Anda di halaman 1dari 20

LAPORAN PENDAHULUAN PADA PASIEN

DENGAN GASTROENTERITIS AKUT (GEA)

Oleh :
Ni Putu Candra Dewi
Program Profesi Ners
P07120319092

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLITEKNIK KESEHATAN DENPASAR
JURUSAN KEPERAWATAN
2019
LAPORAN PENDAHULUAN PADA ANAK SAKIT
DENGAN GASTROENTERITIS AKUT (GEA)

A. Konsep Dasar Penyakit


1. Definisi Penyakit
Gastroenteritis adalah peradangan pada lambung, usus kecil dan usus besar
dengan berbagai kondisi patologis dari saluran gastrointestinal dengan manifestasi
diare, dengan atau tanpa disertai muntah, serta ketidaknyamanan abdomen (Muttaqin,
2011).
Gastroenteritis atau diare adalah penyakit yang ditandai dengan bertambahnya
frekuensi defekasi lebih dari biasanya (> 3 kali/hari) disertai perubahan konsistensi
tinja (menjadi cair), dengan/tanpa darah dan/atau lendir (Sudaryat, 2007).
Dapat disimpulkan Gastroenterits atau diare akut adalah inflamasi lambung dan
usus yang disebabkan oleh berbagai bakteri, virus, dan pathogen, yang ditandai
dengan bertambahnya frekuensi defekasi lebih dari biasanya (> 3 kali/hari) disertai
perubahan konsistensi tinja (menjadi cair).
2. Etiologi
Menurut Arif Muttaqin (2011) dan Suriadi (2010), penyebab dari gastroenteritis
sangat beragam , antara lain sebagai berikut :
1. Faktor infeksi :
a. Infeksi berbagai macam bakteri yang disebabkan oleh kontaminasi makanan
maupun air minum (enteropathogenic, escherichia coli, salmonella, shigella,
V.Cholera, dan clostridium).
b. Infeksi berbagai macam virus : enterovirus, echoviruses, adenovirus, dan
rotavirus. Penyebab diare terbanyak pada anak adalah virus Rotavirus.
c. Jamur : candida
d. Parasit (giardia clamblia, amebiasis, crytosporidium dan cyclospora)
2. Faktor non infeksi/ bukan infeksi :
a. Alergi makanan, misal susu, protein
b. Gangguan metabolik atau malabsorbsi : penyakit
c. Iritasi langsung pada saluran pencernaan oleh makanan
d. Obat-obatan : Antibiotik, Laksatif, Quinidine, Kolinergik, dan Sorbital.
e. Penyakit usus : colitis ulcerative, crohn disease, enterocolitis
f. Emosional atau stress
g. Obstruksi usus
3. Tanda dan Gejala
Menurut Sodikin (2011), Beberapa tanda dan gejala yang terjadi pada kasus
gastroenteritis, antara lain :
1. Bayi atau anak menjadi cengeng, rewel, gelisah
2. Suhu badan meningkat
3. Nafsu makan berkurang atau tidak ada
4. Timbul diare
5. Feses makin cair, mungikn mengandung darah dan atau lender
6. Warna feses berubah menjadi kehijau-hijauan karena bercampur empedu.
7. Muntah baik sebelum maupun sesudah diare
8. Terdapat gejala dan tanda dehidrasi : ubun-ubun besar cekung pada bayi, tonus
otot dan turgor kulit berkurang, selaputlendir pada mulut dan bibir terlihat kering
9. Berat badan menurun
10. Pucat, lemah
4. Pohon Masalah

Faktor Faktor mal Faktor makanan Faktor psikologi


infeksi absorbs (makanan basi, (rasa takut dan
(karbohidrat, beracun, alergi cemas)
lemak, protein) makanan)

Penyerapan sari-sari makanan saluran


bercernaan tidak adekuat

Isi rongga usus berlebihan

Terdapatnya zat-zat Gangguan sekresi Meningkatnya


makanan tidak dapat motilitas usus
diserap
Meningkatnya
aktivitas sekresi air Kesempatan usus
Tekanan osmotik dan elektrolit menyerap makanan
meningkat berkurang

Mengeluarkan isinya
Reabsorbsi di dalam
usus terganggu

DIARE Inflamasi saluran


pencernaan

Meningkatnya
sekresi cairan dan Tubuh bereaksi Mual
elektrolit terhadap invasi
mikroorganisme Anoreksi
Dehidrasi
Meningkatnya Defisit nutrisi
- Risiko Hipovolemia suhu tubuh

- Risiko
ketidakseimbangan Hipertermia
cairan
5. Pemeriksaan Diagnostik
1. Pemeriksaan darah tepi lengkap
2. Pemeriksaan urine lengkap
3. Pemeriksaan tinja lengkap dan biakan tinja dari colok dubur
4. Pemeriksaan biakan empedu bila demam tinggi dan dicurigai infeksi sistemik
5. Pemeriksaan sediaan darah malaria serta serologi Helicobacter Jejuni sangat
dianjurkan
6. Duodenal intubation untuk mengetahui kuman penyebab secara kuantitatif
dan kualitatif tentang pada diare kronik.
7. Pemeriksaan darah 5 darah perifer lengkap, analisis gas darah (GDA) &
elektrolit (Na, K, Ca, dan P serum yang diare disertai kejang)
8. Pemeriksaan tinja
- makroskopik dan mikroskopik
- pH, dan kadar gula dalam tinja dengan kertas lakmus dan tablet clinitest, bila
diduga terdapat intoleransi laktosa
- bila pedu dilakukan pemeriksaan biakan dan uji resistensi (culture dan
sensitivity test)
9. Pemeriksaan analisa gas darah
10. Pemeriksaan kadar ureum dan kreatinin untuk mengetahui faal ginjal
11. Pemeriksaan serum elektrolit terutama kadar natrium, kalium, calsium dan
fosfor (terutama pada penderita diare yang disertai kejang)
12. Pemeriksaan kadar glukosa darah bila terdapat tanda-tanda hipoglikemia

6. Penatalaksanaan Medis
a. Terapi Cairan
Untuk menentukan jumlah cairan yang perlu diberikan kepada penderita
diare, harus diperhatikan hal-hal sebagai berikut :
1) Jumlah cairan: jumlah cairan yang harus diberikan sama dengan
2) Jumlah cairan yang telah hilang melalui diare dan/muntah muntah PWL
(Previous Water Losses) ditambah dengan banyaknya cairan yang hilang
melalui keringat, urin dan pernafasan NWL (Normal Water Losses).
3) Cairan yang hilang melalui tinja dan muntah yang masih terus berlangsung
CWL (Concomitant water losses)
Ada 2 jenis cairan yaitu:
1) Cairan Rehidrasi Oral (CRO) : Cairan oralit yang dianjurkan oleh WHO-
ORS, tiap 1 liter mengandung Osmolalitas 333 mOsm/L, Karbohidrat 20 g/L,
Kalori 85 cal/L. Elektrolit yang dikandung meliputi sodium 90 mEq/L,
potassium 20 mEq/L, Chloride 80 mEq/L, bikarbonat 30 mEq/L (Dipiro
et.al., 2005). Ada beberapa cairan rehidrasi oral:

a) Cairan rehidrasi oral yang mengandung NaCl, KCL, NaHCO3 dan glukosa,
yang dikenal dengan nama oralit.
b) Cairan rehidrasi oral yang tidak mengandung komponen-komponen di atas
misalnya: larutan gula, air tajin, cairan-cairan yang tersedia di rumah dan
lain-lain, disebut CRO tidak lengkap.
2) Cairan Rehidrasi Parenteral (CRP) Cairan Ringer Laktat sebagai cairan
rehidrasi parenteral tunggal. Selama pemberian cairan parenteral ini, setiap
jam perlu dilakukan evaluasi:
a) Jumlah cairan yang keluar bersama tinja dan muntah
b) Perubahan tanda-tanda dehidrasi (Suharyono, dkk., 1994 dalam Wicaksana,
2011).
4) Antibiotik

Pemberian antibotik secara empiris jarang diindikasikan pada diare akut


infeksi, karena 40% kasus diare infeksi sembuh kurang dari 3 hari tanpa
pemberian anti biotik. Pemberian antibiotik di indikasikan pada : Pasien
dengan gejala dan tanda diare infeksi seperti demam, feses berdarah,,
leukosit pada feses, mengurangi ekskresi dan kontaminasi lingkungan
persisten atau penyelamatan jiwa pada diare infeksi, diare pada pelancong,
dan pasien immunocompromised.

Contoh antibiotic untuk diare Ciprofloksasin 500mg oral (2x sehari, 3–5
hari),Tetrasiklin 500 mg (oral 4x sehari, 3 hari), Doksisiklin 300mg
(Oral, dosis tunggal), Ciprofloksacin 500mg, Metronidazole 250-500 mg
(4xsehari, 7-14 hari, 7-14 hari oral atau IV).

5) Obat Anti Diare


Loperamid HCl serta kombinasi difenoksilat dan atropin sulfat (lomotil).
Penggunaan kodein adalah 15-60mg 3x sehari, loperamid 2–4 mg/ 3–4x
sehari dan lomotil 5mg 3–4 x sehari. Efek kelompok obat tersebut meliputi
penghambatan propulsi, peningkatan absorbsi cairan sehingga dapat
memperbaiki konsistensi feses dan mengurangi frekwensi diare. Bila
diberikan dengan cara yang benar obat ini cukup aman dan dapat
mengurangi frekwensi defekasi sampai 80%. Bila diare akut dengan gejala
demam dan sindrom disentri obat ini tidak dianjurkan.
I. Konsep Dasar Asuhan Keperawatan
A. Pengkajian Keperawatan
1. Data Subyektif
a. Keluhan utama : BAB cair , lemas, geelisah, mual muntah, anoreksia,
badan panas.
b. Frekuensi BAB cair dalam sehari lebih dari 3x
c. Adanya riwayat reaksi alergi terhadap suatu zat, makanan/inuman, atau
lingkungan.
d. Pengobatan diare telah dilakukan dan efektifitasnya
e. Kebiasaan dan pola makan anak seperti makan makanan terbuka, suka
makan makanan pedas

2. Data Obyektif
a. Mata cekung
b. Ubun – ubun besar dan cekung
c. Turgor kulit kurang dan kering
d. Lidah, bibir dan mukosa kering
e. Konsistensi feses cair
f. Peningkatann suhu tubuh
g. Penurunan BB
h. Pasien tampak lemah dan lemas

3. Pemeriksaan fisik
Kesadaran : composmentis, pada dehidrasi berat dapat terjadi apatis, somnolen,
kadang sopokomateus.
Keadaan umum : sedamg atau lemah
Vital sign : pada dehidrasi berat dapat terjadi renjatan hupovolemik dengan :
1) Tekanan Darah menurun ( misal 90/40 mmHg )
2) Nadi sepat sekali (tachikardi )
3) Suhu terjadi peningkatan karena dehidrasi dan dapat juga karena adanya
infeksi dalam usus
4) Respirasi cepat jika terjadi dehidrasi akut dam berat karena adanya
kompensasi asam basa.
Pemerisaan Fisik

a) Kepala dan Muka


Kepala : inspeksi ada tidaknya ubun – ubun yang besar dan agak cekung
Rambut : terjadi rontok atau merah karena malnutrisi
Mata : mata pada umumnya agak cekung
Mulut : mukosa kering, bibir pecah – pecah , lidah kering, bibir sianosis.
Pipi : pada tulang pipi biasanya menonjol
Wajah : tampak lebih pucat
b) Leher
Umumnya tidak terjadi pembesaran kelenjar tiroid
c) Jantung
Menimbulkan aritmia jantung
d) Abdomen
Inspeksi : inspeksi umumnya kadang simetris, cembung terlihat pembesaran
pada perut kanan bawah.
Perkusi : tympani ( kembung).
Palpasi: umumnya ada nyeri tekan bagian perut bawah yaitu bagian usus dan
dapat terjadi kejang perut.
Auskultasi : bising usus >30x / menit
e) Anus
Anus terjadi iritasi, kemerahan pada daerah sekitarnya
f) Kulit
Kekenyalan kulit sedikit kurang dan elastisitas kembali setelah 1 – 2 detik.

B. Diagnosis Keperawatan
1. Diare
a. Definisi: pengeluaran feses yang sering dan lunak serta tidak berbentuk.
b. Batasan karakteristik:
1) Gejala dan tanda mayor:
a) Subjektif : -
b) Objektif :
- Defekasi lebih dari tiga kali dalam 24 jam
- Feses lembek aatau cair
2) Gejala dan Tanda Minor
a) Subektif:
- Urgency
- Nyeri/kram abdomen
c. Penyebab
Fisiologis:
1) Inflamasi gastrointestinal
2) Iritasi gastrointestinal
3) Proses infeksi
4) malabsorbsi

Psikologis
1) kecemasan
2) tingkat stress tinggi

Situasional:
1) terpapar kontaminan
2) terpapar toksin
3) penyalahgunaan laksatif
4) penyalahgunaan zat
5) program pengobatan
6) perubahan air dan makanan
7) bakteri pada air

2. Defisit nutrisi
a. Definisi : asupan nutrisi tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan
metabolisme
b. Batasan karakteristik :
1) Gejala dan tanda mayor
a) Subjektif : -
b) Objektif :
- Berat badan menurun minimal 10% di bawah rentang ideal
2) Gejala dan tanda minor
a) Subjektif :
- Cepat kenyang setelah makan
- Kram / nyeri abdomen
- Nafsu makan menurun
b) Objektif :
- Bising usus hiperaktif
- Otot pengunyah lemah
- Otot menelan lemah
- Membrane mukosa pucat
- Sariawan
- Serum albumin turun
- Rambut rontok berlebih
- Diare
c. Penyebab :
1) Dehidrasi
2) Terpapar lingkungan panas
3) Proses penyakit (mis. infeksi, kanker)
4) Ketidaksesuaian pakaian dengan suhu lingkungan
5) Peningkatan laju metabolism
6) Respon trauma
7) Aktivitas berlebihan
8) Penggunaan inkubator
3. Hipertermia
a. Definisi : suhu tubuh meningkat diatas rentang normal tubuh
b. Batasan karakteristik :
1) Gejala dan tanda mayor
a) Subjektif : -
b) Objektif :
- Suhu tubuh diatas nilai normal
2) Gejala dan tanda minor
a) Subjektif : -
b) Objektif :
- Kulit merah
- Kejang
- Takikardi
- Takipnea
- Kulit terasa hangat
c. Penyebab :
1) Dehidrasi
2) Terpapar lingkungan panas
3) Proses penyakit (mis. infeksi, kanker)
4) Ketidaksesuaian pakaian dengan suhu lingkungan
5) Peningkatan laju metabolism
6) Respon trauma
7) Aktivitas berlebihan
8) Penggunaan inkubator
4. Risiko hipovolemia
a. Definisi : berisiko mengalami penurunan volume cairan intravascular,
interstisial, dan/atau intraselular
b. Faktor risiko :
1) Kehilangan cairan secara aktif
2) Gangguan absorbsi cairan
3) Usia lanjut
4) Kelebihan berat badan
5) Status hipermetabolik
6) Kegagalan mekanisme regulasi
7) Evaporasi
8) Kekurangan intake cairan
9) Efek agen farmakologis
5. Risiko ketidakseimbangan elektrolit
a. Definisi : berisiko mengalami perubahan kadar serum elektrolit
b. Faktor risiko :
1) Ketidakseimbangan cairan (mis. dehidrasi dan intoksikasi air)
2) Kelebihan volume cairan
3) Gangguan mekanisme regulasi (mis. diabetes)
4) Efek samping prosedur (mis. pembedahan)
5) Diare
6) Muntah
7) Disfungsi ginjal
8) Disfungsi regulasi endokrin
C. Rencana Keperawatan
No Diagnosa Tujuan atau Kriteria Intervensi
Keperawatan Hasil
1. Diare Setelah dilakukan tindakan Manajemen diare
keperawatan selama ...... x  Identifikasi penyebab diare
24 jam diharapkan  Identifikasi riwayat pemberian
pemenuhan nutrisi makanan
seimbang kembali dengan  Identifikasi gejala invaginasi
kriteria hasil :  Monitor warna, volume, frekuensi, dan
Eliminasi Fekal: konsistensi tinja
□ Kontrol pengeluaran  Monitor tanda dan gejala hypovolemia
feses normal  Monitor iritasi dan ulserasi kulit di
□ Distensi abdomen daerah perianal
tidak ada
 Monitor jumlah pengeluaran diare
□ Urgency tidak ada
 Monitor keamanan penyiapan
□ Nyeri abdomen tidak
makanan
ada
□ Kram abdomen tidak  Berikan asupan cairan oral
ada  Pasang jalur intravena
□ Konsistensi feses  Berikan cairan intravena
padat  Ambil sampel darah untuk
□ Frekuensi defekasi < 3 pemeriksaan darah lengkap dan
kali sehari elektrolit
□ Peristaltic usus normal  Ambil sampel feses untuk kultur
 Anjurkan makananporsi kecil dan
sering secara bertahap
 Anjurkan menghindari makanan
pembentuk gas, pedas, dan
mengandung laktosa
 Kolaborasi pemberian obat
antimotilitas
 Kolaborasi pemberian obat
antispasmodic / spasmolitik
 Kolaborasi pemberian obat pengeras
feses
2. Defisit nutrisi Setelah dilakukan tindakan Manajemen nutrisi
keperawatan selama ...... x  Identifikasi status nutrisi
24 jam diharapkan  Identifikasi alergi dan intoleransi
pemenuhan nutrisi makanan
seimbang kembali dengan  Identifikasi makanan yang disukai
kriteria hasil :  Identifikasi kebutuhan kalori dan jenis
Status Nutrisi nutrien
 Frekuensi makan  Identifikasi perlunya penggunaan
normal selang nasogastric
 Nafsu makan  Monitor asupan makanan
membaik  Monitor berat badan
 Bising usus dalam  Monitor hasil pemeriksaan
batas normal laboratorium
 Tidak ada diare  Lakukan oral hygiene sebelum makan
 Meningkatnya  Fasilitasi menentukan pedoman diet
(mis. piramida makanan)
verbalisasi keinginan  Sajikan makanan secara menarik dan
untuk meningkatkan suhu yang sesuai
nutrisi  Berikan makanan tinggi serat untuk
 Sikap terhadap mencegah konstipasi
makanan / minuman  Berikan makanan tinggi kalori dan
baik sesuai dengan tinggi protein
tujuan kesehatan  Berikan suplemen makanan
 Hentikan pemberian makan melalui
selang nasogastric jika asupan oral
dapat ditoleransi
 Anjurkan posisi duduk
 Ajarkan diet yang diprogramkan
 Kolaborasi pemberian medikasi
sebelum makan (mis. pereda nyeri)
 Kolaborasi dengan ahli gizi untuk
menentukan jumlah kalori dan jenis
nutrien yang dibutuhkan jika perlu
Promosi berat badan
 Identifikasi kemungkinan penyebab
BB kurang
 Monitor adanya mual dan muntah
 Monitor jumlah kalori yang
dikonsumsi sehari-hari
 Monitor berat badan
 Monitor albumin, limfosit, dan
elektrolit, serum
 Berikan perawatan mulut sebelum
pemberian makan
 Sediakan makanan yang tepat sesuai
kondisi pasien (mis. makanan dengan
tekstur halus, makanan yang
diblender, makanan cair yang
diberikan melalui NGT atau
gastrostomy, total perenteral nutrition
sesuai indikasi)
 Hidangkan makanan secara menarik
 Berikan suplemen
 Berikan pujian pada pasien / keluarga
untuk peningkatan yang dicapai
 Jelaskan jenis makanan yang bergizi
tinggi, namun tetap terjangkau
 Jelaskan peningkatan asupan kalori
yang dibutuhkan
Pemantauan nutrisi
 Identifikasi faktor yang mempengaruhi
asupan gizi (mis. pengetahuan,
ketersediaan makanan, dsb)
 Identifikasi perubahan berat badan
 Identifikasi kelainan pada kulit
 Identifikasi kelainan pada rambut
 Identifikasi pola makan
 Identifikasi kelainan pada kuku
 Identifikasi kemampuan menelan
 Identifikasi kelainan rongga mulut
 Identifikasi kelainan eliminasi (mis.
diare, darah, lendir, dan eliminasi yang
tidak teratur)
 Monitor mual dan muntah
 Monitor asupan oral
 Monitor warna konjungtiva
 Monitor hasil laboratorium (mis. kadar
kolesterol, albumin serum, transferrin,
kreatinin, hemoglobin, hematocrit, dan
elektrolit darah)
 Timbang berat badan
 Ukur antropometrik komposisi tubuh
(mis. indeks massa tubuh, pengukuran
pinggang, dan ukuran lipatan kulit)
 Hitung perubahan berat badan
 Atur interval waktu pemantauan sesuai
dengan kondisi pasien
 Dokumentasikan hasil pemantauan
 Jelaskan tujuan dan prosedur
pemantauan
 Informasikan hasil pemantauan
2. Hipertermia Setelah dilakukan tindakan Manajemen hipertermia
keperawatan selama ... x 24  Identifikasi penyebab hipertermia
jam diharapkan suhu tubuh (mis. dehidrasi, terpapar lingkungan
kembali normal dengan panasm penggunaan incubator)
kriteria hasil :  Monitor suhu tubuh
Termoregulasi  Monitor kadar elektrolit
 Menggigil berkurang  Monitor haluaran urine
 Warna kulit normal  Monitor komplikasi akibat hipertermia
 Kejang berkurang  Sediakan lingkungan yang dingin
 Tidak pucat  Longgarkan atau lepaskan pakaian
 Frekuensi pernapasan  Basahi dan kipasi permukaan tubuh
normal  Berikan cairan oral
 Denyut nadi dalam  Ganti linen setiap hari atau lebih
batas normal sering jika mengalami hiperhidrosis
 Suhu tubuh dalam batas (keringat berlebih)
normal  Lakukan pendinginan eksternal (mis.
 Tekanan darah dalam selimut hipotermia atau kompres pada
batas normal dahi, leher, dada. Abdomen, aksila)
 Hindari pemberian antopiretik atau
aspirin
 Anjurkan tirah baring
 Kolaborasi pemberian cairan dan
elektrolit intravena

3. Risiko hipovolemia Setelah dilakukan tindakan Manajemen hipovolemia


keperawatan selama …x 24  Periksa tanda dan gejala hipovolemia
jam diharapkan pemenuhan
kebutuhan volume cairan (mis. frekuensi nadi meningkat, nadi
seimbang dengan kriteria teraba lemah, dsb)
hasil :  Monitor intake dan output cairan
Status cairan  Hitung kebutuhan cairan
 Frekuensi nadi dalam  Berikan posisi modified trendelenburg
batas normal  Berikan asupan cairan oral
 Output urine meningkat  Anjurkan memperbanyak asupan
 Membran mukosa cairan oral
lembab  Anjurkan menghindari perubahan
 Perasaan lemah posisi mendadak
berkurang  Kolaborasi pemberian cairan IV
 Tekanan nadi kuat isotonis (mis. NaCl, RL)
 Turgor kulit baik  Kolaborasi pemberian cairan IV
 Intake cairan adekuat hipotonis (mis. glukosa 2,5%, NaCl
 Suhu tubuh dalam batas 0,4%)
normal  Kolaborasi pemberian cairan koloid
(mis. albumin, plasmanate)
 Kolaborasi pemberian produk darah
Pemantauan cairan
 Monitor frekuensi dan kekuatan nadi
 Monitor frekuensi napas
 Monitor tekanan darah
 Monitor berat badan
 Monitor waktu pengisian kapiler
 Monitor elastisitas atau turgor kulit
 Monitor jumlah, warna, dan berat jenis
urin
 Monitor kadar albumin dan protein
total
 Monitor hasil pemeriksaan serum
 Monitor intake dan output cairan
 Identifikasi tanda-tanda hipovolemia
 Identifikasi tanda-tanda hypervolemia
 Identifikasi faktor risiko
ketidakseimbangan cairan
 Atur interval waktu pemantauan sesuai
dengan kondisi pasien
 Dokumentasikan hasil pemantauan
 Informasikan hasil pemantauan
4. Risiko Setelah dilakukan tindakan Pemantauan elektrolit
ketidakseimbangan keperawatan selama ...... x  Identifikasi kemungkinan penyebab
elektrolit 24 jam diharapkan ketidakseimbangan elektrolit
 pemenuhan kebutuhan  Monitor kadar elektrolit serum
elektrolit seimbang kembali  Monitor mual, muntah, dan diare
dengan kriteria hasil :  Monitor kehilangan cairan
Keseimbangan cairan  Monitor tanda dan gejala hypokalemia
 Asupan cairan adekuat  Monitor tanda dan gejala
 Output urin meningkat hyperkalemia
 Asupan makanan  Monitor tanda dan gejala hiponatremia
adekuat  Monitor tanda dan gejala
 Membran mukosa hypernatremia
lembab  Monitor tanda dan gejala hipokalsemia
 Tidak ada tanda-tanda  Monitor tanda dan gejala
dehidrasi hiperkalsemia
 Frekuensi nadi dalam  Monitor tanda dan gejala
batas normal hipomagnesemia
 Nadi teraba kuat  Monitor tanda dan gejala
 Mata tidak cekung hipermagnesemia
 Turgor kulit membaik  Atur interval waktu pemantauan sesuai
dengan kondisi pasien
 Dokumentasikan hasil pemantauan
 Jelaskan tujuan dan prosedur
pemantauan
 Informasikan hasil pemantauan

II. Referensi

Hidayat, A.A.A. 2006. Pengantar Ilmu Keperawatan Anak. Jakarta: Salemba


Medika
Muttaqin, Arif. 2011.Gangguan Gastrointestinal : Aplikasi asuhan keperawatan
Medikal Bedah. Jakata : Salemba Medika
Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI). 2017.Standar Diagnosis
Keperawatan Indonesia (SDKI).Jakarta Selatan: Dewan Pengurus Pusat
PPNI.
Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI). 2018.Standar Luaran Keperawatan
Indonesia (SLKI). Jakarta Selatan: Dewan Pengurus Pusat PPNI.
Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI). 2018.Standar Intervensi
Keperawatan Indonesia (SIKI). Jakarta Selatan: Dewan Pengurus Pusat
Sodikin. 2011.Asuhan Keperawatan Anak : Gangguan Sistem Gastrointestinal dan
Hepatobilier. Jakarta : Salemba Medika
Sudaryat, 2007. Kapita Selekta Gastroenterologi Anak. Jakarta : Sagung Seto
Suriadi dan Yuliani, Rita. 2010. Asuhan Keperawatan Pada Anak.Edisi 2. Jakarta :
Sagung Seto
LEMBAR PENGESAHAN

……………………………………

Mengetahui,

Pembimbing Praktik/CI Mahasiswa

(……………………………..………………) (……………………………………………)

NIP. NIM.

Mengetahui,

Pembimbing Akademik/CT

(……………………………..………………)

NIP.

Anda mungkin juga menyukai