Oleh :
Ni Putu Candra Dewi
Program Profesi Ners
P07120319092
Mengeluarkan isinya
Reabsorbsi di dalam
usus terganggu
Meningkatnya
sekresi cairan dan Tubuh bereaksi Mual
elektrolit terhadap invasi
mikroorganisme Anoreksi
Dehidrasi
Meningkatnya Defisit nutrisi
- Risiko Hipovolemia suhu tubuh
- Risiko
ketidakseimbangan Hipertermia
cairan
5. Pemeriksaan Diagnostik
1. Pemeriksaan darah tepi lengkap
2. Pemeriksaan urine lengkap
3. Pemeriksaan tinja lengkap dan biakan tinja dari colok dubur
4. Pemeriksaan biakan empedu bila demam tinggi dan dicurigai infeksi sistemik
5. Pemeriksaan sediaan darah malaria serta serologi Helicobacter Jejuni sangat
dianjurkan
6. Duodenal intubation untuk mengetahui kuman penyebab secara kuantitatif
dan kualitatif tentang pada diare kronik.
7. Pemeriksaan darah 5 darah perifer lengkap, analisis gas darah (GDA) &
elektrolit (Na, K, Ca, dan P serum yang diare disertai kejang)
8. Pemeriksaan tinja
- makroskopik dan mikroskopik
- pH, dan kadar gula dalam tinja dengan kertas lakmus dan tablet clinitest, bila
diduga terdapat intoleransi laktosa
- bila pedu dilakukan pemeriksaan biakan dan uji resistensi (culture dan
sensitivity test)
9. Pemeriksaan analisa gas darah
10. Pemeriksaan kadar ureum dan kreatinin untuk mengetahui faal ginjal
11. Pemeriksaan serum elektrolit terutama kadar natrium, kalium, calsium dan
fosfor (terutama pada penderita diare yang disertai kejang)
12. Pemeriksaan kadar glukosa darah bila terdapat tanda-tanda hipoglikemia
6. Penatalaksanaan Medis
a. Terapi Cairan
Untuk menentukan jumlah cairan yang perlu diberikan kepada penderita
diare, harus diperhatikan hal-hal sebagai berikut :
1) Jumlah cairan: jumlah cairan yang harus diberikan sama dengan
2) Jumlah cairan yang telah hilang melalui diare dan/muntah muntah PWL
(Previous Water Losses) ditambah dengan banyaknya cairan yang hilang
melalui keringat, urin dan pernafasan NWL (Normal Water Losses).
3) Cairan yang hilang melalui tinja dan muntah yang masih terus berlangsung
CWL (Concomitant water losses)
Ada 2 jenis cairan yaitu:
1) Cairan Rehidrasi Oral (CRO) : Cairan oralit yang dianjurkan oleh WHO-
ORS, tiap 1 liter mengandung Osmolalitas 333 mOsm/L, Karbohidrat 20 g/L,
Kalori 85 cal/L. Elektrolit yang dikandung meliputi sodium 90 mEq/L,
potassium 20 mEq/L, Chloride 80 mEq/L, bikarbonat 30 mEq/L (Dipiro
et.al., 2005). Ada beberapa cairan rehidrasi oral:
a) Cairan rehidrasi oral yang mengandung NaCl, KCL, NaHCO3 dan glukosa,
yang dikenal dengan nama oralit.
b) Cairan rehidrasi oral yang tidak mengandung komponen-komponen di atas
misalnya: larutan gula, air tajin, cairan-cairan yang tersedia di rumah dan
lain-lain, disebut CRO tidak lengkap.
2) Cairan Rehidrasi Parenteral (CRP) Cairan Ringer Laktat sebagai cairan
rehidrasi parenteral tunggal. Selama pemberian cairan parenteral ini, setiap
jam perlu dilakukan evaluasi:
a) Jumlah cairan yang keluar bersama tinja dan muntah
b) Perubahan tanda-tanda dehidrasi (Suharyono, dkk., 1994 dalam Wicaksana,
2011).
4) Antibiotik
Contoh antibiotic untuk diare Ciprofloksasin 500mg oral (2x sehari, 3–5
hari),Tetrasiklin 500 mg (oral 4x sehari, 3 hari), Doksisiklin 300mg
(Oral, dosis tunggal), Ciprofloksacin 500mg, Metronidazole 250-500 mg
(4xsehari, 7-14 hari, 7-14 hari oral atau IV).
2. Data Obyektif
a. Mata cekung
b. Ubun – ubun besar dan cekung
c. Turgor kulit kurang dan kering
d. Lidah, bibir dan mukosa kering
e. Konsistensi feses cair
f. Peningkatann suhu tubuh
g. Penurunan BB
h. Pasien tampak lemah dan lemas
3. Pemeriksaan fisik
Kesadaran : composmentis, pada dehidrasi berat dapat terjadi apatis, somnolen,
kadang sopokomateus.
Keadaan umum : sedamg atau lemah
Vital sign : pada dehidrasi berat dapat terjadi renjatan hupovolemik dengan :
1) Tekanan Darah menurun ( misal 90/40 mmHg )
2) Nadi sepat sekali (tachikardi )
3) Suhu terjadi peningkatan karena dehidrasi dan dapat juga karena adanya
infeksi dalam usus
4) Respirasi cepat jika terjadi dehidrasi akut dam berat karena adanya
kompensasi asam basa.
Pemerisaan Fisik
B. Diagnosis Keperawatan
1. Diare
a. Definisi: pengeluaran feses yang sering dan lunak serta tidak berbentuk.
b. Batasan karakteristik:
1) Gejala dan tanda mayor:
a) Subjektif : -
b) Objektif :
- Defekasi lebih dari tiga kali dalam 24 jam
- Feses lembek aatau cair
2) Gejala dan Tanda Minor
a) Subektif:
- Urgency
- Nyeri/kram abdomen
c. Penyebab
Fisiologis:
1) Inflamasi gastrointestinal
2) Iritasi gastrointestinal
3) Proses infeksi
4) malabsorbsi
Psikologis
1) kecemasan
2) tingkat stress tinggi
Situasional:
1) terpapar kontaminan
2) terpapar toksin
3) penyalahgunaan laksatif
4) penyalahgunaan zat
5) program pengobatan
6) perubahan air dan makanan
7) bakteri pada air
2. Defisit nutrisi
a. Definisi : asupan nutrisi tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan
metabolisme
b. Batasan karakteristik :
1) Gejala dan tanda mayor
a) Subjektif : -
b) Objektif :
- Berat badan menurun minimal 10% di bawah rentang ideal
2) Gejala dan tanda minor
a) Subjektif :
- Cepat kenyang setelah makan
- Kram / nyeri abdomen
- Nafsu makan menurun
b) Objektif :
- Bising usus hiperaktif
- Otot pengunyah lemah
- Otot menelan lemah
- Membrane mukosa pucat
- Sariawan
- Serum albumin turun
- Rambut rontok berlebih
- Diare
c. Penyebab :
1) Dehidrasi
2) Terpapar lingkungan panas
3) Proses penyakit (mis. infeksi, kanker)
4) Ketidaksesuaian pakaian dengan suhu lingkungan
5) Peningkatan laju metabolism
6) Respon trauma
7) Aktivitas berlebihan
8) Penggunaan inkubator
3. Hipertermia
a. Definisi : suhu tubuh meningkat diatas rentang normal tubuh
b. Batasan karakteristik :
1) Gejala dan tanda mayor
a) Subjektif : -
b) Objektif :
- Suhu tubuh diatas nilai normal
2) Gejala dan tanda minor
a) Subjektif : -
b) Objektif :
- Kulit merah
- Kejang
- Takikardi
- Takipnea
- Kulit terasa hangat
c. Penyebab :
1) Dehidrasi
2) Terpapar lingkungan panas
3) Proses penyakit (mis. infeksi, kanker)
4) Ketidaksesuaian pakaian dengan suhu lingkungan
5) Peningkatan laju metabolism
6) Respon trauma
7) Aktivitas berlebihan
8) Penggunaan inkubator
4. Risiko hipovolemia
a. Definisi : berisiko mengalami penurunan volume cairan intravascular,
interstisial, dan/atau intraselular
b. Faktor risiko :
1) Kehilangan cairan secara aktif
2) Gangguan absorbsi cairan
3) Usia lanjut
4) Kelebihan berat badan
5) Status hipermetabolik
6) Kegagalan mekanisme regulasi
7) Evaporasi
8) Kekurangan intake cairan
9) Efek agen farmakologis
5. Risiko ketidakseimbangan elektrolit
a. Definisi : berisiko mengalami perubahan kadar serum elektrolit
b. Faktor risiko :
1) Ketidakseimbangan cairan (mis. dehidrasi dan intoksikasi air)
2) Kelebihan volume cairan
3) Gangguan mekanisme regulasi (mis. diabetes)
4) Efek samping prosedur (mis. pembedahan)
5) Diare
6) Muntah
7) Disfungsi ginjal
8) Disfungsi regulasi endokrin
C. Rencana Keperawatan
No Diagnosa Tujuan atau Kriteria Intervensi
Keperawatan Hasil
1. Diare Setelah dilakukan tindakan Manajemen diare
keperawatan selama ...... x Identifikasi penyebab diare
24 jam diharapkan Identifikasi riwayat pemberian
pemenuhan nutrisi makanan
seimbang kembali dengan Identifikasi gejala invaginasi
kriteria hasil : Monitor warna, volume, frekuensi, dan
Eliminasi Fekal: konsistensi tinja
□ Kontrol pengeluaran Monitor tanda dan gejala hypovolemia
feses normal Monitor iritasi dan ulserasi kulit di
□ Distensi abdomen daerah perianal
tidak ada
Monitor jumlah pengeluaran diare
□ Urgency tidak ada
Monitor keamanan penyiapan
□ Nyeri abdomen tidak
makanan
ada
□ Kram abdomen tidak Berikan asupan cairan oral
ada Pasang jalur intravena
□ Konsistensi feses Berikan cairan intravena
padat Ambil sampel darah untuk
□ Frekuensi defekasi < 3 pemeriksaan darah lengkap dan
kali sehari elektrolit
□ Peristaltic usus normal Ambil sampel feses untuk kultur
Anjurkan makananporsi kecil dan
sering secara bertahap
Anjurkan menghindari makanan
pembentuk gas, pedas, dan
mengandung laktosa
Kolaborasi pemberian obat
antimotilitas
Kolaborasi pemberian obat
antispasmodic / spasmolitik
Kolaborasi pemberian obat pengeras
feses
2. Defisit nutrisi Setelah dilakukan tindakan Manajemen nutrisi
keperawatan selama ...... x Identifikasi status nutrisi
24 jam diharapkan Identifikasi alergi dan intoleransi
pemenuhan nutrisi makanan
seimbang kembali dengan Identifikasi makanan yang disukai
kriteria hasil : Identifikasi kebutuhan kalori dan jenis
Status Nutrisi nutrien
Frekuensi makan Identifikasi perlunya penggunaan
normal selang nasogastric
Nafsu makan Monitor asupan makanan
membaik Monitor berat badan
Bising usus dalam Monitor hasil pemeriksaan
batas normal laboratorium
Tidak ada diare Lakukan oral hygiene sebelum makan
Meningkatnya Fasilitasi menentukan pedoman diet
(mis. piramida makanan)
verbalisasi keinginan Sajikan makanan secara menarik dan
untuk meningkatkan suhu yang sesuai
nutrisi Berikan makanan tinggi serat untuk
Sikap terhadap mencegah konstipasi
makanan / minuman Berikan makanan tinggi kalori dan
baik sesuai dengan tinggi protein
tujuan kesehatan Berikan suplemen makanan
Hentikan pemberian makan melalui
selang nasogastric jika asupan oral
dapat ditoleransi
Anjurkan posisi duduk
Ajarkan diet yang diprogramkan
Kolaborasi pemberian medikasi
sebelum makan (mis. pereda nyeri)
Kolaborasi dengan ahli gizi untuk
menentukan jumlah kalori dan jenis
nutrien yang dibutuhkan jika perlu
Promosi berat badan
Identifikasi kemungkinan penyebab
BB kurang
Monitor adanya mual dan muntah
Monitor jumlah kalori yang
dikonsumsi sehari-hari
Monitor berat badan
Monitor albumin, limfosit, dan
elektrolit, serum
Berikan perawatan mulut sebelum
pemberian makan
Sediakan makanan yang tepat sesuai
kondisi pasien (mis. makanan dengan
tekstur halus, makanan yang
diblender, makanan cair yang
diberikan melalui NGT atau
gastrostomy, total perenteral nutrition
sesuai indikasi)
Hidangkan makanan secara menarik
Berikan suplemen
Berikan pujian pada pasien / keluarga
untuk peningkatan yang dicapai
Jelaskan jenis makanan yang bergizi
tinggi, namun tetap terjangkau
Jelaskan peningkatan asupan kalori
yang dibutuhkan
Pemantauan nutrisi
Identifikasi faktor yang mempengaruhi
asupan gizi (mis. pengetahuan,
ketersediaan makanan, dsb)
Identifikasi perubahan berat badan
Identifikasi kelainan pada kulit
Identifikasi kelainan pada rambut
Identifikasi pola makan
Identifikasi kelainan pada kuku
Identifikasi kemampuan menelan
Identifikasi kelainan rongga mulut
Identifikasi kelainan eliminasi (mis.
diare, darah, lendir, dan eliminasi yang
tidak teratur)
Monitor mual dan muntah
Monitor asupan oral
Monitor warna konjungtiva
Monitor hasil laboratorium (mis. kadar
kolesterol, albumin serum, transferrin,
kreatinin, hemoglobin, hematocrit, dan
elektrolit darah)
Timbang berat badan
Ukur antropometrik komposisi tubuh
(mis. indeks massa tubuh, pengukuran
pinggang, dan ukuran lipatan kulit)
Hitung perubahan berat badan
Atur interval waktu pemantauan sesuai
dengan kondisi pasien
Dokumentasikan hasil pemantauan
Jelaskan tujuan dan prosedur
pemantauan
Informasikan hasil pemantauan
2. Hipertermia Setelah dilakukan tindakan Manajemen hipertermia
keperawatan selama ... x 24 Identifikasi penyebab hipertermia
jam diharapkan suhu tubuh (mis. dehidrasi, terpapar lingkungan
kembali normal dengan panasm penggunaan incubator)
kriteria hasil : Monitor suhu tubuh
Termoregulasi Monitor kadar elektrolit
Menggigil berkurang Monitor haluaran urine
Warna kulit normal Monitor komplikasi akibat hipertermia
Kejang berkurang Sediakan lingkungan yang dingin
Tidak pucat Longgarkan atau lepaskan pakaian
Frekuensi pernapasan Basahi dan kipasi permukaan tubuh
normal Berikan cairan oral
Denyut nadi dalam Ganti linen setiap hari atau lebih
batas normal sering jika mengalami hiperhidrosis
Suhu tubuh dalam batas (keringat berlebih)
normal Lakukan pendinginan eksternal (mis.
Tekanan darah dalam selimut hipotermia atau kompres pada
batas normal dahi, leher, dada. Abdomen, aksila)
Hindari pemberian antopiretik atau
aspirin
Anjurkan tirah baring
Kolaborasi pemberian cairan dan
elektrolit intravena
II. Referensi
……………………………………
Mengetahui,
(……………………………..………………) (……………………………………………)
NIP. NIM.
Mengetahui,
Pembimbing Akademik/CT
(……………………………..………………)
NIP.