Lapkas Tifany T. Korompis170-377 - Revisi
Lapkas Tifany T. Korompis170-377 - Revisi
Oleh :
Tifany Tabita Korompis
17014101377
16 Desember – 22 Desember 2019
.
ResidenPembimbing :
dr. Jacomina F. Lisa Kepel
Supervisor Penguji:
Mengetahui,
Residen Pembimbing
Supervisor Penguji
i
DAFTAR ISI
LEMBAR PENGESAHAN.............................................................................i
DAFTAR ISI...................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN...............................................................................1
A. Definisi...................................................................................................3
B. Anatomi..................................................................................................3
C. Epidemiologi .........................................................................................10
D. Etiologi ..................................................................................................11
F. Diagnosis................................................................................................13
G. Penatalaksanaan.....................................................................................19
DAFTAR PUSTAKA......................................................................................33
ii
BAB I
PENDAHULUAN
1
sepanjang kehidupan dengan menggunakan penanganan secara manual,
peningkatan gerak peralatan (fisik elektroterapeutis dan mekanis).1
Rehabilitasi medik adalah cabang ilmu kedokteran yang menekankan pada
pemulihan fungsional pasien agar aktivitas fisik, psikososial, kejuruan dan
rekreasinya bisa kembali normal.2
Terapi modalitas diberikan pada pasien OA untuk melatih pasien
agar persendiannya tetap dapat dipakai dan melatih pasien untuk
melindungi sendi yang sakit. Beberapa terapi modalitas yang sering
digunakan adalah Ultrasound (US), Transcutaneous Electrical Nerve
Stimulation (TENS) dan terapi Exercise (terapi latihan).6
2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Definisi
Osteoartritis (OA) lutut adalah suatu kelainan sendi kronis (jangka lama)
terjadi pada tulang dan sendi yang membentuk sendi lutut dimana terjadi
proses pelemahan serta disintegrasi dari tulang rawan sendi yang disertai
dengan pertumbuhan tulang dan tulang rawan baru pada sendi sehingga
fungsinya berkurang bahkan sampai hilang. Kelainan ini merupakan suatu
proses degeneratif pada sendi yang mengenai sendi lutut.1,3
B. Anatomi Lutut
3
bagian ujungnya terdapat tonjolan yang disebut tulang malleolus
lateralis atau mata kaki luar.3
d. Tulang Patella
Pada gerakan fleksi dan ekstensi patellaakan bergerak pada tulang
femur. Jarak patella dengan tibia saat terjadi gerakan adalah tetap dan
yang berubah hanya jarak patella dan femur.Fungsi patella di samping
sebagai perekatan otot-otot atau tendon adalah sebagai pengungkit
sendi lutut. Pada kondisi 90 derajat kedudukan patella diantara kedua
condylus femur dan saat ekstensi maka patella terletak pada
permukaan anterior femur.3
2. Otot
a. Otot Ekstensor Lutut (Quadriceps Femoris)
Otot quadriceps femoris adalah salah satu otot rangka yang terdapat
pada bagian depan paha manusia. Otot ini mempunyai fungsi dominan
ekstensi pada lutut. Otot quadriceps femoris terdiri atas empat otot, yaitu:
4
Gambar 2. Otot Quadriceps Femoris3
5
Hamstring merupakan otot paha bagian belakang yang berfungsi
sebagai fleksor lutut dan ekstensor panggul. Secara umum hamstring
bertipe otot serabut otot tipe II. Hamstring terbagi atas tiga otot yaitu:
3. Ligamentum
6
Untuk fungsi stabilisasi pasif sendi lutut dilakukan oleh
ligamen.Ligamen-ligamen yang terdapat pada sendi lutut adalah ligamen
cruciatum yang dibagi menjadi dua yaitu ligamen cruciatum anterior dan
ligamen cruciatum posterior. Ligamen collateral yang juga dibagi menjadi
dua bagian yaitu ligamen collateral medial dan ligamen collateral lateral.3
Ligamen cruciatum merupakan ligamen terkuat pada sendi lutut.
Dinamakan ligamencruciatum karena saling menyilang antara satu dengan
yang lain. Ligamen ini berada pada bagian depan dan belakang sesuai
dengan perlekatan pada tibia. Fungsi ligamen ini adalah menjaga gerakan
pada sendi lutut, membatasi gerakan ekstensi dan mencegah gerakan rotasi
pada posisi ekstensi, juga menjaga gerakan slide ke depan dan ke belakang
femur pada tibia dan sebagai stabilisasi bagian depan dan belakang sendi
lutut.3
7
terhadap femur, menahan eksorotasi tibia pada saat fleksi lutut,
mencegah hiperekstensi lutut dan membantu saat rolling dan gliding
sendi lutut.3
b. Ligamen cruciatum posterior
Ligamen cruciatum posterior merupakan ligamen yang lebih
pendek dibanding dengan ligamen cruciatum anterior. Ligamen ini
berbentuk kipas membentang dari bagian posterior tibia ke bagian
depan atas dari fossa intercondyloid tibia dan melekat pada bagian luar
depan condylus medialis femur. Ligamen ini berfungsi untuk
mengontrol gerakan slide tibia ke belakang terhadap femur, mencegah
hiperekstensi lutut dan memelihara stabilitas sendi lutut.3
c. Ligamen collateral medial
Ligamen collateral medialmerupakan ligamen yang lebar, datar
dan membranosusband-nya terletak pada sisi tengah sendi
lutut.Ligamen ini terletak lebih posterior di permukaan medial sendi
tibiofemoral yang melekat di atas epicondylus medial femur di bawah
tuberculum adductor dan ke bawah menuju condylus medial tibia serta
pada medial meniskus. Ligamen ini sering mengalami cidera dan
fungsinya untuk menjaga gerakan ekstensi dan mencegah gerakan ke
arah luar.3
d. Ligamen collateral lateral
Ligamen collateral lateralmerupakan ligamen yang kuat dan
melekat di atas epicondylus femur dan di bawah permukaan luar caput
fibula.Fungsi ligamen ini adalah untuk mengawasi gerakan ekstensi
dan mencegah gerakan ke arah medial. Dalam gerak fleksi lutut
ligamen ini melindungi sisi lateral lutut.3
4. Kapsul Sendi
Tulang-tulang pembentuk sendi dihubungkan satu dengan lainnya
oleh selubung yang disebut capsula articularis sebagai pembungkus yang
mengelilingi permukaan-permukaan sendi dan membungkus rapat ruang
sendi yang terdapat diantara tulang-tulang tersebut.Lapisan luar capsula
8
articularis (lamina fibrosa) merupakan salah satu struktur penting yang
mengikat tulang-tulang pembentuk sendi.Lamina fibrosa dapat menahan
regangan yang kuat.Lapisan dalam capsula articularis (laminasynovial)
dibentuk oleh membran sinovial yang mensekresikan cairan sinovial
(synovia) ke dalam ruang sendi.Ujung artikular tulang masanya membesar
dan mempunyai lapisan luar tulang yang tipis tetapi padat (compacta),
disebelah dalamnya terdapat anyaman tulang spongiosa. Kapsul sendi lutut
ini termasuk jaringan fibrosus yang avaskular sehingga jika cedera sulit
proses penyembuhan.3
a. Cartilago articularis/tulang rawan
Pada sebagian besar sendi orang dewasa berjenis kartilago hyaline
dan merupakan jaringan yang avaskular, alymphatic dan aneural yang
menutupi permukaan pesendian dari tulang panjang.Melekat pada
tulang subkondral. Fungsi dari tulang rawan adalah sebagai bantalan
penutup tulang pada sendi sinovial, yang memungkinkan:3,7
- Menahan tekanan pada permukaan persendian.
- Mentransmisikan dan mendistribusikan beban yang meningkat.
- Mempertahankan kontak dengan tahanan gesek minimal.
b. Bursa
Bursa adalah kantong yang berisi cairan yang berfungsi menjaga
agar tidak terjadi gesekan secara langsung mungkin otot dengan otot,
otot dengan tulang dan otot dengan kulit. Ada beberapa bursa yang
terdapat pada sendi lutut antara lain : (1) bursa popliteus (2) bursa
suprapatellaris(3) bursa infrapatellaris (4) bursa subcutan
prapatellaris (5) bursa sub patellaris.7
5. Meniskus
Meniskus merupakan jaringan lunak, meniskus pada sendi lutut adalah
meniskus lateralis. Adapun fungsi meniskus adalah (1) penyebaran
pembebanan (2) peredam kejut (shockabsorber) (3) mempermudah
gerakan rotasi (4) mengurangi gerakan dan stabilisator setiap penekanan
akan diserap oleh meniskus dan diteruskan ke sebuah sendi.6,7
9
Gambar 5. Anatomi sendi lutut normal dan OA6
C. Epidemiologi
Osteoartritis merupakan penyebab utama disabilitas persendian dan
tercatat dalam sepuluh besar daftar penyakit dunia yang dikeluarkan oleh
World Health Organization (WHO). Faktor epidemiologis yang meningkatkan
risiko OA lutut diantaranya cedera sendi, penggunaan sendi yang berlebihan,
dan obesitas. Cedera sendi yang terjadi pada usia diatas 35 tahun lebih berisiko
untuk menimbulkan OA dibandingkan cedera pada usia remaja.7
Aktivitas fisik dengan intensitas tinggi juga dapat meningkatkan risiko
terjadinya OA lutut. Obesitas meningkatkan risiko timbulnya OA lutut
sekaligus mempercepat proses degenerasi sendi. Pada umumnya sendi yang
sering mengalami OA adalah sendi lutut. 1,7OA lutut lebih banyak terjadi pada
usia >50 tahun.8,9Prevalensi OA lutut meningkat seiring dengan bertambahnya
usia dan biasanya lebih sering mengenai wanita dibandingkan dengan pria.
Banyak negara di Asia memiliki angka penuaan yang tinggi. Diperkirakan
bahwa persentasi penduduk di Asia yang berusia >50 tahun memiliki angka
>2x lipat dalam dua dekade mendatang, dari 6,8% pada tahun 2008 menjadi
16,2% di 2040 untuk menderita OA.9 Prevalensi OA lutut berdasarkan
radiologis di Indonesia cukup tinggi, yaitu mencapai 15,5% pada pria dan
12,7% pada wanita.10
10
D. Etiologi
Sampai saat ini belum diketahui dengan pasti penyebab dari OAlutut,
tetapi ada beberapa faktor resiko yang berhubungan dengan penyakit
osteoartritis lutut.7
1. Usia
Faktor risiko yang paling utama pada penyakit OA adalah usia,
biasanya mengenai usia dewasa mudahingga lansia, tetapi sering pada usia
lebih dari 50 tahun. Prevalensi dan beratnya OA akan meningkat sesuai
dengan bertambahnya usia, namun OAbukan terjadi akibat pertambahan
usia saja, melainkan juga dapat terjadi akibat perubahan pada tulang rawan
sendi.7
2. Jenis Kelamin
Prevalensi OA lebih tinggi pada wanita dibandingkan dengan pria,
3,2% : 3%. Halinidikaitkan dengan perubahan hormon perempuan pasca
menopause.7
3. Faktor Herediter
Adanya mutasi dalam gen prokolagen atau gen-gen struktural lain
untuk unsur-unsur tulang rawan sendi seperti kolagen, proteoglikan
berperan dalam timbulnya kecenderungan familial pada OA.7
4. Obesitas
Obesitas merupakan faktor risiko OA yang dapat dimodifikasi.
Selama berjalan, setengah berat badan bertumpu pada sendi lutut oleh
karena itu peningkatan berat badan akan melipat gandakan beban sendi
lutut saat berjalan.7
5. Trauma, Pekerjaan dan Olahraga
Cedera sendi pinggul akan menimbulkan perubahan retikular pada
sendi sehingga berdampak pada kejadian penyakit OA. Selain itu
pekerjaan yang berat akan menjadi penentu beratnya OA yang dialami.7
6. Aktivitas Fisik
Aktivitas fisik yang berat/weight bearing seperti berdiri lama (2
jam atau lebih setiap hari), berjalan jarak jauh (2 jam atau lebih setiap
11
hari), mengangkat benda berat (10 kg – 50 kg selama 10 kali atau lebih
setiap minggu), mendorong objek yang berat (10 kg – 50 kg selama 10 kali
atau lebih setiap minggu), naik turun tangga setiap hari merupakan faktor
risiko terjadinya OA lutut.7
F. Diagnosis
12
Diagnosis pada OA ditegakkan dengan anamnesis, pemeriksaan fisik derts
pemeriksaan penunjang seperti foto rontgen, MRI, tes darah, serta analisis
cairan sendi 10
The American College of Rheumatology (ACR) menyusun kriteria
diagnosis OA lutut idiopatik berdasarkan pemeriksaan klinis dan radiologi
sebagai berikut:
13
sendi lutut (Gambar 7).8,11
Fleksi dan ekstensi. Internal dan eksternal rotasi tidak dapat dilakukan pada
saat ekstensi.Pada fleksi lutut 90o dengan tungkai bawah yang tergantung bebas,
lutut memperlihatkan ROM dari 10◦pada rotasi internal hingga 25◦pada rotasi
eksternal.11
14
a. Tes McMurray
Tes ini merupakan tindakan pemeriksaan untuk mengungkapkan
lesi meniskus.Pada tes ini penderita berbaring terlentang dengan satu
tanganpemeriksa memegang tumit penderita dan tangan lainnya
memegang lutut.Tungkai kemudian ditekuk pada sendi lutut.Tungkai
bawah eksorotasi/endorotasi dan secara perlahan-lahan diekstensikan.
Kalau terdengar bunyi “klek‟ atau teraba sewaktu lutut diluruskan,
maka meniskus medial atau bagian posterior-nya yang mungkin
terobek.12
15
Gambar 10.Pemeriksaan Posterior Drawer Test12
d. Lachman Test
Lachman Test dilakukan dengan meletakkan lutut pada posisi
fleksi kira-kira dalamsudut 300, dengan tungkai diputar secara eksternal.
Satu tangan dari pemeriksaan menstabilkan tungkai bawah dengan
memegang bagian akhir atau ujung distal dari tungkai atas, dan tangan
yang lain memegang bagian proksimal dari tulang tibia, kemudian
usahakan untuk digerakkan ke arah anterior.Lachman Test berfungsi
untuk mendeteksi adanya lesi ligamencruciatum anterior.12
16
Gambar 12. PemeriksaanApley Compresion Test12
17
Gambar 14.Test for Medial Stability12
Pemeriksaan Penunjang
1. Pemeriksaan Radiologis
Pemeriksaan penunjang sederhana yang sering dilakukan pada kasus
OA adalah pemeriksaan radiologis rontgen genu AP/lateral dalam posisi
berdiri. Gambaran khas pada OA lutut adalah adanya osteofit &
penyempitan celah sendi.1,13 Derajat kerusakan sendi berdasarkan
gambaran radiologis berdasarkan kriteria Kellgren &Lawrence.14
(A) (B)
18
(C) (D)
G. PENATALAKSANAAN
Osteoartritis termasuk kondisi yang tidak bisa disembuhkan. Penanganan
yang dilakukan bertujuan untuk mengurangi gejala agar penderitanya bisa tetap
beraktivitas dan menjalani kehidupan secara normal. Gejala dari kondisi ini
terkadang bisa berkurang secara perlahan seiring waktu.4,10,12
Tatalaksana pada penderita OA berupa terapi farmakologis dan non
farmakologis, terapi pembedahan, dan rehabilitasi medik, yaitu:1,4,8,11,12,15
a. Terapi farmakologis
- Obat anti inflamasi non steroid (OAINS)
- Steroid intra-artikuler
- Terapi bedah
- Osteotomi
19
- Artroplasti sendi total
b. Terapi non farmakologis
- Edukasi dan penerangan
- Terapi fisik dan rehabilitasi
- Penurunan berat badan
c. Rehabilitasi medik pada OA.Tujuan rehabilitasi medik secara umum:
- Mengurangi nyeri
- Memperbaiki range of motion (ROM)
- Memperbaiki fungsi
- Meningkatkan kualitas hidup
20
dan sendi seperti.11,12
1) Micro wave diathermy (MWD)
Merupakan terapi dengan menggunakan panjang
gelombang antara gelombang infra red dan short wave
diathermic.Panas yang diperoleh dari gelombang ini dapat
digunakan untuk mengurangi nyeri.Gelombang diathermy
diperoleh dengan memanaskan alat yang bernama magnetron.
Output ditransmisikan ke saluran kecil dan gelombang mikro
dikeluarkan dengan frekuensi 2.450 siklus/detik dengan panjang
gelombang 12,25 cm. Terapi ini cocok diterapkan pada nyeri,
infeksi bakteri, dan abses. Manfaat terapi ini adalah untuk
meningkatkan sistem pertahanan tubuh dan membantu
relaksasi.11,12
21
menahun. Manfaat terapi ini adalah untuk menghilangkan nyeri
dan mempercepat penyembukan luka.Pada kasus OA digunakan
USD (ultra sound diathermy).11,12
c. Terapi Listrik
TENS (Transcutaneus Electrical Nerve Stimulation) merupakan
modalitas yang digunakan untuk mengurangi atau menghilangkan
nyeri.TENS paling sering digunakan untuk nyeri akut dan juga dapat
digunakan untuk nyeri kronik. Penggunaan terapi listrik ini berdasarkan
teori gate control dari Melzack dan Wall, dimana serabut saraf kulit
yang berdiameter besar distimulasi oleh TENS dan mekanisme
stimulasi ini menghambat transmisi rangsang nyeri ke medula spinalis.
Teori berikutnya mengatakan bahwa TENS bekerja dengan merangsang
pengeluaran endorphin dan opiat endogen.11,12
d. Hidroterapi
Hidroterapi adalah terapi fisik dengan memanfaatkan sifat fisik
air.Dengan menggunakan terapi air membantu penyembuhan seseorang.
Manfaat air di dalam terapi latihan terlihat dari efek buoyancy air yang
akan mengurangi efek gravitasi pada bagian manapun dari tubuh
sehingga terdapat penurunan aktivitas tubuh dan latihan tidak disertai
nyeri. Air hangat akan mengurangi spasme otot sehingga terjadi
relaksasi menyeluruh dan menyebabkan peningkatan aliran darah
sehingga mengakibatkan penurunan tingkat nyeri, hidroterapi
bermanfaat untuk memberi latihan. Daya apung air akan membuat
ringan bagian atau ekstermitas yang direndam sehingga sendi lebih
mudah digerakkan. Suhu air yang hangat akan membantu mengurangi
nyeri, relaksasi otot dan memberi rasa nyaman.11,12
22
atau bobot yang sama. Ketegangan berkembang secara konstan seiring
dengan perubahan panjang otot. Ini melibatkan pemendekan otot dan
kontraksi aktif dan relaksasi otot-otot dan terjadi saat gerakan seperti
berjalan, berlari, melompat-lompat, dll. Kontraksi isometrik, panjang
otot tetap konstan sementara ketegangan mengalami perubahan yang
bervariasi.Di sini, ketegangan berkembang pada otot, tapi otot tidak
memendek untuk memindahkan objek. Pola isokinetik, yakni otot
mengalami pemendekan. Kontraksi isokinetik beban yang ditanggung
tidak sama dan kecepatan dalam menempuh jarak lintasan adalah
rata.11,12
3. Terapi Okupasi
Terapi okupasi meliputi latihan koordinasi aktivitas kehidupan sehari-
hari (AKS) untuk memberikan latihan pengembalian fungsi sehingga
pasien bisa melakukan kembali kegiatan atau pekerjaan normalnya.
4. Ortotik Prostetik
Ortotik prostetik digunakan untuk mengembalikan fungsi, mencegah
dan mengoreksi kecacatan, menyangga berat badan dan menunjang
anggota tubuh yang sakit. Pada penderita OA biasa dilakukan rencana
penggunaan knee brace atau knee support.
5. Petugas Sosial Medis
Tujuannya adalah menyelesaikan dan memecahkan masalah sosial
yang berkaitan dengan penyakit pasien, seperti masalah pasien dalam
keluarga maupun lingkungan masyarakat.
6. Psikologi
Sebuah kegiatan yang bertujuan untuk membantu pasien yang
memiliki masalah dalam hidup atau masalah dengan tingkah laku dan
proses mental.
BAB III
LAPORAN KASUS
A. IDENTITAS PENDERITA
Nama : Ny. EP
23
Nomor Rekam Medik : 00.01.24.00
Umur : 53 tahun
Tanggal lahir : 08 September 1966
Alamat : Malalayang I
Agama : Kristen Protestan
Pekerjaan : Perawat
Suku : Minahasa
No Telp. : 082145288220
Tanggal Periksa :16 Desember 2019
B. ANAMNESIS
Keluhan utama:
Nyeri pada lutut kanan
Riwayat Pengobatan:
Pasien mengonsumsi rutin micardis 80
Riwayat Keluarga:
24
Hanya pasien yang mengalami penyakit seperti ini dikeluarga.
Psikologis:
Pasien merasa cemas dengan penyakit yang dideritanya. Kecemasan
pasien semakin bertambah ketika nyeri yang dirasakan muncul saat sedang
beraktivitas. Pasien menjadi cemas apabila nanti penyakitnya menjadi
semakin memberat sehingga ia tidak bisa berjalan dan natinya pasien tidak
bisa bekerja lagi.
C. PEMERIKSAAN FISIK
Karnofsky Performance Scale : 90 (Capable of normal activity, few
symptoms or signs of disease)
Keadaan umum :Baik
Kesadaran : GCS E4M6V5 (Compos mentis)
Tanda Vital
25
Tekanan darah : 120/80 mmHg
Nadi : 70 x/menit
Respirasi : 20 x/menit
Suhu : 36,7°C
Skrining Gizi
Berat badan : 78 kg
Tinggi badan : 162 cm
IMT : 30 kg/m2 (obese)
Status Generalis
Kepala :Tidak ditemukan kelainan pada kepala dan rambut
Mata : Konjungtiva tidak anemis, sklera tidak ikterik.Pupil bulat
isokor Ø 3mm/ Ø 3mm, refleks cahaya langsung dan tidak
langsung kiri dan kanan(+)
Hidung : tidak ditemukan deviasi pada septum nasal
Mulut : tidak ditemukan kelainan
Leher : Trakea letak tengah, tidak ditemukan pembesaran KGB.
Thoraks:
Pulmo : Inspeksi: Simetris kiri dankanan, tidak terdapat jejas dan retraksi
Palpasi: Stem fremitus sama kiri dan kanan
Perkusi: Sonor seluruh lapangan paru
Auskultasi: Suara pernapasan vesikuler, rhonki (-/-),
wheezing(-/-)
Cor : Inspeksi: Ictus cordis tidak terlihat, tidak terdapat jejas
Palpasi: Ictus cordis teraba ICS V 1-2cm medial dari linea
midclavikulasinistra
Perkusi: batas-batas jantung normal
Auskultasi: BJ I-II reguler, bising(-)
Abdomen: Datar, lemas, nyeri tekan (-), hepar dan lien tidak teraba, bising
usus (+).
Ekstremitas: Akral hangat, CRT (Capillary Refill Time) < 2 detik.
26
Status Lokalis:
Regio genu dextra
Edema (-), hiperemis (-),
Look Deformitas (-), pembesaran
tulang (-)
Hangat (-), Nyeri tekan (+) regio
Feel
medial, Krepitasi (+)
Movement Gerakan terbatas karena nyeri
27
Pemeriksaan Manual Muscle Test (MMT)
Ekstremitas Inferior MMT knee
Dextra 4/5
Sinistra 4/5
Tes Provokasi:
` Dextra Sinistra
McMurray test - -
Anterior drawer test - -
Posterior drawer test - -
Lachman test - -
Apley compression test - -
Apley distraction test - -
Test for medial stability - -
Test for lateral stability - -
D. RESUME
Nyeri pada kedua lutut sejak 10 bulan yang lalu dan memberat
sejak 1 bulan terakhir. Nyeri terasa tajam seperti tertusuk-tusuk dan
bersifat hilang timbul. Nyeri memberat saat dari posisi duduk ke berdiri,
nyeri berkurang saat perubahan posisi (berjalan). Nyeri tidak menjalar atau
dirasakan hanya terlokalisir disekitar lutut. Pasien juga mengeluh kaku
pada pagi hari dirasakan 5 menit. Semua aktivitas sehari-hari masih
dapat dilakukan sendiri. BAB dan BAK tidak ada keluhan.
28
Pada pemeriksaan fisik status generalis didapatkan Karnofsky Performance
Scale = 90, tanda-tanda vital dalam batas normal, VAS dinamis: 7, VAS statis: 5
(genu dextra), IMT 30 (obese). Pada status lokalis regio genu dextra didapatkan
deformitas (+), pembesaran tulang (+),nyeri tekan (+) dan krepitasi (+), ROM
terbatas karena nyeri, MMT ekstremitas inferiorknee 4/5, dantes provokasi (-).
E. DIAGNOSIS
Diagnosis klinis : Osteoartritis genu dextra
Diagnosis etiologi : Degeneratif
Diagnosis topis : Kartilago sendi lutut
Diagnosis fungsional :
Body function : Nyeri lutut kanan
Body Structure : Kartilago sendi genu dextra
Problem:
1. Nyerilutut (VAS 6)
2. Keterbatasan ROM lutut kanan (0-75o)
3. Gangguan AKS (berdiri lama, naik turun tangga dan berjalan jauh)
4. Obesitas (IMT 30 kg/m2)
5. Penderita merasa cemas dengan penyakitnya
F. PENATALAKSANAAN
Rehabilitasi medik
1. Fisioterapi
a. Evaluasi:- Nyeri lutut (VAS 6)
- Gangguan ROM
b. Program:
- TENS Regio Genu Dextra
29
- USD pulsed Regio Genu Dextra
- Strengthening exercise M. quadriceps
2. Okupasi Terapi
a. Evaluasi: Pasien dapat melakukan aktivitas fisik sambil berdiri dengan
durasi ± 10-15 menit, jalan ± 20 meter
b. Program:
- Sepeda statis bila nyeri berkurang.
- Latihan atau edukasi melaksanakan aktivitas kehidupan sehari-hari
dengan cara duduk, hindari naik turun tangga dan jalan jauh,
berjalan di permukaan yang rata.
3. Ortotik Prostetik
a. Evaluasi:
Nyeri lutut kiri (VAS 6)
Gangguan berdiri lama, naik turun tangga dan jalan jauh
b. Program:
- Pemakaian cane sebagai alat bantu berjalan.
4. Psikolog
a. Evaluasi: Pasien merasa cemas dengan sakitnya.
b. Program: Memberi dukungan dan motivasi pada pasien agar rajin
berlatih di rumah dan kontrol secara teratur di poliklinik rehabilitasi
medik, serta memberi dukungan mental kepada pasien agar tidak
cemas dengan penyakit yang dideritanya. Pasien juga diberi dukungan
untuk dapat menjalani hari-harinya, tetap melanjutkan kegiatan rutin
dalam beraktivitas di rumah dan lebih banyak menjalin komunikasi
dengan anak-anak.
5. Petugas Sosial medik
a. Evaluasi: Biaya hidup sehari-hari cukup, biaya pengobatan ditanggung
oleh BPJS.
b. Program: Edukasi pasien untuk tidak melakukan aktifitas berat dan
mengurangi naik turun tangga. Selain itu, memberikan dukungan agar
pasien rajin melakukan terapi dan home program.
30
6. Home Program
a. Strenghtening musculus quadriceps femoris serta peregangan
musculus harmstring femorisdi rumah (ditunda sampai nyeri
berkurang)
b. Kompres dingin pada lutut bila terasa nyeri.
31
7. Edukasi
a. Menghindari aktifitas yang banyak menggerakkan sendi lutut seperti
naik tangga.
b. Menggunakan kloset duduk saat akan BAB atau BAK.
c. Melakukan penangan awal seperti kompres dingin bila lutut terasa
nyeri.
d. Mengurangi berat badan.
e. Kontrol ke Poli Rehabilitasi Medik secara rutin.
G. PROGNOSIS
Quo ad vitam : Bonam
Quo ad functionam :Dubia ad bonam
Quo ad sanationam : Dubia ad malam
32
DAFTAR PUSTAKA
33
12. Malanga GA, Andrus S, Nadler SF, McLean J. Physical Examination of the
Knee: A Review of the Original Test Description and Scientific Validity of
Common Orthopedic Tests. Arch Phys Med Rehabil 2003;84:593-601.
13. DanielLS,DeborahH.Radiographicassessmentofosteoarthritis:AmericanFamil
y Physician; 2011.64(2):279–286.
14. Jacobson JA. Radiographic evaluation of arthritis: Degenerative Joint
Diseaseand Variation. Radiology; 2008.248(3):737–747.
15. Tulaar ABM. Peran kedokteran fisik dan rehabilitasi medik pada tatalaksana
osteoarthritis. Semijurnal Farmasi dan Kedokteran Ethical Digest; 2006: 46.
34