Anda di halaman 1dari 1

ONTOLOGI PENDIDIKAN

A. PENDAHULUAN
Dalam makalah ini akan membahas tentang filsafat pendidikan, yang titik tekannya pada aspek ontologi, yang
menjadi salah satu landasan filosofis dalam memahami lebih jauh mengenai ruang lingkup pendidikan yang telah
akrab dengan umat manusia, sejak awal mula peradaban manusia sampai dengan berakhirnya peradaban
tersebut.
Terkait dengan hal di atas, maka bahasan tentang filsafat pendidikan, tidak bisa kita pisahkan dengan sejarah
filsafat. Seperti kita ketahui filsafat mempunyai andil yang sangat besar terhadap perkembangan ilmu
pengetahuan, segala ilmu pengetahuan lahir dari rahim filsafat. Bisa dikatakan bahwa filsafat adalah induk
segala ilmu pengetahuan. Pada fase awalnya filsafat hanya melahirkan dua ilmu pengetahuan, yakni ilmu alam
(Natural Philosophy) dan ilmu sosial (Moral Philosophy) maka dewasa ini terdapat lebih dari 650 cabang
keilmuan (Suriasumantri, 2005:92). Hal ini, menurut Ibnu Khaldun disebabkan oleh berkembangnya kebudayaan
dan peradaban manusia.
Sekalipun demikian, mustahil untuk memberikan definisi yang memuaskan tentang filsafat kecuali jika ditetapkan
waktu untuknya. Alasannya, tugas-tugas yang dipikul oleh para filsuf berbeda-beda tergantung dari periode
perkembangan sejarahnya. Tidak ada filsuf modern yang mau bersusah payah untuk berhadapan dengan
persoalan-persoalan sebagaimana yang harus dilakukan oleh rekan-rekannya pada zaman Yunani kuno. Jika
kita beranggapan bahwa bagian paling berharga dari kontribusi Yunani adalah ditemukannya akal budi sebagai
sebuah instrumen baru, maka kita dapat melakukan pembagian yang mudah terhadap filsafat kuno dan modern,
dengan garis batas yang akan muncul ketika instrumen itu sendiri mulai diuji dengan kritis.
Selanjutnya, secara garis besar, objek penyelidikan filsafat adalah segala yang ada dan yang mungkin ada, tidak
terbatas. Inilah yang disebut objek material filsafat. Kalau demikian, apakah yang membedakan antara objek
filsafat dan objek ilmu pengetahuan lainnya? Objek filsafat yang dimaksud adalah objek materialnya, sebab ilmu
pengetahuan pun mempunyai objek material yang sama dengan filsafat, yaitu segala yang ada dan yang
mungkin ada. Ilmu pengetahuan bebas dan tidak terikat untuk menentukan objek penelitiannya, dan sampai saat
ini, belum ada pembatasan dalam objek ilmu pengetahuan (objek material). Oleh karena itu, kalau dilihat dari
objek materialnya, baik filsafat maupun ilmu pengetahuan, memiliki objek yang sama.
Menurut Suriasumantri (2005:35), Setiap pembahasan tentang gejala atau objek sesuatu ilmu pengetahuan,
paling sedikit kita akan mempertanyakan 3 hal, pertama, apa hakikat gejala/objek itu (landasan ontologis).
Kedua, bagaimana cara mendapatkan atau penggarapan gejala/objek itu (landasan epistemologis). Ketiga, apa
manfaat gejala/objek itu (landasan aksiologis).

Anda mungkin juga menyukai