aktif melalui laporan, pre atau post conference atau
pembahasan dalam penugasan, pembahasan dalam merencanakan
dan menuliskan asuhan keperawatan dan mengevaluasi hasil yang
telah dicapai.
Pada pembahasan praktik keperawatan akan dijabarkan tentang model praktik, metode
praktik, dan standar.
8. IRK (Pengorganisasian)
Islam menganjurkan organisasi untuk hal yang baik, terlebih untuk kemaslahatan ummat
dan masyarakat. Seperti firman Allah dalam surat Al Maidah ayat 2 :
… Dan saling tolong menolonglah kalian dalam kebaikan dan ketaqwaan, dan
janganlah kalian saling tolong menolong dalam dosa dan permusuhan…
Dalam ilmu sharaf, kata “ta’aawanu” berasal dari kata “ta’aawun” setiap kata dalam
bahasa Arab yang memiliki bentuk asal “tafaa’ul” memiliki beberapa makna pokok yang
salah satunya adalah : saling. Seperti kata “tawaashau” dalam surat Al Ashr ayat 3 :
Kecuali orang-orang yang beriman dan beramal shalih, dan saling menasehati dalam
kebenaran dan saling menasehati dalam kesabaran.
Sehingga menunjukkan bahwa adanya interaksi dua arah dalam ayat di atas, yang mampu
dimaknai sebagai kegiatan koordinasi yang berdasarkan komunikasi antar orang-
orang yang memiliki satu tujuan, baik kebaikan dan ketaqwaan (yang dianjurkan)
atau dosa dan permusuhan (yang terlarang). Dan dalam ushul fiqih, kata perintah
dalam Al Qur’an menunjukkan bahwa hukumnya adalah wajib. Seperti yang biasa kita
temui :
Begitu juga Allah mencintai orang-orang yang berperang di jalan-Nya dengan terorganisir
secara rapi, layaknya bangunan yang terbangun diatas pondasi yang kuat dan batu-batu
bata dan semen yang berpadu menjadi bangunan yang menjulang tinggi dalam surat Ash
Shaff ayat 4 :
إن هللا يحبّ الذين يقاتلون في سبيله صفا ً كأنّهم بنيان مرصوص
ّ
Jikalau dalam hidup bermuamalah saja berlaku hadits riwayat Ahmad, “ sesungguhnya
Allah selalu menolong seorang hamba, selama hamba itu selalu menolong saudaranya
(seiman)”. Lalu bagaimana jika saling menolong dalam menyampaikan Islam ?
Rasulullah –shallallahu ‘alayhi wa sallam– suri teladan yang terbaik itu juga melakukan
kegiatan organisasi. Yaitu dengan menempatkan para sahabat pada tempat dan tugas yang
tepat. Hal ini dapat dilihat bagaimana Beliau –shallallahu ‘alayhi wa sallam- menjalankan
pemerintahan, mengatasi masalah atau mengirimkan detasemen dan tim untuk peperangan,
dan tujuan lainnya.
Rasulullah –shallallahu ‘alayhi wa sallam– adalah sosok yang gemar musyawarah, dalam
urusan duniawi dan yang tidak terkait dengan wahyu. Seperti ketika perang Badar, ketika
sahabat bernama Al Habbab bin Mundzir –radhiyallahu ‘anhu- yang menyampaikan saran
kepada Rasulullah –shallallahu ‘alayhi wa sallam- mengenai penempatan pasukan Islam,
atau pendapat Salman Al Farisi –radhiyallahu ‘anhu– untuk menggali parit sebagai
benteng alam kota Madinah.
Begitu juga dalam beberapa hal seperti pengiriman urusan perang, Beliau –shallallahu
‘alayhi wa sallam– memilih beberapa sahabat yang ahli di bidangnya seperti Hamzah bin
Abdul Muththalib, Ali bin Abi Thalib, Khalid bin Walid dan Usamah bin Zaid bin Tsabit.
Dalam urusan dana, kita mengenal Abu Bakar Ash Shiddiq, Umar bin Khaththab,
Abdurrahman bin Auf dan Utsman bin Affan, dalam urusan dakwah dan mengajar, kita
mengenal Mush’ab bin Umair, Muadz bin Jabal dan Abdullah bin Mas’ud. Dan masih
banyak lagi para sahabat lain –radhiyallahu ‘anhum ajma’iin-.
Beberapa orang di antara kita sering keliru dalam membedakan antara 3 hal :
1. Bid’ah: suatu hal yang baru dan diadakan dalam hal ibadah, dan berbeda dengan apa
yang tertera di dalam Al Quran dan As Sunnah. Seperti : shalat subuh 3 rakaat, dan lain
sebagainya.
2. Adatatau kebiasaan masyarakat. Adalah suatu hal yang menjadi kebiasaan dalam
suatu masyarakat dan bersifat duniawi. Tentu yang baik adalah yang tidak bertentangan
dengan ajaran Islam. Seperti : pemakaian songkok atau peci, sarung dan baju koko bagi
orang Indonesia, dan lain-lain.
3. Wasilah adalah perantara. Maksud dari wasilah disini adalah jalan atau alat untuk
tujuan tertentu. Semisal : untuk adzan, agar terdengar hingga jauh memperlukan mikrofon,
agar bisa melaksanakan ibadah haji dan umrah memperlukan pesawat terbang sebagai
transportasi, dan lain-lain.
Sedangkan organisasi Islam termasuk sebagai wasilah atau perantara untuk menyampaikan
dakwah agar lebih dekat kepada masyarakat dan terkoordinir secara rapi, teratur dan
efektif.
Organisasi Islam adalah perantara untuk menyampaikan dakwah sehingga menjadi lebih
terkoordinir secara rapi dan efektif dalam dampaknya. Sehingga para da’i tidak
mengeluarkan sangat banyak tenaga dan waktu dalam menyampaikan konten dakwah
kepada masyarakat atau objek dakwah (mad’u). Contoh perantara atau wasilah dalam
berdakwah lainnya adalah : khutbah, kajian, brosur dan majalah yang dibagi atau dijual,
media informasi dan komunikasi.
Kita harus mensyukuri dengan banyaknya jumlah pemeluk agama Islam yang berada di
Indonesia, bahkan menjadi negara berpenduduk Muslim terbanyak di dunia. Tetapi kita
juga harus menyadari dengan banyaknya masalah dan rintangan ummat yang harus
dihadapi.
Tentu kita semua mengetahui dengan berragamnya organisasi Islam yang berdiri, berada
dan masih eksis hingga hari ini. Dan selama organisasi-organisasi itu masih berdasarkan
Al Quran dan As Sunnah sebagai pedoman hidup seorang Muslim, jika kita bukan aktifis,
kader atau pengurus dari salah satu organisasi tersebut, setidaknya kita tidak ikut merusak
dan mencela mereka yang menjadi kader dan pengurus organisasi dakwah.
Dan jika kita adalah salah satu kader atau pengurus salah satu organisasi dakwah Islam,
hendaklah kita berbuat baik dan bermuamalah dengan mereka yang berorganisasi Islam di
luar kita, sebagaimana hidup bertetangga.
Tetapi hendaknya setiap kader dan pengurus tidak saling merusak ukhuwwah dengan
mencetuskan konflik dengan organisasi lain. Jika ini terjadi, maka keberadaan organisasi
Islam hanya menjadi beban tambahan bagi ummat Islam Indonesia. Sehingga
menimbulkan kefanatisan atau ta’ashub yang mengakar.
Hendaklah setiap dari kita menempatkan dengan sewajarnya dalam menyikapi organisasi
sebagai wasilah dakwah Islam. Bukan malah menggantikan Islam sebagai agama yang
hakiki.