Anda di halaman 1dari 37

Laporan Kasus

REHABILITASI MEDIK PADA PASIEN DENGAN


OSTEOARTRITIS GENU DEXTRA

Oleh :
Tifany Tabita Korompis
17014101377
16 Desember – 22 Desember 2019
.

ResidenPembimbing :
dr. Jacomina F. Lisa Kepel

Supervisor Penguji:

ILMU KEDOKTERAN FISIK DAN REHABILITASI


FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS SAM RATULANGI
MANADO
2019
LEMBAR PENGESAHAN

Laporan kasus dengan judul


“Rehabilitasi Medik pada Pasien dengan Osteoartritis Genu Dextra”

Telah dibacakan, dikoreksi, dan disetujui pada tanggal 08Desember 2019

Mengetahui,

Residen Pembimbing

dr. Jacomina F. Lisa Kepel

Supervisor Penguji

i
DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN.............................................................................i

DAFTAR ISI...................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN...............................................................................1

BAB II TINJAUAN PUSTAKA.....................................................................3

A. Definisi...................................................................................................3

B. Anatomi..................................................................................................3

C. Epidemiologi .........................................................................................10

D. Etiologi ..................................................................................................11

E. Tanda dan Gejala Klinis.........................................................................12

F. Diagnosis................................................................................................13

G. Penatalaksanaan.....................................................................................19

BAB III LAPORAN KASUS..........................................................................24

DAFTAR PUSTAKA......................................................................................33

ii
BAB I
PENDAHULUAN

Osteoartritis (OA) lutut merupakan penyakit sendi degeneratif yang belum


diketahui secara pasti penyebabnya, ditandai dengan kerusakan rawan sendi dan
tulang subkondral secara bertingkat dan menyebabkan nyeri pada sendi.1,2
Osteoartritis merupakan masalah kesehatan yang sering ditemui dalam praktik
sehari-hari. Terdapat 2 kelompok OA, yaitu OA primer dan OA sekunder.
Osteoartritis primer disebabkan faktor genetik, yaitu adanya abnormalitas
kolagen. Sedangkan OA sekunder adalah OA yang berdasarkan adanya kelainan
endokrin, inflamasi, metabolikdan imobilitas.3 Kelainan utama pada OA adalah
kerusakan rawan sendi, dapat diikuti dengan penebalan tulang subkondral,
pertumbuhan osteofit, kerusakan ligamen dan peradangan ringan sinovium. 4
Di Indonesia, OA merupakan penyakit reumatik yang paling
banyak ditemui dibandingkan kasus penyakit reumatik lainnya.
Berdasarkan data Badan Kesehatan Dunia (WHO), penduduk yang
mengalami gangguan OA di Indonesia tercatat mencapai 5% pada usia<40
tahun, 30% pada usia 40-60 tahun, dan 65% pada usia >61 tahun. Untuk
OA lutut prevalensinya cukup tinggi yaitu 15,5% pada pria dan 12,7%
pada wanita.5Prevalensi pasien OA di rehabilitasi medik RSUP. R. D.
Prof. Kandou Manado tahun 2017 sebanyak 3162 pasien.5
Osteoartritis dapat menyebabkan disfungsi dan disabilitas yang
dapat menghambat atau menganggu aktifitas sehari-hari bahkan dapat
menimbulkan kecacatan fisik bagi penderitanya. Untuk itu diperlukan
tindakan penanggulangan berupa tindakan rehabilitasi terapi dari
timrehabilitasi medik. Rehabilitasi adalah pemulihan ke bentuk atau fungsi
yang normal setelah terjadi luka atau sakit atau pemulihan pasien yang
sakit atau cedera pada tingkat fungsional optimal di rumah dan
masyarakat, dalam hubungan dengan aktivitas fisik, psikososial, kejuruan
dan rekreasi. Tim rehabilitasi medik adalah suatu bentuk pelayanan
kesehatan yang ditujukan kepada individu dan atau kelompok untuk
mengembangkan, memelihara danmemulihkan gerak dan fungsi tubuh

1
sepanjang kehidupan dengan menggunakan penanganan secara manual,
peningkatan gerak peralatan (fisik elektroterapeutis dan mekanis).1
Rehabilitasi medik adalah cabang ilmu kedokteran yang menekankan pada
pemulihan fungsional pasien agar aktivitas fisik, psikososial, kejuruan dan
rekreasinya bisa kembali normal.2
Terapi modalitas diberikan pada pasien OA untuk melatih pasien
agar persendiannya tetap dapat dipakai dan melatih pasien untuk
melindungi sendi yang sakit. Beberapa terapi modalitas yang sering
digunakan adalah Ultrasound (US), Transcutaneous Electrical Nerve
Stimulation (TENS) dan terapi Exercise (terapi latihan).6

2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Definisi
Osteoartritis (OA) lutut adalah suatu kelainan sendi kronis (jangka lama)
terjadi pada tulang dan sendi yang membentuk sendi lutut dimana terjadi
proses pelemahan serta disintegrasi dari tulang rawan sendi yang disertai
dengan pertumbuhan tulang dan tulang rawan baru pada sendi sehingga
fungsinya berkurang bahkan sampai hilang. Kelainan ini merupakan suatu
proses degeneratif pada sendi yang mengenai sendi lutut.1,3

B. Anatomi Lutut

1. Tulang Pembentuk Sendi Lutut


Sendi lutut dibentuk oleh beberapa tulang yaitu:
a. Tulang Femur
Tulang femur merupakan tulang pipa terpanjang.Kerangka pada
bagian pangkal yang berhubungan dengan acetabulum membentuk
kepala sendi yang disebut caput femoris.Di sebelah atas dan bawah
dari columna femoris terdapat taju yang disebut trochanter mayor dan
trochanter minor, di bagian ujung membentuk persendian lutut,
terdapat dua tonjolan yang disebut condylus medianus dan condylus
lateralis. Diantara kedua condylus ini terdapat lekukan tempat letaknya
tulang tempurung lutut (patella) yang disebut dengan fossa condylus.3
b. Tulang Tibia
Tulang tibia merupakan tulang yang bentuknya lebih kecil, pada
bagian pangkal melekat pada tulang fibula, pada bagian ujung
membentuk persendian dengan tulang pangakan kaki dan terdapat taju
yang disebut tulang malleolus medianus.3
c. Tulang Fibula
Tulang fibula merupakan tulang pipa yang terbesar sesudah tulang
paha yang membentuk persendian lutut dengan tulang femur pada

3
bagian ujungnya terdapat tonjolan yang disebut tulang malleolus
lateralis atau mata kaki luar.3
d. Tulang Patella
Pada gerakan fleksi dan ekstensi patellaakan bergerak pada tulang
femur. Jarak patella dengan tibia saat terjadi gerakan adalah tetap dan
yang berubah hanya jarak patella dan femur.Fungsi patella di samping
sebagai perekatan otot-otot atau tendon adalah sebagai pengungkit
sendi lutut. Pada kondisi 90 derajat kedudukan patella diantara kedua
condylus femur dan saat ekstensi maka patella terletak pada
permukaan anterior femur.3

Gambar 1. Anatomi sendi lutut normal3

2. Otot
a. Otot Ekstensor Lutut (Quadriceps Femoris)
Otot quadriceps femoris adalah salah satu otot rangka yang terdapat
pada bagian depan paha manusia. Otot ini mempunyai fungsi dominan
ekstensi pada lutut. Otot quadriceps femoris terdiri atas empat otot, yaitu:

4
Gambar 2. Otot Quadriceps Femoris3

i. Otot Rectus Femoris


Terletak paling superfisial pada facies ventalis berada diantara otot
quadriceps yang lain yaitu otot vastus lateralis dan medialis. Ber-
origo pada spina illiaca anterior inferior (caput rectum) dan pada os
ilium di cranialis acetabulum (caput obliquum) dan mengadakan
insersio pada tuberositas tibia dengan perantaran ligamentum
patellae. Otot ini digolongkan ke dalam otot tipe 1.3
ii. Otot Vastus Lateralis
Tipe otot ini adalah otot tipe II yang berada pada sisi lateral yang
mengadakan perlekatan pada facies ventro lateral trochanter major
dan labium lateral linea aspera femoris.3
iii. Otot Vastus Medial
Melekat pada labium medial linea aspera (dua pertiga bagian
bawah) dan termasuk otot tipe II.3
iv. Otot Vastus Intermedius
Mengadakan perlekatan pada facies ventro-lateral corpus femoris
juga merupakan otot tipe II.3

b. Otot Fleksor Lutut (Hamstring)

5
Hamstring merupakan otot paha bagian belakang yang berfungsi
sebagai fleksor lutut dan ekstensor panggul. Secara umum hamstring
bertipe otot serabut otot tipe II. Hamstring terbagi atas tiga otot yaitu:

Gambar 3. Otot Hamstring3

i. Otot Biceps Femoris


Mempunyai dua buah caput. Caput longum dan breve, caput
longum ber-origo pada pars medialistuber ichiadicum dan musculus
semitendinosus sedangkan caput breve ber-origo pada labium lateral
linea aspera femoris, insersio otot ini pada capitulum fibula.3
ii. Otot Semitendinosus
Otot ini ber-origo pada pars medialis tuber ichiadicum dan ber-
insersio pada facies medialis ujung proximal tibia.3
iii.Otot Semimembranosus
Melekat di sebelah pars lateralis tuber ichiadicum turun ke arah
sisi medial regio posterior femoris dan ber-insersio pada facies
posterior condylus medialis tibia.3

3. Ligamentum

6
Untuk fungsi stabilisasi pasif sendi lutut dilakukan oleh
ligamen.Ligamen-ligamen yang terdapat pada sendi lutut adalah ligamen
cruciatum yang dibagi menjadi dua yaitu ligamen cruciatum anterior dan
ligamen cruciatum posterior. Ligamen collateral yang juga dibagi menjadi
dua bagian yaitu ligamen collateral medial dan ligamen collateral lateral.3
Ligamen cruciatum merupakan ligamen terkuat pada sendi lutut.
Dinamakan ligamencruciatum karena saling menyilang antara satu dengan
yang lain. Ligamen ini berada pada bagian depan dan belakang sesuai
dengan perlekatan pada tibia. Fungsi ligamen ini adalah menjaga gerakan
pada sendi lutut, membatasi gerakan ekstensi dan mencegah gerakan rotasi
pada posisi ekstensi, juga menjaga gerakan slide ke depan dan ke belakang
femur pada tibia dan sebagai stabilisasi bagian depan dan belakang sendi
lutut.3

Gambar 4. Anatomi sendi lutut normal3

a. Ligamen cruciatum anterior


Ligamen cruciatum anterior membentang dari bagian anterior
fossa intercondyloidtibia melekat pada bagian lateral condylus
femuryang berfungsi untuk mencegah gerakan slide tibia ke anterior

7
terhadap femur, menahan eksorotasi tibia pada saat fleksi lutut,
mencegah hiperekstensi lutut dan membantu saat rolling dan gliding
sendi lutut.3
b. Ligamen cruciatum posterior
Ligamen cruciatum posterior merupakan ligamen yang lebih
pendek dibanding dengan ligamen cruciatum anterior. Ligamen ini
berbentuk kipas membentang dari bagian posterior tibia ke bagian
depan atas dari fossa intercondyloid tibia dan melekat pada bagian luar
depan condylus medialis femur. Ligamen ini berfungsi untuk
mengontrol gerakan slide tibia ke belakang terhadap femur, mencegah
hiperekstensi lutut dan memelihara stabilitas sendi lutut.3
c. Ligamen collateral medial
Ligamen collateral medialmerupakan ligamen yang lebar, datar
dan membranosusband-nya terletak pada sisi tengah sendi
lutut.Ligamen ini terletak lebih posterior di permukaan medial sendi
tibiofemoral yang melekat di atas epicondylus medial femur di bawah
tuberculum adductor dan ke bawah menuju condylus medial tibia serta
pada medial meniskus. Ligamen ini sering mengalami cidera dan
fungsinya untuk menjaga gerakan ekstensi dan mencegah gerakan ke
arah luar.3
d. Ligamen collateral lateral
Ligamen collateral lateralmerupakan ligamen yang kuat dan
melekat di atas epicondylus femur dan di bawah permukaan luar caput
fibula.Fungsi ligamen ini adalah untuk mengawasi gerakan ekstensi
dan mencegah gerakan ke arah medial. Dalam gerak fleksi lutut
ligamen ini melindungi sisi lateral lutut.3

4. Kapsul Sendi
Tulang-tulang pembentuk sendi dihubungkan satu dengan lainnya
oleh selubung yang disebut capsula articularis sebagai pembungkus yang
mengelilingi permukaan-permukaan sendi dan membungkus rapat ruang
sendi yang terdapat diantara tulang-tulang tersebut.Lapisan luar capsula

8
articularis (lamina fibrosa) merupakan salah satu struktur penting yang
mengikat tulang-tulang pembentuk sendi.Lamina fibrosa dapat menahan
regangan yang kuat.Lapisan dalam capsula articularis (laminasynovial)
dibentuk oleh membran sinovial yang mensekresikan cairan sinovial
(synovia) ke dalam ruang sendi.Ujung artikular tulang masanya membesar
dan mempunyai lapisan luar tulang yang tipis tetapi padat (compacta),
disebelah dalamnya terdapat anyaman tulang spongiosa. Kapsul sendi lutut
ini termasuk jaringan fibrosus yang avaskular sehingga jika cedera sulit
proses penyembuhan.3
a. Cartilago articularis/tulang rawan
Pada sebagian besar sendi orang dewasa berjenis kartilago hyaline
dan merupakan jaringan yang avaskular, alymphatic dan aneural yang
menutupi permukaan pesendian dari tulang panjang.Melekat pada
tulang subkondral. Fungsi dari tulang rawan adalah sebagai bantalan
penutup tulang pada sendi sinovial, yang memungkinkan:3,7
- Menahan tekanan pada permukaan persendian.
- Mentransmisikan dan mendistribusikan beban yang meningkat.
- Mempertahankan kontak dengan tahanan gesek minimal.
b. Bursa
Bursa adalah kantong yang berisi cairan yang berfungsi menjaga
agar tidak terjadi gesekan secara langsung mungkin otot dengan otot,
otot dengan tulang dan otot dengan kulit. Ada beberapa bursa yang
terdapat pada sendi lutut antara lain : (1) bursa popliteus (2) bursa
suprapatellaris(3) bursa infrapatellaris (4) bursa subcutan
prapatellaris (5) bursa sub patellaris.7

5. Meniskus
Meniskus merupakan jaringan lunak, meniskus pada sendi lutut adalah
meniskus lateralis. Adapun fungsi meniskus adalah (1) penyebaran
pembebanan (2) peredam kejut (shockabsorber) (3) mempermudah
gerakan rotasi (4) mengurangi gerakan dan stabilisator setiap penekanan
akan diserap oleh meniskus dan diteruskan ke sebuah sendi.6,7

9
Gambar 5. Anatomi sendi lutut normal dan OA6

C. Epidemiologi
Osteoartritis merupakan penyebab utama disabilitas persendian dan
tercatat dalam sepuluh besar daftar penyakit dunia yang dikeluarkan oleh
World Health Organization (WHO). Faktor epidemiologis yang meningkatkan
risiko OA lutut diantaranya cedera sendi, penggunaan sendi yang berlebihan,
dan obesitas. Cedera sendi yang terjadi pada usia diatas 35 tahun lebih berisiko
untuk menimbulkan OA dibandingkan cedera pada usia remaja.7
Aktivitas fisik dengan intensitas tinggi juga dapat meningkatkan risiko
terjadinya OA lutut. Obesitas meningkatkan risiko timbulnya OA lutut
sekaligus mempercepat proses degenerasi sendi. Pada umumnya sendi yang
sering mengalami OA adalah sendi lutut. 1,7OA lutut lebih banyak terjadi pada
usia >50 tahun.8,9Prevalensi OA lutut meningkat seiring dengan bertambahnya
usia dan biasanya lebih sering mengenai wanita dibandingkan dengan pria.
Banyak negara di Asia memiliki angka penuaan yang tinggi. Diperkirakan
bahwa persentasi penduduk di Asia yang berusia >50 tahun memiliki angka
>2x lipat dalam dua dekade mendatang, dari 6,8% pada tahun 2008 menjadi
16,2% di 2040 untuk menderita OA.9 Prevalensi OA lutut berdasarkan
radiologis di Indonesia cukup tinggi, yaitu mencapai 15,5% pada pria dan
12,7% pada wanita.10

10
D. Etiologi
Sampai saat ini belum diketahui dengan pasti penyebab dari OAlutut,
tetapi ada beberapa faktor resiko yang berhubungan dengan penyakit
osteoartritis lutut.7
1. Usia
Faktor risiko yang paling utama pada penyakit OA adalah usia,
biasanya mengenai usia dewasa mudahingga lansia, tetapi sering pada usia
lebih dari 50 tahun. Prevalensi dan beratnya OA akan meningkat sesuai
dengan bertambahnya usia, namun OAbukan terjadi akibat pertambahan
usia saja, melainkan juga dapat terjadi akibat perubahan pada tulang rawan
sendi.7
2. Jenis Kelamin
Prevalensi OA lebih tinggi pada wanita dibandingkan dengan pria,
3,2% : 3%. Halinidikaitkan dengan perubahan hormon perempuan pasca
menopause.7
3. Faktor Herediter
Adanya mutasi dalam gen prokolagen atau gen-gen struktural lain
untuk unsur-unsur tulang rawan sendi seperti kolagen, proteoglikan
berperan dalam timbulnya kecenderungan familial pada OA.7
4. Obesitas
Obesitas merupakan faktor risiko OA yang dapat dimodifikasi.
Selama berjalan, setengah berat badan bertumpu pada sendi lutut oleh
karena itu peningkatan berat badan akan melipat gandakan beban sendi
lutut saat berjalan.7
5. Trauma, Pekerjaan dan Olahraga
Cedera sendi pinggul akan menimbulkan perubahan retikular pada
sendi sehingga berdampak pada kejadian penyakit OA. Selain itu
pekerjaan yang berat akan menjadi penentu beratnya OA yang dialami.7

6. Aktivitas Fisik
Aktivitas fisik yang berat/weight bearing seperti berdiri lama (2
jam atau lebih setiap hari), berjalan jarak jauh (2 jam atau lebih setiap

11
hari), mengangkat benda berat (10 kg – 50 kg selama 10 kali atau lebih
setiap minggu), mendorong objek yang berat (10 kg – 50 kg selama 10 kali
atau lebih setiap minggu), naik turun tangga setiap hari merupakan faktor
risiko terjadinya OA lutut.7

E. Tanda dan Gejala Klinis


Gejala yang biasa dikeluhkan oleh pasien, antara lain:1,7,9
1. Nyeri sendi: keluhan ini merupakan keluhan utama yang seringkali
membawa pasien ke dokter. Nyeri biasanya bertambah dengan gerakan atau
aktivitas tertentu dan sedikit berkurang dengan istirahat. Beberapa gerakan
tertentu kadang-kadang menimbulkan rasa nyeri yang lebih hebat dibanding
gerakan yang lain.
2. Keterbatasan Lingkup Gerak Sendi: gangguan ini biasanya
semakin bertambah beratdengan perlahan sejalan dengan bertambahnya rasa
nyeri.
3. Kaku pada pagi hari: pada beberapa pasien, nyeri atau kaku sendi
dapat timbul setelah imobilitas, seperti duduk di kursi atau mobil dalam
waktu yang cukup lama atau bahkan setelah bangun tidur (selama < 30
menit).
4. Krepitasi: rasa gemeretak (kadang-kadang dapat terdengar) pada
sendi yang sakit.
5. Pembesaran tulang (deformitas): pasien mungkin menunjukkan
bahwa salah satu sendinya (seringkali terlihat di lutut atau tangan) secara
perlahan membesar.
6. Perubahan gaya berjalan: hampir semua pasien OA pergelangan
kaki, tumit, lutut atau panggul berkembang menjadi pincang.
7. Nyeri otot lain dari sistem muskuloskeletal.
8. Fatigue.

F. Diagnosis

12
Diagnosis pada OA ditegakkan dengan anamnesis, pemeriksaan fisik derts
pemeriksaan penunjang seperti foto rontgen, MRI, tes darah, serta analisis
cairan sendi 10
The American College of Rheumatology (ACR) menyusun kriteria
diagnosis OA lutut idiopatik berdasarkan pemeriksaan klinis dan radiologi
sebagai berikut:

Tabel 1. Kriteria diagnosis OA lutut menurut ACR4

Klinis dan Laboratorium Klinis dan radiologi Klinis

 Nyeri lutut + minimal 5  Nyeri lutut +  Nyeri lutut +


dari 9 berikut : minimal1 dari 3 minimal 3 dari 6
- Umur >50 tahun berikut: berikut:
- Stiffness <30 menit - Umur >50 tahun - Umur >50 tahun
- Krepitasi - Stiffness <30 - Stiffness <30
- Nyeri tekan pada menit menit
tulang - Krepitasi + - Krepitasi
- Pelebaran tulang osteofit - Nyeri tekan pada
- Tidak hangat pada tulang
perabaan - Pembesaran
- LED <40mm/jam tulang
- Rheumatoid factor - Tidak hangat
<1:40 pada perabaan
- Cairan sinovial:
jernih, viscous,
leukosit <2000/mm3
Pemeriksaan Fisik

Keluhan yang muncul, kemudian dikonfirmasi dengan pemeriksaan fisik


yang memperlihatkan pembesaran tulang persendian, timbulnya krepitasi
selama gerakan aktif, kelemahan otot dan instabilitas sendi. Pemeriksaan yang
dapat dilakukan antara lain: pemeriksaan lokal pada sendi lutut untuk menilai
adanya tanda-tanda OA (Gambar 6), pemeriksaan range of motion (ROM)

13
sendi lutut (Gambar 7).8,11

Gambar 6. Pemeriksaan Lokalis pada Sendi Lutut8


(a) Tes fluktuasi untuk mengetahui apakah ada cairan pada lutut; (b) Palpasi
pada garis lateral sendi pada pasien dengan OA lutut.
Gambar 7.ROM Sendi Lutut8

Fleksi dan ekstensi. Internal dan eksternal rotasi tidak dapat dilakukan pada

saat ekstensi.Pada fleksi lutut 90o dengan tungkai bawah yang tergantung bebas,

lutut memperlihatkan ROM dari 10◦pada rotasi internal hingga 25◦pada rotasi

eksternal.11

Tes-tes provokasi yang dapat dilakukan untuk memeriksa sendi lutut:

14
a. Tes McMurray
Tes ini merupakan tindakan pemeriksaan untuk mengungkapkan
lesi meniskus.Pada tes ini penderita berbaring terlentang dengan satu
tanganpemeriksa memegang tumit penderita dan tangan lainnya
memegang lutut.Tungkai kemudian ditekuk pada sendi lutut.Tungkai
bawah eksorotasi/endorotasi dan secara perlahan-lahan diekstensikan.
Kalau terdengar bunyi “klek‟ atau teraba sewaktu lutut diluruskan,
maka meniskus medial atau bagian posterior-nya yang mungkin
terobek.12

Gambar 8. Pemeriksaan McMurray12

b. Anterior Drawer Test


Merupakan suatu tes untuk mendeteksi ruptur pada ligamen
cruciatum anterior lutut.Penderita harus dalam posisi terlentang dengan
panggul fleksi 45˚, lutut fleksi 90˚ dan kedua kaki sejajar. Caranya
dengan menggerakkan tulang tibia ke atas maka akan terjadi gerakan
hiperekstensi sendi lutut dan sendi lutut akan terasa kendor. Posisi
pemeriksa di depan kaki penderita. Jika terdorong lebih dari normal (>
5 mm), artinya tes drawer positif.12

Gambar 9. Pemeriksaan Anterior Drawer Test12

c. Posterior Drawer Test


Posterior Drawer Test sama halnya dengan Anterior Drawer Test,
hanya sajamenggenggam tibia kemudian didorong kearah belakang.12

15
Gambar 10.Pemeriksaan Posterior Drawer Test12

d. Lachman Test
Lachman Test dilakukan dengan meletakkan lutut pada posisi
fleksi kira-kira dalamsudut 300, dengan tungkai diputar secara eksternal.
Satu tangan dari pemeriksaan menstabilkan tungkai bawah dengan
memegang bagian akhir atau ujung distal dari tungkai atas, dan tangan
yang lain memegang bagian proksimal dari tulang tibia, kemudian
usahakan untuk digerakkan ke arah anterior.Lachman Test berfungsi
untuk mendeteksi adanya lesi ligamencruciatum anterior.12

Gambar 11. Pemeriksaan Lachman12

e. Apley Compresion Test


Tes ini dilakukan untuk menentukan nyeri lutut yang disebabkan
oleh robeknya meniskus.Penderita dalam posisi berbaring tengkurap
lalu tungkai bawah ditekukan pada sendi lutut kemudian dilakukan
penekanan pada tumit pasien.Penekanan dilanjutkan sambil memutar
tungkai ke arah dalam (endorotasi) dan luar (eksorotasi). Apabila
pasien merasakan nyeri di samping medial atau lateral garis
persendian lutut maka lesi pada meniskus medial dan lateral sangat
mungkin ada.12

16
Gambar 12. PemeriksaanApley Compresion Test12

f. Apley Distraction Test


Tes ini dilakukan untuk membedakan lesi meniskus atau
ligamen pada persendian lutut.Tindakan pemeriksaan ini merupakan
kelanjutan dari Appley ComppresionTest. Lakukan distraksi pada
sendi lutut sambil memutar tungkai bawah keluar dankedalam dan
lakukan fiksasi. Apabila pada distraksi eksorotasi dan endorotasi itu
terdapat nyeri maka hal tersebut disebabkan oleh lesi di ligamen.12

Gambar 13. Pemeriksaan Apley Distraction Test12

g. Test for Medial Stability


Tes ini untuk menilai instabilitas ligamen collateral
medial.Penderita tidur telentang dengan lutut ekstensi penuh.Pegang
tungkai bawah dengan satu tangan diletakkan pada lutut bagian
posteriorlateral dan memaksakan bagian distal tungkai bawah ke
lateral.Buatlah daya valgus pada lutut dan tekanan pada
ligamencollateral medial.Manuver dilakukan pada 0° dan fleksi lutut
30°. Tes positif jika nyeri dan atau peningkatan pemisahan pada garis
sendi medial.12

17
Gambar 14.Test for Medial Stability12

h. Test for lateral stability


Tes ini untuk menilai instabilitas ligamen collateral
lateral.Penderita dalam posisi berbaring terlentang dengan lutut
ekstensi penuh.Pegang tungkai bawah dengan satu tangan diletakkan
pada lutut bagian posterior medial saat memaksakan bagian distal
tungkai bawah ke medial.Buatlah daya varus pada lutut dan tekanan
pada ligament collateral lateral.Manuver dilakukan pada 0° dan fleksi
lutut 30°. Tes positif jika nyeri danatau peningkatan celah pada garis
sendi lateral.12

Gambar 15.Test for lateral stability12

Pemeriksaan Penunjang
1. Pemeriksaan Radiologis
Pemeriksaan penunjang sederhana yang sering dilakukan pada kasus
OA adalah pemeriksaan radiologis rontgen genu AP/lateral dalam posisi
berdiri. Gambaran khas pada OA lutut adalah adanya osteofit &
penyempitan celah sendi.1,13 Derajat kerusakan sendi berdasarkan
gambaran radiologis berdasarkan kriteria Kellgren &Lawrence.14

(A) (B)

18
(C) (D)

Gambar 16. Kriteria Kellgren and Lawrence14

Derajat 0: Radiologi normal.


Derajat 1: Osteofit doubtful, gambaran sendi normal
Derajat 2: Osteofit mulai jelas, celah sendi baik
Derajat 3: Osteofit sedang dan multipel, penyempitan celah sendi,
sklerosis sedang dan kemungkinan deformitas kontur
tulang.
Derajat 4: Osteofit yang besar, penyempitan celah sendi yang nyata,
sklerosis subkondral dan deformitas kontur tulang yang
nyata.

G. PENATALAKSANAAN
Osteoartritis termasuk kondisi yang tidak bisa disembuhkan. Penanganan
yang dilakukan bertujuan untuk mengurangi gejala agar penderitanya bisa tetap
beraktivitas dan menjalani kehidupan secara normal. Gejala dari kondisi ini
terkadang bisa berkurang secara perlahan seiring waktu.4,10,12
Tatalaksana pada penderita OA berupa terapi farmakologis dan non
farmakologis, terapi pembedahan, dan rehabilitasi medik, yaitu:1,4,8,11,12,15

a. Terapi farmakologis
- Obat anti inflamasi non steroid (OAINS)
- Steroid intra-artikuler
- Terapi bedah
- Osteotomi

19
- Artroplasti sendi total
b. Terapi non farmakologis
- Edukasi dan penerangan
- Terapi fisik dan rehabilitasi
- Penurunan berat badan
c. Rehabilitasi medik pada OA.Tujuan rehabilitasi medik secara umum:
- Mengurangi nyeri
- Memperbaiki range of motion (ROM)
- Memperbaiki fungsi
- Meningkatkan kualitas hidup

Penatalaksanaan rehabilitasi medik pada penderita OA lutut antara lain:

1. Dokter spesialis KFR


Dokter yang melakukan pemeriksaan KFR, menegakkan diagnosis dan
menentukan program rehabilitasi medis.
2. Fisioterapi
a. Terapi Dingin
Terapi dingin digunakan untuk melancarkan sirkulasi darah,
mengurangi peradangan, mengurangi spasme otot dan kekakuan sendi
sehingga dapat mengurangi nyeri.Dapat juga menggunakan es yang
dikompreskan pada sendi yang nyeri. Teknik terapi dingin yaitu
dengan masase es dengan menggosokkan es secara langsung pada
daerah yang diterapi 5-7 menit, kompres es selama 15-20 menit,
kompres dingin (vapocoolant spray) misalnya dengan chlorethyl spray
terutama untuk spasme otot dan MTPS (Myofascial Trigger Point
Syndrome).11,12
b. Terapi Panas
Terapi panas dapat dibedakan menjadi 2 jenis yaitu terapi panas
superficial dan terapi panas dalam.Terapi panas superficial yaitu panas
hanya mengenai kutis atau jaringan subkutis saja (hot pack, infra merah,
kompres air hangat, paraffin bath). Terapi panas dalam, panas dapat
menembus sampai ke jaringan yang lebih dalam sampai ke otot, tulang

20
dan sendi seperti.11,12
1) Micro wave diathermy (MWD)
Merupakan terapi dengan menggunakan panjang
gelombang antara gelombang infra red dan short wave
diathermic.Panas yang diperoleh dari gelombang ini dapat
digunakan untuk mengurangi nyeri.Gelombang diathermy
diperoleh dengan memanaskan alat yang bernama magnetron.
Output ditransmisikan ke saluran kecil dan gelombang mikro
dikeluarkan dengan frekuensi 2.450 siklus/detik dengan panjang
gelombang 12,25 cm. Terapi ini cocok diterapkan pada nyeri,
infeksi bakteri, dan abses. Manfaat terapi ini adalah untuk
meningkatkan sistem pertahanan tubuh dan membantu
relaksasi.11,12

2) Short wave diathermy (SWD)


Merupakan terapi dengan menggunakan arus listrik dengan
frekuensi 27.120.000 siklus/detik dengan panjang gelombang 11
meter.Metode aplikasi yang dilakukan adalah dengan condenser
field method and cable method. Metode ini cocok untuk digunakan
untuk mengatasi peradangan nyeri sendi bahu, sendi siku,
degenerasi cervical, OA, sprain ligamen, nyeri punggung bawah
(low back pain), nyeri pada tumit (plantar fascitis) dan
sinusitis.11,12

3) Ultra sound diathermy (USD).


Merupakan terapi dengan mempergunakan gelombang
suara dengan frekuensi 500.000 sampai 3.000.000 siklus/detik.
Ultra sound dihasilkan oleh getaran dari kristal tertentu. Pada
stadium awal aplikasi ultra sound dilakukan selama 3 sampai
dengan 4 menit sedangkan pada stadium lanjut dilakukan 6 sampai
8 menit. Terapi ini cocok digunakan pada peradangan siku (tennis
elbow), nyeri plantar (plantar fascitis), pemendekan otot dan
ligamentum, peradangan tendon,sprain ligamentum, dan luka

21
menahun. Manfaat terapi ini adalah untuk menghilangkan nyeri
dan mempercepat penyembukan luka.Pada kasus OA digunakan
USD (ultra sound diathermy).11,12

c. Terapi Listrik
TENS (Transcutaneus Electrical Nerve Stimulation) merupakan
modalitas yang digunakan untuk mengurangi atau menghilangkan
nyeri.TENS paling sering digunakan untuk nyeri akut dan juga dapat
digunakan untuk nyeri kronik. Penggunaan terapi listrik ini berdasarkan
teori gate control dari Melzack dan Wall, dimana serabut saraf kulit
yang berdiameter besar distimulasi oleh TENS dan mekanisme
stimulasi ini menghambat transmisi rangsang nyeri ke medula spinalis.
Teori berikutnya mengatakan bahwa TENS bekerja dengan merangsang
pengeluaran endorphin dan opiat endogen.11,12

d. Hidroterapi
Hidroterapi adalah terapi fisik dengan memanfaatkan sifat fisik
air.Dengan menggunakan terapi air membantu penyembuhan seseorang.
Manfaat air di dalam terapi latihan terlihat dari efek buoyancy air yang
akan mengurangi efek gravitasi pada bagian manapun dari tubuh
sehingga terdapat penurunan aktivitas tubuh dan latihan tidak disertai
nyeri. Air hangat akan mengurangi spasme otot sehingga terjadi
relaksasi menyeluruh dan menyebabkan peningkatan aliran darah
sehingga mengakibatkan penurunan tingkat nyeri, hidroterapi
bermanfaat untuk memberi latihan. Daya apung air akan membuat
ringan bagian atau ekstermitas yang direndam sehingga sendi lebih
mudah digerakkan. Suhu air yang hangat akan membantu mengurangi
nyeri, relaksasi otot dan memberi rasa nyaman.11,12

e. Latihan Penguatan Otot


Latihan diketahui dapat meningkatkan dan mempertahankan
pergerakan sendi, menguatkan otot, meningkatkan ketahanan statik
dan dinamik dan meningkatkan fungsi. Latihan kekuatan meliputi
latihan isometrik, isotonik, dan isokinetik. Isotonik berarti ketegangan

22
atau bobot yang sama. Ketegangan berkembang secara konstan seiring
dengan perubahan panjang otot. Ini melibatkan pemendekan otot dan
kontraksi aktif dan relaksasi otot-otot dan terjadi saat gerakan seperti
berjalan, berlari, melompat-lompat, dll. Kontraksi isometrik, panjang
otot tetap konstan sementara ketegangan mengalami perubahan yang
bervariasi.Di sini, ketegangan berkembang pada otot, tapi otot tidak
memendek untuk memindahkan objek. Pola isokinetik, yakni otot
mengalami pemendekan. Kontraksi isokinetik beban yang ditanggung
tidak sama dan kecepatan dalam menempuh jarak lintasan adalah
rata.11,12
3. Terapi Okupasi
Terapi okupasi meliputi latihan koordinasi aktivitas kehidupan sehari-
hari (AKS) untuk memberikan latihan pengembalian fungsi sehingga
pasien bisa melakukan kembali kegiatan atau pekerjaan normalnya.
4. Ortotik Prostetik
Ortotik prostetik digunakan untuk mengembalikan fungsi, mencegah
dan mengoreksi kecacatan, menyangga berat badan dan menunjang
anggota tubuh yang sakit. Pada penderita OA biasa dilakukan rencana
penggunaan knee brace atau knee support.
5. Petugas Sosial Medis
Tujuannya adalah menyelesaikan dan memecahkan masalah sosial
yang berkaitan dengan penyakit pasien, seperti masalah pasien dalam
keluarga maupun lingkungan masyarakat.
6. Psikologi
Sebuah kegiatan yang bertujuan untuk membantu pasien yang
memiliki masalah dalam hidup atau masalah dengan tingkah laku dan
proses mental.
BAB III
LAPORAN KASUS

A. IDENTITAS PENDERITA
Nama : Ny. EP

23
Nomor Rekam Medik : 00.01.24.00
Umur : 53 tahun
Tanggal lahir : 08 September 1966
Alamat : Malalayang I
Agama : Kristen Protestan
Pekerjaan : Perawat
Suku : Minahasa
No Telp. : 082145288220
Tanggal Periksa :16 Desember 2019

B. ANAMNESIS
Keluhan utama:
Nyeri pada lutut kanan

Riwayat Penyakit Sekarang:


Nyeri pada lutut kanan sejak  10 bulan yang lalu dan memberat dalam 1
bulan terakhir. Nyeri terasa tajam seperti tertusuk-tusuk dan bersifat hilang
timbul. Nyeri dirasakan selama sekitar 5 menit Nyeri memberat saat dari
posisi duduk ke berdiri, nyeri berkurang saat perubahan posisi (berjalan).
Nyeri tidak menjalar atau dirasakan hanya terlokalisir disekitar lutut. Pasien
juga mengeluh kaku pada pagi hari dirasakan  5 menit. Semua aktivitas
sehari-hari masih dapat dilakukan sendiri. BAB dan BAK tidak ada keluhan.

Riwayat Penyakit Dahulu:


Riwayat Hipertensi 5 tahun yang lalu. Kencing manis, jantung dan ginjal
disangkal oleh pasien.

Riwayat Pengobatan:
Pasien mengonsumsi rutin micardis 80

Riwayat Keluarga:

24
Hanya pasien yang mengalami penyakit seperti ini dikeluarga.

Riwayat Kebiasaan dan Aktivitas:


Kebiasaan pasien berjalan jauh sejak usia muda. Pasien tidak mempunyai
kebiasaan berolahraga. Pekerjaan sehari-hari pasien sebagai perawat dan
memiliki kebiasaan berdiri di IGD. Pasien juga beraktivitas sehari-hari seperti
memasak makanan, membersihkan rumah, dll. Pasien merupakan seorang ibu
rumah tangga. Dalam kesehariannya, pasien sering pergi kepasar.Pasien masih
bisa memasak makanan sendiri, dan membersihkan rumah.

Riwayat Sosial Ekonomi:


Pasien saat ini tinggal di rumah berlantai satu, berdinding beton, beratap
seng dan berlantai ubin, sumber air berasal dari PDAM (Perusahaan Daerah
Air Minum) serta sumber listrik dari PLN (Perusahaan Listrik Negara).
Perjalanan ke rumah pasisen tidak ada tanjakan. WC menggunakan kloset
duduk. Biaya berobat pasien ditanggung oleh Badan Penyelenggara Jaminan
Sosial Kesehatan (BPJS).

Psikologis:
Pasien merasa cemas dengan penyakit yang dideritanya. Kecemasan
pasien semakin bertambah ketika nyeri yang dirasakan muncul saat sedang
beraktivitas. Pasien menjadi cemas apabila nanti penyakitnya menjadi
semakin memberat sehingga ia tidak bisa berjalan dan natinya pasien tidak
bisa bekerja lagi.

C. PEMERIKSAAN FISIK
Karnofsky Performance Scale : 90 (Capable of normal activity, few
symptoms or signs of disease)
Keadaan umum :Baik
Kesadaran : GCS E4M6V5 (Compos mentis)

Tanda Vital

25
Tekanan darah : 120/80 mmHg
Nadi : 70 x/menit
Respirasi : 20 x/menit
Suhu : 36,7°C

Skrining Gizi
Berat badan : 78 kg
Tinggi badan : 162 cm
IMT : 30 kg/m2 (obese)

Status Generalis
Kepala :Tidak ditemukan kelainan pada kepala dan rambut
Mata : Konjungtiva tidak anemis, sklera tidak ikterik.Pupil bulat
isokor Ø 3mm/ Ø 3mm, refleks cahaya langsung dan tidak
langsung kiri dan kanan(+)
Hidung : tidak ditemukan deviasi pada septum nasal
Mulut : tidak ditemukan kelainan
Leher : Trakea letak tengah, tidak ditemukan pembesaran KGB.
Thoraks:
Pulmo : Inspeksi: Simetris kiri dankanan, tidak terdapat jejas dan retraksi
Palpasi: Stem fremitus sama kiri dan kanan
Perkusi: Sonor seluruh lapangan paru
Auskultasi: Suara pernapasan vesikuler, rhonki (-/-),
wheezing(-/-)
Cor : Inspeksi: Ictus cordis tidak terlihat, tidak terdapat jejas
Palpasi: Ictus cordis teraba ICS V 1-2cm medial dari linea
midclavikulasinistra
Perkusi: batas-batas jantung normal
Auskultasi: BJ I-II reguler, bising(-)
Abdomen: Datar, lemas, nyeri tekan (-), hepar dan lien tidak teraba, bising
usus (+).
Ekstremitas: Akral hangat, CRT (Capillary Refill Time) < 2 detik.

26
Status Lokalis:
Regio genu dextra
Edema (-), hiperemis (-),
Look Deformitas (-), pembesaran
tulang (-)
Hangat (-), Nyeri tekan (+) regio
Feel
medial, Krepitasi (+)
Movement Gerakan terbatas karena nyeri

Visual Analog Scale(VAS) Genu Dextra et sinistra

No pain Severe Pain


VAS Statis :4
VAS Dinamis : 6

Pemeriksaan Range of Motion (ROM) Hip


Dextra Sinistra Normal
Flexi 90° 90° 0-120°
Extensi 20° 20° 0-20°
Abduksi 40° 40° 0-40°
Adduksi 25° 25° 0-25°
Int. Rotasi 35° 35° 0-45°
Ext. Rotasi 45° 45° 0-45°

Pemeriksaan Range of Motion (ROM) Knee


Dextra Sinistra Normal
Fleksi 0-75o 0-130° 0-130°
Ekstensi 0o 0° 0°

Pemeriksaan Range of Motion (ROM) Ankle


Dextra Sinistra Normal
Dorso Flexi 15° 15° 0-15°
Plantar Flexi 55° 55° 0-55°
Inversi 40° 40° 0-40°
Eversi 20° 20° 0-20°

27
Pemeriksaan Manual Muscle Test (MMT)
Ekstremitas Inferior MMT knee
Dextra 4/5
Sinistra 4/5

Pemeriksaan Massa Otot


Dextra Sinistra
Ukuran lingkar paha 46 cm 45 cm
(10 cm di atas tuberositas tibia)
Ukuran lingkar lutut 38 cm 37 cm
Ukuran lingkar betis 39 cm 39 cm
(10 cm di bawah tuberositas tibia)

Pemeriksaan Leg Length Discrepancy


Dextra Sinistra
Appearance Leg Length (ALL) 91 cm 91 cm
True Leg Length (TLL) 83 cm 83 cm

Tes Provokasi:
` Dextra Sinistra
McMurray test - -
Anterior drawer test - -
Posterior drawer test - -
Lachman test - -
Apley compression test - -
Apley distraction test - -
Test for medial stability - -
Test for lateral stability - -

D. RESUME
Nyeri pada kedua lutut sejak  10 bulan yang lalu dan memberat
sejak 1 bulan terakhir. Nyeri terasa tajam seperti tertusuk-tusuk dan
bersifat hilang timbul. Nyeri memberat saat dari posisi duduk ke berdiri,
nyeri berkurang saat perubahan posisi (berjalan). Nyeri tidak menjalar atau
dirasakan hanya terlokalisir disekitar lutut. Pasien juga mengeluh kaku
pada pagi hari dirasakan  5 menit. Semua aktivitas sehari-hari masih
dapat dilakukan sendiri. BAB dan BAK tidak ada keluhan.

28
Pada pemeriksaan fisik status generalis didapatkan Karnofsky Performance
Scale = 90, tanda-tanda vital dalam batas normal, VAS dinamis: 7, VAS statis: 5
(genu dextra), IMT 30 (obese). Pada status lokalis regio genu dextra didapatkan
deformitas (+), pembesaran tulang (+),nyeri tekan (+) dan krepitasi (+), ROM
terbatas karena nyeri, MMT ekstremitas inferiorknee 4/5, dantes provokasi (-).

E. DIAGNOSIS
Diagnosis klinis : Osteoartritis genu dextra
Diagnosis etiologi : Degeneratif
Diagnosis topis : Kartilago sendi lutut
Diagnosis fungsional :
Body function : Nyeri lutut kanan
Body Structure : Kartilago sendi genu dextra

Activity : Gangguan berdiri lama, naik turun tangga, berjalan jauh


Participation : Masih bisa melakukan kegiatan misalnya memasak
Environment : Aktivitas dilakukan di rumah sakit dan di dalam rumah.
Personal : Perempuan, usia 53 tahun, obese
Factor

Problem:
1. Nyerilutut (VAS 6)
2. Keterbatasan ROM lutut kanan (0-75o)
3. Gangguan AKS (berdiri lama, naik turun tangga dan berjalan jauh)
4. Obesitas (IMT 30 kg/m2)
5. Penderita merasa cemas dengan penyakitnya

F. PENATALAKSANAAN
Rehabilitasi medik
1. Fisioterapi
a. Evaluasi:- Nyeri lutut (VAS 6)
- Gangguan ROM
b. Program:
- TENS Regio Genu Dextra

29
- USD pulsed Regio Genu Dextra
- Strengthening exercise M. quadriceps
2. Okupasi Terapi
a. Evaluasi: Pasien dapat melakukan aktivitas fisik sambil berdiri dengan
durasi ± 10-15 menit, jalan ± 20 meter
b. Program:
- Sepeda statis bila nyeri berkurang.
- Latihan atau edukasi melaksanakan aktivitas kehidupan sehari-hari
dengan cara duduk, hindari naik turun tangga dan jalan jauh,
berjalan di permukaan yang rata.

3. Ortotik Prostetik
a. Evaluasi:
Nyeri lutut kiri (VAS 6)
Gangguan berdiri lama, naik turun tangga dan jalan jauh
b. Program:
- Pemakaian cane sebagai alat bantu berjalan.
4. Psikolog
a. Evaluasi: Pasien merasa cemas dengan sakitnya.
b. Program: Memberi dukungan dan motivasi pada pasien agar rajin
berlatih di rumah dan kontrol secara teratur di poliklinik rehabilitasi
medik, serta memberi dukungan mental kepada pasien agar tidak
cemas dengan penyakit yang dideritanya. Pasien juga diberi dukungan
untuk dapat menjalani hari-harinya, tetap melanjutkan kegiatan rutin
dalam beraktivitas di rumah dan lebih banyak menjalin komunikasi
dengan anak-anak.
5. Petugas Sosial medik
a. Evaluasi: Biaya hidup sehari-hari cukup, biaya pengobatan ditanggung
oleh BPJS.
b. Program: Edukasi pasien untuk tidak melakukan aktifitas berat dan
mengurangi naik turun tangga. Selain itu, memberikan dukungan agar
pasien rajin melakukan terapi dan home program.

30
6. Home Program
a. Strenghtening musculus quadriceps femoris serta peregangan
musculus harmstring femorisdi rumah (ditunda sampai nyeri
berkurang)
b. Kompres dingin pada lutut bila terasa nyeri.

31
7. Edukasi
a. Menghindari aktifitas yang banyak menggerakkan sendi lutut seperti
naik tangga.
b. Menggunakan kloset duduk saat akan BAB atau BAK.
c. Melakukan penangan awal seperti kompres dingin bila lutut terasa
nyeri.
d. Mengurangi berat badan.
e. Kontrol ke Poli Rehabilitasi Medik secara rutin.
G. PROGNOSIS
Quo ad vitam : Bonam
Quo ad functionam :Dubia ad bonam
Quo ad sanationam : Dubia ad malam

32
DAFTAR PUSTAKA

1. Soeroso J, Isbagio H, Kalim H, Broto R, Pramudiyo R. Osteoarthritis. In:


Sudoyo AW, Setiyohadi B, Alwi I, Simadibrata M, Setiati S, editors. Buku
Ajar Ilmu Penyakit Dalam. 4thed. Jakarta: Pusat Penerbitan Ilmu Penyakit
Dalam Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia; 2006. p. 1195-1201.
2. Vogelgesang S. Osteoarthritis. In: West SG, editor. Rheumatology secrets.
2nd edition. Philadelphia: Hanley & Belfus Inc, 2002;365-74.
3. Firestein Gary S, Ralph C.Budd, Edward D. Harris, Iain B.McInnes, Shaun
Ruddy, John S.Sergent. Kelley’s textbook of rheumatology 8th edition
volumeII. Canada: Saunders Elsevier; 2009.
4. Hochberg MC, et al. American College of Rheumatology 2012:
Recommendations for the Use of Nonpharmacologic and Pharmacologic
Therapies in Osteoarthritis of the Hand, Hip, and Knee. American College of
Rheumatology; 2012: 465-74.
5. Sunarti S, Ridwan M, Firdaus M M. Komorbiditas Pasien Geriatri Dengan
Osteoartritis Genu di Rumah Sakit Dr. Saiful Anwar Malang. Malang :
Fakultas Kedokteran Universitas Brawijaya; 2011
6. Dullu SKA. Jenis modalitas yang digunakan pada osteoartritis lutut di instalasi
rehabilitasi medik RSUP Prof. Dr. R. D. Kandou Manado. Jurnal Kedokteran
Klinik. 2016; 1
7. Braunwald E, Fauci AS, et al. Degenerative joint disease. In:
Harrison’smanual of medicine. 15thed. Boston: McGraw-Hill: 2002;748-49.
8. David T. Osteoarthritis of the knee. The New England Journal of
Medicine; 2007.
9. PERDOSRI. Panduan pelayanan klinis kedokteran fisik dan rehabilitasi.
Jakarta: PT. Adhitama Multi Kreasindo; 2012.
10. Fauci, Anthony S., Dennis L. Kasper, Dan L. Longo, Eugene Braunwald,
Stephen L. Hauser, J. Larry Jameson et al. Harrison’s principles of general
medicine.17thed. 2008. p. 2159-2161.
11. Klaus B. Clinical test for the musculoskeletal system. 2nded. New York;
Theime; 2008.

33
12. Malanga GA, Andrus S, Nadler SF, McLean J. Physical Examination of the
Knee: A Review of the Original Test Description and Scientific Validity of
Common Orthopedic Tests. Arch Phys Med Rehabil 2003;84:593-601.
13. DanielLS,DeborahH.Radiographicassessmentofosteoarthritis:AmericanFamil
y Physician; 2011.64(2):279–286.
14. Jacobson JA. Radiographic evaluation of arthritis: Degenerative Joint
Diseaseand Variation. Radiology; 2008.248(3):737–747.
15. Tulaar ABM. Peran kedokteran fisik dan rehabilitasi medik pada tatalaksana
osteoarthritis. Semijurnal Farmasi dan Kedokteran Ethical Digest; 2006: 46.

34

Anda mungkin juga menyukai