PEMICU 1
KELOMPOK DK 1 :
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS TANJUNGPURA
PONTIANAK
2020
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Pemicu
Reabsorpsi
Berkeringat Absorbsi Cairan Ginjal
Augmentasi
Ginjal Sel Cerna
Ekskresi Air Air Seni
Anat Fisio Histo
Kulit
Volume Warna Kepekatan
1.6. Hipotesis
Perubahan warna dan kuantitas urin pada Danang (21 tahun) dipengaruhi oleh aktivitas
dan asupan cairan yang diterima.
1. Ren
a. Lokasi dan deskripsi
Kedua ren berwarna coklat kemerahan dan terletak di belakang
peritoneum, pada dinding postedor abdomen di samping kanan dan kiri
columna vertebralis; dan sebagian besar tertutup oleh arcus costalis. Ren
dextra terletak sedikit lebih rendah dibandingkan ren sinistra, karena
adanya lobus hepatis dextra yang besar. Bila diaphragma berkontraksi
pada waktu respirasi, kedua ren turun dengan arah vertikal sampai
sejauh 1 inci (2,5 cm). Pada margo medialis masing-masing ren yang
cekung/ terdapat celah vertikal yang dibatasi oleh pinggir-pinggir
substansi ren yang tebal dan disebut hilus renalis. Hilus renalis meluas
ke rongga yang besar disebut sinus renalis. Hilus renalis dilalui dari
depan ke belakang oleh vena renalis, dua cabang arteria renalis, ureter,
dan cabang ketiga arteria renalis (V.A.U.A.). Pembuluh-pembuluh
limfatik dan serabut-serabut simpatik juga melalui hilus ini.
b. Selubung Ren
Ren mempunyai selubung sebagai berikut:
1) Capsula fibrosa: Meliputi ren dan melekat dengan erat pada
permukaan luar ren.
2) Capsula adiposa: Lemak ini meliputi capsula fibrosa.
3) Fascia renalis: Merupakan kondensasi dari jaringan ikat yang terletak
di luar capsula adiposa dan meliputi ren serta glandula suprarenalis.
Di lateral fascia ini melanjutkan diri sebagai fascia transversalis.
4) Corpus adiposum pararenale: Terletak di luar fascia renalis dan
sering didapatkan dalam jumlah besar. Lemak ini membentuk
sebagian iemak retroperitoneal.
c. Struktur ren
Masing-masing ren mempunyai cortex renalis di bagian 1uar, yang
berwarna coklat gelap, dan medula renalis di bagian dalam yang lebih
terang. Medula renalis terdiri atas kira-kira selusin pyramis medullae
renalis, yang masing-masing mempunyai basis menghadap ke cortex
renalis dan apex, papilla renalis yang menonjol ke media. Bagian cortex
yang menonjol ke medula di antara pyramis medullae yang berdekatan
disebut columna renalis. Bagian bergaris-garis yang membentang dari
basis pyramidis renalis menuju ke cortex disebut radii medullares.
Sinus renalis merupakan ruangan di dalam hilus renalis, berisi
pelebaran ke atas dari ureter, disebut pelvis renalis. Pelvis renalis terbagi
menjadi dua atau tiga calices renales majores, yang masing-masing akan
bercabang menjadi dua atau tiga calices renales minore . Setiap calyx
minor diinvaginasi oleh apex pyramidis renalis yang disebut papilla
renalis.
d. Perdarahan
1) Arteri
Arteria renalis berasal dari aorta setinggi vertebra lumbalis II.
Masing-masing arteria renalis biasanya bercabang menjadi lima
Arteria segmentalis yang masuk ke dalam hilus renalis, empat di
depan dan satu di belakang pelvis renalis. Arteri-arteri ini mendarahi
segmen-segmen atau area yang berbeda. Arteriae lobares berasal
dari masing-masing arteria segmentalis, masingmasing satu buah
untuk satu pyramis medullae renalis. Sebelum masuk substansia
renalis setiap arteria lobaris mencabangkan dua atau tiga arteria
interlobari. Arteriae interlobares berjalan menuju cortex di antara
pyramis medullae renalis. Pada perbatasan cortex dan medulla
renalis, arteriae interlobares mencabangkan arteriae atcuatae yang
melengkung di atas basis pyramidis medullae. Arteriae arcuatae
mencabangkan sejumlah arteriae interlobulares yang berjalan ke atas
di dalam cortex. Arteriolae aferen glomerulus merupakan cabang-
cabang arteriae interlobulares.
2) Vena
Vena renalis keluar dari hilus di depan arteria renalis dan
bermuara
ke vena cava inferior.
Gambar 4. Uretra
3. Vesica Urinaria
a) Lokasi dan deskripsi
Vesica urinaria terietak tepat dibelakang os pubis di dalam rongga
pelvis. Pada orang dewasa, kapasitas maksimum vesica urinaria sekitar
500 m1. Vesica urinaria mempunyai dinding otot yang kuat. Bentuk dan
batas-batasnya sangat bervariasi sesuai dengan jumlah urin yang
dikandungnya. Vesica urinaria yang kosong pada orang dewasa terletak
seluruhnya di dalam pelvis; waktu terisi, dinding atasnya terangkat
sampai masuk regio hypogastrica. Pada anak kecil, vesica urinaria yang
kosong menonjol di atas pintu atas panggul; kemudian bila rongga
pelvis membesar, vesica urinaria terbenam ke dalam pelvis untuk
menempati posisi seperti pada
orang dewasa.
b) Permukaan interior vesica urinaria
Tunica mucosa sebagian besar berlipat-lipat pada vesica urinaria
yang kosong dan lipatan-lipatan tersebut akan hilang bila vesica urinaria
terisi penuh. Area tunica mucosa yang meliputi permukaandalam basis
vesicae urinariae dinamakan trigonum vesicae. Di sini, funica mucosa
selalu licin, walaupun dalam keadaan kosong, karena membrana mucosa
pada trigonum ini melekat dengan erat pada lapisan otot yang ada di
bawahnya. Sudut superior trigonum ini merupakan tempat muara dari
ureter dan sudut inferiornya merupakan orificium urethrae internum.
Ureter menembus dinding vesica urinaria secara miring dan keadaan ini
yang membuat fungsinya seperti katup, yang mencegah aliran balik urin
ke ren pada waktu vesica urinaria terisi. Trigonum vesicae di atas
dibatasi oleh rigi muscular yang berjalan dari muara ureter yang satu ke
muara ureter yang lain dan disebut sebagai plica interureterica. Uvula
vesicae merupakan tonjolan kecil yang terletak tepat di belakang
orificum urethrae yang disebabkan oleh lobus medius prostatae yang
ada di bawahnya.
Gambar 5. Vesica Urinaria
4. Uretra
Urethra merupakan tabung kecil dari collum vesicae ke luar. Muara urethra
pada permukaan luar disebut ostium urethrae.
a) Urethra Masculina
Panjang urethra masculina kurang lebih 8 inci (20 cm) dan
terbentang dari collum vesicae ke meatus externus di glans penis.
Urethra terbagi atas tiga bagian: pars prostatica, pars membranacea, dan
pars spongiosa. Urethra pars prostatica panjangnya kurang lebih 7,25
inci (3 cm) dan mulai dari collum vesicae. Urethra pars prostatica
berjalan melalui prostat dari basis sampai ke apex.
Urethra pars prostatica merupakan bagian yang paling lebar dan
berdiameter paling lebar dari seluruh urethra. Pada dinding poaterior
terdapat peninggian longitudinal yang disebut crista urethralis. Pada
setiap sisi crista urethralis terdapat alur yang disebut sinus prostaticus,
glandulae prostatae bermuara pada sinus ini. Pada puncak crista pubica
terdapat cekungan, disebut utriculus prostaticus. Pada pinggir utriculus
terdapat muara kedua ductus ejaculatorius.
Urethra pars membranacea panjangnya kurang lebih 0,5 inci (1,25
cm), terletak di dalam diaphragma urogenitale, dikelilingi oleh musculus
sphincter urethrae. Bagian ini merupakan bagian urethra yang paling
pendek dan paling kurang dapat dilebarkan.
Urethra pars spongiosa panjangnya kurang lebih 6 nci (15,75 cm)
dan dikelilingi jaringan erektil di dalam bulbus dan corpus spongiosum
penis. Meatus urethrae externus merupakan bagian yang tersempit dari
seluruh urethra. Bagian urethra yang terletak di dalam glans penis
melebar membentuk fossa terminalis (fossa navicularis). Glandula
bulbourethralis bermuara ke daiam urethra pars spongiosa distalis dari
diaphragma urogenital.
Gambar 6. Uretra Masculina
b) Uretra Feminina
Urethra feminina panjangnya sekitar 1,5 inci (3,8 cm). Urethra
terbentang dari collum vesicae urinariae sampai meafus urethrae
externus, yangbermuara ke dalam vestibulum sekitar 1 inci (2,5 cm)
distal dari clitoris. Urethra menembus musculus sphincter urethrae dan
terletak tepai dr depan vagina. Di samping meatus urethrae externus
terdapat muara kecil dari ductus glandula paraurethralis. Urethra dapat
dilebarkan dengan mudah.
2.1.2. Histologi
Sistem urinaria merupakan sistem yang penting untuk membuang sisa-
sisa metabolisme makanan yang dihasilkan oleh tubuh terutama senyawa-
senyawa nitrogen seperti urea dan kreatinin, bahan asing dan produk sisa
metabolisme. Sampah metabolisme ini dikeluarkan (disekresikan) oleh ginjal
dalam bentuk urin. Urin kemudian akan turun melewati ureter menuju kandung
kemih untuk disimpan sementara dan akhirnya secara periodik akan
dikeluarkan melalui uretra. Sistem urinaria manusia terdiri dari dua ginjal, dua
ureter, vesika urinaria (urinary bladder/ kandung kemih), dan uretra.
1. Ginjal
Ginjal berbentuk seperti kacang merah dengan panjang 10-12 cm
dan tebal 3,5-5 cm, terletak retroperitoneal di sebelah atas rongga abdomen.
Ginjal kanan terletak lebih ke bawah dibandingkan ginjal kiri. Secara
histologi ginjal terbungkus dalam kapsul jaringan lemak dan jaringan ikat
kolagen. Organ ini terdiri atas bagian korteks dan medula yang satu sama
lain tidak dibatasi oleh jaringan pembatas khusus, ada bagian medula yang
masuk ke korteks (prosesus Ferreini) dan ada bagian korteks yang masuk ke
medula (kolumna renalis Bertini). Bangunan-bangunan yang terdapat pada
korteks dan medula ginjal yaitu Korteks ginjal terdiri atas beberapa
bangunan, yait Korpus Malphigi (Korpus renalis) terdiri atas kapsula
Bowman dan glomerulus dan bagian sistim tubulus yaitu tubulus kontortus
proksimalis dan tubulus kontortus distal.
Medula ginjal terdiri atas beberapa bangunan yang merupakan
bagian sistem tubulus, yaitu pars ascendens dan descendens ansa Henle,
bagian tipis ansa Henle, duktus koligens, dan duktus papilaris Bellini.
2. Tubulus Uriniferus
Tubulus uriniferus merupakan unit fungsional terkecil dalam ginjal.
Tubulus uriniferus terdiri dari nefron dan tubulus koligens. Nefron terdiri dari
dua bangunan, korpus renalis dengan tubulus renalis. Korpus renalis terdiri
atas 2 macam bangunan yaitu kapsul Bowman dan glomerulus.2 Kapsul
Bowman merupakan pelebaran ujung proksimal saluran keluar ginjal (nefron)
yang dibatasi epitel. Bagian ini diinvaginasi oleh glomerulus. Dinding sebelah
luar disebut lapis parietal (pars parietal) sedangkan dinding dalam disebut
lapis viseral (pars viseralis) yang melekat erat pada glomerulus. Ruang
diantara ke dua lapisan ini sebut ruang Bowman yang berisi cairan
ultrafiltrasi. Dari ruang ini cairan ultrafiltrasi akan masuk ke dalam tubulus
kontortus proksimal.
Glomerulus merupakan bangunan yang berbentuk khas, bundar
dengan warna yang lebih tua daripada sekitarnya karena sel-selnya tersusun
lebih padat. Glomerulus merupakan pembuluh kapiler. Glomerulus ini akan
diliputi oleh epitel pars viseralis kapsul Bowman. Di sebelah luar terdapat
ruang Bowman yang akan menampung cairan ultra filtrasi dan
meneruskannya ke tubulus kontortus proksimal.
Kapsul Bowman lapis parietal pada satu kutub bertautan dengan
tubulus kontortus proksimal yang membentuk kutub tubular (urinary pole),
sedangkan pada kutub yang berlawanan bertautan dengan arteriol yang masuk
dan keluar dari glomerulus terdapat kutub yang disebut kutub vaskular.
Arteriol glomerular aferent masuk kemudian bercabang-cabang lagi menjadi
sejumlah kapiler yang bergulung-gulung. Pembuluh kapiler ini diliputi oleh
sel-sel khusus yang disebut sel podosit. Sel podosit ini dapat dilihat dengan
mikroskop elektron. Kapiler-kapiler ini kemudian bergabung lagi membentuk
arteriol yang selanjutnya keluar dari glomerulus dan menjadi arteriol
glomerular eferen.4
3. Aparatus Juksta-Glomerular
Sel-sel otot polos dinding arteriol aferent di dekat glomerulus berubah
sifatnya menjadi sel epiteloid. Sel-sel ini tampak terang dan di dalam
sitoplasmanya terdapat granula yang mengandung enzim renin, suatu enzim
yang diperlukan dalam mengontrol tekanan darah. Sel-sel ini dikenal sebagai
sel juksta glomerular.
Sel-sel juksta glomerular di sisi luar akan berhimpitan dengan sel-sel
makula densa, yang merupakan epitel dinding tubulus kontortus distal yang
berjalan berhimpitan dengan kutub vaskular. Pada bagian ini sel dinding
tubulus tersusun lebih padat daripada bagian lain. Sel-sel makula densa ini
sensitif terhadap perubahan konsentrasi ion natrium dalam cairan di tubulus
kontortus distal. Menurunnya konsentrasi ion natrium dalam cairan tubulus
kontortus distal akan merangsang sel-sel makula densa (berfungsi sebagai
osmoreseptor) untuk memberikan sinyal kepada sel-sel juksta glomerulus
agar mengeluarkan renin. Sel makula densa dan juksta glomerular bersama-
sama membentuk aparatus juksta-glomerular.
Di antara aparatus juksta glomerular dan arteriol eferen glomerulus
terdapat sekelompok sel kecil-kecil yang terang disebut sel mesangial
ekstraglomerular atau sel polkisen (bantalan) atau sel lacis. Fungsi sel-sel
ini masih belum jelas, tetapi diduga sel-sel ini berperan dalam mekanisma
umpan balik tubuloglomerular. Perubahan konsentrasi ion natrium pada
makula densa akan memberi sinyal yang secara langsung mengontrol aliran
darah glomerular. Sel-sel mesangial ekstraglomerular diduga berperan dalam
penerusan sinyal di makula densa ke sel-sel juksta glomerular. Selain itu sel-
sel ini menghasilkan hormon eritropoetin, yaitu suatu hormon yang akan
merangsang sintesa sel-sel darah merah (eritrosit) di sumsum tulang.
4. Tubulus Ginjal
a. Tubulus Kontortus Proksimal
Tubulus kontortus proksimal berjalan berkelok-kelok dan berakhir
sebagai saluran yang lurus di medula ginjal (pars desendens Ansa Henle).
Dindingnya disusun oleh selapis sel kuboid dengan batas-batas yang sukar
dilihat. Inti sel bulat, bundar, biru dan biasanya terletak agak berjauhan
satu sama lain. Sitoplasmanya bewarna kemerahan. Permukaan sel yang
menghadap ke lumen mempunyai mikrovili (brush border). Tubulus ini
terletak di korteks ginjal.
Fungsi tubulus kontortus proksimal adalah mengurangi isi filtrat
glomerulus 80-85 persen dengan cara reabsorpsi via transport dan pompa
natrium. Glukosa, asam amino dan protein seperti bikarbonat, akan
direabsorpsi.
b. Ansa Henle
Ansa henle terbagi atas 3 bagian yaitu bagian tebal turun (pars
desendens), bagian tipis (segmen tipis) dan bagian tebal naik (pars
asendens). Segmen tebal turun mempunyai gambaran mirip dengan
tubulus kontortus proksimal, sedangkan segmen tebal naik mempunyai
gambaran mirip tubulus kontortus distal. Segmen tipis ansa henle
mempunyai tampilan mirip pembuluh kapiler darah, tetapi epitelnya
sekalipun hanya terdiri atas selapis sel gepeng, sedikit lebih tebal sehingga
sitoplasmanya lebih jelas terlihat. Selain itu lumennya tampak kosong.
Ansa henle terletak di medula ginjal..
c. Tubulus kontortus distal
Tubulus kontortus distal berjalan berkelok-kelok. Dindingnya
disusun oleh selapis sel kuboid dengan batas antar sel yang lebih jelas
dibandingkan tubulus kontortus proksimal. Inti sel bundar dan bewarna
biru. Jarak antar inti sel berdekatan. Sitoplasma sel bewarna kebiruan dan
permukaan sel yang mengahadap lumen tidak mempunyai mikrovili.
d. Tubulus koligen
Saluran ini mempunyai gambaran mirip tubulus kontortus distal
tetapi dinding sel epitelnya jauh lebih jelas, selnya lebih tinggi dan lebih
pucat. Di bagian medula yang lebih ke tengah beberapa tubulus koligen
akan bersatu membentuk duktus yang lebih besar yang bermuara ke apeks
papila. Saluran ini disebut duktus papilaris (Bellini). Muara ke permukaan
papil sangat besar, banyak dan rapat sehingga papil tampak seperti sebuah
tapisan (area kribrosa). Fungsi tubulus koligen adalah menyalurkan kemih
dari nefron ke pelvis ureter dengan sedikit absorpsi air yang dipengaruhi
oleh hormon antidiuretik (ADH).
5. Ureter
Secara histologi, ureter terdiri atas lapisan mukosa, muskularis dan
adventisia. Lapisan mukosa terdiri atas epitel transisional yang disokong oleh
lamina propria. Epitel transisional ini terdiri atas 4-5 lapis sel. Sel permukaan
bervariasi dalam hal bentuk mulai dari kuboid sampai gepeng. Sel-sel
permukaan ini mempunyai batas cekung pada lumen dan dapat berinti dua.
Sel-sel permukaan ini dikenal sebagai sel payung. Lamina propria terdiri atas
jaringan fibrosa yang relatif padat dengan banyak serat elastin
Lapisan muskularisnya terdiri atas atas serat otot polos longitudinal
disebelah dalam dan sirkular di sebelah luar (berlawan dengan susunan otot
polos di saluran cerna). Lapisan adventisia atau serosa terdiri atas lapisan
jaringan ikat fibroelsatin. Fungsi ureter adalah meneruskan urin yang
diproduksi oleh ginjal ke dalam kandung kemih.
6. Vesika Urinaria
Vesika urinaria terdiri atas lapisan mukosa, muskularis dan
serosa/adventisia. Mukosanya dilapisi oleh epitel transisional yang lebih tebal
dibandingkan ureter (terdiri atas 6-8 lapis sel) dengan jaringan ikat longgar
yang membentuk lamina propria dibawahnya. Tunika muskularisnya terdiri
atas berkas-berkas serat otot polos yang tersusun berlapis-lapis yang arahnya
tampak tak membentuk aturan tertentu. Diantara berkas-berkas ini terdapat
jaringan ikat longgar. Tunika adventisianya terdiri atas jaringan fibroelastik.
Fungsi kandung kemih adalah menampung urin yang akan dikeluarkan
kedunia luar melalui uretra.
7. Uretra
Panjang uretra pria antara 15-20 cm dan terbagi atas 3 bagian yaitu:
a. Pars Prostatika, yaitu bagian uretra mulai dari muara uretra pada kandung
kemih hingga bagian yang menembus kelenjar prostat. Pada bagian ini
bermuara 2 saluran yaitu duktus ejakulatorius dan saluran keluar kelenjar
prostat.
b. Pars membranasea yaitu bagian yang berjalan dari puncak prostat di
antara otot rangka pelvis menembus membran perineal dan berakhir pada
bulbus korpus kavernosus uretra.
c. Pars kavernosa atau spongiosa yaitu bagian uretra yang menembus korpus
kavernosum dan bermuara pada glands penis.
Epitel uretra bervariasi dari transisional di uretra pars prostatika, lalu
pada bagian lain berubah menjadi epitel berlapis atau bertingkat silindris dan
akhirnya epitel gepeng berlapis tanpa keratin pada ujung uretra pars
kavernosa yang melebar yaitu di fosa navikularis. Terdapat sedikit sel goblet
penghasil mukus. Di bawah epitel terdapat lamina propria terdiri atas jaringan
ikat fibro-elastis longgar.
Pada wanita uretra jauh lebih pendek karena hanya 4 cm panjangnya.
Epitelnya bervariasi dari transisional di dekat muara kandung kemih, lalu
berlapis silindris atau bertingkat hingga berlapis gepeng di bagian ujungnya.
Muskularisnya terdiri atas 2 lapisan otot polos tersusun serupa dengan
ureter.3,4,5,6
2.1.3. Fisiologi
Ginjal melakukan beberapa fungsi spesifik yang sebagian besar
bertujuan untuk membantu mempertahankan stabilitas lingkungan cairan
internal yaitu :7
1. Mempertahankan keseimbangan air (H2O) di tubuh.
2. Mempertahankan osmolaritas cairan tubuh yang sesuai, terutama melalui
regulasi keseimbangan H2O. Hal ini untuk mencegah fluks osmotik masuk
atau keluar sel yang dapat menyebabkan sel menjadi membesar atau
mengecil.
3. Mengatur jumlah dan konsentrasi sebagian besar ion cairan ekstraselular
(CES) seperti : Na+, Cl-, K+, Ca2+, H+, HCO3-, PO43-, SO42-, dan Mg2+.
4. Mempertahankan volume plasma yang tepat melalui peran regulatorik ginjal
dalam keseimbangan gara, (NaCl) dan H2O.
5. Membantu mempertahankan keseimbangan asam basa tubuh dengan
menyesuaikan pengeluaran H+ dan HCO3- pada urinee,
6. Mengekskresikan produk sisa metabolisme tubuh seperti : urea (dari
protein), asam urat (dari asam nukleat), kreatinin (dari kreatin otot),
bilirubin (dari hemoglobin), dan hormon metabolit yang bersifat toksik.
7. Mengekskresikan senyawa asing seperti : obat, aditif makanan, pestisida,
dan bahan eksogen non nutritif yang masuk ke tubuh.
8. Menghasilkan hormon eritropoietin untuk merangsang produksi eritrosit.
9. Menghasilkan hormon renin untuk memicu reaksi berantai dalam
konservasi garam oleh ginjal.
10. Mengubah vitamin D mnejadi bentuk aktifnya.
B. Reabsorpsi Tubulus
C. Sekresi Tubulus
D. Ekskresi Urine
2.1.4. Biokimia
Ginjal mengontrol tekanan darah melalui pengaturan volume cairan
ekstraseluler dan sekresi renin. Sistem renin-angiotensin aldosteron (RAAS)
merupakan sistem endokrin penting dalam pengontrolan tekanan darah. Renin
disekresi oleh juxtaglomerulus aparantus ginjal sebagai respon glomerulus
underperfusion, penurunan asupan garam, ataupun respon dari sistem saraf
simpatik. Mekanisme terjadi peningkatan darah melebihi normal atau hipertensi
melalui terbentuknya angiotensin II dari angiotensin I oleh angiotensin
converting enzyme (ACE). ACE memegang peranan fisiologis penting dalam
pengaturan tekanan darah. Darah mengandung angiotensinogen yang
diproduksi hati, kemudian oleh hormone renin yang diproduksi ginjal akan
diubah menjadi angiotensin I. Angiotensin I diubah menjadi angiotensin II oleh
ACE yang terdapat di paru-paru. Angiotensin II merupakan suatu
vasokonstriktor kuat yang utama menyebabkan vasokontriksi arteri
menyebabkan peningkatan resistensi pada aliran darah dan peningkatan tekanan
darah.
Angiotensin II bersikulasi menuju kelenjar adrenal dan menyebabkan
sel korteks adrenal membentuk hormone lain yaitu aldosteron. Aldosteron
merupakan hormone steroid yang berperan penting pada ginjal untuk mengatur
volume cairan ekstraseluler. Aldosteron mengurangi ekskresi NaCl dengan cara
reabsorpsi dari tubulus ginjal. Naiknya konsentrasi NaCl akan diencerkan
kembali dengan cara meningkatkan volume cairan ekstraseluler yang pada
akhirnya meningkatkan volume dan tekanan darah.10
b. Glukosa
c. Sodium (Na)
d. Protein
b. Faktor Internal
1. Hormon
a. Norepinefrin, Epinefrin, dan Endotelin
Norepinfrin dan epinefrin yang dilepaskan dari medulla adrenal
dapat mengakibatkan kontriksi arteriol aferen dan eferen sehingga
menyebabkan penurunan LFG. Namun, pada kondisi normal
norepinefrin dan epinefrin hanya memberi sedikit pengaruh pada
hemodinamika ginjal dalam pembentukan urin. Endotelin yaitu peptide
yang dapat dilepaskan sel endotel vaskular ginjal dapat memengaruhi
proses produksi urin dengan menurunkan LFG dan memicu peningkatan
tekanan darah.11
b. Angiotensin II
Peningkatan kadar angiotensin II terjadi terutama pada diet rendah
sodium atau kehilangan volume, berfungsi mempertahankan LFG dan
eksresi produk sisa metabolic (ureum & kreatinin) yang normal, dimana
eksresi tersebut bergantung kepada glomerulus. Angiotensin II juga
dapat memicu konstriksi arteriol eferen yang menyebabkan kenaikan
reabsorpsi sodium dan air dalam tubulus, sehingga memulihkan volume
darah dan tekanan darah. Peran utama dari angiotensin II adalah
membantu autoregulasi LFG.7
c. Endothelial-Derived Nitric Oxide
Oksida nitrat dalam kadar basal penting dalam mempertahankan
vasodilatasi ginjal, sehingga memungkinkan ginjal untuk
mengeksresikan sodium dan air dalam jumlah yang normal. Pemberian
obat yang menghambat pembentukan oksida nitrat ini akan
meningkatkan tahanan vaskular ginjal dan menurunkan LFG serta
eksresi sodium urin, sehingga menimbulkan tekanan darah tinggi.11
d. Prostaglandin dan Bradikinin
Hormon yang berperan dalam vasodilatasi serta meningkatkan aliran
darah ginjal dan LFG, dengan mengurangi efek vasokonstriktor ginjal
akibat aktivasi saraf simpatis atau angiotensin II. Prostaglandin
mencegah penurunan LFG dan aliran darah ginjal yang berlebihan.
Dalam kondisi stress, pemberian OAINS (aspirin) menghambat sintesis
prostaglandin sehingga dapat menyebabkan penurunan LFG.11
e. Vasopresin (ADH)
Hormon antidiuretic (anti = melawan, diuretic = peningkatan
pengeluaran urin) dapat meningkatkan permeabilitas dari tubulus distal
serta ductus koligentes terhadap H2O. Hipotalamus meregulasi
pelepasan vasopressin dari hipofisis posterior ke dalam darah.
Menggunakan mekanisme umpan balik negative, sekresi vasopresin
distimulasi oleh defisiensi H2O ketika CES terlalu pekat (hipertonik),
keadaan dimana H2O harus dipertahankan dalam tubuh, dan ketika CES
terlalu encer sehingga kelebihan H2O harus dihambat. Di bawah
pengaruh vasopressin kadar maksimal, cairan tubulus dapat dipekatkan
hingga 1200 mOsm/l di akhir duktus koligentes. Reabsorpsi ekstensif
H2O oleh vasopresin, menyebabkan eksresi urin dengan volume sedikit
dan memiliki konsentrasi mencapai 1200 mOsm/l. Setiap menit
dihasilkan urin bervolume hanya 0,3 ml kurang dari sepertiga kecepatan
aliran urin normal yang besarnya 1 ml/mnt.
Karena konsentrasi maksimal urin adalah 1200 mOsm/l, volume
minimal urin yang diperlukan untuk mengekskresikan zat-zat sisa ialah
500 mL/hari. Di bawah pengaruh maksimal vasopresin, 99,7% dari 180
liter H2O plasma yang terfiltrasi per hari dikembalikan ke darah, dengan
pengeluaran wajib H20 sebanyak setengah liter.7
f. Sistem Renin Angiotensin-Aldosteron (SRAA)
Sistem hormone yang ikut berperan dalam regulasi Na+ terutama
untuk meningkatkan reabsorpsi Na+ oleh tubulus distal dan koligentes
(dengan clorida yang secara pasif mengikuti perpindahan aktif Na +).
Manfaat dari retensi garam ialah retensi ini akan mendorong retensi H2O
secara osmosis, guna membantu pemulihan volume plasma. Kerja dari
hormone ini ialah dengan mendorong penyisipan kanal Na+ tambahan ke
dalam membrane luminal dan penambahan pompa Na+-K+ke dalam
membrane basolateral. Hasilnya akan meningkatkan perpindahan pasif
Na ke dalam tubulus dan koligentes dari lumen serta peningkatan
reabsorpsi Na dengan menghilangan faktor pemicu pelepasan awal
renin, seperti deplesi garam, penurunan volume plasma, dsb guna untuk
menjaga keseimbangan cairan tubuh.7
Urin normal yang baru dikeluarkan tampak jernih sampai sedikit berkabut dan
berwarna kuning oleh pigmen urobilin. Intensitas warna sesuai dengan konsentrasi
urin. Urin encer hampir tidak berwarna, urin pekat berwarna kuning tua atau sawo
matang.15
Warna urin dapat dipengaruhi oleh bahan makanan atau bahan minuman yang
dikonsumsi oleh manusia sehingga dalam warna urin yang seharusnya berwarna jernih
atau kekuningan dapat berubah warna. Bahan makanan yang dapat mempengaruhi
warna tersebut: (1) makanan yang mempunyai kandungan vitamin B dan karoten sering
menyebabkan urin seseorang menjadi kuning cerah. Makanan ini berasal dari biji-
bijian, selain makanan suplement vitamin juga dapat mempengaruhi; (2) warna
kecoklatan dapat dipengaruhi dari minuman teh; (3) Warna oranye dapat dipengaruhi
zat makanan dari wortel dan labu dan dari suplement vitamin C dan B kompleks; dan
(4) warna merah dapat dipengaruhi dari makanan boysen beriies, dan sereal 6 buatan,
dan minuman yang mempunyai zat pewarna merah seperti sirup dan minuman sachet. 16
Warna urin juga dapat digunakan untuk menilai adanya kondisi patologis pada tubuh.
Warna urin dan indikasinya ditampilkan pada table berikut.15
Warna kuning muda pada urin berasal dari zat bilirubin dan biliverdin.
Metabolisme bilirubin dimulai oleh penghancuran eritrosit setelah usia 120 hari oleh
sistem retikuloendotel menjadi heme dan globin. Globin akan mengalami degradasi
menjadi asam amino dan digunakan sebagai pembentukan protein lain. Heme akan
mengalami oksidasi dengan melepaskan karbonmonoksida dan besi menjadi biliverdin.
Biliverdin reduktase akan mereduksi biliverdin menjadi bilirubin tidak terkonjugasi
(bilirubin indirek). Bilirubin tidak terkonjugasi yang dilepaskan ke dalam plasma
berikatan dengan albumin, kemudian berdifusi ke dalam sel hati. Bilirubin tidak
terkonjugasi dalam sel hati akan dikonjugasi oleh asam glukuromat membentuk
bilirubin terkonjugasi (bilirubin direk), kemudian dilepaskan ke saluran empedu dan
saluran cerna. Bilirubin terkonjugasi di dalam saluran cerna dihidrolisis oleh bakteri
usus β- glucuronidase, sebagian menjadi urobilinogen yang keluar dalam tinja
(sterkobilin) atau diserap kembali oleh darah kemudian dibawa ke dalam hati (siklus
enterohepatik).
a. Makroskopik19
1. Berwarna kuning
2. Jernih sedikit berkabut
3. Bau tidak menyengat
4. Volume urine berkisar 1,5 L/hari
5. Ada/tidaknya buih dianggap normal
b. Mikroskopis20
1. Memiliki komposisi utama berupa air dengan persentase 90%
2. Memiliki pH berkisar 6,0 hingga 8,0
3. Memiliki berat jenis 1.005-1.035
4. Tiak mengandung glukosa
5. Tidak mengandung keton
6. Tidak ada darah
7. Tidak mengandung nitrit
8. Urobilinogen 0,1 – 1 µ/dL
9. Kadar protein normal 0,03 – 0,15 mg/ hari
2.6. Fisiologi Proses Menahan Buang Air Kecil
Miksi atau berkemih, yaitu proses pengosongan kandung kemih, melalui dua
mekanisme yaitu reflex berkemih dan control volunteer. Refleks berkemih ini dimulai
saat reseptor regang pada dinding kandung mulai terangsang. Serat-serat aferen dari
reseptor regang membawa impuls ke korda spinalis melalui antarneuron, merangsang
saraf parasimpatetis untuk kandung kemih dan menghambat neuron motoric ke sfingter
eksternum. Stimulasi dari saraf parasimpatetis kandung kemih menyebabkan sfungter
uretra eksternum ini berkontraksi. Secara bersamaan, perubahan bentuk kandung kemih
selama kontraksi akan membuka sfingter internum, sfingter eksternum akan melemas
karena neuron-neuron motoriknya terhambat. Kemudian kedua sfingter ini terbuka dan
urin terdorong melalui uretra oleh gaya akibat kontraksi kandung kemih ini. Refleks
berkemih seluruhnya adalah reflex spinal.
Mekanisme dari menahan BAK ini sendiri diperankan oleh sfingter uretra
eksternum dan diafragma pelvis ketika neuron-neuron motorik yang mensarafinya
dihambat sehingga otot-otot ini akan terus berkontraksi secara tonik untuk mencegah
keluarnya urin dari uretra. Dalam keaadaan normal, ketika kandung kemih melemas dan
terisi, baik sfingter internum maupun eksternum menutup untuk menjaga agar urine
tidak menetes. Sfingter uretra eksternum dan diafragma pelvis ini bekerja secara
volunteer (secara sadar) dikarenakan otot penyusunnya merupakan otot rangka dan
berperan dalam menahan pengeluaran urin. Orang dapat dengan sengaja
mengontraksikan keduanya untuk mencegah pengeluaran urin meskipun kandung
kemih berkontraksi dan sfingter uretra internum terbuka.7
Gambar 16. Kontrol reflex dan volunteer berkemih
a. Mempertahankan keseimbangan asupan dan keluaran (intake & output) air Untuk
mempertahankan volume cairan tubuh kurang lebih tetap, maka harus ada
keseimbangan antara air yang ke luar dan yang masuk ke dalam tubuh. Hal ini
terjadi karena adanya pertukaran cairan antar kompartmen dan antara tubuh
dengan lingkungan luarnya.
b. Memperhatikan keseimbangan garam Seperti halnya keseimbangan air,
keseimbangan garam juga perlu dipertahankan sehingga asupan garam sama
dengan keluarannya. Permasalahannya adalah seseorang hampir tidak pernah
memperhatikan jumlah garam yang ia konsumsi sehingga sesuai dengan
kebutuhannya. Tetapi, seseorang mengkonsumsi garam sesuai dengan seleranya
dan cenderung lebih dari kebutuhan.Kelebihan garam yang dikonsumsi harus
diekskresikan dalam urin untuk mempertahankan keseimbangan garam.
1. Perubahan eksitabilitas saraf dan otot; pada asidosis terjadi depresi susunan
saraf pusat, sebalikny pada alkalosis terjadi hipereksitabilitas.
2. Mempengaruhi enzim-enzim dalam tubuh.
3. Mempengaruhi konsentrasi ion K
Bila terjadi perubahan konsentrasi ion H maka tubuh berusaha
mempertahankan ion H seperti nilai semula dengan cara:
Air merupakan komponen yang paling besar di dalam tubuh manusia, pada
keadaan sehat jumlahnya 60% dari berat badan. Perubahan cairan tubuh sangat
berhubungan dengan metabolisme kalori. Semakin tinggi aktivitas tubuh maka semakin
tinggi peningkatan aliran darah untuk mensuplai zat makanan dan oksigen ke jaringan
otot, sehingga jantung berkontraksi lebih cepat dan kuat yang berakibat pula pada
peningkatan panas dalam tubuh. Peningkatan panas dalam tubuh akan mengakibatkan air
yang berada pada sirkulasi darah akan menyerap panas dan mengeluarkan melalui kulit
yang disebut evaporasi keringat. Keringat 3 yang keluar ketika beraktivitas juga akan
membawa sejumlah elektrolit seperti natrium, kalium.23
Pada saat berolahraga atau melakukan aktivitas fisik/ latihan fisik seperti lari/
jogging, treadmill, renang, senam, sepakbola, futsal, dan lain-lain, akan mengakibatkan
terjadinya peningkatan kebutuhan elektrolit. Karena pada saat berolahraga elektrolit akan
semakin banyak keluar bersamaan dengan keringat yang keluar saat berolahraga.
Kehilangan keringat yang cukup banyak dapat mengurangi kinerja seseorang secara
bermakna, dan dapat menyebabkan dehidrasi, kram otot, juga mual. Kalium, natrium,
klorida merupakan tiga mineral utama yang terdapat dalam komposisi air keringat.24
a. Kendali Osmolar
Mekanisme kendali ini dominan dan efektif dalam mengatur volume cairan
ekstraseluler. Terjadi melalui:
1. Sistem osmoreseptor hipothalamus-hipofisis-ADH
Osmoreseptor terletak pada hipotalamus anterior bagian dari nukleus
supra optik. Terdiri dari vesikel yang dipengaruhi osmolaritas cairan
ekstraseluler. Bila osmolaritas cairan meningkat, vesikel akan mengeriput.
Sebaliknya bila osmolaritas cairan menurun, vesikel akan mengembang
sehingga impuls yang dilepas dari reseptor akan berkurang. Impuls ini
nantinya merangsang hipofisis posterior melepaskan ADH. Jadi semakin
rendah osmolaritas suatu cairan ekstraseluler, semakin sedikit ADH yang
dilepaskan. ADH berperan untuk menghemat air dengan meningkatan
reabsorbsi30,33.
2. Sistem Renin-Angiotensin-Aldosteron
Mekanisme pengaturannya melalui pengaturan ekskresi Na pada urin
melalui interaksi antara aktivitas ginjal dengan hormon korteks adrenal. Lebih
dari 95% Na direabsorbsi kembali oleh tubulus ginjal. Korteks adrenal
merupakan faktor utama yang menjaga volume cairan ekstraseluler melalui
hormon Aldosteron terhadap retensi Na.
Pelepasan renin dipengaruhi oleh baroreseptor ginjal. Konsep Makula
lutea, yang tergantung pada perubahan Na di tubulus distalis. Bila Na
menurun, volume tubulus menurun, sehingga mengurangi kontak makula
dengan sel arteriol. Akibatnya terjadi pelepasan renin. Renin akan membentuk
Angiotensin I di hati yang kemudian oleh converting enzim dari paru diubah
menjadi Angiotensin II sebagai vasokonstriktor dan merangsang kelenjar
supra renal menghasilkan aldosteron. Peranan Angiotensin II adalah untuk
mempertahankan tekanan darah bila terjadi penurunan volume sirkulasi dan
Aldosteron akan meningkatkan reabsorbsi Na yang menyebabkan retensi
air30,32,33.
BAB III
KESIMPULAN
Perubahan warna dan kuantitas urin pada Danang (21 tahun) dipengaruhi oleh padatnya
aktivitas dan minimnya asupan cairan yang diterima.
DAFTAR PUSTAKA
32. Mangku G, Senapathi TGA. Keseimbangan Cairan dan Elektrolit. Dalam Buku Ajar
Ilmu Anestesia dan Reanimasi. Jakarta: Indeks; 2010.
33. Miller RD. Miller’s Anesthesia. 8th Edition. Philadelphia, PA: Elsevier Saunders;
2015.