Anda di halaman 1dari 3

Representasi Kekerasan dan Sadis pada Film “NIGHTCRAWLER”

Muhammad Yusuf Hebron 2015110081 Kelompok A Senin Sesi 4

Media merupakan suatu sarana dalam menyampaikan informasi dan pesan kepada khalayak, dalam
menyajikan berbagai acara hiburan, mulai dari audio, visual maupun keduanya. Film juga mempunyai
berbagai genre yang diciptakan untuk mengedukasi serta menghibur para penontonnya. Dalam hal ini,
film merupakan suatu bentuk karya seni yang menjadi fenomena dalam kehidupan saat inni (modern).
Film menjadi bagian dalam kehidupan sosial serta memiliki pengaruh signifikan pada khalayak.

“Selain itu juga pengaruh film sangat kuat dan besar terhadap jiwa manusia karena penonton tidak
hanya terpengaruh ketika ia menonton film. Tetapi, terus sampai waktu yang cukup lama” (Effendy,
2002:208). Jadi, sebuah film merupakan bagian yang cukup penting dalam media massa untuk
menyampaikan suatu pesan atau setidaknnya memberikan pengaruh kepada khalayak tersebut untuk
mengikuti tindakan yang dilakukan pemeran.

Secara umum film dikelompokkan menjadi dua pembagian besar yaitu, film cerita dan non cerita, Film
cerita adalah film yang menyajikan kepada publik sebuah cerita yang mengandung unsur-unsur yang
menyentuh rasa manusia.

Unsur yang ada dalam film bisa berupa seks, kejahatan/kriminalitas, roman, kekerasan, sadism, rasisme
dan sejarah adalah unsur-unsur cerita yang dapat menyentuh rasa manusia, dapat membuat publik
terpesona, dapat membuat publik tertawa terbahak-bahak, menangis, dongkol, marah, terharu, iba,
bangga, tegang dan lain-lain. Maka diambil dari kisah sejarah, cerita nyata dari kehidupan sehari-hari,
atau juga khayalan untuk kemudian diolah menjadi film (Effendy, 2003:207).

Film merupakan bagian dari komunnikasi massa. Sebagai salah satu media massa yang berkembang
pesat, Film punya dampak bagi penontonnya, hubungan antar film dan masyarakat selalu dipahami
secara linier, maksudnya baik yang ditayangkan di televise atau bioskop selalu mempengaruhi dan
membentuk masyarakat berdasarkan muatan pesan dibaliknya tanpa berlaku sebaliknya. Selain itu,
kekuatan dan kemampuan film menjangkau banyak segmen sosial.

Seiring berkembangnya bidang perfilman. Hal ini menimbulkan munculnya film genre yang tayang
dengan menggambarkan kekerasan, pertengkaran, pemerkosaan, sexualitas hingga unsur sadisme. Era
sekarang ini, para pembuat film jarang memperhatikan mengenai hal positif atau edukasi dalam suatu
film. Formula dalam tayangan sadis yang menjadikan kisah cerita menarik, Industri perfilman mulai
bersaing untuk mendapatkan rating yang bagus untuk menarik penonton.

Film yang akan menjadi bahan penelitian berjudul “Nightcrawler” salah satu film yang bergenre Triller
yang memiliki cerita yang menampilkan muatan kekerasan dan sadisme yang dilakukan oleh pelaku atau
tokoh utama sebagai seorang pembunuh berdarah dingin menjadi seorang wartawan untuk membuat
liputan rekayasa dengan melakukan pembunuhan sadis yang memakan korban nyata untuk
mendapatkan keuntungan dan kepuasan.
“Nightcrawler” adalah film menarik bagi penulis,, penulis menjadikan penelitian ini sebagai bahan
analisis tugas sosiologi komunikasi, karena film ini sangat cocok bila dikaitkan dengan tema yang akan
penulis sajikan. Berfokus kepada Louis sebagai tokoh utama pembunuh tersebut.

Kaitannya dengan teori Semiotika mengenai suatu penggambaran dalam film ini dengan memakai ketiga
elemen, Denotasi, Konotasi dan Mitos. Penulis dapat mengetahui representasi dalam film
“Nightcrawler”.

Latar Belakang Teori

Semiotika didefinisikan sebagai ilmu ketandaan (juga disebut studi semiotic dan dalam tradisi
Saussurean disebut semiology) adalah studi tentang makna keputusan. Termasuk studi tentang tanda-
tanda dan proses tanda (semiosis), indikasi, penunjukan, kemiripan, analogy, metafora, simbolisme,
makna dan komunikasi. Semiotika berkaitan erat dengan bidang linguistik yang untuk sebagian
mempelajari struktur dan makna bahasa dan penggambaran yang lebih spesifik. Semiotika mempelajari
sistem-sistem tanda non-linguistuk. Semiotika sering dibagi menjadi tiga cabang yaitu, semantik atau
hubungan antara tanda dan hal-hal yang mereka lihat, sintaksis yaitu hubungan antara tanda-tanda
dalam struktur formal dan pragmatik atau hubungan antara tanda dan tanda menggunakan agen.

Secara umum semiotika dirumuskan oleh para ahli:

 Ferdinand de Saussure menyatakan bahwa semiology adalah ilmu tentang tanda-tanda. Sebagai
sebuah ilmu.

 Charles Sanders Pierce mendefinisikan semiology ilmu umum tentang tanda

 Roland Barthes menyatakan bahwa semiology adalah tujuan untuk mengambil berbagai system
tanda seperti substansi dan batasan, gambara, gesture, musik serta objek.

Salah satu Semiotika dicetuskan oleh Roland Barthes, teori ini memiliki tiga elemen yang berkaitan yaitu
Denotasi, Konotasi dan Mitos. Denotasi dalam teori ini sebagai penanda atau apa yang dilihat dana pa
yang terlihat, Konotasi merupakan makna dari penggambaran Denotasi. Jika kedua elemen tersebut
sudah terpenuhi muncul Mitos. Mitos bisa juga disebut sesuatu penamaan yang melekat terhadap suatu
objek.

Analisis dan Pembahasan

Sinopsis Film

Bercerita mengenai Kou Bloom (Jake Gyllenhaal), seorang pria pengangguran yang sulit mendapatkan
pekerjaan. Nasib mempertemukan dirinya dengan Joe Loder (Bill Paxton) seorang jurnalis lepas yang
secara khusus menyuplai berita video “penuh darah” entah tentang kecelakaan lalu lintas entah tentang
tindak kriminal yang terjadi di kota Los Angeles. Dari Joe lah, Lou mendapatkan ide untuk menghasilkan
banyak uang dengan menjual hasil liputan lapangan ke stasiun televisi Berbekal sebuah Handycam
sederhana yang didapatkan nya dengan menjual sepeda curian, Lou pun mulai meniti karir sebagai
seorang Journalist lepas. Ia merekrut Rick (Riz Ahmed) sebagai asistennya. Bisnis jurnalisme ini
mengantaar Lou bertemu dengan Nina (Rene Russo), penanggung jawab siaran berita pagi sebuah
stasiun televisi swasta. Obsesi Lou untuk meraih kesuksesan di bidang jurnalisme kriminal disambut
dengan terbuka oleh Nina yang ingin bertengger sebagai penyuplai berita pagi nomor wahid di Los
Angeles. Keduanya dimabukkan oleh keinginan untuk sukses hingga melupakan etika dan kode etik
jurnalistik dalam penyampaian berita.

Etika dan kebenaran, keduanya tidak ditemukan dalam kamus tokoh Lou. Sdari awal Dilroy menampilkan
Lou sebagai personifikai dari prinsip Homo Homini Lupus (Manusia adalah serigala bagi sesamanya) buah
piker filsuf inggris, Thomas Hobbes. Secara simbolis hal itu terbaca dari bidikan kamera Robert Elswit
yang menangkap bulan purnama sempurna di atas Los Angeles pada awal dan akhir film.

Secara naratif, dari sini terlihat bahwa keserigalaan Lou terlihat dari kecenderungannya untuk
menghalalkaan segala cara demi mendapatkan apa yang diinginkannya. Bagi Lou, menghalalkan jalan
seperti menghajar serta membunuh dilakukan semata untuk mendapatkan kepuasan dan uang.

Analisis Film

No Visual Audio Analisis

1.
2.

Pembahasan

Hasil Analisis Adegan Kekerasan’

Anda mungkin juga menyukai