Oleh :
NIM. 201920461011082
II. Penyebab
Menurut Wijaya (2018) ada dua jenis pemicu terjadinya penyakit asma, yaitu
alergen dan iritan :
III. Klasifikasi
IV. Pathofisiologi
3. Hipersekresi mukosa
Reaksi Inflamasi
Intoleransi aktivitas
Suplai O2 berkurang Gangguan pertukaran gas
Sesak napas
a. Batuk yang sering, mungkin terjadi saat bermain, di malam hari, atau saat
tertawa. Sangat penting untuk mengetahui bahwa batuk dengan asma
mungkin satu-satunya gejala yang ada.
b. Terlihat kurang berenergi pada saat bermain, atau berhenti sejenak untuk
mengambil napas sewaktu bermain.
g. Sesak nafas.
VII. Penatalaksanaan
Menurut Perdani (2019), Tujuan penatalaksanaan secara umum pada
anak adalah untuk menjamin tercapainya potensi tumbuh kembang anak
secara optimal. Secara lebih rinci tujuan yang ingin dicapai adalah :
1. Pasien dapat menjalani aktivitas normalnya, termasuk bermain dan
berolahraga.
2. Sesedikit mungkin angka absensi sekolah.
3. Gejala tidak timbul siang ataupun malam hari.
4. Uji fungsi paru senormal mungkin, tidak ada variasi diurnal yang
mencolok.
5. Kebutuhan obat seminimal mungkin dan tidak ada serangan.
6. Efek samping obat dapat dicegah agar tidak atau sesedikit mungkin
timbul, terutama yang mempengaruhi tumbuh kembang anak.
Pengelolaan penyakit asma meliputi terapi nonfarmakologis dan
farmakologis. Terapi nonfarmakologis dengan menghindari faktor
pencetus, menjaga kebersihan lingkungan dan rutin kontrol ke dokter.
Sedangkan terapi farmakologis dengan obat pelega maupun pengontrol
saluran nafas ada yang disemprot dan diminum. Dijelaskan kepada pasien
dan keluarga pasien bahwa terapi nonfarmakologis lebih penting dan
bermakna daripada terapi farmakologis. Pasien diberitahu masih perlu
memperbaiki pola hidupnya dan sering kontrol asma ke Puskesmas
sebulan sekali serta meminum obat dan kurangi aktivitas fisik serta selalu
sedia obat semprot pelega dirumah.
Pada prinsipnya pengobatan asma dibagi menjadi 2 golongan
yaitu antiinflamasi merupakan pengobatan rutin yang bertujuan
mengontrol penyakit serta mencegah serangan dikenal dengan
pengontrol, serta bronkodilator merupakan pengobatan saat serangan
untuk mengatasi eksaserbasi/ serangan dekenal dengan pelega. Contoh
antiinflamasi yaitu golongan steroid inhalasi seperti flutikason propionat
dan budesonid, golongan antileukotrin seperti metilprednisolon,
kortikosteroid sistemik seperti prednison, agonis beta-2 kerja lama seperti
formeterol, prokaterol. Obat pelega ada dari golongan agonis beta-2 kerja
singkat seperti salbutamol, terbutalin, fenoterol, golongan antikolinergik
seperti ipratoprium bromide,golongan metilsantin seperti teofilin,
aminofilin dan lain-lain, (Nuari, 2018).
IX. Pencegahan
Pengetahuan mengenai penyakit asma bronkhial sangat penting
dalam pengelolaan dan mengontrol kekambuhan asma bronkhial . Pasien
dan keluarga yang memahami penyakit asma bronkhial akan menyadari
bahaya yang di hadapi bila menderita asma bronkhial sehingga pasien
akan berusaha untuk menghindari faktorfaktor pencetus asma bronkhial
seperti olahraga, alergen, asap, debu, bau menyengat, pilek, virus, emosi,
stress, cuaca dan polusi, (Astuti, 2018).
Pencegahan utama asma pada anak berusia 5 tahun ke bawah:
1. Anak-anak tidak boleh terpapar di lingkungan yang terdapat asap
tembakau selama masa kehamilan atau setelah kelahiran.
2. Jika memungkinkan anjurkan melakukan persalinan normal.
3. Menyusui eksklsusif, terutama untuk mencegah terjadinya alergi dan
asma pada anak.
4. Penggunaan antibiotik spektrum selama tahun pertama kehidupan
harus dicegah.
X. Komplikasi
Adapun komplikasi yang dapat ditimbulkan pada penyakit asma
bila tidak ditangani, dapat timbul penyakit lain seperti : stenosis trakea,
karsinoma bronkus, poliarteritis nodosa. Adapun komplikasi asma yaitu
Pneumothorak, Pneumodiastinum dan emfisema subkutis, Atelektasis,
Aspergilosis bronkopulmoner alergik, Gagal napas, Bronkitis, Fraktur iga,
(Kurniasari, 2016).
d. Pemeriksaan persistem
a. Sistem Pernapasan / Respirasi; Sesak, batuk kering (tidak
produktif), tachypnea, orthopnea, barrel chest, penggunaan otot
aksesori pernapasan, Peningkatan PCO2 dan penurunan
O2,sianosis, perkusi hipersonor, pada auskultasi terdengar
wheezing, ronchi basah sedang, ronchi kering musikal.
b. Sistem Cardiovaskuler; Diaporesis, tachicardia, dan kelelahan.
c. Sistem Persyarafan / neurologi; Pada serangan yang berat
dapat terjadi gangguan kesadaran : gelisah, rewel, cengeng?
apatis? sopor? coma.
d. Sistem perkemihan; Produksi urin dapat menurun jika intake
minum yang kurang akibat sesak nafas
e. Sistem Pencernaan / Gastrointestinal; Terdapat nyeri tekan
pada abdomen, tidak toleransi terhadap makan dan minum,
mukosa mulut kering.
f. Sistem integument; Berkeringat akibat usaha pernapasan klien
terhadap sesak nafas
V. Diagnosa keperawatan
Analisa Data Pasien
Kelemahan
Intoleransi aktifitas
Ds : kelelahan otot pernapasan Gangguan ventilasi Gangguan ventilasi
1. Dipsnea spontan
spontan b.d kelelahan
Do :
1. Penggunaan otot otot pernapasan
ronga toraks tidak
bantu napas mengemkembang
meningkat
2. Volume tidak tekanan intratoraks positif
menurun
3. PCO2 meningkat
Gangguan ventilasi spontan
4. PO2 menurun
5. SaO2 menurun
Tafdihila, T., & Kurniawati, A. (2019). PENGARUH LATIHAN BATUK EFEKTIF PADA
INTERVENSI NEBULIZER TERHADAP PENURUNAN FREKUENSI PERNAFASAN
PADA ASMA DI INSTALASI GAWAT DARURAT. Babul Ilmi Jurnal Ilmiah Multi
Science Kesehatan, 11.
Astuti, R., & Darliana, D. (2018). Hubungan Pengetahuan dengan Upaya Pencegahan
Kekambuhan Asma Bronkhial. Idea Nursing Journal, 9(1).
Berawi, K. N., & Ningrum, A. F. (2017). Faktor Risiko Obesitas dan Kejadian Asma. Jurnal
Majority, 6(2), 6-11.
Handayani, H., & Setiawan, A. (2019). Kualitas Hidup Anak dengan Asma di RSUD Dr.
Soekardjo Kota Tasikmalaya dan RSUD Kabupaten Ciamis. Jurnal Keperawatan
Muhammadiyah Bengkulu, 7(1), 291119.
Kurniasari, L. (2016). Hubungan faktor makanan terhadap kejadian kambuh ulang asma
pada penderita asma di wilayah kerja puskesmas olak kemang kota jambi tahun 2015.
Scientia Journal, 4(4), 299-304.
Nuari, A., Soleha, T. U., & Maulana, M. (2018). Penatalaksanaan Asma Bronkial Eksaserbasi
pada Pasien Perempuan Usia 46 Tahun dengan Pendekatan Kedokteran Keluarga di
Kecamatan Gedong Tataan. Jurnal Majority, 7(3), 144-151.
PPNI. (2017). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia : Definisi dan Indikator Diagnostik,
Edisi 1. Jakarta: DPP PPNI
PPNI. (2018). Standar Luaran Keperawatan Indonesia : Definisi dan Kriteria Hasil
Keperawatan, Edisi 1. Jakarta: DPP PPNI
Wijaya, A., & Toyib, R. (2018). Sistem Pakar Diagnosis Penyakit Asma Dengan
Menggunakan Algoritme Genetik (Studi Kasus RSUD Kabupaten Kepahiang).
Pseudocode, 5(2), 1-11.